Bagaimana Kita Menyambut Bulan Ramadan?
كيف نستقبل شهر رمضان؟ (خطبة)
Poin Utama:
- Keutamaan dan kekhususan bulan Ramadan.
- Keutamaan dan manfaat puasa.
- Ringkasan hukum dan permasalahan puasa.
Tujuan Khutbah:
Mengingatkan tentang keutamaan dan kekhususan bulan Ramadan, serta beberapa keutamaan dan hukum puasa, agar kita merindukan, menyambut, dan memanfaatkan bulan mulia ini dengan sebaik-baiknya.
Pendahuluan:
Wahai kaum Muslimin, Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepada umat ini bulan yang penuh keberkahan, di mana pintu-pintu kebaikan dibuka dan para hamba mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai ibadah.
Bulan Ramadan menjadi waktu kembalinya orang-orang yang bertaubat dan hidayah bagi yang tersesat. Betapa banyak orang yang bertobat dan kembali kepada Allah di bulan Ramadan! Betapa banyak orang yang dulunya lalai dalam shalat dan jauh dari Al-Qur’an menjadi lebih dekat kepada Allah di bulan ini! Sungguh, mendapatkan bulan Ramadan adalah kesempatan besar untuk mengganti kekurangan yang lalu dan memperbaiki diri sebelum ajal menjemput.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad ﷺ selalu memberi kabar gembira kepada para sahabat dan umatnya dengan kedatangan bulan Ramadan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan penuh berkah. Allah mewajibkan kalian berpuasa di dalamnya, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah terhalang."
(HR. Ahmad, An-Nasa’i, dan Al-Baihaqi, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib).
Para ulama mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ menyampaikan kabar ini untuk dua alasan:
- Untuk mengingatkan keutamaan bulan ini dan kedudukannya.
- Untuk membangkitkan semangat kaum Muslimin agar mereka memanfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya.
Ibn Rajab rahimahullah berkata, "Hadis ini menjadi dasar bagi kebiasaan kaum Muslimin dalam saling memberi kabar gembira menyambut Ramadan."
Bulan ini penuh dengan berkah, di mana jiwa-jiwa lebih mudah melakukan ketaatan, dosa-dosa diampuni, dan pahala dilipatgandakan.
Bagaimana Kita Menyambut Ramadan?
Karena siapa yang menyambut Ramadan dengan baik, dia akan memanfaatkannya dengan baik. Cara menyambutnya:
- Dengan mengenal keutamaan dan kekhususan bulan ini.
- Dengan mengetahui keutamaan dan manfaat puasa.
- Dengan memahami hukum dan fikih puasa.
Pertama: Keutamaan dan Kekhususan Bulan Ramadan
- Satu-satunya bulan yang disebut dalam Al-Qur'an.
Allah berfirman:
"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan tentang petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan batil)."
(QS. Al-Baqarah: 185).
Sedangkan tentang bulan-bulan haji, Allah hanya menyebutnya secara umum:
"Haji adalah pada bulan-bulan yang telah diketahui."
(QS. Al-Baqarah: 197).
Tentang bulan-bulan haram, Allah berfirman:
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dalam ketetapan Allah sejak Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya ada empat bulan haram."
(QS. At-Taubah: 36).
Nama "Ramadan" berasal dari kata "ramadha" yang berarti panas terik, karena bulan ini pertama kali diwajibkan pada saat cuaca sangat panas. Ada juga yang mengatakan bahwa Ramadan dinamakan demikian karena ia membakar dosa-dosa dengan amal saleh.
- Bulan diturunkannya kitab-kitab suci.
Bulan ini Allah pilih sebagai waktu turunnya wahyu. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Shuhuf (lembaran-lembaran) Nabi Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadan, Taurat diturunkan pada tanggal 6 Ramadan, Injil pada tanggal 13 Ramadan, Zabur pada tanggal 18 Ramadan, dan Al-Qur'an pada tanggal 24 Ramadan."
(HR. Ahmad, Ath-Thabrani, dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’).
- Seluruh alam semesta menyambut Ramadan.
Di malam pertama Ramadan, terjadi perubahan besar di alam semesta. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika telah datang malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dan jin-jin durhaka dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tidak ada satu pun yang dibuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satu pun yang ditutup, dan seorang penyeru menyeru: 'Wahai pencari kebaikan, menghadaplah! Wahai pencari kejahatan, berhentilah!' Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, dan itu terjadi setiap malam."
(HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’).
- Surga berhias untuk menyambut orang-orang beriman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Umatku diberikan lima perkara di bulan Ramadan yang tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya… (di antaranya:) Surga berhias setiap hari dan berkata: 'Hampir tiba waktunya para hamba-Ku yang saleh akan dibebaskan dari kesulitan dan gangguan dunia lalu datang kepadamu (wahai surga)'."
(HR. Ahmad, Al-Bazzar, Al-Baihaqi, sanadnya dhaif tetapi dikuatkan dengan riwayat lain).
5. Ramadan adalah Bulan Qiyam, Tarawih, dan Tahajud
- Salat malam secara berjamaah hanya disyariatkan di bulan Ramadan. Nabi Muhammad ﷺ adalah orang pertama yang memimpin jamaah salat malam di masjid, tetapi beliau kemudian meninggalkannya karena khawatir akan diwajibkan bagi umatnya. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, beliau mengumpulkan umat Islam untuk salat Tarawih di bawah satu imam.
- Nabi ﷺ memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang melaksanakan salat malam di bulan Ramadan dengan iman dan penuh harapan akan pahala:
“Barang siapa yang menunaikan salat malam di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim) - Siapa saja yang salat bersama imam hingga selesai, maka dia akan mendapatkan pahala seperti salat semalaman penuh:
"Barang siapa yang salat bersama imam hingga ia selesai, maka dicatat baginya pahala salat satu malam penuh." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan dinilai sahih oleh Al-Albani)
6. Ramadan adalah Bulan Pengampunan Dosa dan Penghapusan Kesalahan
- Rasulullah ﷺ bersabda:
"Salat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dan dari Ramadan ke Ramadan adalah penghapus dosa-dosa yang terjadi di antara waktu-waktu tersebut, selama menjauhi dosa-dosa besar." (HR. Muslim) - Rasulullah ﷺ juga bersabda:
"Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Ramadan adalah Bulan Pembebasan dari Api Neraka
- Rasulullah ﷺ bersabda:
"Setiap malam di bulan Ramadan, Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai hasan oleh Al-Albani) - Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka pada setiap waktu berbuka, dan itu terjadi setiap malam." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh Al-Albani)
8. Ramadan adalah Bulan di Mana Setan-Setan Dibelenggu
- Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ketika Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Bukhari dan Muslim)
9. Keutamaan Lain dari Bulan Ramadan
- Di dalamnya terdapat malam terbaik sepanjang tahun, yaitu malam-malam 10 hari terakhir, termasuk Lailatul Qadar.
- Bulan yang penuh dengan berbagai amal kebaikan: salat, puasa, membaca Al-Qur’an, dzikir, doa, sedekah, dan memberi makan orang miskin.
- Bulan yang menyatukan hati umat Islam: satu bulan, satu hilal, dan satu ibadah yang sama, di mana umat Islam saling berbagi makanan berbuka, membantu fakir miskin, dan meningkatkan akhlak seperti berkata lembut, berbuat baik, serta bersikap dermawan. Semua ini menjadi sebab meraih kamar-kamar istimewa di surga yang Allah sediakan bagi orang-orang yang beramal shalih.
10. Ramadan adalah Bulan yang Wajib Berpuasa
- Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
“Barang siapa di antara kalian hadir di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa.” (QS. Al-Baqarah: 185)
Keutamaan dan Manfaat Puasa
1. Puasa Disyariatkan dengan Banyak Hikmah dan Manfaat
- Meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
- Membersihkan dan menyucikan jiwa, serta menghilangkan kebiasaan buruk, karena puasa menyempitkan jalan-jalan setan dalam diri manusia.
- Menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap orang miskin, karena seorang yang berpuasa merasakan lapar dan haus seperti mereka.
2. Puasa adalah Ibadah yang Dimuliakan Allah dan Pahalanya Dirahasiakan
- Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis qudsi:
“Setiap amal anak Adam untuk dirinya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Jika salah seorang di antara kalian sedang berpuasa, maka janganlah berkata-kata kotor dan jangan bertengkar. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia berkata: ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa.’ Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka, dan kebahagiaan saat bertemu dengan Rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) - Dalam riwayat lain:
“Ia meninggalkan makanan, minuman, dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Setiap amal kebaikan dilipatgandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, yang Aku sendiri yang akan menentukan pahalanya.” (HR. Muslim) - Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata:
“Cukuplah keutamaan puasa dengan firman Allah: ‘Puasa itu untuk-Ku,’ sebagai bukti keutamaannya atas ibadah lainnya.”
3. Puasa adalah Salah Satu Amal yang Paling Utama
- Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata:
“Aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, perintahkan aku dengan suatu amal.’ Beliau bersabda: ‘Lakukanlah puasa, karena tidak ada yang sebanding dengannya.’” (HR. An-Nasa'i dan dinilai sahih oleh Al-Albani)
4. Puasa Menghapus Dosa dan Kesalahan
- Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim) - Dalam hadis lain:
"Fitnah seorang laki-laki dalam keluarganya, hartanya, dan tetangganya dapat dihapus dengan salat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar." (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Puasa adalah Perisai dari Api Neraka
- Rasulullah ﷺ bersabda:
"Puasa adalah perisai." (HR. Bukhari dan Muslim) - Dalam riwayat lain:
"Puasa adalah perisai dan benteng kokoh dari api neraka." (HR. Ahmad) - Hadis lain menyebutkan:
"Puasa adalah perisai yang digunakan seorang hamba untuk berlindung dari api neraka." (HR. Ahmad)
6- Di antara keutamaan puasa:
Orang yang berpuasa memperoleh berbagai bentuk penghormatan, di antaranya:
Aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi.Dalam hadis disebutkan:"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh aroma mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau kasturi."
Al-Munawi rahimahullah berkata: "Jika demikian halnya dengan perubahan aroma mulutnya, maka bagaimana dengan salat, bacaan Al-Qur'annya, dan ibadah-ibadah lainnya?"
Doa orang yang berpuasa mustajab dan tidak tertolak.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tiga doa yang tidak tertolak: doa orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa musafir." (HR. Al-Baihaqi, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami').
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa saat berbuka, dan doa orang yang terzalimi. Doanya diangkat di atas awan, pintu-pintu langit dibuka untuknya, dan Allah berfirman: 'Demi keagungan-Ku, Aku pasti menolongmu meskipun setelah beberapa waktu.'" (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan dinilai sahih oleh Al-Albani).
Dalam riwayat lain disebutkan: "dan orang yang berpuasa hingga ia berbuka."Puasa akan memberikan syafaat pada hari kiamat.
Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Puasa dan Al-Qur'an akan memberi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: 'Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makanan dan syahwatnya di siang hari, maka izinkan aku memberi syafaat untuknya.' Al-Qur’an berkata: 'Aku telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafaat untuknya.' Maka keduanya diberi izin untuk memberi syafaat." (HR. Ahmad, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami').Di surga ada pintu khusus bernama Ar-Rayyan, yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.
Dalam Shahihain dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhu, Nabi ﷺ bersabda:
"Di surga terdapat pintu yang disebut Ar-Rayyan, yang hanya akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak ada yang masuk selain mereka. Dikatakan: 'Di mana orang-orang yang berpuasa?' Maka mereka pun berdiri. Jika mereka sudah masuk, pintu itu akan ditutup, sehingga tidak ada seorang pun yang masuk melaluinya."Orang yang berpuasa akan mendapatkan kamar-kamar tinggi di surga yang telah Allah siapkan untuk mereka.
Orang yang berpuasa akan menjadi salah satu manusia yang paling bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam hadis disebutkan:
"Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya."
Ibnu Rajab rahimahullah berkata:
"Adapun kebahagiaan orang yang berpuasa ketika berbuka, itu karena jiwa manusia secara fitrah cenderung menyukai makanan, minuman, dan hal-hal yang diinginkannya. Jika seseorang ditahan dari itu semua di sebagian waktu, lalu diperbolehkan kembali, maka dia akan merasa bahagia, terutama ketika dalam kondisi sangat membutuhkannya. Adapun kebahagiaannya saat bertemu dengan Rabb-nya, adalah karena dia akan menemukan pahala puasanya yang tersimpan di sisi Allah, yang ia temukan di saat ia sangat membutuhkannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
‘Dan apa saja kebaikan yang kalian lakukan untuk diri kalian, niscaya kalian akan mendapatkannya di sisi Allah dalam keadaan yang lebih baik dan lebih besar pahalanya.’ (Al-Muzzammil: 20)
Dan firman-Nya:
‘Pada hari ketika setiap jiwa mendapati segala kebaikan yang telah dikerjakannya dihadirkan.’ (Ali 'Imran: 30)"
Khutbah Kedua
Ringkasan Hukum dan Ketentuan Puasa
Wahai kaum Muslimin, hamba-hamba Allah, berikut ini adalah ringkasan hukum-hukum puasa dalam beberapa poin:
Masalah Pertama: Makna Puasa
- Secara bahasa: Puasa berarti menahan diri.
- Secara syar'i: Puasa adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri, dan semua hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.
Masalah Kedua: Rukun Puasa
Puasa memiliki dua rukun yang tanpanya puasa tidak sah:
Menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
“Makan dan minumlah hingga jelas bagi kalian benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa hingga malam.” (Al-Baqarah: 187)Niat
Dalilnya adalah sabda Nabi ﷺ dalam Shahihain dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”- Niat harus dilakukan setiap malam sepanjang bulan Ramadan dan boleh dilakukan kapan saja di waktu malam.
- Dalilnya: Hadis Hafshah radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dinilai sahih oleh Al-Albani). - Tidak perlu mengucapkan niat secara lisan, karena siapa saja yang makan sahur dengan niat berpuasa, maka itu sudah cukup sebagai niat.
- Untuk puasa sunnah, niat bisa dilakukan kapan saja di siang hari, sebagaimana hadis Aisyah radhiyallahu ‘anha:
"Suatu hari Nabi ﷺ masuk ke rumahku dan bertanya: 'Apakah ada makanan?' Kami menjawab: 'Tidak ada.' Maka beliau bersabda: 'Jika begitu, aku berpuasa.'" (HR. Muslim).
Masalah Ketiga: Bagaimana Menentukan Awal Ramadan?
Awal Ramadan ditetapkan dengan salah satu dari dua cara:
Melihat hilal
Jika ada yang melihat hilal Ramadan, maka wajib berpuasa berdasarkan firman Allah:
"Barang siapa di antara kalian yang menyaksikan bulan (Ramadan), maka hendaklah ia berpuasa." (Al-Baqarah: 185)
Dalam Shahihain, Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Manusia mencari hilal, lalu aku memberitahu Rasulullah ﷺ bahwa aku telah melihatnya. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa.” (HR. Abu Dawud, dinilai sahih oleh Al-Albani).Menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari
Jika hilal tidak terlihat karena mendung atau kabut, maka bulan Sya’ban disempurnakan menjadi 30 hari, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Berpuasalah karena melihatnya dan berbukalah karena melihatnya. Jika kalian terhalang dari melihatnya, maka sempurnakan bilangan Sya’ban menjadi 30 hari."
- Tidak boleh menggunakan perhitungan astronomi dalam menentukan awal Ramadan.
Masalah Keempat: Siapa yang Wajib Berpuasa?
Puasa diwajibkan bagi setiap Muslim yang baligh, berakal, mampu, menetap, serta bebas dari penghalang. Berikut perincian syarat-syarat ini:
Islam adalah syarat sah dan wajibnya puasa. Jika seorang kafir berpuasa, puasanya tidak diterima hingga ia masuk Islam. Dalilnya adalah firman Allah:
"Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima nafkah-nafkah mereka kecuali karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya." (At-Taubah: 54)Akal adalah syarat wajib puasa, sehingga tidak diwajibkan atas orang gila yang tidak memiliki kesadaran hingga ia sembuh. Dalilnya adalah sabda Rasulullah ﷺ:
"Pena (pencatatan amal) diangkat dari tiga orang: dari orang gila hingga ia sadar, dari anak kecil hingga ia baligh, dan dari orang yang tidur hingga ia bangun."Baligh adalah syarat wajib puasa. Anak kecil tidak wajib berpuasa, tetapi disunnahkan bagi walinya untuk membiasakannya jika ia mampu.
- Sebagian ulama mengqiyaskan dengan shalat, yaitu anak diperintahkan berpuasa sejak usia tujuh tahun dan boleh dipukul jika meninggalkannya saat berusia sepuluh tahun.
- Baligh ditandai dengan tiga hal: ihtilam (mimpi basah), tumbuh rambut kemaluan, atau mencapai usia 14 tahun. Wanita memiliki tanda tambahan, yaitu haid.
Mampu berpuasa adalah syarat wajibnya.
- Orang yang tidak mampu, seperti lansia, wanita hamil, ibu menyusui, serta orang sakit (baik yang bisa sembuh atau tidak), tidak wajib berpuasa.
- Orang sakit memiliki tiga kondisi:
a) Jika puasa membahayakannya, wajib berbuka dan menggantinya di lain hari.
b) Jika puasa menyulitkan tetapi tidak berbahaya, boleh berbuka dan menggantinya.
c) Jika puasa tidak menyulitkan atau membahayakan, maka ia wajib berpuasa.
Mukim (tidak dalam perjalanan) adalah syarat wajib puasa. Musafir yang menempuh perjalanan yang membolehkannya mengqashar shalat, boleh berbuka.
Wanita tidak dalam keadaan haid atau nifas.
Masalah Kelima: Kategori Orang yang Berpuasa
Orang yang wajib berpuasa dan haram berbuka:
- Mereka yang memenuhi keenam syarat di atas.
- Jika mereka berbuka dengan sengaja, mengetahui hukumnya, dan sadar, mereka berdosa besar, kecuali jika mengingkari wajibnya puasa.
Orang yang wajib berbuka dan haram berpuasa:
- Wanita yang sedang haid atau nifas.
- Mereka wajib mengqadha puasanya setelah Ramadan. Dalilnya adalah perkataan Aisyah radhiyallahu ‘anha:
"Kami mengalami haid di masa Rasulullah ﷺ, lalu kami diperintahkan mengqadha puasa tetapi tidak diperintahkan mengqadha shalat."
Orang yang boleh berbuka tetapi wajib mengqadha:
- Musafir dan orang sakit yang bisa sembuh.
- Dalilnya adalah firman Allah:
"Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan, maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan di hari-hari lain." (Al-Baqarah: 185) - Termasuk juga wanita hamil dan menyusui jika khawatir terhadap diri atau bayinya.
Orang yang boleh berbuka dan wajib membayar fidyah:
- Lansia, orang sakit yang tidak bisa sembuh, serta wanita hamil dan menyusui jika mereka tidak mampu mengganti puasa.
- Dalilnya adalah firman Allah:
"Dan bagi orang-orang yang mampu berpuasa tetapi dengan kesulitan, mereka wajib membayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin." (Al-Baqarah: 184) - Ibnu Abbas berkata:
_"Ayat ini tidak mansukh (dihapus), tetapi berlaku bagi orang tua yang tidak mampu berpuasa."
"Wanita hamil dan menyusui, jika khawatir terhadap anak-anak mereka, boleh berbuka dan wajib membayar fidyah." (HR. Abu Dawud) - Fidyah yang harus dibayarkan adalah memberi makan satu orang miskin per hari, sebanyak 1,5 kg makanan pokok seperti beras atau tepung.
Masalah Keenam: Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
1. Hal yang membatalkan puasa dan wajib mengqadha:
- Makan dan minum dengan sengaja. Jika lupa, puasanya tetap sah.
"Barangsiapa lupa lalu makan atau minum, hendaklah ia menyempurnakan puasanya, karena Allah yang memberi makan dan minum kepadanya." (HR. Bukhari & Muslim) - Muntah dengan sengaja. Jika tidak sengaja, puasanya tetap sah.
"Barangsiapa yang muntah dengan tidak sengaja, maka tidak ada qadha baginya. Namun, barangsiapa yang sengaja muntah, maka wajib mengqadha." - Haid dan nifas. Jika terjadi meskipun sesaat sebelum berbuka, puasanya batal dan harus diqadha.
- Istimna' (mengeluarkan mani dengan sengaja), baik dengan tangan, menyentuh, mencium, atau terus-menerus melihat sesuatu yang membangkitkan syahwat.
- Ragu-ragu dalam niat puasa. Jika seseorang berniat membatalkan puasa dengan sengaja, puasanya batal meskipun belum makan.
2. Hal yang membatalkan puasa dan wajib mengqadha serta kafarat:
- Jima’ (berhubungan suami-istri) di siang hari Ramadan.
- Jika dilakukan dengan sengaja, maka harus mengqadha dan membayar kafarat:
- Membebaskan budak, jika tidak mampu
- Puasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu
- Memberi makan 60 orang miskin.
- Urutan ini tidak boleh diubah, harus dilakukan secara bertahap.
Masalah Ketujuh: Adab dan Sunnah Puasa
1- Makan sahur dan mengakhirkannya. Nabi ﷺ bersabda:
"Makanlah sahur, karena di dalam sahur terdapat keberkahan." (HR. Bukhari & Muslim).
Beliau juga bersabda: "Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur."
- Dianjurkan untuk mengakhirkan sahur. Nabi ﷺ bersabda: "Umatku akan tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur."
- Sahur dapat dilakukan dengan makanan apa pun, bahkan hanya dengan beberapa teguk air. Nabi ﷺ bersabda: "Sahur itu penuh berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya, walaupun hanya dengan meminum seteguk air. Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang bersahur."
2- Menyegerakan berbuka setelah matahari terbenam, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Umat manusia akan tetap berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari). Dalam riwayat lain disebutkan: "Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘Hamba-Ku yang paling Aku cintai adalah yang paling cepat dalam berbuka.’"
3- Berbuka dengan kurma segar, jika tidak ada maka dengan kurma kering, dan jika tidak ada maka dengan air.
Diriwayatkan dari Anas رضي الله عنه: "Nabi ﷺ biasa berbuka sebelum shalat dengan kurma segar, jika tidak ada maka dengan kurma kering, dan jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air." (HR. Tirmidzi, dinilai sahih oleh Al-Albani).
4- Berdoa saat berpuasa, terutama ketika berbuka, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa, pada saat berbukanya ada doa yang tidak akan ditolak." (HR. Ibnu Majah).
- Doa yang diajarkan Nabi ﷺ saat berbuka:
"Telah hilang dahaga, urat-urat telah basah, dan telah tetap pahala, insya Allah." (HR. Abu Dawud). - Doa yang diriwayatkan dari para sahabat:
"Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan rezeki-Mu aku berbuka." - Jika berbuka di rumah orang lain, dianjurkan mendoakan tuan rumah dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ:
"Semoga orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, semoga orang-orang yang baik memakan makanan kalian, dan semoga para malaikat mendoakan kalian." (HR. Abu Dawud, dinilai sahih oleh Al-Albani).
5- Menjaga diri dari perbuatan dan perkataan yang merusak puasanya, serta menjauhi ucapan kotor dan keributan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ: "Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dosa, dan kebodohan, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Bukhari). Dan sabda beliau ﷺ: "Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan berteriak-teriak." (HR. Bukhari & Muslim).
6- Mengucapkan "Saya sedang berpuasa" kepada orang yang mencaci atau memusuhinya. Ini berdasarkan sabda Nabi ﷺ: "Jika salah seorang di antara kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan: ‘Saya sedang berpuasa, saya sedang berpuasa.’" (HR. Bukhari & Muslim). Para ulama menjelaskan bahwa pengucapan pertama untuk mengingatkan dirinya sendiri, sedangkan yang kedua untuk mengingatkan lawannya.
7- Bersikap dermawan, memberi makan kepada orang miskin, dan menyediakan makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Nabi ﷺ bersabda: "Barang siapa yang memberi makan kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun." (HR. Tirmidzi). Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma berkata: "Rasulullah ﷺ adalah manusia yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan ketika bertemu dengan Jibril. Jibril menemuinya setiap malam di bulan Ramadan untuk mengajarkan Al-Qur'an kepadanya. Sungguh, Rasulullah ﷺ lebih dermawan dalam kebaikan dibandingkan angin yang berhembus." (HR. Bukhari & Muslim).
8- Memperbanyak amal saleh sebagai bentuk pemanfaatan keberkahan dan kemuliaan waktu di bulan Ramadan, serta karena pahala dan kebaikan dilipatgandakan pada bulan ini.
Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menerima puasa kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang dibebaskan dari neraka.
Barakallahu fikum ustadz mohon teks ayat dan hadits disertakan.. jazakumullahu khoiran
BalasHapus