Selasa, 25 Februari 2025

KEUTAMAAN PUASA DIBANDINGKAN DENGAN AMALAN LAINNYA



 Keutamaan Puasa Dibandingkan dengan Amalan Lain


Segala puji bagi Allah, cahaya yang menerangi dan memperindah hati para wali dan syuhada. Dia memuliakan mereka dengan perlindungan-Nya yang penuh kasih, sehingga mereka merasakan ketenangan dalam naungan-Nya dan merindukan kedekatan dengan-Nya. Maka mereka bersungguh-sungguh dalam ketaatan kepada-Nya, berlomba-lomba dalam ibadah, dan bergegas menuju ampunan-Nya.

Dia memberi petunjuk kepada orang-orang yang beriman dengan rahmat dan anugerah-Nya. 

Barang siapa yang Dia kehendaki untuk mendapatkan petunjuk, maka Dia mudahkan jalannya menuju ketaatan dan mendekatkannya dengan rahmat-Nya.

 Namun, barang siapa yang Dia kehendaki untuk tersesat, maka Dia membiarkan hatinya tertutup dari kebaikan, sehingga ia terjerumus dalam kesesatan dan kekufuran.

Maka beruntunglah orang yang diberi petunjuk dan mengikuti jalan-Nya, serta celakalah orang yang tersesat dari jalan-Nya. 

Aku memuji-Nya atas segala karunia-Nya dan bersyukur atas segala kebaikan-Nya yang tak terhitung jumlahnya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Dia Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bersaksi dengan syahadat ini akan memperoleh pahala, tambahan, dan pengangkatan derajat. Juga akan menyelamatkan dari api neraka yang menyala-nyala. 

Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, pemberi petunjuk menuju kebahagiaan. Dengan kehadiran beliau, cahaya iman ditegakkan, tiang-tiang agama dikuatkan, dan syariatnya menjadi penjelas yang gamblang bagi umat manusia. 

Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau dan para sahabatnya yang setia.

Allah berfirman:


"Makan dan minumlah dengan nikmat sebagai balasan atas apa yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu." (QS. Al-Haqqah: 24)


Dikatakan bahwa ayat ini turun mengenai orang-orang yang berpuasa. Dan ini karena di hari kiamat, manusia mencapai tingkat kelelahan akibat kebohongan dan perbuatan zalim mereka, sedangkan orang-orang yang berpuasa tidak merasakan kehausan dan kelaparan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi ﷺ bersabda:


"Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan kebaikannya sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, karena puasa adalah untuk-Ku, dan Aku yang akan memberikan pahalanya.’ Puasa adalah perisai, maka apabila seseorang sedang berpuasa, hendaknya ia tidak berkata kotor dan tidak bertengkar. Jika seseorang mencelanya atau mengajaknya bertengkar, hendaklah ia mengatakan: ‘Aku sedang berpuasa.’" (HR. Bukhari & Muslim)

Hadis ini menunjukkan keutamaan puasa dibandingkan dengan amalan lainnya. Karena amalan lain memiliki batasan pahala, sedangkan puasa adalah untuk Allah, dan Dia sendiri yang akan memberikan balasan yang tak terhingga.

Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:


"Puasa adalah separuh kesabaran." (HR. Tirmidzi)

Kesabaran ada tiga jenis:

  1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah.
  2. Sabar dalam menjauhi larangan Allah.
  3. Sabar dalam menghadapi takdir Allah yang menyakitkan.

Ketiga jenis kesabaran ini berkumpul dalam ibadah puasa, karena di dalamnya terdapat kesabaran dalam menaati perintah Allah, menjauhi hal-hal yang diharamkan, dan bersabar terhadap rasa lapar serta dahaga.

Allah mengharamkan bagi orang yang berpuasa segala syahwat yang diharamkan, dan ia bersabar menahan rasa lapar, haus, dan kesusahan yang dihadapi oleh jiwa serta nafsu. 

Ini termasuk dalam kesabaran terhadap ketaatan kepada Allah, karena kesabaran dalam melakukan ketaatan merupakan tingkatan yang sangat tinggi.

Dijelaskan dalam hadits sahih bahwa Nabi ﷺ bersabda:
"Puasa adalah separuh dari kesabaran, dan kesabaran itu adalah cahaya."

Kemudian disebutkan pula bahwa amal kebaikan dapat dilipatgandakan pahalanya karena beberapa sebab, di antaranya:

Keutamaan tempat dilakukannya amal

Seperti kemuliaan tanah haram, sehingga salat di Masjidil Haram memiliki pahala yang jauh lebih besar dibanding masjid lainnya. 

Begitu juga puasa yang dilakukan di Makkah memiliki keutamaan yang besar, sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari Ibnu Abbas bahwa siapa yang berpuasa di Makkah, maka Allah mencatatnya sebagai pahala seratus ribu kali puasa di tempat lain.

Dalam hadits disebutkan:

"Salat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik daripada seribu salat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram."

Keutamaan waktu

Seperti puasa di bulan Ramadan, di mana amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Salman al-Farisi meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan."

Dalam hadits sahih lainnya dari Nabi ﷺ, disebutkan bahwa :

"Umrah di bulan Ramadan setara dengan ibadah haji."

Ibnu Abi Mulaikah meriwayatkan dari sebagian sahabat Nabi ﷺ bahwa mereka biasa berkata ketika bulan Ramadan tiba:

"Ini adalah bulan kebaikan."

Jika datang bulan Ramadan, maka bersedekahlah di dalamnya, karena sedekah di dalamnya seperti sedekah di jalan Allah, dan satu kebaikan di dalamnya lebih baik dari seribu kebaikan di bulan lain.

Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda:

 "Puasa satu hari di bulan Ramadan lebih utama dari seribu hari lainnya. Tasbih di dalamnya lebih utama dari seribu tasbih. Dan satu rakaat di dalamnya lebih utama dari seribu rakaat."

Ketika pahala puasa dilipatgandakan dibandingkan pahala amal lainnya, maka pahala puasa Ramadan dilipatgandakan dibanding puasa lain sepanjang zaman. Lebih dari itu, puasa adalah satu-satunya ibadah yang Allah sendiri menetapkan balasannya dan menjadikannya sebagai salah satu rukun Islam yang Islam dibangun di atasnya.

Pahala amal juga dilipatgandakan dengan sebab lain:
Salah satunya adalah bahwa amal tersebut dilakukan untuk Allah, yang mencatatnya, memberkahi, dan melipatgandakannya. Seperti yang telah disebutkan, umat ini diberi pahala yang lebih besar dibanding umat sebelumnya dan diberikan pahala dua kali lipat.

Dalam hadis riwayat Bukhari:

 "Setiap amal anak Adam adalah kafarah (penghapus dosa), kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya." 

Dalam riwayat Ahmad dan selainnya disebutkan: 

"Setiap amal anak Adam adalah kafarah, kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya."

Maka berdasarkan riwayat kedua, pengecualian puasa dari amal lainnya berarti bahwa puasa memiliki balasan khusus yang hanya Allah yang mengetahuinya, berbeda dari amal lainnya.

Sebagaimana dikatakan oleh Sufyan bin Uyaynah: 

"Di antara hadis yang paling kuat adalah hadis ini. Jika pada hari kiamat Allah menghisab hamba-hamba-Nya, dan menuntut mereka atas kezhaliman yang mereka lakukan, tidak ada yang tersisa kecuali puasa. Maka Allah akan menyempurnakan balasan hamba-Nya dengan puasa dan memasukkannya ke dalam surga." Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi.

Maka pahala puasa itu menjadi simpanan bagi pelakunya di sisi Allah Ta'ala. Maka tidak ada jalan untuk mengambil pahala puasa kecuali dengan menerima secara langsung pahala dari puasa itu, karena ia adalah bagian dari pandangan ini.

Saudara-saudaraku, panjangnya harapan bagi orang-orang yang tinggi cita-citanya, dan rasa takut mereka kepada Allah menjadikan mereka meninggalkan dunia yang fana, dan mereka berpaling ke arah yang lebih tinggi. Maka diri mereka pun menjadi tinggi dan unggul. 

Allah berfirman tentang mereka:

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam." (QS. Adz-Dzariyat: 17)

Mereka sedikit tidur di waktu malam karena takut kepada Allah. Mereka menangis di malam hari karena takut kepada-Nya dan meninggalkan keharaman karena takut kepada-Nya.

Mereka adalah orang-orang yang senantiasa menangis karena takut kepada Allah dan memahami amal perbuatan yang paling baik. Mereka adalah orang-orang yang jika diminta, mereka segera menjawab panggilan. Mereka memahami dengan baik tuntutan dan amal yang dibebankan kepada mereka.

Mereka melakukan puasa di siang hari dan shalat di malam hari. Mereka melakukan qiyamul lail dengan penuh khusyuk karena takut kepada Allah. Mereka menghabiskan malam dengan menangis dan merendahkan diri. Mereka mengendalikan syahwat mereka dengan berpuasa dan menundukkan jasad mereka dengan banyak ibadah.

Allah berfirman tentang mereka dalam ayat-Nya:

"Dan mereka yang memohon ampunan di waktu sahur." (QS. Ali Imran: 17)

Adapun orang-orang yang lalai, mereka dikuasai oleh rasa kantuk dan tidur. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam kelalaian dan telah melupakan perjanjian mereka dengan Allah.

Mereka meninggalkan dunia yang fana dan memilih kehidupan yang lebih tinggi. Mereka mendengar ayat-ayat yang menyebutkan kenikmatan yang tinggi, maka mereka pun mengingatnya, lalu jiwa mereka menjadi mulia dan unggul.

Dari dunia mereka pergi, meninggalkan rumah-rumah dan berkumpul seperti kawanan burung yang berpindah tempat. Mereka bergegas menuju pertarungan yang menentukan, dengan keyakinan bahwa surga itu tinggi, dan kepada mereka dikatakan:

 “Wahai orang-orang yang menuntutnya, sungguh ia mulia.” Sebab telah dikatakan kepada mereka di negeri abadi: “Tinggallah di dalamnya dengan damai dan aman sebagaimana keadaan para leluhur sebelumnya.”

Syair:

Bangunlah seperti malam yang berlalu dan padamkan dahaganya,
Kembalilah kepadanya di dalam surga dengan kegembiraan.
Dan katakan kepada keagungan pemaafan agar tidak terputus,
Aku adalah orang yang bersalah, wahai harapan orang-orang yang berbuat baik.
Maka jika engkau mengampuniku, engkau telah memberi kebahagiaan pada jiwaku,
Atau jika engkau menghukumku, aku berada dalam penderitaan.
Seseorang yang tetap berada di pintunya akan bertarung,
Agar kembali pemilik keutamaan yang sempurna.
Kasih sayang Ilahi yang sempurna akan turun,
Bagi siapa pun yang bertobat dari kesalahannya dan menerima petunjuk.

Fasal

Allah Ta’ala berfirman: "Mereka memiliki derajat di sisi Allah dan ampunan serta rezeki yang mulia."

Dan Allah Ta’ala berfirman: 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman memiliki derajat yang tinggi di sisi Tuhan mereka dan ampunan serta rezeki yang mulia."

Diriwayatkan dalam hadis sahih dari ‘Ubadah bin Shamit, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya di dalam surga terdapat seratus derajat yang Allah sediakan bagi para mujahidin di jalan-Nya. Jarak antara setiap derajat seperti jarak antara langit dan bumi. Maka apabila kalian memohon kepada Allah, mintalah firdaus, karena ia adalah surga yang tertinggi, bagian tengah surga, dan di atasnya terdapat Arsy Tuhan Yang Maha Pengasih, dan darinya mengalir sungai-sungai surga."

Nabi ﷺ bersabda: 

"Sesungguhnya di surga terdapat seratus derajat yang Allah siapkan bagi para mujahid di jalan-Nya. Jarak antara setiap dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi. Jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah Firdaus, karena ia adalah surga yang tertinggi, bagian tengah surga, dan atapnya adalah Arsy Allah Yang Maha Pengasih. Dari sana pula sungai-sungai surga mengalir." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Dalam Musnad dari Abu Sa’id Al-Khudri, Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Sesungguhnya di surga ada seratus derajat. Seandainya seluruh manusia berkumpul dalam satu derajat saja, tentu mereka akan merasa sempit."

Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Sesungguhnya ahli surga akan melihat penduduk kamar-kamar (derajat yang lebih tinggi) sebagaimana kalian melihat bintang bercahaya yang berada di ufuk timur atau barat karena perbedaan derajat mereka." Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah itu derajat para nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka?" Rasulullah ﷺ menjawab: "Tidak. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya! Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul-Nya."

Diriwayatkan bahwa Nabi Daud pernah berdoa:

  "Ya Allah, siapa yang akan melindungiku dari fitnah salat?" Maka Allah mewahyukan kepadanya: "Wahai Daud, sesungguhnya Aku mewajibkan salat kepada hamba-hamba-Ku, dan Aku menjadikannya sebagai cahaya bagi mereka di dunia, serta sebagai penyelamat dari kegelapan di akhirat."

Dikatakan bahwa perumpamaan ahli surga di dunia adalah seperti bintang yang ada di langit. Sungai-sungai mereka tidak kering, dan buah-buahan mereka tidak berubah.

Syair:


"Malam berlalu sementara wajahmu tetap dalam kebatilan,
Engkau berlelah payah dalam kebatilan,
Namun saat kau membalas dengan kebaikan, maka jerih payahmu tidak sia-sia."

Sesungguhnya hanya kesedihan dan kesusahan yang tumbuh di atas kendaraan harapan tinggi dan angan-angan panjang.

Sebagian mereka berkata: Seseorang melihat seorang lelaki di surga menangis. Maka ia ditanya tentang penyebabnya, lalu ia berkata: "Aku hanya memiliki satu jiwa, tetapi aku berharap dapat mengorbankannya di jalan Allah berkali-kali."

Dikisahkan tentang suatu kaum yang berperang di jalan Allah. Ketika mereka mengalahkan musuh dan kembali, salah satu dari mereka melihat istrinya telah turun dari langit, dan ia ingin menikmati kebersamaannya. Namun, di saat ia hendak mendekatinya, ia teringat tentang jihad dan bertanya, "Apakah ada lagi pertempuran?" Maka dikatakan kepadanya, "Ya, ada." Maka ia kembali bertempur dan terbunuh. Ternyata wanita itu adalah miliknya, tetapi ia tetap lebih memilih perjuangan yang panjang, kesedihan, dan rasa kehilangan.

Seperti kisah seorang yang membunuh jiwanya sendiri. Jika ia melewati malam dalam kemaksiatan, maka esoknya ia bangun dalam keadaan gelisah dan menangis atas dosa-dosanya. Dikatakan kepadanya: "Jika api neraka disebutkan, engkau menangis. Maka mengapa engkau tidak berhenti dari dosamu?"

Lalu Dawud At-Tha'i berkata kepada dirinya sendiri: "Wasiatkan kepadaku!" Maka ia menjawab: "Jauhilah dunia dan anggaplah kematian selalu mendekatimu. Kasihanilah manusia dan jauhilah tempat tidur singamu!"

Syair:


Engkau bahagia dengan nikmat dunia dan tidak mengingat Hari Kiamat.
Tiada gunanya nasihat dan peringatan bagimu.
Bekal perjalananmu semakin berkurang, sedangkan engkau semakin bertambah lalai.
Tidakkah engkau sadar bahwa engkau adalah orang yang tertipu?
Sungguh, engkau seperti orang yang tertidur nyenyak, dan kelalaiannya semakin bertambah.
Seolah-olah mereka menambah bekal, sedangkan engkau semakin kehabisan bekal!

*"Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang dengannya Engkau membimbing orang-orang yang taat, sehingga mereka bangkit untuk menaati-Mu, dan Engkau anugerahkan kepada orang-orang yang bermaksiat setelah mereka sadar.

Ya Allah, satukan hati kami dengan keindahan perhatian-Mu, hidupkan mereka dengan kelembutan dan perlindungan-Mu, dan jangan jadikan kematian kami sebagai hukuman atas dosa-dosa kami serta hilangnya kemuliaan-Mu.

Ya Allah, jadikan kami termasuk orang-orang yang memperoleh manfaat dari kitab-Mu, terangilah hati kami dengan cahayanya, serta ampunilah kami, kedua orang tua kami, seluruh kaum muslimin yang masih hidup maupun yang telah wafat, dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dari semua yang pengasih."*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar