Bulan Sya'ban: Antara Kelalaian dan Kepedulian
Mengapa nasihat ini diberikan?
- Untuk menjelaskan keadaan Nabi ﷺ di bulan Sya'ban sebagai teladan yang harus diikuti.
- Untuk menjelaskan rahasia kepedulian terhadap bulan Sya'ban dan memperingatkan dari kelalaian.
- Untuk mengingatkan keutamaan amal saleh di bulan ini, karena bulan ini merupakan penutup amal setahun yang diangkat kepada Allah Ta'ala.
- Untuk menjelaskan amalan-amalan yang dianjurkan di bulan ini.
- Untuk meneladani generasi salaf yang saleh dan mendapatkan pahala serta ganjaran.
Pendahuluan:
Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya, dan siapa saja yang mengikutinya.
Sesungguhnya di antara nikmat besar yang Allah Ta'ala berikan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman adalah Dia menyediakan bagi mereka sebab-sebab untuk meraih keridhaan-Nya dan memperbanyak amal saleh. Hal ini terjadi melalui berbagai musim kebaikan yang penuh berkah, di mana seorang hamba dapat semakin dekat kepada-Nya dan memperoleh derajat yang lebih tinggi. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani dari Muhammad bin Maslamah Al-Anshari:
"Sesungguhnya Tuhan kalian memiliki hembusan-hembusan rahmat dalam hari-hari kehidupan kalian, maka manfaatkanlah hembusan tersebut. Semoga salah seorang di antara kalian mendapatkan hembusan itu sehingga dia tidak akan sengsara selamanya."
(Al-Mu’jam Al-Kabir, no. 519, dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 1890)
Di antara musim kebaikan yang dinantikan oleh orang-orang beriman adalah bulan Sya'ban. Ini adalah bulan para pembaca Al-Qur’an, bulan di mana amal perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, serta bulan persiapan menuju Ramadhan.
Ketika kita merenungkan keadaan Nabi ﷺ saat memasuki bulan Sya'ban, kita akan mendapati bahwa beliau memberikan perhatian khusus terhadap bulan ini yang tidak beliau berikan kepada bulan-bulan lainnya. Diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa'i dari Usamah bin Zaid رضي الله عنه, ia berkata:
"Aku berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau berpuasa di bulan lain sebanyak di bulan Sya'ban?" Beliau menjawab: 'Itu adalah bulan yang banyak dilupakan oleh manusia, antara Rajab dan Ramadhan. Bulan ini adalah bulan diangkatnya amal perbuatan kepada Allah Rabb semesta alam, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa’.”
Padahal puasa adalah ibadah yang tersembunyi dan tidak mudah diketahui oleh orang lain. Namun karena Rasulullah ﷺ sangat sering berpuasa di bulan ini, para sahabat pun memperhatikannya.
Mengapa perhatian terhadap bulan Sya'ban begitu penting?
1. Karena bulan ini adalah bulan kelalaian bagi banyak orang
Sebagaimana disebutkan dalam hadits: "Itu adalah bulan yang banyak dilupakan oleh manusia antara Rajab dan Ramadhan."
Banyak orang yang mengagungkan bulan Rajab karena kedudukannya sebagai salah satu bulan haram, dan mereka juga sangat memperhatikan bulan Ramadhan karena keutamaannya yang besar. Akibatnya, bulan Sya'ban justru terabaikan. Jika kita perhatikan, banyak orang yang menggunakan bulan ini untuk menyelesaikan urusan duniawi mereka agar bisa fokus pada bulan Ramadhan. Dengan demikian, bulan Sya'ban berubah menjadi bulan yang hanya dihabiskan untuk urusan dunia, dan inilah bentuk kelalaian.
Namun, seorang mukmin sejati akan memanfaatkan bulan Sya'ban untuk menghindari kelalaian ini dengan memperbanyak ibadah dan ketaatan. Jika orang lain lalai, ia tetap tekun beribadah. Jika orang lain tidur, ia bangun untuk shalat malam. Jika orang lain tidak berpuasa, ia memilih untuk berpuasa.
Dengan melakukan ini, ia akan mendapatkan kecintaan Allah. Dalam hadits tentang tiga golongan yang dicintai Allah, Nabi ﷺ bersabda:
*"Tiga golongan yang dicintai Allah:
- Seseorang yang datang kepada suatu kaum dan meminta bantuan kepada mereka karena Allah, tetapi mereka menolaknya. Lalu seseorang dari mereka diam-diam memberinya tanpa diketahui orang lain, maka Allah mencintainya.
- Sekelompok orang yang berjalan semalaman, hingga ketika tidur menjadi sesuatu yang paling mereka sukai, mereka pun berhenti dan merebahkan kepala mereka. Namun, salah seorang dari mereka bangun untuk bermunajat kepada-Ku dan membaca ayat-ayat-Ku.
- Seorang pria yang ikut serta dalam sebuah ekspedisi perang. Ketika pasukan bertemu musuh, mereka pun mundur. Namun, ia tetap maju hingga terbunuh atau meraih kemenangan.”*
(HR. At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ahmad)
Jika kita perhatikan, ada satu sifat yang menghubungkan tiga golongan yang dicintai Allah ini, yaitu mereka tetap beribadah dengan penuh ketulusan di saat orang lain lalai.
Keutamaan beramal di saat orang lain lalai
Selain mendapatkan kecintaan Allah, seseorang yang beribadah di waktu kelalaian juga akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Nabi ﷺ bersabda:
"Akan datang setelah kalian hari-hari di mana bersabar dalam ketaatan seperti menggenggam bara api. Pada hari-hari itu, seorang yang beramal akan mendapatkan pahala seperti lima puluh orang yang melakukan amalan serupa dengan kalian (para sahabat)."
Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah maksudnya pahala lima puluh dari kami atau dari mereka?"
Beliau menjawab: "Bahkan lima puluh dari kalian, karena kalian mendapatkan banyak penolong dalam melakukan kebaikan, sedangkan mereka tidak."
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah)
Hadits ini menunjukkan bahwa beramal saleh dalam masa kelalaian dan fitnah memiliki nilai yang lebih besar di sisi Allah Ta'ala. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan bulan Sya'ban ini untuk memperbanyak ibadah dan persiapan menuju Ramadhan.
Bulan Sya'ban: Antara Kelalaian dan Kepedulian (Bagian 2)
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Nabi ﷺ bersabda:
"Islam bermula dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana ia bermula, maka beruntunglah orang-orang yang asing."
Lalu ditanyakan kepada beliau: "Wahai Rasulullah, siapakah orang-orang asing itu?"
Beliau menjawab: "Mereka yang tetap berbuat kebaikan ketika manusia telah rusak."
Pahala Berlipat bagi Orang yang Beramal di Saat Kelalaian
Perhatikanlah bagaimana amalan-amalan tertentu memiliki pahala yang besar karena dilakukan di saat kebanyakan orang lalai:
- Shalat Subuh berjamaah memiliki keutamaan yang luar biasa karena dilakukan di waktu banyak orang masih terlelap.
- Shalat malam, dua rakaat dhuha, serta dzikir di pasar (tempat yang penuh kelalaian karena sibuk dengan jual beli) juga termasuk amalan yang dicatat dengan pahala besar.
Alasan Kedua: Bulan Sya'ban adalah Waktu Tahunan Diangkatnya Amal kepada Allah
Rasulullah ﷺ bersabda:
"… bulan ini adalah bulan diangkatnya amal kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa."
Pengangkatan amal kepada Allah terjadi dalam tiga bentuk:
Pengangkatan harian:
- Amal manusia diangkat kepada Allah setiap hari, siang dan malam.
- Rasulullah ﷺ bersabda:
"Allah tidak tidur, dan tidak layak bagi-Nya untuk tidur. Dia menurunkan dan mengangkat timbangan (amal). Amal malam diangkat sebelum amal siang, dan amal siang sebelum amal malam."
(Shahih Muslim, dari Abu Musa Al-Asy’ari)
Pengangkatan mingguan (setiap Senin dan Kamis):
- Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Amal manusia diperlihatkan kepada Allah setiap Senin dan Kamis, lalu Allah mengampuni setiap hamba yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, kecuali orang yang bermusuhan dengan saudaranya. Maka Allah berfirman: 'Tangguhkan keduanya hingga mereka berdamai.'" - Dalam riwayat At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Amal diperlihatkan kepada Allah setiap Senin dan Kamis, dan aku ingin amalanku diperlihatkan dalam keadaan aku sedang berpuasa."
- Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
Pengangkatan tahunan (di bulan Sya'ban):
- Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Bulan ini adalah bulan diangkatnya amal kepada Rabb semesta alam."
- Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
Karena itu, bulan Sya'ban adalah bulan pengangkatan amal selama setahun penuh.
Mengapa Rasulullah ﷺ Memilih Puasa dalam Pengangkatan Amal?
- Puasa membangunkan anggota tubuh dari kelalaian, sehingga amal yang diangkat dalam keadaan terbaik.
- Puasa adalah ibadah yang terus berlangsung sepanjang hari, sehingga kapan pun amal diangkat, seseorang masih dalam keadaan beribadah.
- Puasa mendorong ibadah lainnya, seperti bangun sahur, shalat malam, shalat subuh tepat waktu, dan banyak dzikir.
Alasan Ketiga: Bulan Sya'ban adalah Bulan Ampunan
Dalam Sunan Ibnu Majah, dari Abu Musa Al-Asy’ari رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah melihat kepada makhluk-Nya pada malam nisfu Sya'ban, lalu Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali orang yang musyrik atau yang bermusuhan dengan saudaranya."
Jika seseorang mendapatkan ampunan di bulan Sya'ban, ia akan memasuki Ramadhan dengan hati yang bersih dan siap untuk meraih keberkahan yang lebih besar.
Alasan Keempat: Bulan Sya'ban adalah Persiapan Menuju Ramadhan
Sya'ban adalah masa pemanasan bagi Ramadhan.
Sya'ban adalah bulan penyucian hati, sebagaimana dikatakan oleh salah seorang ulama salaf:
"Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya'ban adalah bulan menyiram, dan bulan Ramadhan adalah bulan panen."
Diriwayatkan bahwa beberapa orang saleh ketika memasuki bulan Sya'ban, mereka menutup toko mereka sebagai persiapan untuk Ramadhan.
Amalan yang Dianjurkan di Bulan Sya'ban
Membersihkan hati dari kebencian dan permusuhan
Allah berfirman:
{إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى ٱلسَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ}
(Artinya: "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang yang memiliki hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.")
(Q.S. Qaf: 37)Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Jika ia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah hati."
Ibnu Rajab رحمه الله berkata:
"Jika hati seseorang baik, maka seluruh anggota tubuhnya akan baik. Ia akan mencukupkan diri dengan yang halal dan menjauhi yang haram. Namun jika hatinya rusak, maka rusaklah semua amalannya."
Memperbanyak puasa
Puasa di bulan Sya'ban adalah sunnah dan termasuk ibadah yang sangat dianjurkan karena meneladani Rasulullah ﷺ.
Sebagaimana dalam hadits:
"Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa dalam bulan lain sebanyak di bulan Sya'ban."
(Shahih Bukhari dan Muslim)
Keutamaan Bulan Sya'ban dan Amalan yang Dianjurkan
Dalam Shahih Bukhari, Aisyah رضي الله عنها berkata:
"Rasulullah ﷺ berpuasa hingga kami berkata: Beliau tidak akan berbuka. Dan beliau berbuka hingga kami berkata: Beliau tidak akan berpuasa. Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dalam sebulan selain di bulan Sya'ban."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Beliau berpuasa Sya'ban seluruhnya," dan dalam riwayat lain: "Beliau berpuasa Sya'ban kecuali sedikit."
Para ulama menjelaskan bahwa perbedaan riwayat ini menunjukkan bahwa Nabi ﷺ kadang berpuasa hampir seluruh Sya'ban di satu tahun, dan di tahun lain mungkin sedikit menguranginya.
Mengapa Dianjurkan Memperbanyak Puasa di Bulan Sya'ban?
- Puasa adalah salah satu amalan terbaik yang melipatgandakan pahala dan kebaikan.
- Setiap hari yang dijalani dengan puasa memperbesar peluang seseorang untuk selamat dari api neraka.
- Puasa Sya'ban ibarat sunnah qabliyah (pendahuluan) sebelum memasuki kewajiban puasa Ramadhan.
- Puasa adalah bukti kecintaan kepada Allah dan usaha mendekatkan diri kepada-Nya.
- Bulan Sya'ban menjadi kesempatan bagi yang memiliki utang puasa Ramadhan sebelumnya untuk mengqadha.
- Puasa di Sya'ban membantu tubuh dan jiwa terbiasa dengan ibadah puasa, sehingga ketika Ramadhan tiba, seseorang bisa menjalani ibadah dengan semangat dan kekhusyukan.
Sebaliknya, orang yang tidak berlatih puasa sebelum Ramadhan sering kali merasakan kesulitan pada hari-hari pertama Ramadhan.
Hukum Berpuasa Setelah Pertengahan Sya'ban
Para ulama menyebutkan beberapa ketentuan tentang puasa di akhir bulan Sya'ban:
Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa (misalnya puasa Senin-Kamis atau puasa Daud), maka ia boleh terus berpuasa hingga akhir Sya'ban, bahkan sehari sebelum Ramadhan.
Jika seseorang telah berpuasa sejak awal Sya'ban, ia boleh melanjutkan puasanya hingga akhir.
Namun, jika seseorang baru mulai berpuasa setelah pertengahan Sya'ban, maka ia hanya boleh berpuasa hingga beberapa hari sebelum Ramadhan dan tidak boleh berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan.
Dilarang berpuasa pada hari syak (hari yang diragukan apakah sudah masuk Ramadhan atau belum), kecuali jika bertepatan dengan puasa yang memang rutin ia lakukan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa berpuasa pada hari yang diragukan (apakah itu sudah Ramadhan atau belum), maka ia telah mendurhakai Abul Qasim (Rasulullah ﷺ)."
(Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan sanad shahih.)
Amalan Lain yang Dianjurkan di Bulan Sya'ban
1. Menjaga Salat Lima Waktu
- Memperhatikan salat wajib, terutama salat Subuh dan Isya'.
- Berusaha mendapatkan takbiratul ihram bersama imam.
- Memperbanyak salat sunnah, terutama qiyamul lail (salat malam), meskipun hanya dua rakaat.
2. Memperbanyak Membaca Al-Qur'an
Anas bin Malik رضي الله عنه berkata:
"Ketika bulan Sya'ban tiba, kaum Muslimin bergegas membaca Al-Qur'an."
Salamah bin Kuhail رحمه الله mengatakan:
"Dulu orang-orang menyebut bulan Sya'ban sebagai bulan para pembaca Al-Qur'an."
Bahkan, diceritakan bahwa Amr bin Qais رحمه الله menutup tokonya ketika masuk bulan Sya'ban agar bisa fokus membaca Al-Qur'an.
3. Menjalin Silaturahmi dan Meningkatkan Hubungan dengan Sesama
Silaturahmi adalah sebab turunnya rahmat Allah. Dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Ketika Allah menciptakan makhluk-Nya, rahim (hubungan kekerabatan) berkata: 'Ini adalah tempat perlindungan bagi orang yang ingin terhindar dari pemutusan silaturahmi.' Allah berfirman: 'Apakah kamu senang jika Aku menyambung orang yang menyambungmu dan memutus orang yang memutusmu?' Rahim berkata: 'Ya, wahai Rabb.' Allah pun berfirman: 'Itulah yang akan Aku lakukan bagimu.'"
Silaturahmi bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengunjungi kerabat, bertanya kabar melalui telepon, atau mendoakan mereka.
Menyelesaikan konflik dan memperbaiki hubungan antar sesama.
Mengapa ini penting di bulan Sya'ban?
- Amal perbuatan diangkat kepada Allah pada bulan ini. Jika seseorang masih memiliki permusuhan, amalnya bisa tertahan.
- Pada malam Nisfu Sya'ban, Allah mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang yang masih bermusuhan atau berbuat syirik.
4. Bertaubat kepada Allah dengan Sungguh-Sungguh
Taubat bukan hanya diwajibkan di bulan Sya'ban, tetapi sepanjang hidup. Namun, karena Sya'ban adalah bulan persiapan menuju Ramadhan, maka taubat menjadi semakin penting agar seseorang memasuki Ramadhan dengan hati yang bersih.
Allah berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ}
(Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Rabb kalian menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.")
(Q.S. At-Tahrim: 8)
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Musa Al-Asy'ari رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di siang hari, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari barat."
Dan yang kami maksud dengan taubat adalah taubat yang menyeluruh atas segala bentuk kelalaian dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan izin Allah Ta’ala, engkau memasuki musim (ibadah) ini dengan lembaran yang putih dan bersih.
♦ Betapa indahnya keadaan seorang hamba ketika ia menyambut musim ini dengan taubat yang tulus dan murni kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
♦ Ia menyambut musim yang agung ini setelah meninggalkan dan melepaskan diri dari dosa dan maksiat yang selama ini telah menghalanginya dari banyak pintu kebaikan.
♦ Ia menyambut musim ini dengan tekad dan wajah yang baru, karena ia ingin membuka lembaran baru bersama Allah Ta’ala. Maka, harus ada proses "takhliyah" (membersihkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaubat kepada Allah) sebelum "tahliyah" (menghiasi diri dengan ketakwaan serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan ketaatan dan amal saleh).
Kami memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar Dia memberi taufik kepada kita untuk bertaubat dan beramal saleh, serta mempertemukan kita dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat dan sejahtera.
Kesimpulan
Bulan Sya'ban adalah kesempatan emas untuk:
- Memperbanyak puasa sebagai persiapan Ramadhan.
- Menjaga salat dan meningkatkan ibadah sunnah.
- Memperbanyak membaca Al-Qur'an.
- Menjalin silaturahmi dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
- Bertaubat dan menyucikan hati sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Semoga Allah memberi kita taufik untuk menghidupkan bulan Sya'ban dengan amal saleh dan menyambut Ramadhan dalam keadaan hati yang bersih dan penuh keimanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar