Jumat, 07 Februari 2025

BULAN SYA'BAN




محمد بن إبراهيم النعيم

    
 2022-10-12 - 1444/03/16


Khutbah Pertama:

Segala puji bagi Allah; kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan petunjuk-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dia berada di jalan yang benar, dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga salawat dan salam tercurah kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga hari kiamat.

Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim." (Ali Imran: 102)

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, dan darinya Allah menciptakan pasangannya, serta dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (nama)-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (An-Nisa: 1)

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia memperoleh kemenangan yang besar." (Al-Ahzab: 70-71)

Amma ba’du:

Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur'an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad ﷺ. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), dan setiap yang diada-adakan adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Hadirin sekalian:

Allah telah menetapkan bagi hamba-Nya amalan-amalan yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu sebagai sarana mendekatkan diri kepada-Nya. Ada yang dilakukan setiap hari seperti shalat lima waktu, ada yang dilakukan setiap pekan seperti puasa Senin dan Kamis serta shalat Jumat, ada yang dilakukan setiap bulan seperti puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15), dan ada yang dilakukan setiap tahun seperti puasa Ramadan, ibadah haji, dan amalan di bulan Sya’ban.

Allah telah menjadikan waktu-waktu tertentu lebih utama daripada yang lain dalam hal pelipatgandaan pahala, pengabulan doa, serta pengampunan dosa, agar seorang hamba semakin giat dalam beribadah. Waktu-waktu istimewa ini ibarat stasiun pengisian iman dan takwa. Bahkan setiap hari dalam kehidupan dunia ini adalah peluang berharga untuk menambah bekal akhirat.

Bulan Sya'ban: Bulan yang Sering Dilalaikan

Saat ini kita berada di salah satu stasiun keimanan, yaitu bulan Sya’ban, bulan yang banyak dilupakan oleh manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Itu adalah bulan yang sering dilupakan oleh manusia, antara Rajab dan Ramadan. Bulan ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin agar amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa." (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Banyak orang yang lalai akan keutamaan bulan ini karena letaknya di antara dua bulan yang agung, yaitu Rajab—salah satu bulan haram, dan Ramadan—bulan puasa yang merupakan rukun Islam. Rasulullah ﷺ juga menjelaskan bahwa dalam bulan ini amal manusia diangkat ke hadapan Allah, sehingga beliau memperbanyak puasa.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

"Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa satu bulan penuh selain Ramadan, dan aku tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dibandingkan di bulan Sya’ban." (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, hendaknya kita memperbanyak puasa di bulan ini dan mengajarkan keluarga kita untuk melakukannya. Banyak orang yang hanya mengenal puasa di bulan Ramadan, padahal puasa di bulan Sya’ban berfungsi sebagai persiapan untuk menghadapi Ramadan, sebagaimana shalat sunnah rawatib berfungsi sebagai penyempurna shalat fardhu.

Bagi yang tidak mampu berpuasa, minimal ia harus menjauhi maksiat di bulan ini. Jangan sampai amal kita diangkat dalam keadaan yang membuat Allah murka. Jika tidak mampu berpuasa, maka jagalah pandangan dari hal yang haram, jagalah lisan dari perkataan sia-sia, dan jauhilah makanan haram, karena amal kita diangkat sepanjang bulan ini.

Malam Nisfu Sya’ban: Malam Pengampunan

Di antara keutamaan bulan Sya’ban adalah adanya malam Nisfu Sya’ban (malam pertengahan bulan Sya’ban), di mana Allah turun ke langit dunia dan mengampuni seluruh hamba-Nya kecuali orang yang musyrik dan orang yang memiliki kebencian terhadap saudaranya. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya Allah melihat kepada seluruh makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, lalu Dia mengampuni mereka semua, kecuali orang musyrik dan orang yang memiliki kebencian (permusuhan)." (HR. Ibnu Majah dan At-Thabrani, dishahihkan oleh Al-Albani)

Hadis ini menunjukkan betapa bahayanya permusuhan dan kebencian antara sesama Muslim, karena Allah menahan ampunan-Nya dari mereka yang saling bermusuhan. Hal ini juga disebutkan dalam hadis lain bahwa setiap Senin dan Kamis, pintu surga dibuka dan Allah mengampuni semua hamba-Nya, kecuali mereka yang sedang bermusuhan.

Oleh karena itu, di bulan Sya’ban ini, selain memperbanyak amal shaleh, hendaknya kita juga berusaha memperbaiki hubungan dengan sesama Muslim, agar tidak terhalang dari rahmat dan ampunan Allah.

Tidak Ada Amalan Khusus di Malam Nisfu Sya’ban

Sebagian orang mengkhususkan malam Nisfu Sya’ban dengan shalat tertentu, doa-doa khusus, dan puasa di siangnya. Namun, tidak ada dalil yang shahih yang mendukung amalan tersebut. Imam Ibn Rajab dan ulama lainnya telah menjelaskan bahwa hadis-hadis tentang keutamaan shalat atau doa tertentu pada malam ini kebanyakannya dha’if (lemah) atau maudhu’ (palsu).

Namun, jika seseorang memang memiliki kebiasaan shalat malam, maka ia boleh melakukannya seperti biasa. Begitu juga dengan puasa, jika seseorang memiliki kebiasaan berpuasa sunnah, lalu bertepatan dengan Nisfu Sya’ban, maka tidak mengapa ia tetap berpuasa.

Hukum Berpuasa di Akhir Sya’ban

Seseorang tidak diperbolehkan berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadan dengan niat menyambut Ramadan, kecuali jika ia memang memiliki kebiasaan puasa seperti puasa Senin-Kamis atau ia sedang mengganti puasa Ramadan yang lalu. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Janganlah salah seorang dari kalian mendahului Ramadan dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali jika ia telah terbiasa berpuasa, maka silakan ia berpuasa pada hari itu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Saya memohon kepada Allah -Ta’ala- agar memberkahi kita di bulan Sya’ban dan menyampaikan kita ke bulan Ramadan. Semoga Allah memberkahi saya dan kalian dalam Al-Qur’an yang agung, serta memberi manfaat kepada saya dan kalian dengan ayat-ayat dan peringatan yang penuh hikmah di dalamnya.

Saya mengucapkan perkataan ini, dan saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia untuk diri saya, kalian, dan seluruh kaum Muslimin dari segala dosa. Maka mintalah ampun kepada-Nya dan bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat Islam dan senantiasa melimpahkan kepada hamba-Nya musim-musim keutamaan dan anugerah. Aku memuji-Nya dalam setiap waktu dan keadaan. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, suri teladan terbaik dan imam yang mulia. Semoga shalawat dan salam tercurah kepadanya, kepada keluarganya, dan para sahabatnya yang berbakti, serta siapa saja yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.

Amma ba’du: Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.

Ketahuilah bahwa seorang Muslim hendaknya memperhatikan dirinya sendiri di bulan ini, karena amal-amal diangkat kepada Allah. Maka pastikanlah amalmu diangkat dalam keadaan yang baik. Jika tidak mampu berpuasa, minimal jauhilah maksiat, terutama permusuhan dan kebencian sesama Muslim.

Sabda Nabi ﷺ tentang bulan Sya’ban:

"Itulah bulan yang sering dilalaikan oleh manusia, antara Rajab dan Ramadan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Rabb semesta alam. Maka aku suka jika amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa."

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang Muslim tidak boleh menjalani hari-harinya dengan pola yang monoton. Sebaliknya, hendaknya ia meningkatkan ketakwaan dan ibadahnya di waktu-waktu tertentu, sebagaimana Sya’ban menjadi waktu istimewa untuk meningkatkan ibadah karena diangkatnya amal.

Keyakinan bahwa amal diangkat kepada Allah sepanjang bulan Sya’ban menanamkan dalam diri seorang Muslim rasa takut kepada Allah dan menjadikannya selalu waspada agar amalnya tidak diangkat dalam keadaan yang buruk. Jika seseorang tidak mampu menambah amal dengan puasa, setidaknya ia mengingat makna hadis ini agar muncul dalam hatinya rasa khawatir dan takut kepada Allah. Kekhawatiran ini sendiri memiliki manfaat besar, karena dapat mendorong seseorang untuk lebih banyak berbuat taat dan menjauhi maksiat.

Sebagian orang memiliki keyakinan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan di mana banyak orang meninggal dunia, seolah-olah ruh-ruh berjatuhan di bulan ini. Keyakinan ini muncul karena anggapan bahwa malam Nishfu Sya’ban adalah malam di mana ajal seseorang ditetapkan dan segala ketentuan takdir dibagi. Namun, keyakinan ini bertentangan dengan Al-Qur’an.

Allah ﷻ berfirman dalam awal surat Ad-Dukhan:

"Haa Miim. Demi Kitab (Al-Qur’an) yang menjelaskan, sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi. Sesungguhnya Kami memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah." (Ad-Dukhan: 1-4)

Ayat ini menunjukkan bahwa malam yang diberkahi dan malam ditentukannya segala ketetapan adalah Lailatul Qadr, bukan malam Nishfu Sya’ban, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Qadr:

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Qadr. Dan tahukah kamu apakah malam Qadr itu?" (Al-Qadr: 1-2)

Kita memohon kepada Allah agar Dia memberikan kita taufik untuk berkata dan berbuat yang benar, serta menjauhkan kita dari segala kesalahan.

Ya Allah, tunjukilah kami kepada akhlak yang terbaik, karena tidak ada yang dapat menunjuki kepadanya kecuali Engkau. Dan jauhkanlah kami dari akhlak yang buruk, karena tidak ada yang dapat menjauhkannya kecuali Engkau.

Ya Allah, hidupkanlah kami dalam keadaan yang terbaik menurut-Mu dan wafatkanlah kami dalam keadaan yang terbaik menurut-Mu.

Ya Allah, anugerahkan kepada kami keteguhan hingga akhir hayat. Perbaikilah agama kami yang merupakan pegangan utama hidup kami, perbaikilah dunia kami yang menjadi tempat hidup kami, dan perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai ketenangan dari segala keburukan.

Ya Allah, jagalah keamanan dan stabilitas negeri kami, perbaikilah para pemimpin kami, dan anugerahkan kepada mereka pembantu yang saleh dan jujur, wahai Rabb semesta alam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar