Jumat, 07 Februari 2025

PUASA DI BULAN SYA'BAN


Khutbah: 

Anjuran Memperbanyak Puasa di Bulan Sya'ban, Keutamaan Puasa Sunnah, dan Hukum Mengqadha Puasa Ramadhan yang Terlewat


Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah yang mengetahui rahasia setiap jiwa dan bisikannya, serta mencatat semua perkataan dan perbuatan hamba-hamba-Nya. 

Pada hari kiamat, Dia akan memberi balasan, memuliakan orang yang mensucikan dirinya, dan mengazab orang yang mengotorinya. 

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada hamba dan Rasul-Nya, Muhammad, yang diutus dengan syariat paling sempurna, serta memiliki derajat tertinggi. 

Juga kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang berpegang teguh pada sunnahnya, semoga kita termasuk di antara mereka.

Amma ba’du, ...

wahai hamba-hamba Allah:...

Saya berwasiat kepada diri saya sendiri dan kepada kalian semua untuk bertakwa kepada Allah—baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.

 Bertakwalah kepada-Nya dengan ketakwaan hati yang khusyuk. 

Janganlah kalian merasa aman dari makar-Nya atau berputus asa dari rahmat-Nya.

 Dekatkanlah diri kepada sebab-sebab rahmat dan ampunan-Nya. 

Berusahalah mengerjakan segala sesuatu yang dapat mendatangkan ridha-Nya, serta menjauhkan kalian dari api neraka.

 Sesungguhnya, rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. Allah telah memerintahkan kita untuk bertakwa, mengingatkan kita untuk selalu mengevaluasi diri, serta melarang kita dari kelalaian terhadap-Nya, 

sebagaimana dalam firman-Nya:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Hasyr: 18-19)


Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Salah satu ibadah yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah, yang dapat mengangkat derajat seseorang, membersihkan jiwa, melunakkan hati, serta menjaga diri dari perbuatan haram adalah ibadah puasa

Rasulullah ﷺ bersabda tentang keutamaan puasa dalam hadits qudsi:

"Setiap amal anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya; satu kebaikan mendapat sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan memberikan balasannya. Ia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." (HR. Bukhari & Muslim)


Diriwayatkan dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah ﷺ:

"Wahai Rasulullah, perintahkan kepadaku suatu amalan yang dapat memberi manfaat bagiku." Rasulullah ﷺ menjawab, ‘Hendaklah kamu berpuasa, karena tidak ada amalan yang sebanding dengannya.’ Maka Abu Umamah dan keluarganya pun rajin berpuasa hingga apabila terlihat asap di siang hari di rumah mereka, orang-orang berkata, ‘Mereka pasti sedang kedatangan tamu.’"


Wahai kaum Muslimin,...

Kita sekarang berada di ambang bulan Sya’ban. 

Apakah kalian tahu keutamaan bulan ini?

  Bulan ini adalah bulan diangkatnya amalan manusia kepada Allah. 

Maka beruntunglah bagi mereka yang amalannya diangkat dalam keadaan berpuasa. 

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ:

"Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu berpuasa di bulan lain sebanyak di bulan Sya’ban." Beliau menjawab, ‘Bulan itu adalah bulan yang dilupakan oleh banyak orang, terletak antara Rajab dan Ramadhan. Padahal, di bulan itu amalan manusia diangkat kepada Rabb semesta alam, dan aku ingin amalanku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.’" (HR. Nasa’i dan Ahmad)


Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

"Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa lebih banyak dalam satu bulan selain bulan Sya’ban. Bahkan beliau biasa berpuasa sebulan penuh kecuali sedikit hari." (HR. Bukhari & Muslim)


Maka dari itu, marilah kita meneladani Rasulullah ﷺ dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. 

Semoga ketika amal kita diangkat kepada Allah, kita berada dalam keadaan berpuasa, sehingga Allah memberikan pahala yang besar serta mengampuni kekurangan dan dosa-dosa kita.

Wahai hamba-hamba Allah,

Banyak di antara kita yang lalai dalam puasa sunnah, padahal keutamaannya sangat agung. 

Rasulullah ﷺ menganjurkan berbagai bentuk puasa sunnah, dan hadits-hadits yang menjelaskan keutamaannya sangat banyak. 

Berikut beberapa keutamaannya:

Puasa sunnah dapat menghapus dosa-dosa.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Fitnah (ujian dan dosa) seseorang dalam keluarganya, hartanya, dan tetangganya dapat dihapus oleh shalat, puasa, dan sedekah." (HR. Bukhari & Muslim)


Puasa sunnah dapat menjaga diri dari perbuatan haram. 

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Wahai para pemuda, siapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah. Sebab menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Namun, siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah tameng baginya." (HR. Bukhari & Muslim)


Puasa sunnah menyempurnakan kekurangan dalam puasa wajib.

Rasulullah ﷺ bersabda:

"Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat sebagai amalan yang sempurna. Jika ada kekurangan dalam shalat wajibnya, maka Allah akan berkata: ‘Lihatlah apakah hambaku memiliki shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah akan menyempurnakan kekurangan shalat wajibnya. Begitu pula dengan amal lainnya." (HR. Tirmidzi)


Puasa sunnah mendekatkan hamba kepada Allah dan menjadikannya dicintai-Nya. 

Allah berfirman dalam hadits qudsi:

"Hamba-Ku tidak akan mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan ia terus mendekat kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia mendengar dengannya, penglihatannya yang ia melihat dengannya, tangannya yang ia gunakan untuk bertindak, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku kabulkan. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi." (HR. Bukhari)


Allah berfirman:

"Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang bertakwa." (QS. Ali ‘Imran: 133)


Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk memperbanyak puasa sunnah dan menerima amalan kita.


Khutbah Kedua:

 Hukum Mengqadha Puasa Ramadhan yang Terlewat

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah ﷺ, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.

Amma ba’du:

Wahai kaum Muslimin, dalam khutbah pertama tadi, kita telah membahas keutamaan puasa sunnah, khususnya di bulan Sya’ban. 

Sekarang, marilah kita membahas hukum mengqadha puasa Ramadhan yang terlewat—karena ini adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang pernah meninggalkan puasa wajib di bulan suci Ramadhan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an:

"Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesulitan bagimu." (QS. Al-Baqarah: 185)


Ayat ini menegaskan bahwa orang yang tidak berpuasa karena uzur syar'i, seperti sakit atau dalam perjalanan, wajib menggantinya di hari-hari lain setelah Ramadhan.

1. Waktu Mengqadha Puasa

Para ulama sepakat bahwa puasa yang terlewat harus diqadha sebelum datangnya Ramadhan berikutnya. 

Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:

"Aku memiliki utang puasa Ramadhan, tetapi aku tidak bisa mengqadhanya kecuali pada bulan Sya’ban, karena kesibukanku melayani Rasulullah ﷺ." (HR. Bukhari & Muslim)


Hadits ini menunjukkan bahwa mengqadha puasa harus dilakukan sebelum masuk Ramadhan berikutnya

Oleh karena itu, bagi yang masih memiliki utang puasa, hendaklah segera mengqadhanya sebelum Ramadhan tiba.

2. Hukum Menunda Qadha Hingga Masuk Ramadhan Berikutnya

Jika seseorang sengaja menunda qadha hingga melewati satu tahun tanpa uzur yang dibenarkan, maka menurut mayoritas ulama, ia tetap wajib mengqadha puasanya serta membayar fidyah sebagai denda.

 Fidyahnya adalah memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan.

Namun, jika penundaan itu karena uzur yang sah (misalnya sakit berkepanjangan), maka ia hanya wajib mengqadha tanpa fidyah.

3. Apakah Qadha Harus Dilakukan Secara Berurutan?

Qadha puasa tidak harus dilakukan berturut-turut. 

Hal ini berdasarkan firman Allah:

"Maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain." (QS. Al-Baqarah: 185)


Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang boleh mengqadha secara terpisah asalkan jumlah hari yang ditinggalkan terpenuhi sebelum Ramadhan berikutnya.

4. Bolehkah Berpuasa Sunnah Sebelum Mengqadha?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa mengqadha puasa lebih utama dilakukan terlebih dahulu sebelum menjalankan puasa sunnah, terutama sebelum Ramadhan tiba. 

Namun, jika seseorang ingin berpuasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis atau Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15 Hijriyah), maka boleh saja selama ia yakin masih memiliki waktu yang cukup untuk mengqadha puasanya.

Namun, yang lebih baik dan lebih hati-hati adalah menyelesaikan qadha terlebih dahulu agar terbebas dari tanggungan kewajiban.

5. Orang yang Tidak Mampu Mengqadha Puasa

Orang yang tidak mampu mengqadha puasa, seperti orang tua renta atau orang sakit yang tidak ada harapan sembuh, tidak diwajibkan berpuasa. 

Sebagai gantinya, mereka cukup membayar fidyah dengan memberikan makanan kepada fakir miskin sebanyak satu mud (sekitar 0,75 kg) makanan pokok per hari yang ditinggalkan.

Allah berfirman:

"Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) untuk membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin." (QS. Al-Baqarah: 184)

Maka, bagi orang yang sudah sangat tua atau memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan, cukup membayar fidyah tanpa perlu mengqadha.

Kesimpulan

  1. Mengqadha puasa wajib dilakukan sebelum Ramadhan berikutnya.
  2. Jika melewati satu tahun tanpa uzur, wajib qadha dan membayar fidyah.
  3. Qadha puasa boleh dilakukan terpisah, tidak harus berturut-turut.
  4. Sebaiknya qadha puasa didahulukan sebelum puasa sunnah.
  5. Orang yang tidak mampu berpuasa bisa menggantinya dengan fidyah.

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk menyelesaikan kewajiban kita sebelum Ramadhan tiba dan menerima segala amal ibadah kita.


Khutbah Penutup


Wahai kaum Muslimin, marilah kita menutup khutbah ini dengan doa dan permohonan kepada Allah.


Inilah doaku, dan aku memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah agar menjauhkan aku dan kalian dari kesyirikan dan bid’ah.

Ya Allah, karuniakanlah kepada kami keteguhan dalam berpegang teguh pada tauhid dan sunnah serta istiqamah di atasnya hingga akhir hayat. 

Sucikanlah ucapan kami, pendengaran kami, dan anggota tubuh kami dari segala sesuatu yang membuat-Mu murka.

 Lapangkanlah hati kami dengan sunnah dan keteladanan (Nabi), perbaikilah para pemimpin kami, tentara kami, keluarga kami, anak-anak kami, dan tetangga kami dengan kebaikan dan petunjuk.

Ya Allah, teguhkanlah kami dalam kehidupan ini untuk selalu taat kepada-Mu, ketika ajal menjemput dengan kalimat Lā ilāha illallāh, serta di dalam kubur saat menghadapi pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. 

Lunakkanlah hati kami sebelum kematian melunakkannya. Jadikanlah hati kami tunduk dan khusyuk mengingat-Mu dan menerima kebenaran yang telah Engkau turunkan. 

Rahmatilah orang-orang yang telah wafat dari kalangan kami dan kaum Muslimin.

Ya Allah, angkatlah kesulitan dari saudara-saudara Muslim yang sedang tertimpa musibah di mana pun mereka berada.

 Lindungilah kami dan mereka dari segala fitnah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.

اللهم اغفر لنا ذنوبنا، وكفّر عنا سيئاتنا، وتوفّنا مع الأبرار، اللهم بلّغنا رمضان، ووفقنا لصيامه وقيامه إيمانًا واحتسابًا، اللهم تقبّل صيامنا وقيامنا، واغفر لنا ولآبائنا وأمهاتنا، واغفر للمسلمين والمسلمات، الأحياء منهم والأموات، برحمتك يا أرحم الراحمين.

"Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami dalam keadaan bersama orang-orang yang saleh. Ya Allah, sampaikanlah kami kepada bulan Ramadhan, dan berilah kami taufik untuk berpuasa dan menegakkan qiyamullail dengan penuh keimanan dan keikhlasan. Ya Allah, terimalah amal ibadah kami, ampunilah dosa-dosa kami, serta dosa kedua orang tua kami, dan ampunilah dosa seluruh kaum Muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."

إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى، وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي، يعظكم لعلكم تذكرون

"Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Dia melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90)

Semoga khutbah ini bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua.

أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

"Aku akhiri khutbah ini dengan memohon ampun kepada Allah untuk diriku dan untuk kalian semua. Maka mohonlah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."


موقع: "عبد القادر بن محمد بن عبد الرحمن الجنيد" العلمي>المقالات>


Tidak ada komentar:

Posting Komentar