Sabtu, 21 Desember 2024

LINDUNGAN ILAHI


BARANGSIAPA YANG ALLAH LINDUNGI DARI DUNIA, MAKA SUNGGUH ALLAH MENGINGINKAN KEBAIKAN BAGINYA 



Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada penghulu para nabi dan rasul, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. 

Amma ba'du:

Kehidupan dunia dipenuhi dengan berbagai jenis kenikmatan dan syahwat: wanita, harta, anak-anak, ternak, serta tanaman.

 Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)

Allah menghiasi dunia ini bagi manusia sebagai ujian dan cobaan bagi mereka, untuk melihat apakah mereka mendahulukan kecintaan kepada dunia di atas kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam! 
Seorang yang kuat imannya tidak akan mendahulukan apa pun dari dunia ini atas kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, sementara orang yang lemah imannya menjadikan dunia sebagai tujuan utama dan batas pengetahuannya, sehingga ia tenggelam dalam dunia tanpa ia sadari.

Hiasan Dunia: 

Bunga yang Sementara dan Fana

Hiasan dunia sering kali menipu orang yang tidak mengetahui hakikatnya dengan sempurna. Ia pun terlena dengan dunia melalui hatinya, sibuk bermain dengannya melalui tubuhnya, berlomba-lomba mengumpulkan kekayaan, dan membanggakan apa yang ia miliki. 
Pada akhirnya, ia akan meninggalkan dunia ini. 
Perumpamaannya seperti hujan yang turun ke bumi, membuat bumi menghijau dan mempesona orang-orang kafir dengan tanamannya, kemudian datang perintah Allah yang membinasakan tanaman itu seolah-olah tidak pernah ada. 

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, sesuatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megahan di antara kamu, dan berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya menguning, kemudian menjadi hancur. 
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Demikianlah keadaan dunia, fana dan sementara.

Kekhawatiran Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam atas Umatnya terhadap Dunia dan Persaingan di Dalamnya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat khawatir terhadap umatnya terkait pesona dunia. 

Dari Amr bin Auf radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi aku khawatir dunia akan dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian.” (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah apa yang Allah keluarkan untuk kalian dari berkah-berkah bumi.” Mereka bertanya, “Apa itu berkah-berkah bumi?” Beliau menjawab, “Pesona dunia.” (Muttafaq 'alaih)

Rasa khawatir beliau terhadap pesona dunia adalah karena apabila dunia dibukakan untuk manusia, mereka akan saling berlomba-lomba untuk mendapatkannya. 

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Demi Allah, aku tidak khawatir kalian akan musyrik setelah aku, tetapi aku khawatir kalian akan berlomba-lomba terhadap dunia.” (Muttafaq 'alaih)

Apabila manusia saling berlomba-lomba terhadap dunia, hal itu akan membinasakan mereka. 

Dari Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Apakah kalian takut miskin atau kekurangan? 
Apakah dunia menjadi perhatian kalian? Sungguh Allah akan membukakan untuk kalian tanah Persia dan Romawi, dan dunia akan dicurahkan kepada kalian hingga dunia itu yang akan menyesatkan kalian setelah aku.” (HR. Ahmad)

Dari Amr bin Auf radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Aku khawatir dunia akan dibentangkan kepada kalian sebagaimana telah dibentangkan kepada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian saling berlomba-lomba terhadapnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan dunia membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.” (Muttafaq 'alaih)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, Ibn Baththal berkata:
 “‘Membinasakan kalian’ artinya, pesona dunia seharusnya diwaspadai oleh siapa pun yang dunia itu dibukakan kepadanya, agar ia tidak tertipu oleh perhiasannya dan tidak saling berlomba-lomba dalam meraihnya.”

Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi berkata: “Makna dari perlombaan ini adalah bahwa manusia terus berlomba-lomba hingga mereka terjerumus ke dalam perbuatan haram dan maksiat yang membuat mereka berdosa. 
Hal ini akhirnya akan menjatuhkan mereka dalam kehancuran, sehingga mereka berhak mendapatkan azab dan hukuman. Hadis ini menunjukkan bahwa manusia ketika dalam kondisi miskin lebih dekat kepada ketaatan, sedangkan ketika kaya lebih dekat kepada maksiat, penyimpangan, dan kufur nikmat.”


Persaingan Dunia Membunuh Banyak Orang, dan Akan Membunuh Lebih Banyak Lagi

Meskipun dunia ini fana dan sementara, manusia akan tetap saling memperebutkannya hingga akhir zaman. Bahkan, karena perselisihan itu, dari setiap seratus orang, sembilan puluh sembilan akan terbunuh. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Hari Kiamat tidak akan tiba hingga Sungai Eufrat menyingkapkan gunung emas, lalu manusia saling berperang memperebutkannya. 
Dari setiap seratus orang, sembilan puluh sembilan akan terbunuh, dan setiap orang dari mereka berkata, 'Mungkin aku yang akan selamat.'” (HR. Muslim)

Pada zaman kita, persaingan atas dunia telah membunuh banyak orang. Jika tidak membunuh mereka secara fisik, maka ia membunuh mereka secara batin.


Siapa yang Mengetahui Hakikat Dunia Tidak Akan Berlomba-lomba Memilikinya

Barang siapa yang mengetahui hakikat dunia, ia tidak akan berlomba-lomba dengan orang lain untuk memilikinya, karena dunia tidaklah sebanding dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah. 

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Apa urusanku dengan dunia? Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, perumpamaanku dengan dunia ini hanyalah seperti seorang musafir yang bernaung di bawah pohon pada hari yang terik selama beberapa saat, lalu pergi meninggalkannya." (HR. At-Tirmidzi)

Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Seandainya dunia ini sebanding dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah, niscaya Dia tidak akan memberi orang kafir seteguk air pun darinya." (HR. At-Tirmidzi)

Imam Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan:
 "Maknanya, jika dunia memiliki nilai sedikit pun di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberikan kepada orang kafir sedikit pun darinya, bahkan tidak juga seteguk air, karena orang kafir adalah musuh Allah, dan musuh tidak pantas diberi apa pun yang memiliki nilai di sisi pemberi."

Segala bentuk keindahan dunia tidak dapat dibandingkan dengan kenikmatan akhirat.

 Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Demi Allah, dunia ini dibandingkan dengan akhirat hanyalah seperti seseorang yang mencelupkan jarinya ke lautan, lalu ia lihat apa yang tersisa di jarinya." (HR. Muslim)

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Makna hadis ini adalah bahwa dunia dibandingkan dengan akhirat sangat singkat dalam durasinya, sementara kenikmatannya cepat hilang, sedangkan akhirat bersifat kekal dengan nikmat yang abadi."


Siapa yang Mengenal Dunia Akan Menjauh dari Keindahannya agar Tidak Tertipu

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Janganlah kalian membuat ladang sehingga kalian menjadi condong kepada dunia." (HR. At-Tirmidzi)

Imam Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan:
 "‘Janganlah kalian membuat ladang’ maksudnya adalah kebun, desa, atau sawah, karena hal itu bisa membuat seseorang condong kepada dunia dan lalai terhadap akhirat. 
Larangan ini dimaksudkan agar seseorang tidak sibuk dengan dunia hingga lupa beribadah kepada Allah dan mempersiapkan bekal untuk akhirat."

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Kami memiliki tirai yang bergambar burung, dan setiap kali seseorang masuk ke rumah, ia akan melihatnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku, ‘Pindahkan tirai ini, karena setiap kali aku masuk dan melihatnya, aku teringat dunia.’” (HR. Muslim)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: "Hadis ini menunjukkan bahwa seseorang sebaiknya menjauhkan dirinya dari apa pun yang dapat mengikat hatinya kepada dunia agar tidak tergoda. 
Oleh karena itu, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat sesuatu dari dunia yang mengagumkan beliau, beliau bersabda, ‘Labbaik, sesungguhnya kehidupan yang sejati adalah kehidupan akhirat.’ 
Perkataan ‘Labbaik’ adalah bentuk pemenuhan panggilan, seolah-olah beliau memanggil dirinya sendiri untuk kembali kepada Allah dan meninggalkan dunia."


Siapa yang Allah Kehendaki Kebaikan Baginya, Dia Akan Mengetahui Hakikat Dunia dan Berlomba untuk Akhirat

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Al-Qur’an dipenuhi dengan nasihat untuk zuhud terhadap dunia, pemberitahuan tentang kehinaannya, sedikitnya nilainya, kefanaannya yang cepat, serta ajakan untuk mencintai akhirat yang penuh kemuliaan dan kekekalan. 
Jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, Dia akan menanamkan dalam hatinya kesadaran akan hakikat dunia dan akhirat, sehingga ia memilih apa yang seharusnya lebih diutamakan."

Al-Hasan rahimahullah berkata: 
"Jika engkau melihat seseorang berlomba-lomba denganmu dalam urusan dunia, maka berlombalah dengannya dalam urusan akhirat."

Wahib bin Al-Ward rahimahullah berkata: "Jika engkau mampu agar tidak ada seorang pun yang lebih dekat kepada Allah daripada dirimu, maka lakukanlah."


Ketidaktahuan Manusia: Mengira Penyempitan Rezeki adalah Kehinaan

Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk bersikap jahil (bodoh) dan zalim, kecuali bagi mereka yang dikehendaki Allah. Allah Ta’ala berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikulnya dan mereka takut akan hal itu. Namun manusia memikulnya. Sesungguhnya dia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS. Al-Ahzab: 72)

Di antara bentuk kebodohan manusia adalah apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:

"Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kenikmatan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Namun apabila Tuhannya mengujinya lalu menyempitkan rezekinya, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah menghinakanku.’" (QS. Al-Fajr: 15-16)

Karena ketidaktahuannya, manusia mengira bahwa kelapangan rezeki adalah tanda kemuliaan dari Allah, sementara penyempitan rezeki adalah tanda kehinaan. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Oleh karena itu, 
Allah berfirman:

"Sekali-kali tidak! Sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim." (QS. Al-Fajr: 17)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: "Artinya, tidak seperti yang mereka sangka. Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai, dan Allah menyempitkan rezeki bagi siapa yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai."


Rahmat Allah: Menjauhkan Dunia dari Hamba yang Dicintai-Nya

Dari Mahmud bin Labid radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya Allah melindungi hamba-Nya yang beriman dari dunia, padahal Dia mencintainya, sebagaimana kalian melindungi makanan dan minuman dari orang sakit yang kalian khawatirkan kondisinya." (HR. Ahmad)

Allah Ta’ala melindungi hamba-Nya yang beriman dari keindahan dunia yang dapat membahayakan akhiratnya karena kecintaan-Nya kepada hamba tersebut. Dari Qatadah bin An-Nu’man radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan melindunginya dari dunia, sebagaimana salah seorang dari kalian melindungi air dari orang sakit." (HR. At-Tirmidzi)

Ini adalah nikmat terbesar bagi seorang hamba yang beriman, bahwa Allah melindunginya dari dunia karena Dia mencintainya. 
Maka, seorang hamba harus banyak bersyukur kepada Allah atas perlindungan ini. 
Sebab, jika Allah tidak menjauhkan dunia dan keindahannya dari seorang hamba, dunia itu akan melalaikannya dari akhirat, dan ia akan tenggelam dalam kelalaian dari tujuan penciptaannya.

Berapa banyak orang yang diberikan dunia, namun hal itu membuatnya sombong dan akhirnya binasa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar