ISLAM AGAMA YANG MUDAH
Segala puji bagi Allah.
Kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya, dan bertobat kepada-Nya.
Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan keburukan amalan-amalan kami.
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya.
Dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba, utusan, kekasih, dan pilihan-Nya, serta amanah-Nya atas wahyu-Nya dan penyampai syariat-Nya kepada umat manusia.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.
Amma ba’du. ...
Wahai kaum mukminin, hamba-hamba Allah, bertakwalah kepada Allah, karena siapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan melindunginya dan membimbingnya kepada kebaikan dalam urusan agama dan dunianya.
Wahai hamba-hamba Allah, ....
sungguh nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita berupa petunjuk kepada agama yang agung ini, jalan yang lurus, dan ajaran yang penuh toleransi, adalah anugerah yang besar dan karunia yang agung. Kita, sebagai hamba Allah, wajib menjaga haknya dan merealisasikan syukur atas nikmat tersebut.
Wahai hamba-hamba Allah,....
agama Islam yang lurus ini, yang telah Allah berikan petunjuk kepada kita dan menjadi nikmat atas kita, adalah agama yang penuh toleransi dan kemudahan. Tidak ada kesulitan, keberatan, atau penderitaan di dalamnya,
sebagaimana firman Allah Ta’ala:
“Telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dan penyayang serta penyantun terhadap orang-orang mukmin” [At-Taubah: 128].
Ini adalah agama yang tidak memberatkan, tidak menyulitkan, tidak keras, dan tidak memaksakan.
Renungkanlah,....
semoga Allah menjaga kalian, tentang Nabi rahmat, pemimpin umat, shalawat dan salam atasnya, ketika beliau menjelaskan kepada umat tentang kemudahan dan toleransi agama ini, serta menjelaskan kondisi yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang beragama.
Dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorang pun yang memaksakan dirinya dalam agama ini kecuali dia akan dikalahkan olehnya. Maka, berusahalah mendekati kebenaran, berusahalah dengan sederhana, dan bergembiralah dengan kemudahan.”
Dalam lafaz lain: “Berusahalah sederhana, sederhana, niscaya kalian akan mencapai tujuan.”
Wahai hamba-hamba Allah,....
hadits yang agung dan penuh berkah ini menetapkan salah satu prinsip penting dari agama ini, yaitu toleransi dan kemudahan dalam Islam: ‘Agama itu mudah.’
Sungguh, agama kita ini adalah agama yang penuh kemudahan dalam segala aspeknya, baik dalam akidahnya yang paling benar dan kokoh, maupun dalam syariatnya yang sempurna dan lurus.
Wahai hamba-hamba Allah, ....
sesungguhnya agama ini, dalam keyakinan, ibadah, dan amalannya, adalah sebaik-baiknya amalan dan seadil-adilnya.
Dalam akhlak dan adabnya, ia adalah yang paling suci, paling sempurna, dan paling lengkap.
Ini adalah agama yang menyempurnakan dalam keyakinan, ibadah, adab, akhlak, dan muamalah.
Maka wajib bagi pemeluknya untuk memahami agamanya dengan pemahaman yang benar dan berpegang teguh kepadanya dengan sekuat-kuatnya, karena ini adalah agama yang lurus, jalan yang benar, tanpa sikap berlebihan atau lalai.
Wahai hamba-hamba Allah, ....
kondisi yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang beragama telah dijelaskan dalam hadits ini:
Pertama, wahai hamba-hamba Allah, agama kita yang penuh kemudahan melarang kaum mukminin dari sikap berlebihan dan berlebih-lebihan.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah seseorang mempersulit dirinya dalam agama ini, melainkan ia akan dikalahkan olehnya.” Maka beliau memperingatkan dengan keras dari sikap mempersulit (berlebihan), dan melarangnya dengan tegas.
Sikap berlebihan dalam agama, wahai hamba-hamba Allah, adalah melampaui batas-batas agama, tidak merasa cukup dengan hukum-hukum dan ketentuan-ketentuannya, serta tidak puas dengan perintah dan larangan Allah.
Orang yang berlebihan tidak berhenti pada batas-batas syariat, tidak terikat pada aturan-aturannya, dan tidak menjaga akhlak dan sifat lembutnya.
Sebaliknya, ia bertindak berdasarkan dorongan nafsunya yang keras, hingga akhirnya terjatuh ke dalam penyimpangan, kesalahan, dan kerusakan.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah seseorang mempersulit dirinya dalam agama ini, melainkan ia akan dikalahkan olehnya,” karena agama ini memiliki keunggulan dan keagungan yang akan tetap bertahan tanpa dipaksakan.
Prinsip pertama: kemudahan yang menjadi dasar agama ini.
Agama ini memiliki keunggulan, ketinggian, dan kekuatan, serta kemantapan.
Barang siapa yang memaksakan diri dalam agama ini, maka ia akan dikalahkan oleh agama itu sendiri, sehingga ia mundur ke belakang dan tidak mendapatkan apa-apa dari sikap kerasnya kecuali kerugian dan kehampaan.
Kedua,
wahai hamba-hamba Allah, ....
agama kita mendorong kita untuk selalu berada dalam keselarasan (sikap yang benar) jika memungkinkan, dan jika tidak, maka mendekati kebenaran.
Dan Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira kepada siapa saja yang menempuh jalan ini dengan kabar baik yang agung, sebagaimana sabdanya: "Sikapilah dengan benar, berusahalah mendekati kebenaran, dan bergembiralah." Renungkanlah kata-kata yang ringkas namun penuh makna ini.
Berusahalah dengan benar, wahai hamba-hamba Allah, artinya upayakan untuk berada dalam kebenaran, mengikuti petunjuk yang lurus tanpa menambah atau mengurangi.
Keselarasan (sikap benar) adalah menjaga kebenaran, berpegang teguh padanya, dan mematuhinya.
Barang siapa yang seperti ini, maka ia termasuk orang-orang yang benar dan lurus.
Jika seseorang tidak mampu mencapai keselarasan sepenuhnya, ia harus berusaha mendekatinya.
Ia harus berjuang untuk mendekat kepada kebenaran dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk tidak jauh darinya.
Allah berfirman: 'Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami' [Al-‘Ankabut: 69].
Kepada mereka ini - orang-orang yang benar dan yang mendekati kebenaran - Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira dengan sabdanya: "Dan bergembiralah."
Rasulullah ﷺ tidak menjelaskan secara spesifik kabar gembira ini, agar kabar tersebut mencakup segala bentuk kebaikan besar, keutamaan agung, dan anugerah luar biasa di dunia dan akhirat.
Ketiga, wahai hamba-hamba Allah,.... Rasulullah ﷺ juga mengarahkan dalam hadits agung ini untuk memperhatikan waktu-waktu terbaik dalam menjalani agama,
sebagaimana sabdanya:
"Mintalah bantuan dengan keberangkatan di pagi hari, waktu istirahat di sore hari, dan sebagian waktu di malam hari."
Waktu-waktu ini, wahai hamba-hamba Allah,....
adalah waktu-waktu yang paling berharga dan terbaik untuk menempuh perjalanan panjang.
Para pelancong di masa perjalanan unta memahami betul nilai waktu-waktu ini, karena di dalamnya terdapat kenyamanan bagi hewan tunggangan dan manusia dalam melanjutkan perjalanan mereka. Waktu-waktu ini adalah waktu yang penuh berkah untuk menempuh perjalanan duniawi.
Wahai hamba-hamba Allah, ....
waktu-waktu yang disebutkan dalam hadits ini adalah waktu yang penuh berkah untuk meraih keridhaan Allah dan bersegera dalam melakukan kebaikan.
Waktu tersebut terdiri dari:
1. Al-Ghaduwa (pagi hari) – yaitu waktu awal hari, yang merupakan waktu yang baik untuk mengingat Allah dengan penuh perhatian melalui dzikir pada awal hari.
2. Al-Ruhah (sore hari) – yaitu waktu akhir hari, yang juga merupakan waktu yang baik untuk mengingat Allah melalui dzikir pada akhir hari.
3. Al-Duljah (waktu malam) – yaitu waktu tertentu di malam hari yang digunakan untuk berdzikir kepada Allah, beribadah, melaksanakan salat, dan membaca Al-Qur'an.
Pada waktu ini, seorang Muslim akan mendapatkan banyak keuntungan dan pahala yang besar.
Adapun poin keempat dalam hadits ini, wahai hamba-hamba Allah, adalah tentang pentingnya sikap pertengahan dalam agama, sebagaimana sabda Nabi ﷺ: "Berusaha dengan seimbang, berusaha dengan seimbang." Ini menunjukkan bahwa sikap pertengahan dalam agama adalah sikap yang penuh dengan keseimbangan, tidak berlebihan dan tidak pula kurang.
Berusaha seimbang, wahai hamba-hamba Allah, berarti berusaha mengikuti sunnah Nabi dengan baik, tanpa melampaui batas atau mengabaikan ajaran-ajaran-Nya.
Allah berfirman: "Demikianlah, agar kalian tetap berada di jalan yang lurus." (Al-Baqarah: 143).
Maka saya memohon kepada Allah yang Maha Mulia, Tuhan yang memiliki Arsy yang agung, dengan nama-nama-Nya yang terbaik dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, semoga Dia menjadikan kita termasuk orang-orang yang seimbang, yang terhindar dari sikap berlebihan dan melampaui batas, serta memberikan kita taufik untuk selalu mengikuti petunjuk yang lurus. Saya memohon ampunan Allah untuk saya, kalian, dan seluruh umat Muslim dari segala dosa, maka mohonlah ampun kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni kalian. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah kedua:
Segala puji bagi Allah, yang Maha Agung dalam kebaikan, yang luas dalam pemberian dan karunia-Nya.
Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Esa tanpa sekutu, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Dan semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, dan sahabatnya, serta kepada seluruh umat Islam.
Wahai hamba-hamba Allah, .....
bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa takwa adalah dasar kebahagiaan, keberuntungan, dan kemenangan di dunia dan akhirat.
Wahai hamba-hamba Allah, .....
siapa pun yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya, maka ia harus melakukan dua perkara yang tidak bisa dipisahkan:
Pertama,
wahai hamba-hamba Allah, ....
yaitu dengan melakukan usaha-usaha yang bermanfaat sesuai dengan sunnah dan petunjuk Nabi yang mulia ﷺ, sambil bertawakal kepada Allah, dengan harapan Allah memberikan taufik dan membimbingnya menuju kesuksesan.
Kedua,
wahai hamba-hamba Allah, ....
orang yang ingin mencapai kesuksesan harus meminta pertolongan kepada Allah semata, memohon agar Dia memberinya petunjuk dan membantu dalam setiap langkah.
Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Talib, beliau berkata: "Ya Rasulullah, ajarkan kepadaku doa yang bisa aku baca agar Allah memberi petunjuk kepadaku." Maka Nabi ﷺ bersabda: "Katakanlah: 'Ya Allah, tunjukkanlah aku jalan yang benar dan berikanlah aku kesuksesan.'" (HR. Muslim, no. 2725).
Imam Nawawi رحمه الله menjelaskan bahwa "saddad" (دَرُد) dengan huruf sin terbuka berarti memperbaiki atau menyelaraskan, dan makna dari "saddad" adalah memberikan taufik dan membimbing seseorang untuk tetap tegak di jalan yang benar dalam segala urusannya. Sedangkan "huda" (الهدى) berarti petunjuk, yakni petunjuk menuju jalan yang lurus. Nabi ﷺ mengajarkan agar kita menyebutkan kedua kata tersebut dalam doa kita, karena jalan yang lurus tidak akan menyimpang, dan seperti anak panah yang tidak akan meleset, seseorang harus terus menjaga kebenaran dalam ilmunya dan tetap berpegang pada sunnah. Imam Nawawi juga menjelaskan bahwa kita harus senantiasa mengingat kedua kata ini dalam doa kita agar kita tidak lupa akan pentingnya petunjuk dan kesuksesan dalam hidup kita.
Maka, hendaklah kalian memohon doa yang menyeluruh ini dan doa yang agung serta bermanfaat, dengan berusaha keras untuk menempuh sebab-sebab yang bermanfaat yang mendekatkan diri kepada Allah .
Kami memohon kepada Allah agar memberikan petunjuk dan kesuksesan kepada kami semua, dan semoga Dia memberi kami taufik untuk melakukan segala kebaikan yang Dia cintai dan ridhai. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa, Maha Pengabul doa, dan Dia adalah sebaik-baik yang dapat diharapkan, dan Dia adalah sebaik-baik penolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar