﴿وَبَرَّۢا بِوَ ٰلِدَتِی وَلَمۡ یَجۡعَلۡنِی جَبَّارࣰا شَقِیࣰّا ٣٢ وَٱلسَّلَـٰمُ عَلَیَّ یَوۡمَ وُلِدتُّ وَیَوۡمَ أَمُوتُ وَیَوۡمَ أُبۡعَثُ حَیࣰّا ٣٣﴾ [مريم ٣٢-٣٣]
Al Imam Ath Thobary rahimahullah Ta'ala dalam Tafsir Ath-Thabari — Ibnu Jarir Ath-Thabari (310 H)
Surah Maryam [19:32-33]:
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (32) Dan kesejahteraan atas diriku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (33)
Penjelasan mengenai firman Allah:
"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka"
Allah, dalam firman-Nya ini, menyampaikan berita dari perkataan Isa kepada kaumnya: "Dan Dia menjadikan aku seseorang yang diberkahi dan berbakti kepada ibuku."
Kata "berbakti" di sini bermakna seseorang yang berbuat baik. Dalam bahasa Arab, dikatakan "ia adalah orang yang berbakti kepada orang tuanya." Para qari’ dari berbagai wilayah membaca kata ini dengan barriyyan (membuka huruf ba).
Telah diriwayatkan dari Abu Nuhaiq:
1. Ibnu Humaid berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Wadih, dari Abdul Mu’min, dari Abu Nuhaiq bahwa ia membaca: "Dan berbakti kepada ibuku." Abu Nuhaiq berkata: “Allah memerintahkanku untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana Dia telah memerintahkanku itu semua.”
Dengan pandangan ini, Abu Nuhaiq memahami bahwa frasa "Dan berbakti kepada ibuku" adalah bagian dari pemberitaan Isa tentang perintah Allah kepadanya, sebagaimana firman-Nya "Dan Dia memerintahkanku mendirikan shalat dan menunaikan zakat." Maka, menurut pandangan ini, kata "berbakti" bermakna melakukan perintah berbakti tersebut, sebagaimana shalat dan zakat meskipun disebut dalam bentuk genitif (khafdh), maknanya adalah objek tindakan (maf’ul bih).
Penjelasan firman-Nya:
"Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka"
Artinya, Allah tidak menjadikanku orang yang angkuh terhadap perintah dan larangan-Nya, sehingga celaka. Sebaliknya, Dia menjadikanku rendah hati dan tunduk dalam ketaatan kepada-Nya.
Sebagaimana telah disebutkan:
1. Bisyr berkata, telah menceritakan kepada kami Yazid, dari Sa’id, dari Qatadah: “Kami mendengar bahwa Isa berkata: ‘Tanyalah kepadaku, karena hatiku lembut, dan aku merasa kecil di hadapan apa yang Allah berikan kepadaku berupa sifat rendah hati.’”
2. Bisyr juga meriwayatkan bahwa seorang perempuan melihat Isa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kusta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah.
Perempuan itu berkata: “Beruntunglah rahim yang mengandungmu dan payudara yang menyusuimu.”
Isa menjawab: “Beruntunglah orang yang membaca kitab Allah dan mengikuti apa yang ada di dalamnya.”
Dikatakan pula bahwa: “Engkau tidak akan menemukan orang yang durhaka kepada orang tuanya kecuali ia adalah orang sombong dan celaka,” kemudian dibacakan ayat: "Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."
Penjelasan firman Allah:
"Dan kesejahteraan atas diriku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali"
Artinya, Allah memberikan keamanan dan perlindungan kepada Isa dari gangguan setan pada tiga keadaan tersebut:
1. Pada hari kelahirannya, ketika manusia biasanya terganggu oleh setan.
2. Pada hari kematiannya, ketika menghadapi kegentingan sakaratul maut.
3. Pada hari kebangkitannya, ketika manusia menghadapi rasa takut karena menyaksikan kedahsyatan hari kiamat.
Sebagaimana diriwayatkan:
1. Ibnu Humaid berkata, dari Salamah, dari Ibnu Ishaq, dari seseorang yang tidak diragukan kejujurannya, dari Wahb bin Munabbih: "Isa menyampaikan kepada mereka tentang kisah dirinya, bahwa ia tidak memiliki ayah, bahwa ia akan mati, dan kemudian akan dibangkitkan hidup kembali." Allah berfirman: "Itulah Isa putra Maryam, suatu perkataan kebenaran yang mereka ragukan."
Al Imam Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah Ta'ala menafsirkan;
Dan firman-Nya:
"Dan berbakti kepada ibuku"
Artinya: "Dia memerintahkanku untuk berbakti kepada ibuku." Isa menyebutkan perintah ini setelah ketaatan kepada Allah Rabb-nya, karena Allah Ta’ala seringkali mengaitkan perintah untuk beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk berbakti kepada orang tua. Sebagaimana firman-Nya:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia dan agar kamu berbuat baik kepada kedua orang tua." (QS. Al-Isra’: 23)
Dan firman-Nya:
"Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Kulah tempat kembali." (QS. Luqman: 14)
---
Dan firman-Nya:
"Dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka"
Artinya: "Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong sehingga enggan beribadah dan taat kepada-Nya serta berbakti kepada ibuku, sehingga aku menjadi celaka karenanya."
Sufyan Ats-Tsauri berkata:
"Orang yang sombong dan celaka adalah orang yang mudah dikuasai oleh amarah."
Sebagian ulama salaf berkata:
"Engkau tidak akan menemukan seseorang yang durhaka kepada orang tuanya kecuali ia adalah seorang yang sombong dan celaka," kemudian dibacakan ayat:
"Dan berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."
Mereka juga berkata: "Engkau tidak akan menemukan seseorang yang memperlakukan budaknya dengan buruk kecuali ia seorang yang angkuh dan membanggakan diri," lalu dibacakan ayat:
"Dan orang-orang yang kamu kuasai (budak), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri." (QS. An-Nisa’: 36)
Qatadah berkata:
"Diceritakan kepada kami bahwa seorang perempuan melihat Isa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta, dan menyembuhkan penyakit kusta dengan izin Allah, melalui tanda-tanda kekuasaan yang Allah limpahkan kepadanya dan izinkan baginya. Perempuan itu berkata: ‘Beruntunglah rahim yang telah mengandungmu dan payudara yang telah menyusuimu.’ Isa, Nabi Allah, menjawabnya: ‘Beruntunglah orang yang membaca firman Allah, lalu mengikuti apa yang ada di dalamnya dan tidak menjadi orang yang sombong dan celaka.’”
---
Dan firman-Nya:
"Dan kesejahteraan atas diriku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali"
Ayat ini merupakan penegasan atas penghambaan Isa kepada Allah Azza wa Jalla, bahwa dia adalah makhluk ciptaan Allah yang hidup, mati, dan dibangkitkan seperti makhluk-makhluk lainnya. Namun, Isa memperoleh keselamatan dalam tiga keadaan yang paling berat bagi manusia:
1. Keselamatan pada hari kelahirannya,
2. Keselamatan pada hari kematiannya,
3. Dan keselamatan pada hari ia dibangkitkan kembali.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepadanya.
Tafsir Ibnul Qayyim – Ibnul Qayyim (751 H)
Penjelasan Surat Maryam [19:33]:
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Ibnul Qayyim berkata:
Pertanyaan ke-13: Apa rahasia di balik penggunaan salam dalam bentuk nakirah (tanpa alif-lam) oleh Allah, sementara Dia mensyariatkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memberi salam kepada Rasul-Nya dalam bentuk ma'rifah (dengan alif-lam)? Demikian pula, salam untuk diri mereka sendiri dan hamba-hamba Allah yang saleh.
Hal ini telah dijelaskan sebelumnya bahwa salam dalam bentuk nakirah memiliki hikmah tersendiri. Namun, di sini ditambahkan faedah lain, yaitu: penggunaan alif-lam dalam salam memiliki empat faedah. Tetapi dalam konteks ini, tidak diperlukan alif-lam karena yang mengucapkan salam adalah Allah sendiri. Maka tidak ada tujuan untuk mengambil keberkahan dari menyebut nama "Salam" sebagaimana yang dilakukan oleh seorang hamba.
Hamba membutuhkan keberkahan, tetapi Allah tidak.
Hamba memohon keberkahan, sedangkan Allah memberikan keberkahan.
Tidak ada kebutuhan untuk menyampaikan maksud umum atau khusus dalam salam Allah, karena salam-Nya sudah mencakup segala kebaikan, cukup, dan sempurna. Salam-Nya tidak membutuhkan tambahan alif-lam.
Kemudian, perhatikan firman Allah:
“Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Tetapi keridaan Allah lebih besar.” (QS. At-Taubah: 72)
Dalam ayat ini, "keridaan" disebut dalam bentuk nakirah (tanpa alif-lam) sebagai tanda bahwa keridaan Allah adalah hal terbesar, bahkan lebih besar dari surga dan segala kenikmatannya.
---
Pertanyaan ke-14: Apa hikmah Allah memberi salam kepada Yahya (AS) dalam bentuk nakirah, sedangkan Isa (AS) menyampaikan salam kepada dirinya sendiri dalam bentuk ma'rifah?
Jawaban:
Salam kepada Yahya adalah salam dari Allah langsung, sedangkan salam Isa adalah salam yang diucapkan oleh seorang hamba kepada dirinya sendiri.
Kedua salam tersebut berbeda konteks dan tujuan. Salam Allah kepada Yahya tidak memerlukan alif-lam karena berasal dari Allah yang Maha Sempurna. Salam Isa dalam bentuk ma'rifah bertujuan menunjukkan keistimewaan dan kelengkapan salam tersebut untuk dirinya sendiri.
---
Pertanyaan ke-15: Mengapa salam dalam kisah Yahya dan Isa dibatasi pada tiga waktu: kelahiran, kematian, dan kebangkitan?
Jawaban:
Permintaan keselamatan sangat penting pada waktu-waktu yang penuh risiko dan ketidakpastian. Dalam tiga waktu ini, manusia menghadapi kondisi paling berat dan penuh tantangan:
Rahasia dari penyebutan salam pada tiga waktu ini, wallahu a’lam:
Permintaan keselamatan menjadi sangat penting di tempat-tempat yang berpotensi menghadirkan bahaya dan ketakutan. Semakin besar kemungkinan bahaya, semakin kuat pula kebutuhan untuk memohon keselamatan, dan jiwa manusia semakin menginginkannya. Oleh karena itu, disebutkan tiga waktu ini karena keselamatan di dalamnya sangat penting, permohonannya paling mendesak, dan jiwa paling berharap mendapatkannya.
Ini karena manusia pada waktu-waktu tersebut berpindah dari satu tempat tinggal yang sudah menjadi tempatnya menetap, tempat jiwa merasa nyaman dan akrab, ke tempat yang baru dan penuh risiko:
Waktu pertama: Hari kelahiran
Saat seorang bayi keluar dari rahim ibunya ke dunia ini, ia langsung menghadapi berbagai bahaya, kesulitan, penderitaan, ujian, dan tekanan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang penyair:
"Perhatikan tangisan seorang bayi saat ia lahir ke dunia ini,
Kau temukan di baliknya rahasia yang menakjubkan,
Seolah ia merasa terancam oleh semua yang akan ia hadapi.
Jika tidak, apa yang membuatnya menangis, sedangkan dunia ini
Lebih luas dari tempatnya sebelumnya, dan lebih lapang?"
Tangisan itu juga karena tusukan setan di tubuhnya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis.
Perasaan keterasingan karena meninggalkan tempat asalnya (rahim) menjadi penyebab tangisan tersebut. Hal ini diakui oleh para dokter dan ilmuwan, meskipun mereka tidak memahami sepenuhnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Waktu kedua: Hari kematian
Ketika manusia meninggalkan dunia ini menuju alam barzakh, ia meninggalkan segala yang dikenalnya di dunia.
Perpindahan ini menyerupai perpindahan bayi dari rahim ibunya ke dunia, meskipun realitasnya jauh lebih besar dan lebih berat.
Permohonan keselamatan pada saat ini menjadi sangat penting karena kematian adalah awal dari kehidupan baru yang penuh misteri.
Waktu ketiga: Hari kebangkitan
Ketika manusia dibangkitkan pada Hari Kiamat, ia menghadapi pengadilan Allah SWT di hadapan seluruh makhluk.
Tidak ada perbandingan antara apa yang telah dialaminya sebelumnya dengan kengerian Hari Kiamat.
Keselamatan pada hari itu sangatlah penting, karena:
Jika seseorang celaka, ia tidak dapat memperbaiki kesalahannya.
Jika ia tergelincir, ia tidak akan diberi kesempatan lagi.
Jika ia menderita, tidak ada obatnya.
Jika ia miskin, tidak ada yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Kesimpulan:
Lihatlah bagaimana Allah secara khusus menyebut tiga waktu ini dengan salam karena tingginya kebutuhan manusia akan keselamatan pada saat-saat tersebut. Al-Qur’an mengandung begitu banyak rahasia, ilmu, dan hikmah yang tidak dapat dihitung oleh akal manusia.
Perhatikan pula bagaimana salam membawa ketenangan, menghilangkan rasa takut, dan memberikan rasa aman pada waktu-waktu tersebut. Salam adalah permohonan untuk keselamatan yang sangat penting pada:
1. Saat manusia keluar ke dunia penuh ujian,
2. Saat menghadapi maut dan meninggalkan dunia ini,
3. Saat berdiri di hadapan Allah Ta'ala pada Hari Kebangkitan untuk ditentukan nasib akhirnya.
Semoga Allah memberikan keselamatan kepada kita pada tiga waktu tersebut dengan rahmat, anugerah, kasih sayang, dan kemurahan-Nya. Amin.
Penafsiran Al Qasimiy tentang ayat-ayat dari Surah Maryam (32-36):
Ayat 32:
"Dan aku berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka."
Makna: Aku berbakti kepada ibuku dan tidak menjadi orang yang sombong untuk menaati perintah-Nya.
Ayat 33:
"Dan kesejahteraan (semoga terlimpah) atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
Makna: Kesejahteraan terlimpah padaku di tiga waktu penting ini, yang merupakan waktu manusia paling membutuhkan keselamatan, seperti dijelaskan sebelumnya.
Ayat 34:
"Itulah Isa putra Maryam, perkataan yang benar yang mereka ragukan."
Makna: Isa yang disebutkan dengan sifat-sifat agung dan keistimewaan yang luar biasa ini adalah putra Maryam, bukan sebagaimana yang digambarkan oleh kaum Nasrani. Ayat ini merupakan bantahan terhadap klaim mereka dengan cara yang sangat kuat dan argumentatif, menjelaskan sifat-sifat Isa yang bertentangan dengan klaim mereka.
Ayat 35:
"Tidak patut bagi Allah untuk mengambil seorang anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia telah menetapkan suatu urusan, maka Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah ia."
Makna: Bagaimana mungkin ada yang mengira bahwa Allah memiliki anak, padahal Dia Mahakuasa. Jika Dia menghendaki sesuatu, Dia hanya perlu mengatakan "Kun" (jadilah), maka terjadilah.
Ayat ini serupa dengan firman-Nya dalam Surah Ali Imran (59):
"Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah seperti Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah dia."
Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu adalah ciptaan Allah dengan kehendak-Nya, sehingga tidak ada ruang untuk menyangka bahwa Allah memiliki anak.
Ayat 36:
"Dan sungguh, Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus."
Makna: Ini adalah kelanjutan dari ucapan Nabi Isa, yang memerintahkan umatnya untuk menyembah Allah semata. Ayat ini menunjukkan jalan yang lurus, yaitu jalan kebenaran dan petunjuk. Barang siapa mengikuti jalan ini, dia akan mendapatkan hidayah, dan siapa yang menyimpang, dia akan tersesat dan binasa.
Penafsiran ini menunjukkan bahwa ayat-ayat tersebut adalah bantahan terhadap klaim kaum Nasrani tentang ketuhanan Isa dan menyeru kepada tauhid, yaitu menyembah Allah yang Maha Esa.
Catatan Penting dalam Manfaat Kisah Ini:
Pertama: Ketika Allah Ta’ala menyebutkan kisah Zakariya ‘alaihissalam, di mana Allah menciptakan seorang anak yang suci, bersih, dan diberkahi dari dirinya meskipun ia sudah lanjut usia dan istrinya mandul, Allah kemudian menyebutkan kisah Maryam, di mana Allah menciptakan putranya, Isa ‘alaihimassalam, darinya tanpa seorang ayah. Ada keterkaitan dan kesamaan antara kedua kisah ini. Oleh sebab itu, Allah menyebutkan kedua kisah ini dalam surat Ali Imran, di sini (Surah Maryam), dan dalam surat Al-Anbiya. Allah sering menghubungkan kedua kisah ini karena maknanya yang berdekatan, sebagai bukti bagi hamba-hamba-Nya akan kekuasaan dan keagungan-Nya, serta bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maryam adalah putri Imran, dari keluarga yang suci dan mulia di kalangan Bani Israil. Allah telah menyebutkan kelahiran ibunya dalam surat Ali Imran, di mana ibunya bernazar untuk membaktikan Maryam sepenuhnya dalam ibadah. Allah menerimanya dengan penerimaan yang baik dan menjadikannya tumbuh dengan baik. Maryam pun tumbuh di kalangan Bani Israil dengan cara yang luar biasa. Ia menjadi salah satu wanita yang sangat taat beribadah dan hidup dengan zuhud. Ia berada di bawah asuhan Zakariya, yang melihat berbagai karamah yang menakjubkan dari Maryam. Setiap kali Zakariya masuk ke mihrabnya, ia mendapati ada rezeki di sana, sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran.
Kedua: Dari firman Allah Ta’ala: "Lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya" (QS. Maryam: 17), sebagian ulama menyimpulkan dalil yang menunjukkan kenabian Maryam. Dari firman-Nya: "Wahai, andai aku mati sebelum ini" (QS. Maryam: 23), diambil dalil bolehnya seseorang berharap kematian dalam situasi seperti itu. Firman Allah: "Goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu" (QS. Maryam: 25) menunjukkan pentingnya usaha dalam mencari rezeki. Sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair:
"Tidakkah kau lihat bahwa Allah berkata kepada Maryam: Goyangkanlah pohon kurma agar buah kurma segar itu jatuh."
"Seandainya Allah menghendaki, Ia bisa menjatuhkan kurma itu tanpa digoyang, tetapi setiap hal memiliki sebab."
Dari ayat ini juga diambil dasar bahwa kurma segar bermanfaat bagi wanita, sebagaimana sering disebutkan para dokter. Selain itu, dari firman-Nya: "Lalu ia menunjuk kepada anaknya" (QS. Maryam: 29) setelah berkata: "Aku tidak akan berbicara dengan manusia hari ini" (QS. Maryam: 26), dipahami bahwa orang yang bersumpah untuk tidak berbicara, tidak melanggar sumpahnya dengan isyarat. Ayat ini juga mengisyaratkan bahwa diam dari berbicara kepada orang bodoh adalah wajib, sebagaimana dikemukakan oleh Al-Zamakhsyari, yang mengatakan: "Orang yang paling hina adalah orang bodoh yang tidak menemukan lawan untuk berdebat dengannya." Firman-Nya: "Ayahmu bukanlah seorang yang jahat" (QS. Maryam: 28) mengandung makna peribahasa: "Barang siapa menyerupai ayahnya, maka ia tidak salah." Ayat ini juga memberi pelajaran bahwa melakukan perbuatan buruk oleh anak-anak orang saleh lebih tercela.
Ketiga: Al-Razi meriwayatkan dari Qadhi bahwa dari firman-Nya: "Keselamatan atas diriku" (QS. Maryam: 33), makna keselamatan adalah sesuatu yang memberikan keamanan, termasuk keselamatan dari nikmat dan hilangnya bencana. Seolah Isa meminta dari Tuhannya keselamatan pada semua keadaan penting dalam hidupnya, yaitu saat kelahiran, kematian, dan kebangkitan. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya doa untuk keselamatan pada momen-momen tersebut.
Keempat: Al-Qashani mengatakan bahwa malaikat yang muncul dalam bentuk manusia sempurna kepada Maryam bertujuan agar jiwa Maryam terpengaruh oleh sosok tersebut. Ini menyebabkan dirinya merasa nyaman, sehingga naluri alaminya bergerak. Efek dari imajinasinya itu menyebar ke alam fisiknya, seperti mimpi basah yang terjadi saat tidur. Ia lalu mengeluarkan benih yang kemudian membentuk anak di rahimnya. Disebutkan bahwa wahyu itu serupa dengan mimpi jernih, di mana tubuh fisik melemah dari aktivitasnya, seperti halnya tidur. Oleh sebab itu, apa yang terlihat di dalam imajinasi terkait kondisi jiwa dapat memengaruhi tubuh.
Kelima: Istilah "tammatstala" berasal dari kata "matsal" yang berarti gambaran. Ayat ini menunjukkan bahwa malaikat dapat mengambil bentuk manusia. Imam Al-Haramain menyatakan bahwa bentuk asli malaikat tidak berubah menjadi manusia, tetapi Allah membuatnya terlihat seperti manusia untuk tujuan berkomunikasi.
Keenam: Sebagian ulama mengatakan bahwa asal kata 'Isa adalah Yesua (Yeshua). Namun, kaum Yahudi mengubahnya menjadi 'Aysu (Esau) sebagai bentuk ejekan. Kemudian, orang-orang Arab mengubahnya menjadi 'Isa untuk menyerupai nama Musa. Pergantian huruf "waw" menjadi "alif" memiliki alasan yang didasarkan pada kaidah bahasa Ibrani, bahkan juga kaidah dalam bahasa Arab. Selesai.
Ketujuh: Dalam firman Allah Ta’ala, "Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau seorang yang bertakwa" (QS. Maryam: 18), terdapat pelajaran tentang pentingnya berlindung kepada Allah di saat muncul rasa takut atau keraguan. Maryam, ketika melihat malaikat yang datang dalam bentuk manusia sempurna, segera berlindung kepada Allah dan menyebut nama-Nya sebagai cara untuk menunjukkan keimanan dan menguatkan dirinya. Ini adalah pelajaran bahwa menyebut nama Allah dapat menghilangkan rasa takut dan memberikan kekuatan dalam menghadapi situasi yang tidak biasa.
Kedelapan: Dalam kisah ini, terdapat bukti nyata kekuasaan Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, di mana Isa diciptakan tanpa ayah. Hal ini merupakan mukjizat yang membuktikan keesaan Allah dan kemahakuasaan-Nya. Kisah ini juga merupakan pengingat bahwa aturan-aturan dunia yang biasa kita kenal, seperti proses kelahiran manusia, sepenuhnya berada di bawah kendali Allah. Allah bisa melampaui aturan tersebut kapan saja dengan kehendak-Nya.
Kesembilan: Dalam ayat "Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu" (QS. Maryam: 25), terdapat pelajaran tentang pentingnya usaha meskipun hasilnya sudah dijamin oleh Allah. Maryam, yang sedang dalam kondisi lemah setelah melahirkan, tetap diperintahkan untuk menggoyangkan pohon kurma agar buahnya jatuh. Ini menunjukkan bahwa manusia harus berusaha semampunya, kemudian bertawakal kepada Allah atas hasilnya.
Kesepuluh: Ketika Maryam dituduh oleh kaumnya, ia tidak membela dirinya sendiri dengan kata-kata, melainkan menunjuk kepada Isa yang masih bayi. Ini mengajarkan hikmah bahwa kadang-kadang diam lebih bijaksana daripada menjawab, terutama ketika menghadapi tuduhan yang tidak adil. Isa pun berbicara sebagai mukjizat, menunjukkan bahwa pembelaan yang sejati adalah dari Allah.
Kesebelas: Dalam ucapan Isa yang pertama kali, "Sesungguhnya aku ini hamba Allah" (QS. Maryam: 30), terdapat pelajaran tentang kerendahan hati. Isa memulai pernyataannya dengan menegaskan bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah, bukan Tuhan atau anak Tuhan. Ini adalah pelajaran penting tentang kedudukan manusia di hadapan Allah dan bagaimana kita harus senantiasa mengakui kebergantungan kita kepada-Nya.
Keduabelas: Dalam firman-Nya, "Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada" (QS. Maryam: 31), terdapat pelajaran bahwa seorang hamba yang taat akan selalu menjadi sumber kebaikan dan keberkahan di mana pun ia berada. Hal ini menunjukkan bahwa keberkahan bukan hanya berupa materi, tetapi juga keberadaan seseorang yang membawa manfaat bagi orang lain.
Ketigabelas: Kisah ini juga menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang beriman. Ketika Maryam menghadapi cobaan berat, Allah memberikan tanda-tanda dan bantuan luar biasa, seperti buah kurma dan air yang muncul, serta Isa yang berbicara sebagai bayi. Ini mengajarkan bahwa Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang beriman di saat-saat sulit.
Keempatbelas: Dalam kisah ini terdapat pelajaran besar tentang kesabaran dan kepercayaan kepada Allah. Maryam menghadapi berbagai tuduhan dan tekanan dari kaumnya, tetapi ia tetap sabar dan bertawakal kepada Allah. Pada akhirnya, Allah sendiri yang membelanya melalui mukjizat Isa.
Kelima belas: Firman Allah dalam ayat ini memberikan pelajaran bahwa agama ini adalah agama tauhid, di mana semua nabi, termasuk Isa, diutus untuk mengajarkan keesaan Allah dan ketaatan kepada-Nya. Kisah Isa menguatkan pesan utama Islam bahwa hanya Allah yang layak disembah, dan manusia harus hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Pesan-pesan dari kisah ini sangat relevan bagi kehidupan kita, memberikan pelajaran tentang kekuatan iman, pentingnya usaha, dan keutamaan tawakal kepada Allah.
Tafsir Al-Thalabi adalah salah satu kitab tafsir klasik karya Imam Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim Al-Thalabi, yang wafat pada tahun 427 H :
---
"Dan ceritakanlah dalam Kitab (Al-Qur’an) tentang Maryam, putri Imran bin Matsan, ketika ia menjauhkan diri."
Ibnu Qatadah berkata: "Ia menyendiri." Al-Kalbi mengatakan: "Ia menjauh. Asal kata dari 'nabdzah', yaitu menjauh." Artinya, Maryam mengasingkan diri dan duduk di tempat tertentu, tempat yang terletak di timur. Artinya, tempat tersebut berada di sisi timur rumahnya. Ia duduk di sana karena itu adalah musim dingin. Al-Hasan berkata: "Kaum Nasrani menjadikan arah timur sebagai kiblat mereka karena Maryam memilih tempat di sebelah timur."
"Lalu ia menjadikan tabir (yang melindunginya) dari mereka."
Ibnu Abbas berkata: "Tabir itu berupa tirai." Maqatil berkata: "Ia menjadikan gunung sebagai pembatas antara dirinya dan kaumnya." Ikrimah berkata: "Maryam berada di dalam masjid selama ia suci, namun jika sedang haid, ia berpindah ke rumah bibinya hingga suci kembali, lalu ia kembali ke masjid. Ketika ia sedang mandi setelah haid, Jibril mendatanginya dalam rupa seorang pemuda berwajah rupawan, berambut ikal, dan tubuh yang sempurna."**
Hal ini ditegaskan dalam firman-Nya: "Maka Kami mengutus kepadanya Ruh Kami." Maksudnya adalah Jibril 'alaihis-salam. Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah ruh Nabi Isa yang disematkan padanya sebagai keistimewaan dan keutamaan. "Lalu dia menjelma di hadapannya sebagai manusia yang sempurna." Artinya, Jibril mengambil wujud manusia agar Maryam mampu menerima dan mendengar ucapannya. Sebab, jika ia menampakkan diri dalam wujud aslinya, Maryam pasti akan ketakutan dan lari, sehingga tidak mampu mendengar perkataannya.
Ketika Maryam melihatnya, ia berkata: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pemurah darimu, jika engkau seorang yang bertakwa." Artinya, seorang mukmin yang taat.
Ali bin Abi Thalib berkata: "Maryam tahu bahwa seorang yang bertakwa memiliki rasa takut kepada Allah." Ada pula yang berpendapat bahwa 'Taqi' adalah nama seorang pria saleh pada masa itu. Maryam berkata: "Jika engkau seperti dia dalam kesalehan, maka aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pemurah darimu."
Kemudian Jibril berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberikan kepadamu seorang anak laki-laki yang suci." Ada yang membaca kalimat itu dengan "liyahaba" (agar Dia memberi), dengan huruf "ya." Anak laki-laki itu adalah seorang yang suci, baik, dan takwa.
Maryam berkata: "Bagaimana mungkin aku memiliki anak laki-laki, sedangkan aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki dan aku bukan seorang wanita pezina?" Kalimat tersebut bermakna bahwa ia tidak pernah berzina. Huruf "ha" pada kata "bagiya" dihilangkan untuk mempertegas maknanya.
Jibril menjawab: "Demikianlah Tuhanmu berkata, 'Hal itu mudah bagi-Ku.'" Artinya, menciptakan seorang anak tanpa ayah adalah perkara yang mudah bagi Allah. "Agar Kami menjadikannya sebagai tanda bagi manusia dan rahmat dari Kami." Artinya, sebagai petunjuk bagi mereka yang mengikutinya.
"Dan hal itu adalah perkara yang telah ditetapkan." Maksudnya, hal itu telah tercatat di Lauhul Mahfuzh.
"Lalu Maryam mengandungnya." Menurut pendapat, Jibril meniupkan ruh melalui kerah bajunya, sehingga Maryam mengandungnya. Ada juga yang berpendapat bahwa Jibril meniup dari kejauhan, lalu angin itu sampai kepadanya, dan ia pun hamil. Ketika ia merasa hamil, ia pergi ke tempat yang jauh. Artinya, tempat yang jauh dari kaumnya, di balik gunung.
Al-Kalbi berkata: "Dikatakan kepada seorang kerabatnya bernama Yusuf, bahwa Maryam mengandung anak hasil zina. Ia pun hendak membunuhnya karena itu. Namun, Jibril datang kepadanya dan berkata: 'Sesungguhnya anak itu berasal dari Ruhul Qudus. Jangan bunuh dia.' Maka Yusuf membiarkannya hidup."
---
"Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma."
Ibnu Abbas berkata: "Maryam berada di tempat yang jauh dari keluarganya, dan Allah memberikan rasa sakit ketika ia hendak melahirkan. Ia pergi ke pohon kurma dan bersandar pada pangkalnya karena tidak ada tempat lain baginya untuk berlindung."
Maryam berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan."
Maryam berkata demikian karena rasa takut akan tuduhan yang akan diarahkan kepadanya oleh kaumnya. Ia takut mereka menuduhnya berzina. Ada pula yang berpendapat bahwa ia mengucapkannya karena rasa sakit saat melahirkan. Al-Hasan berkata: "Ia mengharapkan mati sebelum dilahirkan anak itu agar tidak mengalami ujian besar tersebut."
Kemudian Allah memberikan hiburan kepadanya: "Lalu ia diseru dari bawahnya, 'Janganlah engkau bersedih hati; sungguh Tuhanmu telah menjadikan anak sungai mengalir di bawahmu.'"
Ibnu Abbas berkata: "Yang menyerunya adalah Jibril, yang berada di bawah Maryam. Ada juga yang berpendapat bahwa anak yang baru dilahirkannya (Isa) yang berbicara kepadanya." Al-Suddi berkata: "Allah menciptakan sungai kecil di bawah Maryam untuk memberinya air."
"Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu."
Mujahid berkata: "Buah kurma yang masak adalah buah yang lembut dan manis." Allah memerintahkan Maryam untuk menggoyang pohon kurma, meskipun sebenarnya Allah bisa memberikan buah itu tanpa usaha darinya. Namun, Allah ingin menunjukkan hikmah bahwa seseorang tetap harus berusaha meski dalam kondisi sulit.
"Maka makanlah, minumlah, dan bersenang hatilah." Artinya, makanlah buah kurma itu, minumlah dari air sungai, dan bersenang hatilah dengan kelahiran anak yang merupakan rahmat dari Allah.
"Jika engkau melihat seorang manusia, katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernazar untuk berpuasa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.'"
Puasa yang dimaksud di sini adalah puasa untuk tidak berbicara, yang merupakan kebiasaan umat sebelumnya sebagai bentuk ibadah. Allah memerintahkan Maryam untuk diam agar tidak perlu menjawab tuduhan kaumnya, dan Allah-lah yang akan membela dirinya melalui bayi Isa.
Ketika Maryam kembali membawa anaknya, kaumnya berkata: "Hai Maryam, sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar."
Mereka mencelanya karena tidak mengetahui kisah sebenarnya. Mereka berkata: "Hai saudara perempuan Harun, ayahmu bukanlah seorang yang jahat dan ibumu bukanlah seorang wanita pezina."
Ibnu Abbas berkata: "Harun yang disebut di sini adalah seorang lelaki saleh yang menjadi teladan bagi kaum Bani Israil." Kaum Maryam menyebutnya "saudara perempuan Harun" untuk menunjukkan bahwa ia berasal dari keluarga yang terhormat, sehingga perbuatannya dianggap sangat mencoreng nama baik keluarganya.
"Maka Maryam menunjuk kepada anaknya."
Ketika mereka menuduhnya, Maryam hanya menunjuk kepada bayi Isa tanpa berkata apa pun, sebagaimana perintah Allah untuk tidak berbicara.
"Mereka berkata: 'Bagaimana kami bisa berbicara dengan seorang bayi yang masih dalam ayunan?'"
Mereka heran dan tidak percaya bahwa bayi yang masih sangat kecil dapat berbicara.
"Berkatalah Isa: 'Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku kitab (Injil) dan menjadikanku seorang nabi.'"
Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Isa untuk membela ibunya dengan berbicara sejak masih bayi. Isa menyatakan bahwa dirinya adalah hamba Allah, bukan anak Allah, untuk menolak segala tuduhan terhadap Maryam dan kesalahpahaman tentang dirinya.
---
"Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada."
Artinya, Allah menjadikan Nabi Isa sebagai sosok yang mendatangkan keberkahan dan manfaat bagi manusia, baik dalam hal ilmu, dakwah, maupun kebaikan. Nabi Isa membawa petunjuk dan rahmat kepada umatnya.
"Dan Dia memerintahkan aku untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat selama aku hidup."
Ini menunjukkan bahwa Nabi Isa (Alaihisalam) diperintahkan untuk melaksanakan ibadah-ibadah utama sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, yaitu salat sebagai hubungan langsung dengan Allah dan zakat sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama.
"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."
Nabi Isa menegaskan pentingnya berbakti kepada orang tua, dalam hal ini ibunya, Maryam. Allah juga menegaskan sifat rendah hati dan kelembutan Nabi Isa, berbeda dari sifat sombong atau durhaka.
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
Ini adalah pernyataan Nabi Isa yang mengungkapkan perlindungan Allah yang menyertai dirinya dalam tiga momen penting: kelahiran, wafat, dan kebangkitan. Ini menunjukkan keistimewaan Nabi Isa di sisi Allah.
"Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya."
Ayat ini menegaskan bahwa kisah Nabi Isa adalah kebenaran yang berasal dari Allah, bukan seperti yang disalahpahami oleh sebagian kelompok yang memfitnah Maryam atau menisbatkan sifat ketuhanan kepada Nabi Isa.
"Tidak patut bagi Allah mempunyai anak. Mahasuci Dia! Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, 'Jadilah,' maka jadilah sesuatu itu."
Ayat ini menolak secara tegas klaim bahwa Allah memiliki anak.
Allah Mahakuasa; penciptaan Isa hanya membutuhkan perintah "Kun" (Jadilah), sama seperti penciptaan Nabi Adam tanpa ayah dan ibu.
"Dan sungguh, Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus."
Nabi Isa mengakhiri ucapannya dengan menyeru kaumnya untuk menyembah Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Dia juga menjelaskan bahwa tauhid (meng-esa-kan Allah) adalah jalan lurus yang harus diikuti.
---
Tafsir Al-Alusi (1270 H)
Firman Allah Ta’ala:
“Dan kesejahteraan atasku pada hari aku dilahirkan, pada hari aku mati, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Maryam: 33)
Penjelasan:
Telah dijelaskan sebelumnya alasan khususnya penyebutan tiga keadaan ini (kelahiran, kematian, dan kebangkitan), sehingga cukup dipahami bahwa ini merupakan bagian dari kebiasaan yang sudah dikenal. Yang lebih jelas, bahkan yang benar, adalah bahwa definisi yang disebutkan di sini bersifat umum dan bertujuan menyiratkan kutukan atas orang-orang yang menuduh Maryam dan musuh-musuhnya dari kalangan Yahudi. Karena ketika Isa berkata, “Keselamatan atas dirinya,” ia menyiratkan bahwa kebalikannya (kecelakaan) ada pada mereka (Yahudi). Hal ini serupa dengan firman Allah Ta’ala:
“Dan kesejahteraan atas siapa saja yang mengikuti petunjuk.”
Ini bermakna bahwa azab adalah atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling. Karena konteks ayat adalah suasana perdebatan dan penolakan, maka adanya sindiran dalam bentuk ini sangat sesuai.
Pendapat bahwa definisi di sini adalah untuk sesuatu yang sudah dikenal (tertentu) bertentangan dengan makna yang lebih jelas, bahkan tidak benar. Hal ini bukan karena kedamaian yang diberikan kepada Yahya (‘alaihis salam) tidak bisa menjadi kedamaian bagi Isa (‘alaihis salam). Sebab, mungkin saja hal itu mirip dengan firman Allah:
"Inilah yang telah diberikan kepada kami sebelumnya."
Namun, konteks kalimat ini tidak berhubungan dengan apa yang disebutkan sebelumnya baik secara teks maupun makna. Bahkan, situasinya mengharuskan adanya sindiran, dan anggapan bahwa ini merujuk pada sesuatu yang dikenal sebelumnya akan menghilangkan tujuan tersebut.
Dalam Tafsir Al-Kashaf dan Al-Ikhtifa disebutkan bahwa keselamatan Yahya (‘alaihis salam), yang berasal dari firman Allah, lebih utama dibanding keselamatan Isa (‘alaihis salam), yang berasal dari ucapan Isa sendiri. Namun, ada yang berpendapat bahwa ucapan Isa lebih utama karena mengandung makna bahwa Allah menempatkannya pada posisi yang khusus, yakni seluruh keselamatan hanya untuknya. Oleh karena itu, perhatikanlah!
Bacaan Alternatif:
Zaid bin Ali (rahimahullah) membaca “يَوْمَ وَلَدَتْ” (hari ketika dia melahirkan) dengan menggunakan huruf ta marbuthah, yaitu menyandarkan kata kerja tersebut kepada ibunya.
Makna “ذلك” (itu):
Ini merujuk pada orang yang sifat-sifatnya telah dijelaskan dengan agung, menunjukkan ketinggian derajat, keistimewaan, dan kedudukan mulianya yang tak tertandingi. Hal ini menjadikannya seolah-olah sesuatu yang nyata dan terlihat.
Kata “عيسى ابن مريم” (Isa putra Maryam) bisa menjadi sifat untuk Isa, atau kabar kedua, atau badal, atau ‘athf bayan. Mayoritas ulama memilih bahwa ini adalah sifat.
Refutasi kepada Nasrani:
Firman ini secara eksplisit menolak keyakinan kaum Nasrani dengan cara yang paling kuat. Isa (‘alaihis salam) digambarkan sebagai hamba Allah, yang berlawanan dengan keyakinan mereka bahwa dia adalah tuhan atau anak Allah. Makna penegasan ini tersirat dari keseluruhan konteks.
“قول الحق” (Perkataan yang benar):
Ungkapan ini dinashabkan sebagai pujian. Maksud dari “al-haq” adalah Allah Ta’ala, sedangkan “perkataan” merujuk pada firman Allah yang menciptakan Isa (‘alaihis salam) melalui kalimat “Kun” tanpa seorang ayah.
Ada pula pendapat bahwa ungkapan ini merupakan keadaan (حال) bagi Isa, atau sebagai keterangan tambahan yang menegaskan makna yang disebutkan sebelumnya. Selain itu, “قول الحق” juga bisa menjadi keterangan penguat (taukid) dari makna keseluruhan ayat.
Penutup:
Syekh Al-Islam menyatakan bahwa “قول الحق” adalah keterangan penguat dari ucapan Isa:
"Sesungguhnya aku adalah hamba Allah."
Hal ini semakin menegaskan sifat penghambaan Isa kepada Allah, berbeda dengan klaim kaum Nasrani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar