Sabtu, 21 Desember 2024

KASIH SAYANG ALLAH TA'ALA


TANDA-TANDA CINTA ALLAH KEPADA HAMBA-NYA 


Alhamdulillah, Was Sholatu was Salamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Cinta Allah kepada hamba-Nya adalah hal yang ghaib, suatu keistimewaan besar dari karunia-Nya yang hanya diberikan kepada sebagian hamba-Nya. 
Tidak semua orang yang mengaku mencintai Allah benar dalam pengakuannya; sebab Allah telah menetapkan tanda-tanda yang menunjukkan cinta-Nya. 
Ketika Allah memilih seorang hamba untuk dicintai-Nya dan mendekatkannya kepada-Nya, akan tampak pada diri hamba tersebut tanda-tanda yang menunjukkan kebenaran pengakuan cintanya.

Imam Abu Thalib al-Makki menyebutkan beberapa tanda tersebut, seraya berkata:
"Seorang hamba yang dicintai Allah mencintai kebaikan dan ahlinya, menjauhi keburukan dan ahlinya, bersegera melakukan apa yang diperintahkan atau dianjurkan jika ia mampu, bersedih atas apa yang terlewatkan jika ia tidak mampu, meninggalkan ucapan dan perbuatan yang tidak bermanfaat, bebas dari kepura-puraan, mengerjakan shalat lima waktu berjamaah jika aman dari fitnah dan agamanya terjaga, menjauhi ghibah (menggunjing) dan membicarakan keburukan orang lain, mencintai untuk sesama apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri, dan membenci untuk mereka apa yang ia benci untuk dirinya sendiri. 
Ia bersegera dalam kebaikan, berlomba-lomba dalam amal kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah, banyak diam, lembut hati, tawadhu kepada orang-orang beriman, tegas kepada orang-orang sombong, tidak berdebat dalam kebatilan, tidak bermuka dua dalam agama, tidak membenci kebenaran meskipun itu merugikannya, tidak mencintai kebatilan meskipun itu menguntungkannya. 
Ia membenci pujian dari orang yang mencintainya, menerima nasihat dari orang yang membencinya, sama saja baginya dipuji atau dicela, jujur meskipun dalam hal yang merugikannya, tidak berpura-pura untuk keuntungan duniawi, hatinya lebih baik dari penampilannya, sabar atas gangguan orang lain, dan menjauhkan diri dari banyak berkumpul demi menjaga hati dan agamanya."

Adapun Imam al-Ghazali berkata:
"Perbuatan yang menunjukkan seseorang dicintai Allah adalah ketika Allah mengatur seluruh urusannya, baik lahir maupun batin. 
Allah menjadi penunjuk jalan, pengatur urusan, penghias akhlak, dan pemberi petunjuk bagi anggota tubuhnya. 
Allah menjadikan semua keinginannya terpusat pada satu tujuan, yaitu mencari ridha-Nya, membenci dunia di hatinya, merasa terasing dari makhluk lain, merasa nyaman dengan munajat kepada-Nya, dan mengungkap hijab antara dia dengan makrifat-Nya. 
Ini adalah tanda-tanda cinta Allah kepada hamba-Nya."

Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam Mukhtashar Minhaj al-Qashidin juga menyebutkan:
"Salah satu tanda cinta Allah yang paling kuat adalah pengelolaan hidup yang baik. Allah membimbing hamba-Nya sejak kecil dengan cara terbaik, menanamkan keimanan di hatinya, menerangi akalnya, membuatnya mengikuti segala yang mendekatkan dirinya kepada Allah, menjauhi segala yang menjauhkannya, mempermudah urusannya tanpa ia perlu merendahkan diri kepada manusia, menata lahir dan batinnya, serta menjadikan semua keinginannya terpusat hanya kepada Allah. Jika cinta Allah kepada hamba semakin kuat, Allah membuatnya sibuk hanya dengan-Nya hingga lupa segalanya."

Dari apa yang telah disebutkan, tanda-tanda tersebut adalah manifestasi cinta Allah yang sempurna kepada hamba-Nya, yang dipahami dari Al-Qur'an dan Sunnah. Berikut ini adalah beberapa tanda cinta Allah berdasarkan dalil:

1. Rendah hati kepada orang beriman dan tegas terhadap orang kafir:

Allah berfirman:
“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir...” (QS. Al-Ma’idah: 54).

Mereka penuh kasih kepada sesama orang beriman, tetapi tegas kepada orang kafir.

 Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang bersama Rasulullah itu keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...” (QS. Al-Fath: 29).

Imam al-Biqa’i berkata:
“Kerendahan hati mereka kepada orang beriman adalah bentuk kelembutan dan kasih sayang, bukan kehinaan. Sebenarnya, kerendahan ini adalah bentuk kemuliaan karena mereka tahu bahwa Allah mencintai mereka.”

2. Berjuang di jalan Allah dengan jiwa dan harta tanpa takut celaan siapa pun.

Setelah Allah menggambarkan kekasih-kekasih-Nya dengan sifat rendah hati dan lemah lembut kepada orang-orang beriman, serta tegas dan keras terhadap orang-orang kafir, Allah kemudian menambahkan tanda lain yang menguatkan cinta mereka kepada Allah dan cinta Allah kepada mereka. Tanda itu adalah jihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta mereka, memerangi musuh-musuh Allah, dan melakukan segala hal yang mampu mereka lakukan untuk melemahkan musuh dan mendukung orang-orang beriman. Mereka tidak takut terhadap celaan siapa pun, baik dari kaum munafik, orang-orang pengecut, maupun mereka yang tunduk kepada musuh. 

Allah berfirman:
"Dan mereka tidak takut terhadap celaan orang yang mencela." (QS. Al-Ma'idah: 54)


3. Diberikan Penerimaan di Bumi

Cinta orang-orang beriman kepada seseorang, kecenderungan hati mereka kepadanya, dan keridhaan mereka terhadapnya adalah anugerah dari Allah. Tidak ada seorang pun yang mampu mendapatkan cinta itu dengan harta, kedudukan, atau jabatan. 
Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menanamkan penerimaan untuknya di bumi. 
Allah menjadikan hati orang-orang beriman mencintainya dan menciptakan wibawa untuknya. 
Hati mereka mencintainya tanpa usaha dari dirinya untuk meraih cinta itu, tanpa alasan seperti hubungan kekerabatan, persahabatan, atau kebaikan yang dibuat-buat. 
Sebaliknya, itu adalah kehormatan khusus dari Allah untuk kekasih-Nya.

Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang." (QS. Maryam: 96).

Cinta ini adalah rasa kasih yang diciptakan Allah di hati manusia untuk mereka.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berkata: 'Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.' Maka Jibril pun mencintainya. 
Kemudian Jibril memanggil para penghuni langit: 'Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah dia.' 
Maka para penghuni langit mencintainya, lalu ditanamkan penerimaan baginya di bumi." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebaliknya, jika Allah membenci seorang hamba karena kefasikan, kesesatan, dan perbuatannya yang buruk, maka Dia juga memanggil Jibril untuk memberitahu kebencian-Nya terhadap orang tersebut. Jibril pun membencinya, begitu pula penghuni langit lainnya. Kemudian Allah menanamkan kebencian terhadap orang tersebut di hati para penghuni bumi.


4. Dijaga dari Dunia Jika Dunia Membahayakannya

Cinta Allah dan kecintaan kepada dunia tidak dapat bersatu dalam hati seorang hamba yang Allah pilih sebagai kekasih-Nya. Sebagai bentuk kelembutan-Nya, Allah melindungi hamba-Nya yang dicintai dari dunia dan segala yang dapat menyibukkan hatinya dari Allah. 
Allah menjaganya agar hatinya tetap bersih, sehingga ia dapat menerima anugerah dan rahmat Allah dengan lapang.

 Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia melindunginya dari dunia sebagaimana kalian melindungi orang sakit dari makanan yang dapat membahayakannya." (HR. Tirmidzi)


5. Diuji pada Diri, Harta, dan Anak

Ujian berupa musibah adalah sunnatullah di dunia ini. 

Allah berfirman:
"Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS. Al-Mulk: 2).

Ujian menimpa baik orang beriman maupun kafir. Namun, jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan meningkatkan ujian pada dirinya, hartanya, dan anak-anaknya. Jika ia ridha dan sabar atas ujian tersebut, Allah akan memilihnya sebagai kekasih-Nya. Sebaliknya, jika ia marah dan tidak ridha, maka ia akan mendapatkan murka Allah di dunia dan akhirat.

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Jika Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridha, maka baginya keridhaan Allah. Dan barang siapa yang tidak ridha, maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Tirmidzi)


"Sebagian ulama berkata: Jika engkau merasa mencintai-Nya, dan engkau melihat bahwa Dia mengujimu, maka ketahuilah bahwa Dia ingin menyucikanmu."

Namun, hal ini tidak berarti seorang hamba harus meminta ujian kepada Allah.

 Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah mengajarkan kita untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan dalam segala keadaan. 
Yang dimaksud di sini adalah agar manusia bersabar ketika Allah mengujinya dan menyadari bahwa ujian bukanlah tanda kemurkaan atau kebencian Allah, melainkan indikasi ridha dan cinta-Nya, selama ia diberi ilham untuk bersabar dan ridha atas ketentuan Allah.

Ibnu Atha’illah berkata dalam hikmahnya:
"Rasa sakit dari ujian akan terasa ringan bagimu jika engkau mengetahui bahwa Dia-lah yang mengujimu. 
Maka, takdir yang engkau hadapi datang dari Tuhan yang biasa memberikanmu pilihan terbaik."

Ia juga berkata:
"Barang siapa menyangka bahwa kasih sayang Allah terpisah dari takdir-Nya, maka itu karena pandangannya yang sempit."
Artinya, siapa yang mengira kasih sayang Allah tidak menyertai takdir-Nya berupa musibah atau ujian, maka hal itu disebabkan lemahnya keyakinannya.

Oleh karena itu, orang-orang yang mencintai dan mengenal Allah melihat nikmat di balik ujian dan pemberian di balik musibah. 
Bahkan, sering kali mereka menikmati ujian tersebut karena ujian itu membawa kedekatan yang lebih kuat dengan Allah. Mereka semakin banyak memohon kepada-Nya dan bergantung kepada-Nya. Dengan bersabar, ridha, dan bertawakal kepada-Nya, mereka menerima ketetapan-Nya.


6. Allah Membela dan Menolongnya terhadap Musuh-musuhnya

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Allah berfirman: Barang siapa memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang kepadanya. 
Tidak ada yang lebih dicintai oleh hamba-Ku dalam mendekatkan diri kepada-Ku selain apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. 
Dan hamba-Ku terus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. 
Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia bertindak, dan kakinya yang dengannya ia berjalan. 
Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku berikan, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi." (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar Al-Asqalani menukil dari Al-Thufi mengenai makna hadits ini:
"Para ulama sepakat bahwa ini adalah majaz (kiasan) yang menunjukkan dukungan, pertolongan, dan bantuan Allah kepada hamba-Nya.
Seolah-olah Allah menempatkan diri-Nya sebagai alat yang digunakan hamba-Nya untuk mengalahkan musuhnya."


7. Menjaga Anggota Tubuhnya dari Maksiat

Dalam hadits qudsi yang disebutkan sebelumnya, Allah berfirman:
"Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang dengannya ia melihat, tangannya yang dengannya ia bertindak, dan kakinya yang dengannya ia berjalan."

Hal ini berarti Allah menjaga pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki hamba-Nya sehingga ia tidak menggunakannya kecuali untuk hal-hal yang diridhai Allah. Segala aktivitasnya terfokus pada ketaatan kepada Allah dan menjauhi hal-hal yang diharamkan.


8. Dikabulkan Doanya dan Dikabulkan Keinginannya

Sebagai bentuk kemuliaan bagi mereka yang dicintai Allah, doa-doa mereka dikabulkan dan permintaan mereka terpenuhi. 
Dalam hadits qudsi disebutkan:
"Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku berikan, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi."

Imam Al-Khattabi menjelaskan bahwa hal ini menunjukkan kecepatan dalam pengabulan doa dan keberhasilan dalam permintaan. 
Karena semua usaha manusia dilakukan dengan anggota tubuh yang disebutkan tersebut, Allah mempercepat bantuan-Nya untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda:
"Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada orang yang jika ia bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkannya." (HR. Bukhari)

Kadang, hamba yang dicintai Allah ini tidak dikenal atau dianggap rendah di masyarakatnya. 
Namun, Allah memilihnya karena keikhlasannya dalam beribadah, ketulusan hatinya, dan keterpisahan dirinya dari dunia. 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Betapa banyak orang yang rambutnya kusut, tertolak di pintu-pintu, namun jika ia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah mengabulkan sumpahnya." (HR. Muslim)

Ya Allah, kami memohon cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencintai-Mu, dan cinta amal yang mendekatkan kami kepada cinta-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar