*FAWAID – DARI KITAB SABIIL AR-RASYAAD FI TAQRIIR MASAAILIL I’TIQOOD*
#Faidah-DAURAH_SYAR’IYYAH_21_STAI_ALI_BIN_ABI_THALIB_1444H
#Syaikh_Prof_Dr_Ibrahim_bin-Amir_ar-Ruhaily_hafizhahullah
*BAGIAN KEDUA:*
النوع الثاني: توحيد الأسماء والصفات:
MACAM KEDUA: TAUHID AL-ASMA WAS SHIFAT:
ويمكن بيان معتقد أهل السنة في توحيد الأسماء والصفات من خلال الوجوه
التالية:
Penjelasan tentang keyakinan Ahlus Sunnah dalam Tauhid al-Asma was Sifaat dapat dijelaskan melalui beberapa sudut pandang berikut ini:
أولا: تعريفه:هو الإيمان بما ورد في الكتاب والسنة الله مـن الأسماء والصفات، وإثبات معانيها الصحيحة، ولوازمها وآثارهـا وتنزيهـه تعـالى عـمـا نـفـتـه عنـه النصـوص مـن النقائص ومشابهة المخلوقات.
PERTAMA: Definisinya
Tauhid Al-Asma was Sifat adalah iman dengan apa yang ada di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dari berbagai nama dan sifat Allah, penetapan berbagai makna yang shohih darinya dan berbagai kelazimannyanya..* dan efeknya ** dan upaya mengarahkan tujuan hidup manusia agar bisa hidup secara bermakna. dari apa yang telah disangkal oleh teks dari berbagai kekurangan dan kemiripannya dengan makhluk.
*اللازم: " ما يمتنع انفكاكه عن الشيء" انظر التعريفات (1/ 190) ومنه أخذت دلالة الالتزام. ودلالة التزام: هي دلالة اللفظ على أمر خارج عن معناه، لكنه لازم لـه لا يفارقه، كدلالة السقف على الحائط، فالسقف ليس جزءا من الحائط، لكنه لا يعقل أن يوجد سقف بدون حائط تحتـه " وهـي من أنواع الدلالات العقلية غير اللفظية. انظر روضة الناظر (۱/ ۷۱). آداب البحث والمناظرة 1 / 14 وتسهيل المنطق للشيخ عبد الكريم مراد (ص: ۱۱). وقد نبه بعض العلماء المحققين على دلالات الأسماء والصفات على بعض الصفات الأخرى من طريق اللزوم وأن هذه الدلالة من أنواع الدلالات الصحيحة في هذا الباب. يقول شيخ الإسلام ابن تيمية " فالاسم يدل على الذات والصفة المعينة بالمطابقة ويدل على أحدهما بطريق التضمن وكل اسم يدل على الصفة التي دل عليهـا بـالالتزام" مجمـوع الفتـاوى .(۳۸۳ /۱۳)
Makna al-Lazim adalah “apa yang mencegah sesuatu menjadi terlepas.” (LIhat at-Ta’rifaat 1/190) dan darinya diambil “Dilalatul Iltizam atau tanda komitmen: itu adalah indikasi kata dari sesuatu di luar maknanya, tetapi diperlukan untuk itu dan tidak terpisah darinya, seperti tanda langit-langit di dinding, langit-langit bukan bagian dari dinding, tetapi tidak dapat dibayangkan bahwa ada langit-langit tanpa dinding di bawahnya, dan itu adalah salah satu jenis indikasi akal yang bukan indikasi verbal perkataan.” (Lihat Raudhatun Naadzhir 1/71). Adabul Bahtsi wal Munaadzoroh 1/14, Tashiil Mantiq oleh Syaikh Abdul Karim Murod (hal 11), Beberapa ulama telah memperingatkan tentang indikasi berbagai Nama dan Sifat atas beberapa Sifat lainnya dari jalan yang harus dipegang komitmennya dari berbagai dalil yang shahih. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Isim itu menunjukkan kepada dzat dan Sifat yang tertentu itu berkesesuaian dan menunjukkan kepada salah satu dari keduanya yaitu Nama dan Sifat Allah, dengan jalan penyertaan yang menunjukkan kepada setiap nama itu bisa menunjukkan kepada sifat yang mengharuskan adanya suatu komitmen.” Majmu' Al-Fatawa (13/ 383)
ويقول ابن القيم: "الأصل الثاني: أن الاسم من أسمائه تبارك وتعالى كما يدل على الذات والصفة التي اشتق منها بالمطابقة، فإنه يدل عليه دلالتين أخريين بالتضمن واللزوم "مدارج السالكين (1/ 54)، وانظر بدائع الفوائد (1/ 162).
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Prinsip kedua: bahwa Nama dari Nama-Nama Allah Tabaraka wa Ta’ala sebagaimana menunjukkan kepada Dzat dan Sifat yang diturunkan sesuai dengan korelasi/keselarasan, maka ini menunjukkan kepada dua dalil lainnya dengan pendalilan penyertaan dan al-Luzum (komitmen).” (lihat Madarijus Salikin 1/54 – lihat Badail Fawaid 1/162).
(tambahan penjelasan)
فأما دلالة المطابقة: فهي دلالة اللفظ على تمام وكمال معناه الذي وضع له، مثل: دلالة البيت على الجدران والسقف، فإذا قلنا: بيت فإنه يدل على وجود الجدران والسقف.
Adapun Dalalah al-Muthobaqoh atau Tanda-tanda keselarasan: itu adalah makna kata untuk kelengkapan dan kesempurnaan makna yang ditetapkan untuk-Nya, seperti: Tanda rumah di dinding dan langit-langit, jika kita mengatakan: rumah, itu menunjukkan adanya dinding dan langit-langit. (bisa dikatakan Dalalah al-Muthobaqoh adalah Informasi dari lafadh penuh utuh sesuai dengan yang ditetapkan.)
ودلالة التضمن: هو دلالة اللفظ على جزء معناه الذي وضع له، كما لو قلنا: البيت وأردنا السقف فقط، أو قلنا: البيت وأردنا الجدار فقط، فإذا أردنا واحداً منهما فهذا يسمونه المتضمن، يعني: فرداً واحداً من أفراد المعنى الآخر.
Dan Dalalah At-Tadhommun atau Tanda-Tanda Penyertaan: itu adalah tanda-tanda lafazh pada bagian maknanya yang diletakkan untuk itu, seolah-olah kita mengatakan: rumah dan kami hanya menginginkan atapnya saja, atau kami berkata: rumah dan kami menginginkannya dindingnya saja, dan jika kita menginginkan salah satunya, maka mereka menyebutnya tersirat, artinya: salah satu individu dari makna lainnya. (bisa dikatakan Dalalah At-Tadhommun adalah Informasi dari lafadh tidak utuh, hanya sebagian dari makna yang ditetapkan.)
ودلالة الالتزام: هي دلالة اللفظ على معنى خارج اللفظ يلزم منه هذا اللفظ.
Dan Dalalah Iltizam atau Tanda-Tanda Iltizam (Komitmen): itu adalah tanda-tanda lafazh terhadap makna yang diluar lafazh tersebut yang harus diikutkan dalam lafazh ini. (bisa dikatakan Dalalah Iltizam adalah Informasi dari lafadh tidak sesuai dengan yang ditetapkan akan tetapi makna yang diinformasikan melekat erat dalam pemikiran dengan makna yang ditetapkan Informasi dari lafadh tidak sesuai dengan yang ditetapkan akan tetapi makna yang diinformasikan melekat erat dalam pemikiran dengan makna yang ditetapkan)
فإذا قلنا: كلمة السقف مثلاً، فالسقف لا يدخل فيه الحائط فإن الحائط شيء والسقف شيء آخر، لكنه يلزم منه؛ لأنه يتصور وجود سقف لا حائط له يحمله، فهذه هي دلالة الالتزام أو اللزوم.
Jika kita mengatakan: kata langit-langit, misalnya, langit-langit tidak termasuk dinding, karena dinding adalah satu hal dan langit-langit adalah hal lain, tetapi itu dibutuhkan untuk diharuskan bersamanya; Karena ia membayangkan adanya langit-langit tanpa dinding untuk menopangnya, ini adalah tanda komitmen atau keharusan.
وقال منبها على أثر معرفة لوازم الأسماء والصفات في إثبات صفات الكمال وخفاء ذلك على من
لا يعرف دلالة اللزوم: "فإن مـن عـلـم أن الفعـل الاختياري لازم للحياة، الكاملة، وأن السمع
والبصر لازم للحياة الكاملة، وأن سائر الكمال من لوازم الحياة الكاملة أثبـت مـن أسـمـاء الـرب
وصفاته وأفعاله ما ينكره من لم يعرف لزوم ذلك، ولا عرف حقيقة الحياة ولوازمها، وكذلك سائر
صفاته فإن اسم العظيم له لوازم ينكرها من لم يعرف عظمة الله ولوازمها.." مدارج السالكين بين
منازل إياك نعبد وإياك نستعين (1/ 55).
Ibnul Qoyyim rahimahullah juga memberikan peringatan atas atsar pengetahuan yang menjadi komitmen al-Asma’ dan Sifat Allah dalam penetapan Sifat Kesempurnaa dan hal ini tersembunyi dari orang-orang yang tidak mengetahui tanda-tanda al-Luzum (komitmen/keharusan), “Orang yang mengetahui bahwa perbuatan yang ada pilihannya adalah suatu keharusan dalam kehidupan yang sempurna, dan sesungguhnya pendengaran dan penglihatan adalah suatu keharusan bagi kehidupan yang sempurna, dan keseluruhan aspek kesempurnaan itu adalah bagian dari bentuk komitmen hidup yang sempurna inipun sama dengan menetapkan dari Nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya serta Perbuatan-perbuatan-Nya Apa yang diingkari oleh seseorang yang tidak mengetahui pentingnya keharusan hal itu, juga tidak mengetahui realitas kehidupan dan keharusannya, begitu pula berlaku untuk sifat-sifat Allah, maka Isim Al-Adzim Allah Dzat Yang Maha Agung itu harus ada komitmennya yaitu pasti ada orang yang mengingkarinya karena tidak mengetahui keagungan Allah dan komitmen dari keagungan Allah tersebut.” (LIhat Madaarijus Salikin Baina Manazil Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in. 1/55)
(۱) دلالة آثار الصفات من الأدلة المشهورة عند أهل العلم يقول الإمام ابن القيم في حديثـه عـن آثـار
صفة الرحمة: "فانظر إلى ما في الوجود من آثار رحمته الخاصـة والعامة، فبرحمته أرسـل إلينـا
رسوله ﷺ وأنزل علينا كتابه وعصمنا من الجهالة وهدانا من الضلالة وبصرنا من العمى وأرشـدنا
من الغي، وبرحمته عرفنا من أسمائه وصفته وأفعاله ما عرفنا به أنه ربنا ومولانا، وبرحمته علمنا مـا
لم نكن نعلم، وأرشدنا لمصالح ديننا ودنيانا" انظر مختصر الصواعق (ص: 368).
Dalil-dalil atsar tentang Sifat-Sifat Allah adalah termasuk dalil-dalil yang masyhur di kalangan ahli ilmu. Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata tentang atsar sifat ar-Rahman: “
Maka lihatlah efek dari kasih sayang Allah secara khusus dan umum yang ada, karena dengan rahmat-Nya Rasulullah ﷺ diutus kepada kita. dan Allah menurunkan kepada kita Kitab-Nya, dan kita dilindungi dari kebodohan, dan Allah membimbing kita dari kesesatan, dan penglihatan kita dari kebutaan, dan membimbing kita dari ketergelinciran. Dengan rahmat-Nya kita mengetahui dari Nama-nama-Nya, Sifat-sifat-Nya dan Perbuatan-Nya apa yang kita ketahui tentang-Nya bahwa Dia adalah Rabb kami dan Pelindung kita, dan dengan rahmat-Nya Dia mengajari kita apa yang kita tidak tahu, dan Dia menunjukki kita kepada kebaikan agama kita dan dunia kita.” (Lihat Mukhtasar al-Shawa’iq (hal.: 368)).
ثانيا: منهج أهل السنة والجماعة في تقرير أسماء الله وصفاته: * يتلخص منهج أهل السنة والجماعة في إثبات أسماء الله وصفاته في الأمور التالية:
KEDUA: MANHAJ AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA`AH DALAM PENETAPAN NAMA-NAMA DAN SIFAT-SIFAT ALLAH:
Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama`ah dalam menegaskan nama-nama dan sifat-sifat Allah terangkum dalam hal-hal berikut:
۱ - منهجهم في الاستدلال لها:
1. Manhajnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam pengambilan dalil terhadap Tauhid Asma wa Shifat
يعتقدون أن أسماء الله تعالى وصفاته توقيفية، لا يجوز إطلاق شيء منهـا على الله في الإثبات أو النفي إلا عن طريق الشرع. قال الإمام أحمد رحمه الله تعالى: «لا يوصف الله إلا بما وصف به نفسه، أو وصفه به رسوله ﷺ، لا يتجاوز القرآن والحديث».
Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa nama-nama dan sifat-sifat Rabb Yang Maha Esa adalah Tauqifiyyah (Eksklusif dari dalil al-Qur’an dan as-Sunnah), dan tidak satu pun dari nama-nama dan sifat-sifat tersebut dapat dikaitkan dengan Rabb dalam Penetapan atau Peniadaan kecuali melalui metode syar’I (sesuai dengan syari’at yang dibawa oleh Nabi ﷺ). Imam Ahmad rahimahullah, mengatakan: "Allah tidak dijelaskan sifat-Nya kecuali dengan apa yang telah Allah sifatkan untuk diri-Nya, atau yang sesuai dengan apa yang Rasul-Nya ﷺ, sifatkan tentang-Nya, dan tidak melampaui Al-Qur'an. Dan al-hadits. (lihat Majmu’ al-Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 16/472)
-۲ - منهجهم في الإثبات :
يثبتون كل ما أثبته الله – عز وجل – لنفسه، وما أثبته له رسوله ﷺ من الأسماء والصفات، على الوجه اللائق بالله إثباتا مفصلا كما في قوله سبحانه:
وهو السميع البصير ﴾ [سورة الشورى:11]
2. Manhajnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam penetapan Asma dan Sifat Allah.
Mereka menetapkan segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah – Azza wa Jalla - untuk diri-Nya sendiri, dan apa yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya, dalam hal Asma dan Sifat Allah, dengan cara yang sesuai dengan keagungan Allah, dengan bukti rinci sebagai dalam firman-Nya Subhanahu: “Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Syura:11) (Lihat At-Tadmuriyyah hal 57 dan Syarah at-Thohawiyah Libni Abil ‘Iz 1/68)
3- منهجهم في النفي:
3. Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam Peniadaan Asma dan Sifat Allah:
ينفون عن الله ما نفاه عن نفسه أو نفاه عنه رسوله ﷺ نفيا مجملا كما في قوله تعالى:
«ليس كمثله شيء * [سورة الشورى:11] مع اعتقاد إثبات كمال ضد المنفي، كنفي (الظلم) في قوله تعالى: «ولا يظلم ربك أحدا ﴾ [سورة الكهف:49] لإثبات كمال عدله. ونفي (اللغوب)
في قوله تعالى: ﴿وما مشتا من لغوب ﴾ [سورة ق:38]، لإثبات كمال قدرته
Ahlus Sunnah wal Jama’ah meniadakan dari Allah apa yang Allah tiadakan untuk diri-Nya sendiri atau apa yang ditiadakan oleh Rasul-Nya ﷺ, secara umum, seperti dalam firman Allah Ta’ala:
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. As-Syuraa: 11)
dengan disertai keyakinan penetapan kesempurnaan sebagai kebalikan dari peniadaan, seperti peniadaan kedholiman sebagaimana firman Allah:
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا
“Dan Rabbmu tidak mendzalimi seorang pun.” (QS. Al-Kahfi: 49)
Karena penetapan kesempurnaa Allah dalam Maha Keadilan-Nya.
Allah meniadakan al-Lughub – ta’ab – capek, sebagaimana firman Allah:
وَّمَا مَسَّنَا مِنْ لُّغُوْبٍ
“dan Kami tidak merasa letih sedikit pun. “ (QS. Qof: 38)
Karena penetapan tentang kesempurnaan Kekuasaan-Nya.
(Tambahan dari Syaikh hafizhahullah - Apa saja dari Sifat Allah yang berkaitan dengan sifat yang menunjukkan kekurangan maka ditiadakan dan menetapkan kebalikannya sebagai kesempurnaan dari sifat-sifat Allah Ta’ala).
BERSAMBUNG
Zaki Rakhmawan Abu Usaid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar