Jumat, 26 April 2024

MENINGGALKAN KEMEWAHAN



TULISAN KESEMBILAN
Pembahasan Kitab Hilyah Tholibil Ilmi

Syaikh Prof. Dr. Ziyad al-Abbadiy hafizhahullah mengatakan dalam penjelasan kitab Hilyah Tholibil Ilmi:

Bagian Kesepuluh

‌‌هجر الترفه:

10. MENINGGALKAN KEMEWAHAN

لا تسترسل في (التنعم والرفاهية) ، فإن "البذاذة من الإيمان" ، وخذ بوصية أمير المؤمنين عمر بن الخطاب رضى الله عنه في كتابه المشهور، وفيه: "وإياكم والتنعم وزي العجم، وتمعددوا، واخشوشنوا  .

Janganlah melepaskan nafsumu dalam kemewahan dan kesenangan, sesungguhnya kesederhanaan adalah sebagian dari iman. Ambillah wasiat Amirul Mukminin Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu dalam sebuah suratnya yang terkenal, "Hati-hatilah kalian dengan kemewahan, pakaian 'ajam, tirulah Ma'ad dan hiduplah dengan keras."

Syaikh hafizhahullah menjelaskan:
Perkataan Syaikh Bakr rahimahullah: janganlah membiarkan dirimu hanyut dalam kemewahan dan kesenangan. Nasihat ini diucapkan bagi pencari ilmu dan juga selain mereka. Karena menghayutkan diri dalam hal itu bertentangan dengan bimbingan Nabi ﷺ

Syaikh hafizhahullah berkata:
الأصل في اللباس حلي وشروطه، لا يكشف العورة، لا يحجم الجسم، لا يشبه لباس الكفار، أسوء ما يكون، وهذا منهي عنه، كل البلد تتزين باللباس الخاص، أهل البادية لا يلبس بلباس أهل المدن

Asal dari pakaian itu adalah perhiasan saja. Asal usul pakaian dan syaratnya adalah Itu tidak memperlihatkan auratnya,  tidak membentuk lekuk tubuh, tidak menyerupai pakaian (yang menjadi ciri khas) orang kafir (seperti pakaian pendeta, biksu dan lainnya), ini konteks paling jelek dan ini dilarang. Setiap  negeri menghiasi dirinya dengan pakaian khasnya, tetapi penduduk gurun tidak mengenakan pakaian penduduk kota.

فالعرب لهم لبسهم والعجم لهم لبسهم، والعجم أيضا يتفاوت لبسهم فكل بلد لها لبسها لا مشكلة عندنا الاسلام دين عالمي يتسع للناس أجمعين والناس يتفاوتون في لباسهم ويختلفون في عاداتهم وفي تقاليد فما دام لباسهم شرعيا ضمن الشروط التي ذكرت لا مشكلة عندنا في هذا الباب

Orang Arab punya pakaiannya sendiri, orang non-Arab punya pakaiannya sendiri, dan orang non-Arab juga punya pakaiannya sendiri. Setiap negara punya pakaiannya sendiri. Tidak ada masalah bagi kita. Islam adalah agama universal yang mengakomodasi semua orang .Orang-orang berbeda-beda dalam pakaiannya dan berbeda dalam adat istiadatnya, selama pakaiannya sah dan sesuai dengan syarat-syarat yang disebutkan, kami tidak mempunyai masalah dalam hal ini.

Seneng dengan tentara maka dia pun akan berpakaian dengan mirip mirip tantara, dan senang dengan ulama dan ilmu maka dia akan berusaha untuk berpakaian seperti para ulama sebagai bentuk untuk menunjukkan kecintaan dan rasa senangnya kepada ulama dan ilmu.

Syaikh  hafizhahullah menjelaskan:
kesederhanaan adalah sebagian dari iman. Apakah sederhana itu?
Sederhana berarti tidak berlaku mewah dan berfoya-foya, bukan berarti kotor, maka bedakan antara sederhana dan jorok.
Kejorokan tidaklah terpuji, sementara sederhana adalah sifat terpuji. Demikian pula wasiat Amirul Mukminin Umar Radhi- yallahu 'anhu dalam suratnya yang terkenal: hati-hatilah dengan pakaian orang 'ajam. Ungkapan ini bersifat wanti-wanti, karena orang-orang Arab memiliki kalimat peringatan dan kalimat bu- jukan. Jika iyyaka diucapkan dalam permohonan, maka disebut jumlah ighraiyyah. Jika kamu berkata: singa, singa! Maka artinya peringatan. Sementara jika kamu berkata: rusa, rusa! Maka berarti rayuan, bukankah demikian? Baik, adapun Ayya, maka itu untuk peringatan. Ibnu Malik berkata:
"Hati-hatilah dengan keburukan dan sejenisnya, berhati-hati- lah terhadap hal yang wajib ditutup
Hati-hatilah kalian dengan kesenangan, maksudnya, hati-ha- tilah kalian terhadap kesenangan, yaitu dalam hal pakaian, badan. dan segala hal. Maksudnya kesenangan di sini adalah banyaknya, karena menikmati apa yang telah dihalalkan Allah tanpa berlebi- han termasuk hal yang terpuji, tidak ragu lagi. Barangsiapa yang tidak menikmati apa yang dihalalkan Allah tanpa ada sebab yang syar'i maka itu adalah tercela.
Perkataan Syaikh mu’alif rahimahullah:  Bakr: pakaian 'Ajam. Apakah yang dimak- sud dengan pakaian 'ajam?
Bentuknya, baik dalam hiasan, seperti bentuk rambut, janggut, dan sejenisnya, atau hiasan pakaian, kita dilarang un- tuk mengenakan pakaian 'ajam. Yang dimaksud ajam bukanlah bangsa Persia, akan tetapi semua bangsa non arab, termasuk di dalamnya bangsa Eropa dan bangsa bangsa timur di Asia dan se lainnya. Semua yang bukan Arab adalah 'ajam. Akan tetapi, kaum muslim 'ajam disamakan dengan bangsa Arab dari segi hukum, bukan nasab, karena mereka sama-sama mengikuti Rasulullah ﷺ.

لما ذكر المؤلفُ هَجْرَ التَّرَفَّه أَطْنَبَ فِي ذِكْرِ اللَّبَاسِ؛ لأن اللباس الظاهر عنوان على اللباس الباطن، ولهذا يمر بك رَجُلَانِ كلاهما عليه ثوب مثل الآخر، فتَزْدَرِي أحدهما ولا تهتم بالآخر ، تَزْدَرِي مَنْ لِبَاسُهُ يَنْبَغِي أن يكون على غير هذا الوجه، إما بالكَيْفِيَّةِ، أو في اللَّوْنِ، أو بالخياطة، أو غير ذلك، والثاني لا ترفع به رأسًا، ولا ترى في لِبَاسِهِ بَأْسًا؛ لأن لكلِّ قَالَبٍ ما يناسبه.

Ketika Syaikh mu’alif rahimahullah menyebutkan pentingnya meninggalkan kemewahan, beliau memanjangkan penuturannya mengenai pakaian, karena pakaian lahir adalah tanda bagi pakaian batin. Karena itu, jika lewat kepadamu dua laki-laki, dua-duanya mengenakan baju yang sama, lalu kamu mengkritik salah satunya dan membiarkan yang lain. Kamu mengkritik yang satu karena seharusnya pakaiannya tidak seperti ini, baik dalam kuantitas, warna atau dalam hal jahitan atau yang lainnya. Sementara yang kedua kamu biar- kan dan kamu tidak melihat adanya kecacatan dalam pakaiannya, karena setiap pola memiliki sesuatu yang cocok dengannya.

Syaikh hafizhahullah menjelaskan:

: إِن بَعْضَ الناس يكونُ مَشْغُولًا بِالتَّائِقِ فِي مَلَابِسِهِ، حتى إن كانت مُبَاحَةً، فلا ينبغي أن يكونَ أَكْبَرُ هَمِّهِ الهَنْدَمَةَ والتَّأنق في اللباس، والتأنق في لبس الغترة حسب الأذواق، فلا تَهْتَمَّ بِهَذَا، ولكن في المقابل لا تكن عكس ذلك لا تَهْتَمَّ بِنَفْسِكَ، ولا بِلِبَاسِكَ، ولقد سبق أنَّ التَّجَمُّلَ فِي اللَّبَاسِ مما يُحِبُّه الله -عز وجل، وهذا عمر - رضي الله عنه - يقول: «أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَنظُرَ القارئ أبيض الثياب»؛ لأَنَّهُ جَمَالُ.

Sebagian orang sibuk dengan perhatiannya untuk berelok diri dengan model pakaian, bahkan meskipun itu hal yang mubah. Akan tetapi, hendaknya perhatian seorang penuntut ilmu tidak terfokus pada keserasian dan model pakaian, model dalam mengenakan guthroh kain penutup kepala mulai lipat satu, lipat dua, tiga sesuai keadaan. Tidak usah terlalu diperhatikan. Akan tetapi, kita juga tidak berkata sebaliknya, tidak perlu memperhatikan diri dan pakaianmu, karena seperti yang telah disebutkan bahwa memperindah pakaian adalah suatu hal yang dicintai Allah. 
Tidak boleh seorang penuntut ilmu berlama-lama di depan cermin hanya agar ingin kelihatan baik. Ini dia Umar bin Khattab yang berkata, "Aku paling suka melihat qari berpakaian putih. Karena terlihat indah."

=======

BAGIAN KESEBELAS

‌‌الإعراض عن مجالس اللغو:

11. Menjauhi Majelis Kesia-siaan

لا تطأ بساط من يغشون في ناديهم المنكر، ويهتكون أستار الأدب، متغابياً عن ذلك، فإن فعلت ذلك، فإن جنايتك على العلم وأهله عظيمة.

Janganlah kamu menjejakkan kaki di atas permadani, dimana orang-orang berbuat kemungkaran di atasnya, merusak sendi-sendi moral, dan berpura-pura tidak tahu akan hal itu. Jika kamu berbuat hal demikian, maka kejahatanmu atas ilmu dan ahlinya sangat besar.

‌‌Syaikh hafizhahullah berkata:
Tidak pantas seorang penuntut ilmu melakukan apa saja yang bertentangan dengan ilmunya.

Perkataan  Mualif rahimahullah,  "Menjauhi Majelis Kesia-siaan", yang disebut sia-sia itu ada dua macam: Pertama, Kesia-siaan yang tidak ada faidahnya, namun juga tidak ada ruginya. Kedua, kesia-siaan yang merugikan.
Adapun untuk yang pertama, maka seorang berakal pasti tidak akan menghabiskan waktunya disitu, karena itu suatu keru- gian besar.
Sementara yang kedua adalah kemungkaran, dan haram hu kumnya menghabiskan waktu di tempat tersebut, karena ia ada- lah kemungkaran yang diharamkan.
Syaikh hafizhahullah mengatakan:
 Perkataan Syaikh  Bakr rahimahullah,  "Jika kamu berbuat demikian, maka kejahatanmu terhadap ilmu dan ahlinya sangatlah besar". Adapun persoalan kejahatan terhadap diri sendiri, maka itu sudah jelas. Maksudnya, jika kita melihat seorang pencari ilmu, duduk di tempat-tempat kemaksiatan, maka kejahatannya terhadap diri sendiri sangatlah jelas. Akan tetapi, bagaimana ia juga disebut telah berperilaku jahat kepada ilmu dan ahlinya? Karena manusia akan berkata: mereka adalah pencari ilmu, mereka adalah ulama, inilah buah dari ilmu, dan sejenisnya. Dengan demikian, ia telah berbuat jahat kepada dirinya, dan juga kepada selainnya.”





TULISAN KESEPULUH
Pembahasan Kitab Hilyah Tholibil Ilmi

Syaikh Prof. Dr. Ziyad al-Abbadiy hafizhahullah mengatakan dalam penjelasan kitab Hilyah Tholibil Ilmi:

BAGIAN KESEBELAS
‌‌الإعراض عن مجالس اللغو:
11. Berpaling dari Majelis Sia-Sia

لا تطأ بساط من يغشون في ناديهم المنكر، ويهتكون أستار الأدب، متغابياً عن ذلك، فإن فعلت ذلك، فإن جنايتك على العلم وأهله عظيمة

Janganlah kamu menjejakkan kaki di atas permadani, dimana orang-orang berbuat kemungkaran di atasnya, merusak sendi-sendi moral, dan berpura-pura tidak tahu bodoh akan hal demikian. Jika kamu berbuat hal demikian, maka kejahatanmu atas ilmu dan ahlinya sangat besar.

Syaikh Ziyad hafizhahullah menjelaskan:

  «الإعْراضُ عن مَجَالِسِ اللَّغْوِ»؛ اللَّغْوِ نَوْعَانِ: لَغْو ليس فِيهِ، فَائِدَةٌ ولا مَضَرَّةٌ، وَلَغْو فِيهِ مَضَرَّةٌ.
أما الأول: فلا يَنْبَغِي لِلْعَاقِلِ أَن يُذْهِبَ وَقْتَهُ فِيهِ؛ لأَنَّهُ خَسَارَةٌ.

Menjauhi Majelis Kesia-siaan", yang disebut LAGHWIY sia-sia itu ada dua macam:
1. Kesia-siaan yang tidak ada faidahnya, namun juga tidak ada ruginya. 
2. kesia-siaan yang merugikan.
Adapun untuk yang pertama, maka seorang berakal pasti tidak akan menghabiskan waktunya disitu, karena itu suatu kerugian besar.

وأَمَّا الثَّانِي: فَإِنَّهُ يَحْرُمُ عليه أن يُمْضِيَ وَقْتَهُ فِيه، لأنه مُنْكَرُ مُحَرَّمٌ. 

Sementara yang kedua adalah kemungkaran, dan haram hu- kumnya menghabiskan waktu di tempat tersebut, karena ia ada- lah kemungkaran yang diharamkan.


والمؤلف كأنَّهُ حَمَلَ التَّرْجَمَةَ على المَعْنَى الثاني، وهو اللَّغْوُ الْمُحَرَّمُ، 

Dan pengarang sepertinya membawa terjemah kesia-siaan pada makna yang kedua, yaitu kesia-siaan yang diharamkan.

وَلا شَكٍّ أَنَّ المَجَالِسَ التي تَشْتَمِلُ على المُحَرَّمِ لا يجوز للإِنْسَانِ أَن يَجْلِسَ فيها؛ لأن الله - تعالى - يقول: ﴿ وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذَا مِثْلُهُمْ ﴾ [النساء : ١٤٠].

Tidak ragu lagi, kesia-siaan yang mengandung keharaman tidak boleh didatangi dan duduk di dalamnya, karena Allah berfirman, "Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka." (QS. An-Nisaa: 140). 

فَمَنْ جَلَسَ مَجْلِسَ الْمُنْكَرِ وَجَبَ عليه أن يَنْهَى عَنْ هَذَا الْمُنْكَرِ، فَإِن تَرَكُوهُ فَهَذَا المطلوب، وإن لم تَسْتَقِمْ وأَصَرُّوا على مُنْكِرِهِمْ فَالوَاجِبِ أَن يَنْصِرِفَ، خِلَافًا لما يَتَوَهَّمه بعض العامة من قول الرسول ﷺ: «فإنْ لمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ) . فيقول: أنا
كَارِهُ هذَا الْمُنْكَرِ فِي قَلْبِي، وهو جَالِسٌ مع أَهْلِهِ.

Barangsiapa yang duduk di majelis kemungkaran, maka ia wajib menghentikan kemungkaran ini. Jika keadaan membaik, maka itulah yang dituju, namun jika keadaan tidak kunjung membaik dan mereka terus melakukan kemungkaran, maka yang wajib ia kerjakan adalah pergi meninggalkan majelis itu. Berbeda dengan dugaan sebagian kaum awam, yang berkata, "bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "jika tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan saya membenci kemungkaran ini di dalam hatiku, dan ia terus duduk bersama ahli majelis itu. 

فيقال له: لو كُنْتَ كَارِهًا له حَقًّا ما جَلَسْتَ مَعَهُمْ؛ لأنَّ الإنسان لا يمكن أن ‌‌الإعراض عن الهيشات:
يَجْلِسَ على مَكْرُوه إلا إذا كَانَ مُكْرَهَا؛ أمَّا شَيْءٌ تَكْرَهُهُ وتَجْلِسُ باختيارك، فإن دَعْوَاكَ كَرَاهَتَهُ ليست صحيحة.

Bagi orang seperti ini kita katakan: jika kamu memang benar-benar membenci kemungkaran itu, niscaya kamu tidak akan duduk bersama mereka, karena manusia tidak akan duduk di dalam majelis, dimana ahlinya sangat tidak ia sukai. Namun, jika kamu membenci sesuatu, kemudian kamu duduk di situ dengan pilihanmu sendiri, maka dakwaan (klaim) kebencianmu sama sekali tidak benar.

وقوله: «فَإِنْ فَعَلْتَ ذَلِكَ فَإِنَّ جِنَايَتَكَ على العِلْمِ وَأَهْلِهِ عَظِيمةٌ؛ أما كونه جناية على نَفْسِهِ فَالأَمْرُ ظَاهِرُ ، فلو رَأَيْنَا طَالِبَ عِلْمٍ يجلس مَجَالِسَ اللَّهْوِ وَاللَّغْو والمنكر، فجنايته على نفسه واضحة وعظيمة، وتكون جناية على العلم وأَهْلِهِ؛ لأن النَّاسَ قد يقولون: هؤلاء طلبة العلم، وهذه نَتِيجَةُ الْعِلْمِ، وما أشبه ذلك، فيكون قَدْ جَنَى عَلَى نَفْسِهِ وَغَيْرِهِ.

"Jika kamu berbuat demikian, maka kejahatanmu terhadap ilmu dan ahlinya sangatlah besar". Adapun persoalan kejahatan terhadap diri sendiri, maka itu sudah jelas. Maksudnya, jika kita melihat seorang pencari ilmu, duduk di tempat-tempat kemaksiatan, maka kejahatannya terhadap diri sendiri sangatlah jelas. Akan tetapi, bagaimana ia juga disebut telah berperilaku jahat kepada ilmu dan ahlinya? Karena manusia akan berkata: mereka adalah pencari ilmu, mereka adalah ulama, inilah buah dari ilmu, dan sejenisnya. Dengan demikian, ia telah berbuat jahat kepada dirinya, dan juga kepada selainnya.

BAGIAN YANG KEDUA BELAS

‌‌الإعراض عن الهيشات

12. BERPALING DARI KEGADUHAN RAME-RAME

التصون من اللغط والهيشات، فإن الغلط تحت اللغط، وهذا ينافي أدب الطلب.
ومن لطيف ما يستحضر هنا ما ذكره صاحب "الوسيط في أدباء شنقيط" وعنه في "معجم المعاجم":
"أنه وقع نزاع بين قبيلتين، فسعت بينهما قبيلة أخرى في الصلح، فتراضوا بحكم الشرع، وحكموا عالماً، فاستظهر قتل أربعة من قبيلة بأربعة قتلوا من القبيلة الأخرى، فقال الشيخ باب بن أحمد: مثل هذا لا قصاص فيه. فقال القاضي: إن هذا لا يوجد في كتاب. فقال: بل لم يخل منه كتاب. فقال القاضي: هذا "القاموس" يعنى أنه يدخل في عموم كتاب - فتناول صاحب الترجمة "القاموس" وأول ما وقع نظره عليه: "والهيشة: الفتنة، وأم حبين، وليس في الهيشات قود"، أي: في القتيل في الفتنة لا يدرى قاتله، فتعجب الناس من مثل هذا الاستحضار في ذلك الموقف الحرج"أهـ ملخصاً.

Menghindari kegaduhan dan keriuhan, karena kekeliruan ada dalam keriuhan, dan ini bertentangan dengan apa yang dicari.
 Ada riwayat yang sangat bagus dalam masalah ini, yaitu sapa yang disebutkan penulis kitab al-Wasîth fi Adibba' al- Syanqith" dan juga dari beliau dalam Mu'jam al-Ma'ajim: bahwasannya telah terjadi perselisihan antara dua kabilah, kemudian kabilah lain berupaya untuk mendamaikan me- reka, merekapun lalu ridha dengan hukum syariat. Seorang alim kemudian menjadi hakim atas mereka, lalu ia memutuskan untuk menghukum bunuh 4 orang dari kabilah se- bagai ganti 4 orang yang telah terbunuh di kabilah lain. Lalu Syaikh Babu bin Ahmad berkata, "Kasus seperti ini tidak ada qisas di dalamnya." Namun si Qadhi menjawab, "Pendapat Anda ini sama sekali tidak ada dalilnya." Syaikh Babu bin Ahmad berkata, "Justru ada pada semua kitab." Qadhi berkata, "Lihat kamus ini. (maksudnya, kamus ini juga termasuk dalam kategori kitab secara umum)." Kemudian Syaikh Babu mengambil buku itu, dan yang pertama kali ia lihat dalam kamus itu adalah: al-haisyah (keg- aduhan): fitnah, ummu hubain, dan pada kegaduhan tidak ada qisas. Maksudnya, yang terbunuh dalam fitnah, tidak diketahui pembunuhnya. Orang-orang pun menjadi ter- cengang atas pengajuan bukti ini pada saat krtitis seperti itu. Secara ringkas..

Syaikh hafizhahullah memberikan penjelasan:
Tidak ada Qowamish – jamak dari Qomush, itu adalah kitab dari  Fairuz Abady yaitu al-Qomush al Muhith,  Yang benar adalah Ma’ajim – jamak dari mu’jam.
Faidah:
Ibnu Faris – Mu’jam Maqooyish Lughoh.
Tertib Kamus Fairuz Abady
Diambil dari kata yang paling akhir
Seperti ضرب  maka diambil huruf paling akhir yaitu ب   kemudian di bab ض 
Tertib Lisan arab, lebih mudah dari tertib Kamus Fairuz Abady
Diambil dari kata yang paling huruf awal baru kemudian huruf yang kedua.
Artinya disini adalah salah sangka dan dijelaskan dengan ilmiyah:
 Al- haisyah adalah fitnah, Ummu Hubain, dan dalam haisyah tidak ada qisas. Maka ia menegaskan dari kitab kamus bahwa kepu tusan Qadhi bahwa 4 orang harus diqisas untuk 4 orang adalah keliru. Inilah makna kisah ini. Orang-orang pun merasa takjub dengan cara pembuktian dalam situasi yang kritis ini. Selesai sudah ringkasan cerita ini. Intinya, kegaduhan pasar adalah fitnah dan Ummu Hubain. 

القتل خمسة أنواع: عمد، وشبه عمد، وخطأ، وما جرى مجرى الخطأ، والقتل بالتسبب. 

Pembunuhan terdiri dari lima jenis: sengaja direncanakan, semi-disengaja, salah, apa yang terjadi dalam proses kesalahan, dan pembunuhan karena sebab-akibat.

Siapa yang tahu, siapakah Ummu Hubain? Ia adalah binatang kecil, akan tetapi mirip dengan kumbang. Meskipun tidak termasuk binatang yang kuat, ia adalah binatang kecil dari jenis serangga.

Faidah dari Syaikh hafizhahullah adalah:
Perbedaan antara Ghobiy dan Mutaghobiy – 
Bodoh dan Orang yang pandai tapi berlagak tidak tahu.

Bait Syair

"ليس الغبي بسيد في قومه وإنما سيد القوم المتغابي"

Orang bodoh (GHOBIY) itu tidaklah pantas menjadi petinggi suatu kaum, namun sesungguhnya petinggi kaum itu adalah orang yang pandai namun berlagak tidak tahu (MUTAGHOBIY).

Artinya orang yang pandai itu tidak semua harus mendetailkan suatu permasalahan ketika dia mengurus banyak yang dipimpinnya. Seperti seorang kepala rumah tangga maka dia tidak perlu mengurus semua urusan rumahnya dengan detail sehingga menghabiskan energi lebih dari yang seharusnya padahal itu tidaklah suatu yang penting.

Bersambung InSya Allah


Kamis, 25 April 2024

RENDAH HATI



Bagian Kelima
Pembahasan Kitab Hilyah Tholibil Ilmi

Syaikh Prof. Dr. Ziyad al-Abbadiy hafizhahullah mengatakan dalam penjelasan kitab Hilyah Tholibil Ilmi:

Bagian Kelima
خفض الجناح ونبذ الخيلاء والكبرياء:
تحل بآداب النفس، من العفاف، والحلم، والصبر، والتواضع للحق، وسكون الطائر، من الوقار والرزانة، وخفض الجناح، متحملاً ذل التعلم لعزة العلم، ذليلا للحق.

5. Rendah Hati, Menghancurkan Sifat Takabur dan Angkuh 
Hiasilah dirimu dengan adab-adab hati, seperti kehormatan, kebijaksanaan, kesabaran, rendah hati terhadap kebenaran, bersikap tenang, berwibawa dan sanggup menahan semua derita saat belajar untuk kemuliaan ilmu serta tunduk pada kebenaran.

Syaikh hafizhahullah menjelaskan:
Ucapan Syaikh Bakr, "Hiasilalı dirimu dengan adab-adab hati. seperti kehormatan, kebijaksanaan, kesabaran, rendah hati ter hadap kebenaran", karena memang keadaan mengharuskan demikian. Hendaklah ketika menuntut ilmu menumbuhkan sikap iffah (menahan diri) terhadap apa yang ada di tangan manusia dan iffah dari memandang hal yang diharamkan. Sementara kebijaksanaan berarti tidak bersegera menjatuhkan hukuntan terhadap seseorang yang berbuat buruk kepadanya, sabur terhadap gangguan yang dia dengar dari manusia secara untum, maupun dari rekan-rekannya seperjuangannya sendiri, atau mungkin dari gurunya sendiri. Bersabarlah. Kemudian bersikap rendah hati terhadap kebenaran dan juga terhadap makhluk.
Rendah hati terhadap kebenaran, berarti kapan pun kebenaran sudah tampak jelas baginya, maka ia akan tunduk dan tidak mencari sesuatu yang lain sebagai gantinya. Demikian pula rendah hati terhadap makhluk, berapa banyak murid yang justeru membuka jalan pengetahuan bagi gurunya, padahal sebelumnya sang guru tidak menyadarinya, karena itu, janganlah memandang remeh sesuatu apa pun.
Perkataan berikutnya, "bersikap tenang, berwibawa dan rendah hati.” Seorang penuntut ilmu wajib menjauhkan diri dari hal-hal yang menghancurkan harga dirinya, baik dalam cara berjalan, atau dalam interaksinya dengan manusia. Selain itu, juga tidak banyak tertawa keras yang mematikan hati dan menghilangkan wibawa", akarı tetapi ia tetap bersikap tenang, tawadhu dan beretika yang sesuai dengan etika seorang penuntut ilmu.
Menderita untuk belajar, artinya kamu mencari kemuliaan dengan ilmu. Semua penderitaan saat belajar sesungguhnya akan membuahkan hasil yang baik,
Syaikh hafizhahullah menambahkan penjelasan:

ينبغي أن يكون الإنسان متحليا بأداب النفس من ذلك جميعا،  لأن المقام يقتضي عند طالب العلم أن يكون عفيفا
 عفة عما في ايدي الناس،  وعفة عن النظر إلى الحرام،  وحلم لا يعاجل بالعقوبة إذا أساء إليه أحد
 وصبر على ما يحصل له من الأذى،  هذه الصفات صفات طالب العلم. أما أن يكون غضوبا جهولا إذا تكلم معه بكلمة يقوم ويسب ويشتم ويمد يده  هذا ليس بطالب العلم

Hendaknya seseorang mempunyai akhlak yang baik dalam semua itu, sebab kedudukan seorang penuntut ilmu mengharuskannya menjaga diri dari akhlak yang jelek.   Pantang (berharap) terhadap apa yang ada ditangan manusia, pantang melihat apa yang diharamkan, dan sabar yaitu tidak terburu-buru memberikan hukuman apabila ada yang menyinggung perasaannya.
  Dan bersabarlah terhadap musibah yang menimpanya. Inilah ciri-ciri orang yang mencari ilmu. Adapun dia yang marah dan cuek, jika ada perkataan yang diucapkan kepadanya berdiri, menghina, memaki, dan mengulurkan tangannya. Ini bukanlah  akhlak orang yang mencari ilmu.

وعليه، فاحذر نواقض هذه الآداب، فإنها مع الإثم تقيم على نفسك شاهداً على أن في العقل علة، وعلى حرمان من العلم والعمل به، فإياك والخيلاء، فإنه نفاق وكبرياء، وقد بلغ من شدة التوقي منه عند السلف مبلغاً.
ومن دقيقه ما أسنده الذهبي في ترجمة عمرو بن الأسود العنسي المُتوفى في خلافة عبد الملك بن مروان رحمه الله تعالى: أنه كان إذا خرج من المسجد قبض بيمينه على شماله، فسئل عن ذلك؟ فقال: مخافة أن تنافق يدي.
قلت: يمسكها خوفاً من أن يخطر بيده في مشيته، فإن ذلك من الخيلاء (1) اهـ

Dengan demikian, hati-hatilah terhadap hal yang bisa menghancurkan etika ini. Karena hal itu akan membawa dosa dalam dirimu dan menunjukkan adanya kecacatan dalam akalmu serta membuatmu terhalang dari ilmu dan amal. Hindarilah sikap angkuh, karena ia adalah sifat mu nafik dan takabur. Dan para ulama salaf telah memberi kan contoh perjuangan menghindari hal-hal demikian.
Syaikh hafizhahullah menjelaskan:
الخيلاء (sombong) ini bisa terjadi pada seseorang yang tengah menuntut ilmu, orang yang banyak kekayaannya dan orang yang cerdas pemikirannya. Demikian pula dalam se tiap nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba, mungkin tumbuh dalam dirinya sifat sombong. Sombong adalah merasa kagum terhadap diri sendiri dengan ditampakkan melalui anggota badan, sebagaimana dalam hadits, "barangsiapa yang mengulurkan pakaiannya karena rasa sombong. Jika ujub hanya terjadi di dalam hati saja, maka الخيلاء (sombong) sudah ditampak efeknya melalui anggota badan.
Perkatan Syaikh Bakr rahimahullah, "karena hal itu termasuk munafik dan takabbur, sangat jelas. Adapun disebut munafik karena manusia itu menampilkan penampilan yang jauh lebih besar daripada ukuran yang sebenarnya. Demikianlah orang munafik, ia akan menampilkan dirinya sebagai seorang yang tulus, padahal tidak seperti itu.
Untuk memahami lebih dalam, lihatlah riwayat Al-Dzahabi mengenai perjalanan hidup Amru bin Aswad al-Unsi yang wafat pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan -rahimahullah-bahwasanya ia jika keluar dari masjid, ia selalu menekan tangan kirinya dengan tangan kanan. Lalu ia ditanya mengenai hal itu, dan ia menjawab, "Aku takut tanganku berbuat munafik."
Allahu Akbar, siapakah yang berbicara Al-Dzahabi rahimahullah.
Aku berkata: ia memegangnya karena takut tangannya bergerak saat berjalan, karena hal itu termasuk sikap sombong
Penjelasan
Yang dimaksud tangannya bergerak adalah membuat gerakan tertentu yang menunjukkan si empunya memiliki sifat sombong. Karena itu, ia memegang tangan kiri dengan tangan tangan kanannya agar tidak bergerak.
Syaikh hafizhahullah menambahkan penjelasan:

لا مانع أن يضحك  ويبتسم ولكن باعتدال وكل شيء يزيد عن حده ينقلب إلى ضده،  كما قال ما كان رسول الله يكثر c  ورفع الصوت في ذلك

Tidak ada salahnya dia tertawa dan tersenyum, namun secukupnya saja, dan segala sesuatu yang melebihi batasnya menjadi kebalikannya, sebagaimana beliau bersabda: Rasulullah  ﷺ tidak sering meninggikan suaranya dalam hal itu.
 
‌‌واحذر داء الجبابرة: (الكبر) ، فإن الكبر والحرص والحسد أول ذنب عصى لله به  ، فتطاولك على معلمك كبرياء، واستنكافك عمن يفيدك ممن هو دونك كبرياء، وتقصيرك عن العمل بالعلم حمأة كبر، وعنوان حرمان.
العلم حرب للفتى المعالي … ... كالسيل حرب للمكان العالي

Berhati-hatilah kalian dengan racun ketakabburan, karena sesungguhnya sikap takabbur, tamak dan iri dengki adalah dosa pertama yang diperbuat makhluk terhadap Allah.
Perdebatan dengan gurumu adalah takabbur, keengganan- mu meraih manfaat dari orang yang lebih rendah darimu adalah takabbur, dan kekuranganmu dalam mengamalkan ilmu adalah kesombongan dan tanda diharamkannya ilmu itu darimu.
Ilmu adalah musuh bagi pemuda yang tinggi hati Sebagaimana aliran air adalah musuh bagi tempat yang tinggi.

Bersambung inSya Allah


KHONAAH DAN ZUHUD

Oleh Ustadz Zaki rahkmawan

Tulisan Keenam
Pembahasan Kitab Hilyah Tholibil Ilmi

Syaikh Prof. Dr. Ziyad al-Abbadiy hafizhahullah mengatakan dalam penjelasan kitab Hilyah Tholibil Ilmi:

BAGIAN KEENAM
‌‌القناعة والزهادة:

6. Qana'ah dan Zuhud


التحلي بالقناعة والزهادة، وحقيقة الزهد  : "الزهد بالحرام، والابتعاد عن حماه، بالكف عن المشتهات وعن التطلع إلى ما في أيدي الناس".

Selanjutnya, hendaknya ia berhias diri dengan sifat zuhud dan qana'ah. Hakikat zuhud adalah zuhud dalam hal yang haram dan menjauhi ladangnya dengan mengekang diri dari hal yang syubhat dan mengintip apa yang ada di tangan manusia.


ويؤثر عن الإمام الشافعي رحمه الله تعالى (2) :
"لو أوصى إنسان لأعقل الناس، صرف إلى الزهاد".
وعن محمد بن الحسن الشيباني رحمه الله تعالى لما قيل له: ألا تصنف كتابا في الزهد؟ قال:
"قد صنفت كتاباً في البيوع" (3) .
يعنى: "الزاهد من يتحرز عن الشبهات، والمكروهات، في التجارات، وكذلك في سائر المعاملات والحرف" اهـ.
وعليه، فليكن معتدلاً في معاشه بما لا يشينه، بحيث يصون نفسه ومن يعول، ولا يرد مواطن الذلة والهون.
وقد كان شيخنا محمد الأمين الشنقيطى المتوفى في 17/12/1393هـ رحمه الله تعالى متقللاً من الدنيا، وقد شاهدته لا يعرف فئات العملة الورقية، وقد شافهني بقوله:
"لقد جئت من البلاد - شنقيط - ومعي كنز قل أن يوجد عند أحد، وهو (القناعة) ، ولو أردت المناصب، لعرفت الطريق إليها، ولكني لا أوثر الدنيا على الآخرة، ولا أبذل العلم لنيل المآرب الدنيوية".
‌‌

Syaikh hafizhahullah menjelaskan: “Berhias diri dengan sifat qana'ah adalah salah satu hal ter- penting bagi penuntut ilmu, yaitu merasa puas dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, tidak menuntut agar setara dengan barisan orang-orang kaya dan mewah, sehingga ia me maksakan diri untuk membiayai beban makanan, minuman, pakaian dan tempat tidur, lalu pundaknya dipenuhi dengan be- ban utang. Ini adalah keliru. Yang benar, wajib atasmu bersikap qanaah, karena ia adalah bekal seorang muslim.

Syaikh hafizhahullah menjelaskan masalah zuhud:

وأما الزهادة فيقول: «الزُّهْدُ بالحَرَامِ، والابتعاد عن حماه؛ بالكف عن المُشْتَبِهَاتِ كَأَنَّهُ أراد بالزهد هنا الورع؛ لأن هناك ورعًا وَزُهْدًا، والزُّهْدُ أعلى مقاما من الوَرَعِ؛ لأنَّ الوَرَعَ: ترك ما يَضَرُّ في الآخرة، والزهد: تَرْكُ ما لا يَنْفَعُ في الآخرة.

"Hakikat zuhud adalah zuhud dalam hal yang haram dan menjauhi ladangnya dengan mengekang diri dari hal yang syubhat, terkesan bahwa yang beliau maksud dengan zuhud di sini adalah wara, karena disana ada istilah wara dan zuhud. Adapun zuhud lebih tinggi tingkatannya daripada wara, karena wara' adalah meninggalkan semua hal yang merugikan di akhirat, sementara zuhud meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat. 

Perbedaan Zuhud dan Wara’:

والفرق بينهما في المرتبة التي ليس فيها ضَرَرٌ وليس فيها نَفْعُ، فالورع لا يَتَحَاشَاهَا، والزاهد يَتَحَاشَاهَا ويتركها؛ لأنه لا يريد إلا ما ينفعه في الآخرة.

Keduanya memiliki perbedaan, yaitu pada sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak merugikan, dimana wara tidak menjauhi hal ini, sementara. zuhud akan menghindari dan meninggalkannya, karena ia hanya menginginkan apa yang bermanfaat bagi kehidupan akhirat.


[١] يعني لو قال في الوَصِيَّةِ : أَوْصَيْتُ لأعْقَلَ النَّاسِ يُصْرَفُ إلى الزُّمَّادِ؛ لأن الزهاد هم أعقل الناس، حيث تجنبوا ما لا يَنْفَعُهُمْ في الآخرة.

Syaikh Mualif rahimahullah mengatakan:
Diriwayatkan dari Imam Syafi'i"-Rahimahullah- bahwa jika manusia diwasiatkan agar datang kepada orang yang paling berakal, tentulah orang itu akan ditunjukkan kepada ahli zuhud.
Jika seseorang berkata: aku diwasiatkan agar datang pada manusia yang paling berakal. Ditunjukkan pada siapa? Tentu Ahli Zuhud, karena mereka adalah manusia paling berakal, di mana mereka menjauhi hal yang tidak bermanfaat bagi akhirat mereka. 

Syaikh Ziyad hafizhahullah menjelaskan:

من ازهد الناس? يعلق شيخنا ابن عثيمين يقول هذا كلام الامام الشافعي ربما يكون أمانة لكن ربما يختلف هذا بعرف الناس  ولذلك يقول هذا الذي قاله الامام الشافعي ليس على اطلاقه؛ لأن الوصايا، والأوقاف، والهِبَاتِ والرُّهُونَ، وغيرها ترجع إلى مَعْنَاهَا فِي العُرْفِ . فإذا كان أعقل الناس في عُرْفِنَا هم الزُّهَّادُ صُرِفَ لهم ما أَوْصَى بِهِ لِلزُّهَّادِ، وإذا كان أعقل النَّاسِ هُمْ ذَوُوا المَرُوءَةِ ، والوَقَارِ ، والكَرَمِ في المال والنَّفْسِ، صُرِفَ إليهم.

Siapakah orang yang paling zuhud? Syaikhuna Ibnu Utsaimin rahimahullah memberikan ta’liq dengan mengatakan, “Apa yang dikatakan Imam Syafi'i  bisa jadi merupakan amanah, bisa jadi berbeda dengan ‘urf (kebiasaan) orang-orang, oleh karena itu beliau rahimahullah mengatakan perkataan Imam as-Syafi’i tidaklah berlaku secara mutlak. Karena wasiat, wakaf, hibah, gadai dan sebagainya harus dikembalikan pada kebiasaan. Jika dalam adat mereka yang disebut manusia paling berakal adalah ahli zuhud, maka wasiat mereka diserahkan kepadanya. Jika secara adat yang dimaksud manusia paling berakal adalah manusia yang memiliki kehormatan, wibawa, dan kemuliaan dalam harta dan jiwa, maka wasiat itu pun dititipkan kepadanya.

Dengan demikian, wajib atasnya untuk hidup secara wa jar, namun tidak terhina, dimana ia bisa menjaga diri dan orang yang menjadi tanggungannya, serta tidak pernah mendatangi tempat-tempat kehinaan dan kerendahan. Guru kami, Muhammad Amin Al-Syanqiti yang wafat pada tanggal 17/12/1393 H, adalah seorang yang minimalis dalam masalah dunia, aku telah menyaksikannya tidak mengetahui jenis mata uang. Beliau berbicara kepadaku, "aku datang dari suatu negeri Syanqit, dan aku memba wa bekal yang jarang dimiliki manusia, yaitu qana'ah. Jika aku menginginkan jabatan, maka aku tahu jalan menuju kepadanya, akan tetapi, aku tidak akan mengutamakan dunia daripada akhirat dan aku tidak akan mengerahkan ilmuku untuk kesenangan dunia." Semoga Allah merahmatinya dengan rahmat yang sangat luas, amin,

Syaikh Ziyad hafizhahullah menjelaskan:
Syaikh Amin al-Syanqithi rahimahullah adalah guru dari Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah, dimana guru lainnya adalah Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah.

ما هو أعظم كنز؟ وهو القناعة، ولو أردت المناصب لعرفت الطريق إليها ولكني لا أوثر الدنيا على الاخرة  ولا أبذل العلم لنيل المآرب الدنيوية  فرحمه ورحمة واسعة

Harta apa yang paling besar? Itu adalah Qona’ah, dan jika aku menginginkan kedudukan, aku pasti tahu jalan menuju ke sana, namun aku tidak lebih mengutamakan dunia dibandingkan akhirat, dan aku tidak mengorbankan ilmu untuk mencapai tujuan duniawi, maka Allah memberikan kasih sayang kepadanya dan rahmat-Nya luas.

 هذا الكلام من الشيخ الشنقيطي وأشباهه من أل العلم لا يريدون بذلك تزكية أنفسهم، إنما يريدون نفع الحق فنتعلم مما كانت تجربة في حياتهم

Kata-kata ini berasal dari Syaikh Al-Syanqiti rahimahullah dan orang-orang seperti dia dari orang-orang yang berilmu. Mereka tidak ingin menyucikan diri mereka, melainkan ingin mengambil manfaat dari kebenaran dari akhlaq mereka, jadi kita belajar dari pengalaman hidup mereka.

فرحمة الله على علمائنا رحمة واسعة وقد شاهدت ذلك في شيخنا الالباني رحمه الله ورأينا هذا في الشيخ ابن باز ورأينا هذا في الشيخ ابن عثيمين كانوا من ناس في دنياهم رأيناهم الشيخ ابن باز رحمه الله كان يأخذ راتبا عاليا لا يأتي اخر الشهر ومعه شيء منه كله في طلبة العلم ينفقه لا يأتي احد يسأله شيئا الا ويعطيه،  وهكذا لا يتعلق لا يأتي أخر الشهر وعنده شيء من راتبه،  ورأينا شيخنا ابن عثيمين في بيته المتواضع في عنيزة  كيف كان وتأتي الملوك يزورونه في بيته المتواضع حتى بني له بيت اجود من البيت الذي كان أولا ولكن ليس بتلك الفخامة وتلك كانوا جهالا في هذا الباب رحمهم الله 

Semoga Allah memberikan kasih sayang kepada ulama kita, dan saya melihat ini pada Syaikh Al-Albani, rahimahullah, dan kami melihat juga fenomena qonaah ini ada pada Syaikh  Ibnu Baz,  rahimahullah dan kami melihat ini pada Syaikh  Ibnu Utsaimin  rahimahullah. Tidak ada seorangpun yang datang untuk meminta sesuatu kecuali dia (Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah) memberikannya. Maka, dia tidak terikat. Dia tidak datang pada akhir bulan dan tidak ada gajinya rumahnya yang sederhana di Unayzah, bagaimana keadaannya, dan raja-raja akan datang dan mengunjunginya di rumahnya yang sederhana sampai ada sebuah rumah dibangun untuknya yang lebih baik daripada rumah yang ada pada awalnya dalam hal ini, rahimahumullah.

وبيت الالباني وهو بجانب بيتي بجانب بيتي يعني بيت متواضع ليس بشيء يعني كثير بتواضع جدا يعني  رحم الله علماءنا الكبار  كانوا من أزهد الناس في هذا فإذا دخلت الفلوس عند طالب العلم خاصة في بدايات الطلب ضاع علمه وانشغل في الدنيا ولن تأتيه من الدنيا إلا ما كتب الله له في وقته نسأل الله السلامة والمعافاة

Dan rumah Syaikh Al-Albani rahimahullah yang di sebelah rumah saya, di sebelah rumah saya, artinya rumah sederhana, tidak ada, artinya banyak, sangat rendah hati, artinya semoga Allah mengasihani ulama-ulama besar kita, mereka termasuk yang paling zuhud dalam hal ini. Jika uang masuk ke dalam diri pencari ilmu, apalagi di fase  awal pencariannya, maka ilmunya akan hilang dan dia akan sibuk dengan dunia, dan tidak ada yang datang kepadanya dari dunia kecuali apa yang telah Allah tetapkan pada masanya, kita memohon kepada Allah keselamatan dan perlindungan.



TULISAN KETUJUH
Pembahasan Kitab Hilyah Tholibil Ilmi

Syaikh Prof. Dr. Ziyad al-Abbadiy hafizhahullah mengatakan dalam penjelasan kitab Hilyah Tholibil Ilmi:

 BAGIAN 7


‌‌التحلي برونق العلم:
التحلي بـ (رونق العلم) حسن السمت، والهدى الصالح، من دوام السكينة، والوقار، والخشوع، والتواضع، ولزوم المحجة، بعمارة الظاهر والباطن، والتخلي عن نواقضها.

7. Berhias Diri dengan Keindahan Ilmu
Berkepribadian baik dan tingkah laku yang terpuji seperti merutinkan ketenangan, wibawa, khusyuk, tawadhu, fokus kepada tujuan dengan lahir maupun batin serta menjauhkan diri dari hal-hal yang berseberangan dengan- nya.

Syaikh hafizhahullah menjelaskan. “Sesungguhnya kepribadian yang baik dan tingkah. laku yang terpuji seperti merutinkan/mendawamkan ketenangan, wibawa, khusyuk, tawadhu, telah disebutkan sebelumnya, dan seorang pencari ilmu haruslah menjadi suri teladan yang baik dalam hal- hal tersebut.”

وعن ابن سيرين رحمه الله تعالى قال: "كانوا يتعلمون الهدى كما يتعلمون العلم".

Dari ibnu Sirin rahimahullah, ia berkata: mereka mem-pelajari adab tingkah laku sebagaimana mereka mempelajari ilmu.

وعن رجاء بن حيوة رحمه الله تعالى أنه قال لرجل: "حدثنا، ولا تحدثنا عن متماوت ولا طعان".
رواهما الخطيب في "الجامع"، وقال : "يجب على طالب الحديث أن يتجنب: اللعب، والعبث، والتبذل في المجالس، بالسخف، والضحك، والقهقهة، وكثرة التنادر، وإدمان المزاح والإكثار منه، فإنما يستجاز من المزاح بيسيره ونادره وطريفة، والذي لا يخرج عن حد الأدب وطريقة العلم، فأما متصلة وفاحشة وسخيفه وما أوغر منه الصدور وجلب الشر، فإنه مذموم، وكثرة المزاح والضحك يضع من القدر، ويزيل المروءة" اهـ.

Dari Roja’ bin Haiwah" rahimahullah bahwa ia berkata kepada seorang lelaki, "Ceritakanlah hadits kepadaku dan janganlah menceritakannya kepadaku dari orang yang malas dan kerap menghujat." Kedua riwayat ini dilansir oleh Khatib al-Baghdadi dalam kitab Al-Jami, Dan beliau pun berkata:  “Wajib atas pencari hadits untuk menjauhi senda gurau, kesia-siaan, bersikap memalukan di dalam majelis dengan kepandiran, tertawa terbahak-bahak, banyak bergurau dan bercanda. Hal-hal demikian hanya boleh dilakukan sesekali saja dalam porsi yang sedikit dan tidak keluar dari batasan etika dan cara mencari ilmu. Adapun canda dan kelakar yang buruk, terus-menerus, mengundang kemarahan dan keburukan, maka itu adalah tercela. Terlalu banyak bercanda dan tertawa akan menurunkan wibawa dan menghilangkan kasih sayang.

Syaikh Ziyad hafizhahullah menjelaskan:

كنا نخرج مع شيخنا الألباني رحلات ونذهب لكن رحلة نسميها رحلة العلم لكن هي درس علمي يعني لكم مثالا في احدى رحلاتنا مع شيخنا وكنت أذهب كثيرا مع شيخنا الالباني في مثل هذا سجل للشيخ في هذه الرحلة ستة أشرطة ست ساعات 

Kami biasa pergi melakukan perjalanan bersama Syaikh Al-Albani rahimahullah dan kami selalu ikut pergi tapi perjalanan itu kami sebut perjalanan ilmu, namun itu adalah pelajaran ilmiah. Maksud saya, bagi Anda, contohnya ada di salah satu perjalanan kami bersama Syaikh Al-Albani rahimahullah. Saya sering bepergian dengan Syaikh Al-Albani rahimahullah untuk hal-hal seperti ini. Ada yang merekam perjalanan ilmu tersebut sebanyak enam kaset selama enam jam dalam perjalanan ini.

والشيخ يتكلم هذي الرحلة تبعث رحلة الشيخ حتى الرحلة النزهة يعني تذهب تحت شجرة وهي كلها تسجيل وعلم ستة أشرطة في إحدى الرحلات وقس على ذلك كثيرا من الشيخ لا يتكلم إلا تسجل وكان يجلس ويسأل، أذكر في إحدى المجالس سئل الشيخ سؤالا واحدا وما سني ساعة ونصف إجابة لهذا السؤال رحمة الله على الشيخ.  وكانت الزيارة لإحد إخواننا،  وانتشر هذا الشريط انتشارا عجيبا

Dan Syaikh berbicara tentang perjalanan ini, yaitu Rihlahnya Syaikh, bahkan rihlah tamasya, artinya engkau pergi ke bawah pohon, yang semuanya direkam, dan dia mengajarkan enam kaset dalam salah satu rihlah. “Syaikh tidak berbicara kecuali direkam, dan dia biasa duduk dan bertanya. Saya ingat di salah satu pertemuan, Syaikh ditanyai satu pertanyaan, dan beliau tidak menghabiskan waktu satu setengah jam untuk menjawab pertanyaan ini. semoga Allah mengampuni Syaikh . Kunjungan tersebut dilakukan ke salah satu saudara kita, dan rekaman ini menjadi viral populer.

 في هذا هؤلاء العلماء يستغلون الوقت حتى في الرحلات علم هذا.
هذه الثمرة تخيلوا في سنوات معدودات ستة الاف شريط تسجل للشيخ،  في رحلاته الشيخ ما كان يدرس في مسجد،  ولا كان يدرس في مكان معين دروسا محددة،  هذه الستة الاف كانت في رحلاته 

Dalam hal ini, para ulama ini memanfaatkan ilmu ini bahkan dalam perjalanan. Inilah buah dari ilmu. Bayangkan, dalam beberapa tahun, enam ribu kaset direkam untuk Syaikh. Selama perjalanannya, Syaikh tidak mengajar di masjid, dan Beliau rahimahullah juga tidak mengajar pelajaran khusus di tempat tertentu. Enam ribu kaset ini sedang dalam on the way perjalanannya.

 في سجل كل شيء يقوله الشيخ ستة الاف شريط،  تسجل في مثل هذا هكذا العلم ينبغي أن يكون رحمة الله على علمائنا الكبار وقد قيل من اكثر من شيء عرف به فتجنب هاتيك السقطات في مجالس ومحادثتك وبعض من يجهل يظن ان التبسط في هذا اريحية فكل كلامه نكت ومزاح وضحك وقهقهة هل هذا طالب علم? التوسع في هذا الباب خطر،  والنبي حذرنا عليه الصلاة والسلام،  ولا تكثر الضحك،  فان كثرة الضحك تميت القلب.

Ada enam ribu kaset yang mencatat semua yang dikatakan Syaikh rahimahullah. Ilmu bisa direkam dalam kondisi seperti itu selayaknya karena kasih sayang Allah kepada para ulama besar kita, dan telah disebutkan lebih dari satu hal yang diketahuinya, maka hindarilah jebakan-jebakan ini dalam silaturahmi dan perbincangan kalian bahwa akan lebih mudah untuk bersikap sederhana tentang hal ini, karena semua kata-katanya adalah bisa jadi lelucon, gelak, tawa, dan apakah ini akhlak seorang penuntut ilmu? Memperluas kondisi seperti ini  (gelak, tawa, lelucon dan lainnya) berbahaya, dan Nabi ﷺ memperingatkan kita untuk tidak terlalu banyak tertawa, karena terlalu banyak tertawa dapat membunuh hati.
Sebagaimana hadits:

لا تُكثِرْ الضحِكَ، فإنَّ كثرةَ الضحِكِ تُميتُ القلبَ

Jangan engkau banyak tertawa karena sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati. (HR. at-Tirmidzi no. 2305, Ibnu Majah no. 4217, Ahmad no. 8095, hasan).

وقد قيل: "من أكثر من شيء، عرف به".  فتجنب هاتيك السقطات في مجالستك ومحادثتك. وبعض من يجهل يظن أن التبسط في هذا أريحية. وعن الأحنف بن قيس قال: "جنبوا مجالسنا ذكر النساء والطعام، إني أبغض الرجل يكون وصافاً لفرجه وبطنه". 

Dikatakan: barangsiapa yang memperbanyak sesuatu, maka ia akan dikenali karenanya. Karena itu, berhati- hatilah agar kamu tidak terjatuh dalam hal yang meng hancurkanmu di dalam majelis dan percakapanmu. Sebagian orang bodoh mengira bahwa meluangkan waktu untuk hal ini merupakan penyegaran pikiran. Dari Ahnaf bin Qais berkata, "hindarkan majelis kami dari menyebut soal perempuan dan makanan, karena aku adalah laki-laki yang paling benci disifati dengan perihal kemaluan dan perutnya." (as-Siyar 4/94)

أمير المؤمنين عمر بن الخطاب رضى الله عنه في القضاء: "ومن تزين بما ليس فيه، شانه الله . 

Amirul Mukminin Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu berkata: “Barangsiapa yang berhias diri dengan apa yang tidak ada pada dirinya, niscaya Allah akan menghinakannya.”

Syaikh hafizhahullah menjelaskan:
dalam kitab "Al-Muhaddats Al-Mulham": Muhaddats maksudnya Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu. Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika di antara kalian ada muhaddats, maka tentulah itu Umar."  Sementara yang dimaksud dengan al-mulham, seolah-olah ia diberikan ilham oleh Allah dan seolah-olah ia diajak bicara dengan wahyu. 
Dan apa yang disebutkan oleh Umar radhiallahu’anhu sesuai dengan hadits Nabi ﷺ

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

أنَّ امْرَأَةً قالَتْ: يا رَسولَ اللهِ، أَقُولُ إنَّ زَوْجِي أَعْطَانِي ما لَمْ يُعْطِنِي فَقالَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ: المُتَشَبِّعُ بما لَمْ يُعْطَ، كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ

“Ada seorang wanita, ia berkata: wahai Rasulullah, saya pernah mengatakan kepada orang lain bahwa suami saya memberikan sesuatu kepada saya, padahal itu tidak pernah diberikan. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: orang yang berbangga dengan sesuatu yang tidak pernah ia dapatkan, bagaikan menggunakan dua pakaian kedustaan” (HR. Muslim no. 2129).



Faidah tambahan:
Apapun yang kita lakukan karena Allah, dan disetiap waktu terdapat semangat untuk senantiasa berbagai fawaid dan kebaikan, maka tentunya waktu itu akan menjadi barokah. Dan sebaliknya. Contoh tentang kaset tanya Jawab Syaikh al-Albani rahimahullah yaitu serial kaset Silsilah al-Huda wan Nuur, Fatawa Jeddah, Fatawa Emirate itu adalah termasuk Rekaman tanya jawab dari Syaikh al-Albani rahimahullah yang sarat dengan faidah ilmu syar’i.

Bersambung InSya Allah