Para Nabi dan Rasul
Segala puji bagi Allah yang Maha Esa dengan keagungan dan keindahan, yang disifati dengan sifat kesempurnaan, yang tersucikan dari segala sesuatu dan perumpamaan. Aku memuji-Nya, Mahasuci Dia, aku bersyukur kepada-Nya sebagai tanda syukur yang menambah nikmat dan menjaga dari hilangnya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Yang Mahabesar, Yang Maha Tinggi. Dan aku bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, seorang utusan yang memiliki keutamaan mulia dan sifat-sifat yang luhur. Semoga shalawat Allah tercurah atas beliau, keluarga, para sahabat yang terbaik, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga Hari Kiamat.
Amma ba’du (selanjutnya):
Bertakwalah kalian kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah, dengan sebenar-benar takwa. Maka siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya, niscaya Allah menjaga dan melindunginya. Dan siapa yang menghadap kepada-Nya dengan syukur, maka Allah akan menambah nikmat dan keridhaan-Nya.
Wahai kaum Muslimin:
Sungguh Allah telah mengutus para rasul ketika setiap kaum tenggelam dalam kezaliman keyakinan mereka, kebatilan kesesatan mereka. Maka Allah memberi petunjuk kepada mereka melalui para rasul, memperbaiki akhlak mereka, menjelaskan jalan yang benar, serta menuntun kepada kebahagiaan dan keberuntungan. Tidak ada keridaan Allah kecuali dengan mengikuti ajaran para rasul, dan tidak ada iman kecuali dengan membenarkan mereka. Kita beriman kepada mereka secara global (secara keseluruhan) dengan pengakuan dan keimanan, serta beriman kepada mereka secara rinci dengan mengikuti ajaran yang mereka bawa. Mereka semua menegakkan neraca keadilan dan kebenaran.
Disebutkan dalam kitab-Nya bahwa jumlah para nabi ada dua puluh lima orang nabi dan rasul. Abu Dzar berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah para nabi?” Beliau menjawab:
“Para nabi itu ada seratus dua puluh empat ribu orang, dan para rasul di antara mereka ada tiga ratus lima belas orang, jumlah yang banyak.”
(HR. Ahmad)
Mereka silih berganti membawa petunjuk dan cahaya. Yang terdahulu memberi kabar gembira kepada yang kemudian, dan yang kemudian membenarkan yang terdahulu. Mereka sepakat dalam kejujuran dan kejelasan, kemurnian ibadah, ketinggian derajat, kelembutan hati, kasih sayang, serta kemuliaan akhlak mereka. Nasab mereka mulia, rumah tangga mereka suci, dan akhlak mereka agung. Allah memilih mereka atas dasar kesempurnaan dan keindahan.
Allah berfirman:
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan risalah-Nya.”
(Al-An‘ām: 124)
Wahai kaum Muslimin:
Ikhlas beramal karena Allah, tulus niat kepada-Nya, dan benar dalam ketaatan adalah pokok utama dalam diterimanya amal. Para rasul adalah manusia yang paling mendengar dalam mewujudkan keikhlasan kepada Allah.
Allah berfirman:
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.”
(Al-An‘ām: 162)
Mereka juga menjaga diri dengan yang halal, menjauhkan diri dari syubhat dan yang haram, hingga hati pun menjadi bersih dan doa mereka lebih mudah diterima. Maka, makanan mereka berasal dari usaha yang halal. Dawud `alaihissalām tidak makan kecuali dari hasil kerjanya sendiri. Zakaria adalah seorang tukang kayu.
Dan Nabi kita Muhammad ﷺ menggembala kambing penduduk Makkah dengan upah.
Allah berfirman:
“Wahai para rasul! Makanlah dari yang baik-baik dan beramallah dengan amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.”
(Al-Mu’minūn: 51)
Wahai kaum Muslimin:
Kebaikan dalam amal perbuatan, ucapan, dan akhlak adalah budi pekerti para nabi. Apa yang mereka syariatkan adalah timbangan yang menjadi ukuran dalam akhlak dan amal. Mereka adalah manusia yang paling luhur hati dan jiwa. Paling lapang dada, paling sabar, paling mulia tabiatnya, dan paling indah akhlaknya. Mereka berbakti kepada orang tua.
Allah Ta‘ala berfirman tentang Yahya `alaihissalām:
“Dan ia seorang yang berbakti kepada orang tuanya, bukan orang yang sombong lagi durhaka.”
(Maryam: 14)
Dan Dia berfirman tentang Ismail `alaihissalām:
“Dan dia adalah seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi.”
(Maryam: 54)
Nabi ﷺ adalah orang yang paling penyantun dan paling pemaaf. Beliau menghormati orang mulia dari kaumnya, dan memuliakan orang-orang yang berjiwa terhormat.
Di antara kelembutan dan kesantunan Nabi Ibrahim `alaihissalām, ketika para tamu datang kepadanya, ia segera pergi menemui keluarganya, lalu datang kembali dengan membawa anak sapi gemuk yang dipanggang. Ia menyuguhkannya kepada para tamu. (Lihat: Hūd: 69)
Rasulullah ﷺ juga tidak pernah menolak hadiah, walaupun sedikit. Jika diberi paha kambing, beliau menerimanya. Jika diberi minuman susu, beliau menerimanya.
Allah Ta‘ala berfirman:
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan, (seraya berkata): Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharap wajah Allah; kami tidak menghendaki balasan darimu dan tidak pula ucapan terima kasih.”
(Al-Insān: 8-9)
Allah berfirman;
{مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ}
artinya: "Aku berlindung kepada Allah! Sesungguhnya Tuhanku telah memperlakukan aku dengan baik." (QS Yusuf 23)
Mereka itu adalah orang-orang yang menjaga diri (dari dosa) dan membersihkan diri dari perbuatan orang-orang yang durhaka.
Firman Allah Ta‘ala:
{لا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ}
artinya: "Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, semoga Allah mengampuni kalian, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang."(QS Yusuf 92)
Dan Rasulullah ﷺ berkata kepada para pemimpin Quraisy ketika beliau berhasil menaklukkan Makkah:
«اذهبوا فأنتم الطلقاء»
"Pergilah, kalian semua bebas (dimerdekakan)."
Beliau ﷺ adalah pemilik akal yang sempurna, pemahaman yang dalam, dan ilmu yang luas. Beliau memaafkan mereka yang telah menyakiti dan memerangi dirinya, padahal beliau mampu membalas mereka.
Firman Allah Ta‘ala:
{نُوحِيهَا إِلَيْكَ مِنْ أَنبَاءِ الْغَيْبِ مَا كُنتَ تَعْلَمُهَا أَنتَ وَلا قَوْمُكَ مِن قَبْلِ هَذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ}
Maka siapa yang meneladani mereka, niscaya ia akan memperoleh bagian dari kemuliaan mereka, namun siapa yang menyelisihi mereka, maka ia akan tercela dengan kehinaan dirinya dan aibnya.(QS Huud 49)
Wahai kaum Muslimin:
Surga tidak akan diraih kecuali dengan kesabaran.
Firman Allah Ta‘ala:
{وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا}
artinya: "Dan tidak dianugerahkan sifat itu kecuali kepada orang-orang yang sabar." (QS Fushilat 35)
Ketika cobaan semakin berat dan keadaan semakin sulit, maka orang-orang beriman akan tampak jelas. Para nabi dahulu menghadapi penderitaan, kesulitan, dan ujian besar. Mereka mendapat gangguan dan kedustaan dari kaumnya dalam jangka waktu lama.
Nabi Nuh alaihissalām tinggal di tengah kaumnya selama seribu tahun kurang lima puluh tahun, menyeru mereka siang dan malam, namun mereka tetap lari dan menjauhinya. Nabi Luth alaihissalām diutus kepada suatu kaum yang memutuskan jalan (perbuatan keji) dan melakukan kemungkaran di majelis mereka. Mereka tidak malu dari manusia, bahkan mereka melakukannya terang-terangan.
Nabi Ayyub alaihissalām diuji dengan berbagai macam penyakit dan cobaan. Ia tetap sabar hingga teman duduknya pun merasa jijik padanya, lalu mereka menjauhinya. Beliau terus sabar, memuji Allah, dan bersyukur hingga Allah menyembuhkannya.
Nabi Muhammad ﷺ juga mendapatkan penderitaan yang sangat berat. Beliau ikut serta dalam peperangan, terluka dalam Perang Uhud, gigi serinya patah, wajahnya berdarah, dan salah satu topi besinya menembus ke dalam pipinya. Beliau juga kehilangan anak-anaknya di masa hidup beliau satu demi satu, hatinya sedih dan air matanya menetes, namun beliau tetap berkata:
«إن العين لتدمع وإن القلب ليحزن ولا نقول إلا ما يرضى ربنا، وإنا بفراقك يا إبراهيم لمحزونون»
"Sesungguhnya mata ini meneteskan air mata, hati ini bersedih, namun kami tidak akan mengatakan kecuali yang diridhai oleh Tuhan kami. Dan sesungguhnya kami benar-benar bersedih dengan perpisahan darimu, wahai Ibrahim."
Allah Ta‘ala berfirman:
{وَلَيُبْلَوَنَّكُمُ اللَّهُ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمْوَالِ وَالأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ}
artinya: "Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."(QS Al Baqoroh 155)
Rasulullah ﷺ bersabda:
«أشد الناس بلاءً الأنبياء، ثم الأمثل فالأمثل»
"Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian yang paling utama setelah mereka, kemudian yang utama setelah itu."
Datanglah pertolongan dari langit, dan Nabi Ibrahim alaihis-salām
diletakkan di atas katapel kemudian dilemparkan ke dalam api, maka tidak tampak baginya kecuali ucapannya:
“Hasbunallāhu wa ni‘mal-wakīl (Cukuplah Allah bagi kami, dan Dialah sebaik-baik Pelindung).” (QS. Āli ‘Imrān: 173).
Maka Allah menjadikan api itu dingin dan keselamatan, serta ketakutan Rasulullah ﷺ kepada musuh dan berkumpulnya mereka berubah menjadi sirna.
Beliau berkata:
“Hasbunallāhu wa ni‘mal-wakīl.”
Maka Allah memisahkan mereka dan membatalkan tipu daya mereka.
Dengan doa, orang yang lemah menjadi kuat, orang yang bersedih menjadi gembira, dan orang yang menderita mendapatkan kelapangan.
Nabi Ayyūb alaihis-salām
berseru kepada Tuhannya:
“Rabbi, sungguh aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS. Al-Anbiyā’: 83).
Maka Allah pun mengabulkan doanya, menyingkirkan penderitaannya, mengembalikan keluarganya beserta orang-orang yang sebanding dengan mereka, dan menganugerahinya rahmat dari sisi-Nya.
Dan Nabi Zakariyyā alaihis-salām
tatkala sudah tua renta, ia berseru kepada Tuhannya:
“Rabbi, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri, sedang Engkau adalah sebaik-baik pewaris.” (QS. Al-Anbiyā’: 89).
Maka Allah mengabulkan doanya, menganugerahkan kepadanya Yahyā, dan memperbaiki keadaan istrinya.
Wahai kaum Muslimin:
Kesempurnaan kebahagiaan adalah dengan kebaikan anak keturunan. Mereka adalah kelanjutan nasab dan kehidupan, serta umur kedua yang tersisa. Dengan segala kesusahan dan kesempitan yang dialami oleh Rasulullah ﷺ dari kaumnya, itu tidak menghalangi beliau dari perhatian terhadap kebaikan keluarga.
Ibrahim alaihis-salām
berdoa agar Allah memperbaiki anak keturunannya, lalu ia meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama anaknya Ismā‘īl, dan Ismā‘īl senantiasa memerintahkan keluarganya dengan salat dan zakat.
Zakariyyā pun juga mendoakan anak keturunannya, dan mereka itu adalah orang-orang yang senantiasa bersegera dalam kebaikan, berdoa kepada Allah dengan penuh harap dan takut, dan mereka adalah orang-orang yang khusyū‘.
Hamba-hamba Allah:
Banyak beribadah adalah bukti nyata dari lurusnya arah hati kepada Allah. Ibrahim alaihis-salām
dijadikan Allah sebagai teladan. Dawūd alaihis-salām
berpuasa sehari dan berbuka sehari.
Rasul kita Muhammad ﷺ berdiri dalam salat malam hingga kedua telapak kakinya bengkak.
Seorang Muslim selayaknya meneladani mereka, mencontoh kesabaran mereka, dan mengikuti jalan yang mereka tempuh, agar bisa mendapatkan hidayah, menapaki jalan yang lurus, dan menyusul generasi yang mulia. Mereka adalah para pendahulu dalam kebaikan, dan orang-orang yang mendapat petunjuk dengan petunjuk Allah. Maka siapa yang mengikuti mereka, sungguh ia telah beruntung.
"Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddīqīn, para syuhadā’ dan orang-orang shālih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. An-Nisā’: 69)
Semoga Allah memberkahi aku dan kalian dengan Al-Qur’an yang agung…
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah, pujian sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Rabb kita. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang diutus dengan rahmat dan petunjuk. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarganya, sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti petunjuk mereka hingga hari kiamat.
Amma ba‘du, wahai kaum muslimin:
Hakikat semua risalah samawi adalah seruan untuk beribadah hanya kepada Allah semata, tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan menolak segala sesuatu yang disembah selain-Nya. Allah Ta‘ala berfirman:
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ}
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (wahai Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya: ‘Bahwasanya tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiyā’: 25).
Para nabi dan rasul itu bukanlah tuhan yang disembah, bukan pula memiliki derajat di atas manusia. Mereka tidak bisa memberikan manfaat atau menolak mudarat. Mereka adalah hamba-hamba Allah, tidak berhak disembah, tidak boleh dimintai pertolongan selain dari Allah, tidak boleh dimintai syafaat kecuali dengan izin Allah, tidak memberi manfaat dan tidak pula menolak bahaya. Mereka hanyalah manusia seperti manusia lainnya.
Ibrahim ‘alaihis-salām pun merasa lapar hingga beliau makan, merasa sakit hingga beliau sembuh, dan pernah mengalami ketakutan. Suatu kali beliau bersembunyi di bawah pohon karena lapar, lalu memakan makanan hingga kenyang, tiba-tiba muncul semut dan menggigitnya. (Diriwayatkan oleh al-Bukhārī).
Nabi Muhammad ﷺ juga pernah bersabda:
«إنما أنا بشر أنسى كما تنسون فإذا نسيت فذكروني»
“Sesungguhnya aku hanyalah manusia, aku bisa lupa sebagaimana kalian lupa. Jika aku lupa maka ingatkanlah aku.” (Muttafaq ‘alaih).
Beliau juga makan dan minum, merasa sakit, lapar, dan kenyang, serta mendapatkan apa yang dialami oleh manusia pada umumnya. Allah Ta‘ala berfirman:
{إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ ثُمَّ إِنَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِندَ رَبِّكُمْ تَخْتَصِمُونَ}
“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan mati, dan sesungguhnya mereka pun akan mati. Kemudian sesungguhnya kalian semua pada hari kiamat akan saling berbantah-bantahan di hadapan Rabb kalian.” (QS. Az-Zumar: 30-31).
Dan beliau ﷺ pernah bersabda kepada putrinya, Fāṭimah radhiyallāhu ‘anhā:
«يا فاطمة، اعملي لنفسك، فإني لا أغني عنك من الله شيئًا»
“Wahai Fāṭimah, beramallah untuk dirimu sendiri, karena aku tidak bisa menolongmu sedikit pun dari (azab) Allah.”
Binti Muhammad:
Mintalah kepadaku dari hartaku apa yang engkau kehendaki, niscaya tidaklah itu akan mencukupimu sedikit pun dari (azab) Allah. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari).
Karena sesungguhnya Allah – Maha Suci Dia – adalah yang memberi manfaat dan yang memberi mudarat. Segala urusan hanyalah milik-Nya. Dialah semata yang memberi dan menahan, menghidupkan dan mematikan.
Allah Ta‘ala berfirman:
﴿وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ﴾
“Dan jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Yunus: 107)
Kemudian ketahuilah, bahwa Allah memerintahkan kalian dengan shalat, dan salam atas Nabi-Nya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar