KEDUDUKAN SYUKUR
Ditulis oleh: Komite Ilmiah
Grup: Edisi Rabiul Akhir 1438 H
Pendahuluan:
Alhamdulillah, Was Sholatu was Salamu ala Rosulillah, wa ba'du;
Sejak manusia pertama kali menangis keluar dari rahim ibunya, ia telah berada dalam limpahan nikmat Allah, berbolak-balik dari pagi hingga malam. Tidak ada satu pun momen yang berlalu kecuali di dalamnya terdapat nikmat dari Allah yang wajib disyukuri.
Allah berfirman: “Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi, dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya yang zahir dan yang batin. Namun di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk atau kitab yang memberi penerangan.”(QS. Luqman: 20)
Allah telah memberikan banyak nikmat kepada manusia seperti matahari, bulan, bintang, awan, hewan, tumbuhan, air, laut, dan kapal. Semua itu diperuntukkan bagi manfaat mereka, untuk makanan, rezeki, dan kesenangan mereka. Mereka menikmati sebagian dari semuanya itu dan memanfaatkan semuanya. Namun demikian, tidak semua manusia beriman. Bahkan, di antara mereka ada yang membantah Allah, yakni tentang keesaan-Nya dan pengutusan rasul-Nya. Bantahan mereka tersebut dilakukan tanpa ilmu, tanpa dasar argumen yang benar, dan tanpa kitab yang benar (berasal dari Allah) sebagai petunjuk.
Sebaliknya, banyak orang - kecuali yang dirahmati Allah - yang menyambut semua nikmat ini dengan kekufuran, pengingkaran, dan penolakan. Nikmat yang tidak disyukuri akan berubah menjadi malapetaka bagi pemiliknya.
Makna Syukur:
Ibn Manzur berkata: "Syukur adalah mengenali kebaikan dan menyebarkannya."
Al-Kafawi berkata: "Asal makna syukur adalah membayangkan nikmat dan menampilkannya. Syukur dari hamba adalah mengenali kebaikan, dan dari Allah adalah balasan dan pujian yang indah."
Al-Munawi berkata: "Syukur terbagi menjadi dua: yang pertama adalah syukur dengan lisan, yakni memuji pemberi nikmat. Yang kedua adalah syukur dengan seluruh anggota badan, yakni membalas nikmat sesuai dengan kadar haknya."
Ibn Qayyim berkata: "Syukur adalah tampaknya pengaruh nikmat Allah pada lisan hamba-Nya berupa pujian dan pengakuan, pada hatinya berupa kesaksian dan cinta, serta pada anggota tubuhnya berupa ketaatan dan kepatuhan. Dikatakan pula bahwa syukur adalah pengakuan terhadap nikmat pemberi nikmat dengan penuh kerendahan hati."
Abu Abdurrahman al-Hubuli berkata: "Shalat adalah bentuk syukur, puasa adalah bentuk syukur, dan setiap kebaikan yang dilakukan untuk Allah adalah syukur. Dan syukur yang terbaik adalah pujian."
(Diriwayatkan oleh Ibn Jarir)
Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim meriwayatkan dari Muhammad ibn Ka'b al-Quradhi bahwa ia berkata: "Syukur adalah takwa kepada Allah dan amal saleh."
Kedudukan Syukur:
Kedudukan syukur sangat tinggi sehingga Allah Ta'ala menyebut diri-Nya sebagai "Syakir" (Yang Maha Bersyukur) dan "Syakur" (Yang Maha Menghargai). Ia juga menyebut orang-orang yang bersyukur dengan kedua nama tersebut, memberikan mereka sifat-Nya, dan menyebut mereka dengan nama-Nya. Hal ini cukup untuk menunjukkan betapa besar kasih sayang dan keutamaan-Nya bagi orang-orang yang bersyukur.
Allah berfirman: "Agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah karunia-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."(QS. Fathir: 30)
Allah juga berfirman: "Dan mereka berkata, segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan segala kesedihan dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."(QS. Fathir: 34)
Allah berfirman: "Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Dia melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untukmu dan mengampuni dosamu. Dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Penyantun." (QS. At-Taghabun: 17)
Allah berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa: 147)
Allah memuji hamba-hamba-Nya yang bersyukur dalam Al-Quran, termasuk para nabi. Sebagai contoh, Allah memuji Nabi Nuh Alaihi salam yang merupakan rasul pertama yang diutus karena syukurnya, dengan berfirman: "Keturunan orang-orang yang Kami bawa bersama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Kami) yang banyak bersyukur." (QS. Al-Isra: 3)
Allah juga memuji kekasih-Nya, Ibrahim Alaihisalam, atas rasa syukurnya terhadap nikmat-nikmat-Nya, dengan berfirman: "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, yang patuh kepada Allah lagi lurus, dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus." (QS. An-Nahl: 120-121)
Allah berfirman kepada keluarga Daud Alaihisalam.: "Beramallah kalian, wahai keluarga Daud, sebagai bentuk syukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba: 13)
Bukti Kedudukan Tinggi Syukur:
1. Merupakan Salah Satu Dasar Agama:
Ibn Qayyim berkata: "Agama ini dibangun di atas dua dasar, yakni dzikir dan syukur. Allah berfirman: 'Maka ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.' (QS. Al-Baqarah: 152)."
2. Disandingkan dengan Iman:
Allah berfirman: "Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui."(QS. An-Nisa: 147)
Allah menyandingkan syukur dengan iman, dan menyatakan bahwa Dia tidak akan menyiksa hamba-Nya jika mereka bersyukur dan beriman kepada-Nya.
3. Tuntutan Allah dari Hamba-Nya:
Allah berfirman: "Bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya."(QS. Al-Baqarah: 172)
Allah berfirman: "Bersyukurlah atas nikmat Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. An-Nahl: 114)
As-Sa'di berkata: "Firman-Nya: 'Jika kamu hanya menyembah kepada-Nya' artinya adalah bersyukurlah kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa barang siapa yang tidak bersyukur kepada Allah, maka ia tidak menyembah-Nya dengan benar. Sebaliknya, barang siapa yang bersyukur kepada-Nya, maka ia telah menyembah-Nya dan melaksanakan apa yang diperintahkan."
4. Tujuan Penciptaan dan Perintah-Nya:
Allah berfirman: "Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur." (QS. An-Nahl: 78)
Setelah Allah menjelaskan tentang nikmat-nikmat besar-Nya kepada hamba-hamba-Nya, Dia menutup ayat ini dengan berfirman: *"Agar kamu bersyukur."* Ini menunjukkan bahwa tujuan dari semua ini adalah agar manusia bersyukur. Ini mirip dengan firman-Nya: "Katakanlah: Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati. Namun sedikit sekali dari kalian yang bersyukur."(QS. Al-Mulk: 23)
Syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat ini dan lainnya dilakukan dengan menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk taat kepada-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya.
5. Orang-Orang yang Bersyukur Sangat Sedikit:
Allah berfirman: "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba: 13)
Ayat ini mendorong kita untuk memperhatikan amal saleh, karena ketika amal disebut sebagai syukur, hal ini mengindikasikan bahwa orang-orang yang melakukannya sangat sedikit.
Syukur hakikatnya adalah mengakui nikmat dari Pemberi nikmat dan menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan kepada-Nya, sementara kekufuran adalah menggunakan nikmat tersebut dalam kemaksiatan. Dan sedikit sekali orang yang melakukannya, karena kebaikan lebih sedikit daripada keburukan, dan ketaatan lebih sedikit daripada kemaksiatan.
Oleh karena itu, Nabi -shalallahu 'alaihi wa sallam- sering melakukan shalat hingga kakinya bengkak, lalu dikatakan kepadanya: "Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang," ia menjawab: "Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?"
6- Syukur yang diterima oleh Tuhan kita yang Maha Agung:
Allah berfirman: {Jika kamu bersyukur, Aku akan menambah nikmat-Ku kepadamu} (Az-Zumar: 7)
Allah meridhoi syukur kepada-Nya karena syukur merupakan sebab kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat, seperti yang dikatakan Allah: {Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat berat} (Ibrahim: 7). Jadi, syukur selalu disertai dengan tambahan, dan apabila engkau tidak melihat keadaanmu dalam tambahan, maka sambutlah dengan syukur.
Nikmat-Nikmat yang Sering Terlupakan:
Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menganugerahkan nikmat-nikmat kepada hamba-Nya yang tidak terhitung jumlahnya, sebagaimana firman-Nya:
"Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu minta. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)" (Ibrahim: 34).
Allah meminta mereka untuk bersyukur dan ridha dengan apa yang telah diberikan-Nya.
Maksud dari *"jika kamu menghitung"* adalah: jika kalian mencoba untuk menghitung nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian, bahkan secara umum saja, apalagi secara rinci, kalian tidak akan mampu melakukannya dalam kondisi apapun. Ini termasuk nikmat-nikmat yang sudah biasa diterima sehingga orang-orang lupa bahwa itu adalah nikmat, seperti nikmat bernafas, nikmat pancaindra, dan nikmat pencernaan makanan.
Seorang laki-laki datang kepada Yunus bin Ubaid mengeluhkan kesulitan hidupnya dan merasa sangat tertekan karenanya. Yunus kemudian berkata kepadanya, "Apakah kamu rela dengan penglihatanmu ini, yang dengannya kamu bisa melihat, jika aku menawarkannya seharga seratus ribu?"
Dia menjawab, *"Tidak."*
Yunus berkata lagi, *"Bagaimana dengan pendengaranmu yang kamu gunakan untuk mendengar, apakah kamu rela jika aku menawarkannya seharga seratus ribu?"* Dia menjawab, *"Tidak."
Yunus melanjutkan, *"Bagaimana dengan lidahmu yang kamu gunakan untuk berbicara, apakah kamu rela jika aku menawarkannya seharga seratus ribu?"* Dia menjawab, *"Tidak."*
Yunus bertanya lagi, *"Bagaimana dengan hatimu yang kamu gunakan untuk berpikir, apakah kamu rela jika aku menawarkannya seharga seratus ribu?"*
Dia menjawab, *"Tidak."*
Kemudian Yunus menyebutkan nikmat-nikmat Allah yang ada pada dirinya dan berkata, *"Aku melihat kamu memiliki ratusan ribu, tetapi kamu masih mengeluhkan kekurangan."
Sesungguhnya nikmat-nikmat Allah atas hamba-Nya sangatlah banyak, hingga sulit untuk dihitung atau diperkirakan, dan hanya sedikit yang bersyukur atasnya, sebagaimana Allah berfirman:
"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (Saba: 13).
Allah juga berfirman: "Dan sungguh, Kami telah menempatkan kalian di bumi dan Kami jadikan di sana sumber penghidupan bagi kalian, tetapi sedikit sekali kalian bersyukur." (Al-A'raf: 10).
Dan juga firman-Nya: "Katakanlah: 'Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur.'" (Al-Mulk: 23).
Hendaknya orang-orang yang lalai dari bersyukur atas nikmat-nikmat Allah berhati-hati, karena Allah akan menanyakan tentang hal itu pada hari kiamat.
Dalam sebuah hadits disebutkan: "Sesungguhnya Allah Ta'ala akan menemui hamba pada hari kiamat, lalu berkata: 'Wahai Fulan, bukankah Aku telah memuliakanmu, menjadikanmu seorang pemimpin, menikahkanmu, menundukkan kuda dan unta untukmu, dan memberimu kekuasaan? Maka ia menjawab: 'Benar, wahai Tuhanku.' Kemudian Allah berkata: 'Apakah kamu menyangka bahwa kamu akan bertemu dengan-Ku?' Ia menjawab: 'Tidak.' Maka Allah berkata: 'Aku melupakanmu sebagaimana kamu melupakan-Ku.' Kemudian Allah menemui orang kedua dan berkata kepadanya seperti yang dikatakan kepada yang pertama, dan ia menjawab: 'Ya Tuhanku, aku beriman kepada-Mu, kepada Kitab-Mu, dan kepada rasul-rasul-Mu, aku shalat, puasa, dan bersedekah.' Maka Allah berkata: 'Jika demikian, apakah kamu menyangka bahwa kamu akan bertemu dengan-Ku?' Ia menjawab: 'Tidak.' Maka Allah berkata: 'Aku melupakanmu sebagaimana kamu melupakan-Ku.' Lalu Allah menemui yang ketiga, dan berkata kepadanya seperti yang dikatakan kepada yang pertama. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, aku beriman kepada-Mu, dan kepada Kitab-Mu, dan kepada rasul-rasul-Mu, aku shalat, berpuasa, dan bersedekah.' Maka Allah berkata: 'Jika demikian, maka Aku akan menolongmu sebagaimana kamu telah menolong-Ku.'" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam riwayat lain: Allah Ta'ala berkata, "Wahai anak Adam, pada hari kiamat Aku telah menundukkan kuda dan unta untukmu, dan Aku telah menikahkanmu dengan istri-istrimu, serta Aku telah memberikan kekuasaan padamu, maka dimanakah syukurmu atas nikmat-nikmat tersebut?"
Barangsiapa yang tidak mampu bersyukur atas nikmat Allah, maka hendaklah segera bertaubat kepada Allah Ta'ala.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Thalq bin Habib: "Sesungguhnya hak-hak Allah terlalu berat untuk dipikul oleh hamba-hamba-Nya, dan nikmat-nikmat Allah terlalu banyak untuk dihitung oleh hamba-hamba-Nya. Tetapi, hendaklah kalian menjadi orang-orang yang senantiasa bertaubat di pagi hari dan sore hari."
Syukur didasarkan pada lima prinsip:
1. Ketundukan orang yang bersyukur kepada yang disyukuri.
2. Cintanya kepada-Nya.
3. Pengakuannya atas nikmat-Nya.
4. Memuji-Nya atas nikmat tersebut.
5. Tidak menggunakannya untuk sesuatu yang dibenci oleh-Nya.
Kelima prinsip ini adalah dasar dari syukur. Jika salah satu dari prinsip ini hilang, maka prinsip syukur menjadi kurang sempurna.
Beberapa hal yang dapat membantu dalam bersyukur atas nikmat:
- Mengakui nikmat-nikmat Allah dan mengingat bahwa semuanya berasal dari karunia dan rahmat-Nya. Umar bin Abdul Aziz berkata: "Ingatlah nikmat-nikmat, karena barangsiapa yang mengingatnya, ia akan bersyukur atasnya."
- Memperbanyak ibadah dan amal shaleh sebagai wujud syukur dan pujian kepada Allah atas nikmat-Nya.
- Memperbanyak doa dan memohon pertolongan kepada Allah untuk dapat bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Nya.
- Memikirkan besarnya pertanyaan Allah tentang nikmat-nikmat tersebut pada hari kiamat, sebagaimana firman-Nya: "Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu peroleh di dunia itu)." (At-Takatsur: 8).
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata: "Nikmat yang dimaksud adalah kesehatan tubuh, pendengaran, dan penglihatan. Allah akan menanyakan kepada hamba bagaimana mereka memanfaatkannya."
- Meninggalkan dosa dan maksiat karena hal itu menghilangkan nikmat dan mendatangkan azab.
- Melihat orang yang berada di bawah dalam hal duniawi karena hal itu akan membantu untuk mengingat nikmat-nikmat yang ada.
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahualaihiwasallam : "Lihatlah orang yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian." (HR. Muslim).
Buah dari Bersyukur:
Sesungguhnya keutamaan bersyukur adalah salah satu nikmat terbesar, dan tidak ada yang dapat mempertahankan nikmat ini kecuali dengan pertolongan dari Allah.
Oleh karena itu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memberikan wasiat kepada Mu’adz Radhiyallahu anhu dengan berkata: "Aku wasiatkan kepadamu, wahai Mu’adz, jangan lupa untuk mengucapkan di akhir setiap shalat: 'Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu.'" (HR. Abu Dawud).
Doa Nabi Shallallahualaihiwasallam: "Ya Rabb, bantulah aku dan jangan Engkau membantu melawan diriku, tolonglah aku dan jangan Engkau menolong orang yang melawanku, rencanakanlah kebaikan untukku dan jangan Engkau merencanakan yang buruk terhadapku, tunjukkanlah dan mudahkanlah petunjuk bagiku, dan tolonglah aku melawan orang yang menganiayaku, Ya Rabb, jadikanlah aku orang yang banyak bersyukur kepada-Mu, banyak mengingat-Mu, takut kepada-Mu, taat kepada-Mu, khusyuk kepada-Mu, bertobat kepada-Mu, dan kembali kepada-Mu." (HR. Ahmad).
Manfaat dan buah dari syukur yang kembali kepada hamba:
1. Syukur adalah perlindungan dari azab Allah:
Allah Ta'ala berfirman: "Mengapa Allah akan mengazab kalian jika kalian bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (An-Nisa: 147).
2. Syukur adalah sebab bertambahnya nikmat Allah pada seorang hamba.
Allah Ta'ala berfirman: " Sekiranya kalian bersyukur terhadap nikmat-nikmat-Ku niscaya akan Aku tambah nikmat tersebut, namun bilamana kalian kufur, sesungguhnya adzab Ku sangat pedih sekali ". (Ibrahim: 7)
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar