Kamis, 19 September 2024

BERTAWAKAL KEPADA ALLAH TA'ALA


BERTAWAKAL KEPADA ALLAH TA'ALA 



Dr. Mehran Maher Uthman

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Aku bershalawat dan salam kepada utusan-Nya yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, junjungan kita dan nabi kita, Muhammad, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya semua. Amma ba'du:

Perintah untuk Bertawakal:

Sesungguhnya bertawakal kepada Allah adalah ibadah orang-orang yang jujur dan jalan orang-orang yang ikhlas. Allah Ta'ala memerintahkannya kepada para nabi-Nya yang diutus dan kepada wali-wali-Nya yang beriman. 

Tuhan semesta alam berfirman:

"Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-Nya." (QS. Al-Furqan: 58)

Dia juga berfirman:

"Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) pergerakanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Asy-Syu'ara: 217-220)

Allah juga memerintahkannya kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana dalam tujuh tempat di Al-Qur'an:

"Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman bertawakal." (QS. Ali Imran: 122)

Definisi Tawakal:

Apa itu tawakal? 
Secara bahasa, tawakal berarti mengandalkan orang lain dalam suatu urusan. 
Sedangkan secara istilah, tawakal adalah kejujuran hati dalam bergantung kepada Allah Ta'ala untuk mendapatkan kemaslahatan dan menjauhkan kemudaratan dalam urusan dunia dan akhirat. [Al-‘Ulum wa Al-Hikam oleh Ibn Rajab (409)].

Al-Jurjani rahimahullah mengatakan: "Tawakal adalah kepercayaan kepada apa yang ada di sisi Allah, dan putus asa terhadap apa yang ada di tangan manusia." [Al-Ta’rifat (74)].

Tawakal dan Usaha:

Di sini perlu diperhatikan tiga hal penting:

1. Tawakal tidak menafikan usaha. Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Seorang lelaki berkata, "Ya Rasulullah, apakah aku harus mengikat unta dan kemudian bertawakal, ataukah aku lepaskan dan bertawakal?" 
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Ikatlah dan kemudian bertawakal." [Sunan At-Tirmidzi].

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata: Orang-orang Yaman biasa pergi haji tanpa membawa bekal, dan mereka berkata, "Kami adalah orang-orang yang bertawakal." 
Maka ketika mereka sampai di Mekkah, mereka meminta kepada orang-orang. Lalu Allah menurunkan ayat:
 "Dan bawalah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS. Al-Baqarah: 197).

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga berkata kepada Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu:
 "Jangan kau kabarkan kepada mereka (tentang jaminan masuk surga) agar mereka tidak bergantung dan mengabaikan amal." 

Ini adalah bukti bahwa usaha harus dilakukan dan tidak hanya bergantung pada takdir semata.

2. Usaha dilakukan meski tampak lemah. Oleh karena itu, Allah Ta'ala memerintahkan Nabi Ayyub 'alaihissalam untuk menghentakkan kakinya ke tanah setelah ia berdoa untuk kesembuhannya. Apakah hentakan kaki orang yang sehat bisa memancarkan air? Tidak, namun Allah ingin mengajarkan kepada kita bahwa usaha harus dilakukan meskipun tampak lemah, karena segala urusan adalah milik-Nya, dan alam semesta ini adalah ciptaan-Nya. Namun, tetap diperlukan usaha.

Dan ketika Allah ingin memberi makan Maryam, padahal dia dalam keadaan lemah, Allah memerintahkannya untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma. Karena usaha harus dilakukan, meskipun dalam keadaan lemah.


3 .Tidak boleh bergantung sepenuhnya pada usaha, melainkan harus mengandalkan Allah Ta’ala.
 Lakukan usaha, walaupun kecil, dan ketahuilah bahwa Allah adalah Pencipta segala sebab. 
Jika Allah berkehendak untuk memutus hubungan antara sebab dan akibatnya, Dia akan melakukannya.
 Contohnya, ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam api, dia tidak terbakar karena Allah telah menetapkan demikian.
 Begitu pula dengan Ismail ketika ayahnya menggerakkan pisau di lehernya—padahal pisau adalah alat untuk memutus nyawa—tetapi nyawanya tidak hilang karena Allah tidak mengizinkannya.

Oleh karena itu, jangan bergantung kecuali kepada Allah, tetapi tetap lakukan usaha, karena Allah menetapkan urusan melalui sebab-sebabnya.


Bertawakal kepada Allah ditekankan dalam beberapa keadaan:

Seorang Muslim harus bertawakal kepada Allah dalam semua urusannya, dan ada situasi-situasi tertentu yang mengharuskannya bertawakal lebih kuat, seperti yang disebutkan oleh Al-Firuzabadi dalam Basha'ir Dzawit Tamyiz dari keajaiban Al-Qur'an. 
Beberapa di antaranya adalah:

1. Saat akan tidur: 
Dari Al-Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 
"Jika kamu hendak tidur, berwudhulah seperti wudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di sisi kananmu dan ucapkan: 'Ya Allah, aku menyerahkan wajahku kepada-Mu, menyerahkan urusanku kepada-Mu, dan bersandar pada-Mu, baik dengan harapan maupun takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan penyelamatan dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab-Mu yang Engkau turunkan dan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus. Jika kamu meninggal malam itu, maka kamu mati di atas fitrah, dan jadikanlah ini sebagai ucapan terakhir yang kamu ucapkan.’" [HR. Bukhari dan Muslim].


2. Saat menghadapi kesulitan ekonomi: Dalam Jami' At-Tirmidzi, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa ditimpa kesulitan, lalu dia meminta bantuan kepada manusia, maka kesulitannya tidak akan teratasi. Dan barangsiapa meminta bantuan kepada Allah, maka Allah akan segera memberinya rezeki, baik cepat atau lambat."


3. Saat berpaling dari musuh: 
Allah berfirman:
 "Berpalinglah dari mereka dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pelindung." (QS. An-Nisa: 81).


4. Saat manusia berpaling darimu:
 Allah berfirman: 
"Jika mereka berpaling, katakanlah: 'Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain Dia. Kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang menguasai 'Arsy yang agung.'" (QS. At-Taubah: 129).


5. Saat berdamai dengan musuh: 
Allah berfirman: 
"Jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah pula kepadanya dan bertawakallah kepada Allah." (QS. Al-Anfal: 61).


6. Saat menghadapi musuh:
 Allah berfirman: 
"Rasul-rasul mereka berkata: 'Apakah ada keraguan tentang Allah, Pencipta langit dan bumi? Dia mengajak kalian untuk mengampuni dosa-dosa kalian dan menangguhkan kalian hingga waktu yang ditentukan.'
 Mereka berkata: 'Kalian hanyalah manusia seperti kami, kalian ingin menghalangi kami dari apa yang disembah oleh nenek moyang kami. Datangkanlah bukti nyata kepada kami!' 
Rasul-rasul mereka menjawab: 'Kami hanyalah manusia seperti kalian, tetapi Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya.
 Tidaklah mungkin bagi kami mendatangkan bukti kepada kalian kecuali dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah-lah orang-orang beriman bertawakal. Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah, padahal Dia telah menunjukkan jalan kami? Kami akan bersabar terhadap gangguan yang kalian berikan kepada kami, dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang bertawakal, bersandar.'" (QS. Ibrahim: 10-12).


7. Saat menghadapi musibah dan kesulitan:
 Allah berfirman:
 "Katakanlah: 'Tidak ada yang akan menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dia adalah pelindung kami, dan hanya kepada Allah-lah orang-orang beriman bertawakal.'" (QS. At-Taubah: 51).


Dalam Shahihain, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika menghadapi kesulitan:
 "Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun. Tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan 'Arsy yang agung. Tidak ada Tuhan selain Allah, Tuhan langit, Tuhan bumi, dan Tuhan 'Arsy yang mulia."

Dalam Sunan Abu Dawud, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Doa orang yang sedang dalam kesulitan adalah: 'Ya Allah, hanya rahmat-Mu yang kuharapkan, jangan biarkan aku bersandar kepada diriku sendiri walau sekejap mata, dan perbaikilah seluruh urusanku. Tidak ada Tuhan selain Engkau.'”

8. Saat keluar rumah:
 Dalam Sunan Abu Dawud, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : 
"Ketika seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia mengucapkan: ‘Bismillah, tawakkaltu ‘ala Allah, laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah),’ maka akan dikatakan padanya: ‘Engkau telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi.’ Maka, setan-setan pun menjauh darinya, dan setan yang lain berkata: ‘Bagaimana mungkin engkau bisa mencelakai seseorang yang telah diberi petunjuk, dicukupi, dan dilindungi?’”

9. Ketika rasa sial merasuk dalam hati: Dalam Sunan, dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 “At-tiyarah (beranggapan sial) adalah syirik, at-tiyarah adalah syirik, at-tiyarah adalah syirik.”
 Ibnu Mas'ud berkata: "Tidak ada dari kami yang terhindar darinya, namun Allah menghilangkan perasaan itu dengan bertawakal."

Seorang Muslim sejati harus senantiasa berlindung kepada Allah Ta’ala dalam segala keadaannya. Tidak ada yang lebih sengsara dari seorang hamba yang diserahkan kepada dirinya sendiri. Allah berfirman: "Bertawakallah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai pelindung." (QS. An-Nisa: 81).


Contoh tawakal para nabi dan orang saleh:

1. Ketika kafilah melewati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya di Humaida' Asad, mereka memberi kabar bahwa Abu Sufyan sedang mengumpulkan pasukan untuk melawan mereka setelah perang Uhud. 
Mereka berkata: "Sesungguhnya manusia telah berkumpul melawan kalian, maka takutlah kepada mereka."
 Maka ucapan itu justru menambah keimanan kaum Muslimin, dan mereka berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung." 
Maka mereka kembali dengan karunia dan nikmat dari Allah, tanpa sedikitpun mengalami keburukan, dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah memiliki karunia yang besar." (QS. Ali Imran: 173-174).


Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa ia berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung,” ini adalah ucapan Ibrahim 'alaihissalam ketika ia dilempar ke dalam api, dan juga ucapan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ketika dikatakan kepada beliau: "Sesungguhnya manusia telah berkumpul melawan kalian, maka takutlah kepada mereka."

2. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma: Bahwa ia ikut serta dalam peperangan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Najd. 
Ketika Rasulullah kembali, mereka sampai di sebuah lembah yang penuh dengan pepohonan berduri. Rasulullah turun dari tunggangannya, dan para sahabatnya berpencar di bawah pohon-pohon berduri untuk berteduh. 
Rasulullah turun di bawah sebatang pohon Samurah (sejenis pohon akasia) dan menggantungkan pedangnya di sana. Kemudian, kami tertidur. 
Tiba-tiba Rasulullah memanggil kami, dan ketika kami mendatanginya, kami mendapati seorang badui sedang duduk di dekat beliau. 
Rasulullah bersabda: "Orang ini telah menghunus pedangku ketika aku sedang tidur. Aku terbangun, dan pedang itu berada di tangannya, lalu dia berkata: 'Siapa yang akan melindungimu dariku?' Aku menjawab: 'Allah.' 
Maka inilah dia, duduk di sini." 
Rasulullah tidak menghukumnya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).


3. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Abu Bakar Ash-Shiddiq menceritakan bahwa ketika ia bersama Rasulullah di dalam gua saat hijrah, ia berkata: “Aku melihat kaki-kaki kaum musyrikin tepat di atas kami, dan aku berkata: 'Ya Rasulullah, seandainya salah satu dari mereka melihat ke bawah, pasti ia akan melihat kita di bawah kakinya.'” Rasulullah menjawab: 'Wahai Abu Bakar, bagaimana menurutmu tentang dua orang, di mana Allah adalah yang ketiga bersama mereka?’ (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Tentang peristiwa ini, Allah berfirman: "Ketika dia berkata kepada sahabatnya: ‘Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepadanya dan membantunya dengan tentara yang tidak kalian lihat. Allah menjadikan kalimat orang-orang kafir itu rendah, dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah: 40).

4. Ketika Suraqah bin Malik mengejar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam peristiwa hijrah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi kabar gembira kepadanya bahwa ia akan mengenakan gelang kekaisaran Kisra. Rasulullah bersabda kepadanya: "Seolah-olah aku melihatmu memakai gelang Kisra." (Diriwayatkan oleh Sunan Al-Baihaqi).

Betapa besar kepercayaan yang memenuhi hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam!

5. Allah Ta'ala berfirman tentang Nabi Hud 'alaihissalam: 
"Mereka berkata: Wahai Hud, engkau tidak datang kepada kami dengan bukti yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami hanya karena perkataanmu, dan kami tidak akan mempercayaimu. 
Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan keburukan padamu. 
Hud berkata: Sesungguhnya aku mempersaksikan Allah, dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan, selain dari-Nya. 
Maka rencanakanlah tipu dayamu terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. 
Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada satu pun makhluk bergerak melata melainkan Dia memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku berada di jalan yang lurus." (QS. Hud: 53-56).

Artinya: Rencanakanlah segala daya upaya kalian, dan jangan ada satu pun dari kalian yang mundur.


6. Allah Ta'ala berfirman tentang Nabi Nuh 'alaihissalam: 
"Dan bacakanlah kepada mereka kisah Nuh ketika dia berkata kepada kaumnya: 'Wahai kaumku, jika kedudukanku dan peringatanku dengan ayat-ayat Allah terasa berat bagi kalian, maka kepada Allah-lah aku bertawakal. 
Maka kumpulkanlah urusan kalian dan sekutu-sekutu kalian, kemudian janganlah keputusan kalian itu masih tersembunyi, lalu putuskanlah terhadap diriku dan jangan memberi tangguh kepadaku." (QS. Yunus: 71).

Makna ayat: Persiapkanlah rencana kalian, dan panggillah sekutu-sekutu kalian, lalu jangan biarkan urusan kalian tersembunyi, melainkan nyatakanlah secara terbuka, kemudian laksanakanlah keputusan kalian terhadapku, dan jangan menangguhkannya.


7. Allah Ta'ala berfirman tentang Nabi Ya'qub 'alaihissalam: 
"Ya'qub berkata: 'Aku tidak akan mengutusnya bersama kalian sebelum kalian memberikan jaminan kepadaku dengan nama Allah bahwa kalian akan membawanya kembali kepadaku, kecuali jika kalian dikepung (oleh musuh). Ketika mereka memberikan jaminan kepada-Nya, Ya'qub berkata: 'Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.' Dan dia berkata: 'Wahai anak-anakku, janganlah kalian masuk dari satu pintu, tetapi masuklah dari pintu-pintu yang berbeda-beda. Namun, aku tidak dapat menolak sedikit pun ketetapan Allah. Keputusan hanya milik Allah. Kepada-Nya aku bertawakal, dan kepada-Nya hendaknya orang-orang yang bertawakal berserah diri.'" (QS. Yusuf: 66-67).


8. Allah Ta'ala berfirman tentang Nabi Musa 'alaihissalam: 
"Maka Fir'aun mengirimkan orang-orangnya ke kota-kota (untuk mengumpulkan pasukan), seraya berkata: 'Sesungguhnya mereka hanyalah segelintir orang, dan mereka sungguh membuat kita marah, dan kita semua benar-benar waspada terhadap mereka.' Maka Kami keluarkan mereka (Fir'aun dan kaumnya) dari taman-taman dan mata air, dari harta kekayaan dan kedudukan yang mulia. Demikianlah, dan Kami wariskan semua itu kepada Bani Israil. Maka mereka mengejar mereka ke arah timur. 
Ketika kedua kelompok itu saling melihat, pengikut Musa berkata: 'Kita benar-benar akan tersusul.' 
Musa menjawab: 'Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.'" (QS. Asy-Syu'ara: 53-62).

Kondisinya: Laut di depannya, Fir'aun di belakangnya, dan gunung-gunung tinggi terlihat di kanan dan kirinya. Namun Musa tetap berkata: "Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku."


9. Allah Ta'ala berfirman tentang seorang mukmin dari keluarga Fir'aun: 
"Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.' 
Maka Allah melindunginya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun serta kaumnya dikepung oleh azab yang buruk. Mereka akan dihadapkan ke neraka pada pagi dan petang, dan pada hari Kiamat: 'Masukkanlah keluarga Fir'aun ke dalam azab yang paling keras.'" (QS. Ghafir: 44-46).

Maknanya: "Aku berlindung kepada-Nya, menyerahkan segala urusanku kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya dalam segala urusan yang menjadi kepentinganku, serta dalam menghadapi segala bahaya yang akan menimpaku dari kalian atau dari yang lainnya" (Tafsir As-Sa'di, hal. 738).


10. Ketika ibunda Musa menyerahkan urusannya kepada Allah, Allah menjaga anaknya dan mengembalikannya kepadanya.
Allah berfirman: 
"Dan Kami wahyukan kepada ibu Musa: 'Susuilah dia, dan jika engkau khawatir terhadapnya, maka hanyutkanlah dia ke sungai, dan janganlah engkau takut dan janganlah bersedih hati. Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang dari rasul-rasul Kami.' Maka keluarga Fir'aun memungutnya, agar kelak dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun, Haman, dan tentara mereka adalah orang-orang yang bersalah." (QS. Al-Qasas: 7-8).



            Buah dari tawakal:

= Kemenangan:

Allah Ta'ala berfirman: "Jika Allah menolong kalian, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kalian. Tetapi jika Allah membiarkan kalian (tidak memberi pertolongan), maka siapa lagi yang dapat menolong kalian setelah itu? Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman bertawakal." (QS. Ali Imran: 160).

Perintah Allah untuk bertawakal setelah menyebutkan kemenangan adalah untuk menunjukkan bahwa salah satu penyebab kemenangan adalah bergantung kepada-Nya.

= Perlindungan dari setan yang terkutuk:

 Allah Ta'ala berfirman:
 "Sesungguhnya setan itu tidak memiliki kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya." (QS. An-Nahl: 99).

= Keberanian: 
Barang siapa yang hatinya penuh dengan tawakal kepada Allah, maka dari apa ia akan merasa takut? 
Oleh karena itu, pemimpin para orang yang bertawakal adalah pemimpin para pemberani. Dalam hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik dan paling pemberani.

 Pada suatu malam, penduduk Madinah dikejutkan oleh suara yang menakutkan, sehingga mereka keluar menuju suara itu. Namun, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menemui mereka setelah memastikan keadaan. 
Beliau menunggangi kuda milik Abu Thalhah tanpa pelana, dan di lehernya terdapat pedang. 
Beliau bersabda: 'Jangan takut, jangan takut,' kemudian beliau berkata: 'Kami mendapati kuda ini seperti lautan (begitu cepat).'"

= Tidak dihinghapi rasa takut'
 artinya tidak ada rasa takut yang menetap atau yang membuat kalian gentar. 'Kami mendapati kuda ini seperti lautan' artinya kuda tersebut cepat dan luas gerakannya.

Dalam kitab "Az-Zuhd" karya Hunaad bin As-Sari disebutkan bahwa Syaqiq bin Salamah Abu Wa'il berkata: "Kami keluar pada malam yang menakutkan, dan kami melewati semak belukar yang padat, di mana ada seseorang yang sedang tidur, dan kudanya terikat di dekat kepalanya sambil merumput. Kami membangunkannya dan berkata: 'Bagaimana engkau bisa tidur di tempat seperti ini?' Dia mengangkat kepalanya dan berkata: 'Sesungguhnya aku malu kepada Dzat Yang Maha Bersemayam di 'Arsy jika Dia mengetahui bahwa aku takut kepada sesuatu selain Dia,' lalu dia kembali meletakkan kepalanya dan tidur."

= Rezeki: 
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 'Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberikan rezeki sebagaimana burung diberi rezeki; mereka pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore hari dalam keadaan kenyang.'"

Tafsir: "Mereka pergi pada pagi hari" artinya mereka keluar di awal hari, dan "kembali pada sore hari" artinya mereka kembali di akhir hari.

= Bukti keimanan yang benar: 
Allah Ta'ala berfirman: 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, hati mereka bergetar, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambah iman mereka, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal." (QS. Al-Anfal: 2).

Dalam tujuh tempat di Al-Qur'an disebutkan: "Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakal."

Said bin Jubair rahimahullah berkata: "Tawakal kepada Allah adalah inti dari keimanan." (Az-Zuhd, Hunaad).

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: "Tawakal adalah setengah dari agama, dan setengah lainnya adalah inabah (kembali kepada Allah); karena agama terdiri dari meminta pertolongan dan beribadah. Tawakal adalah meminta pertolongan, dan inabah adalah ibadah." (Madarij As-Salikin, 2/118).

Kecukupan, perlindungan, dan penjagaan: Allah Ta'ala berfirman: 
"Bertawakallah kepada Allah, dan cukuplah Allah sebagai Pelindung." (QS. An-Nisa: 81).

Dan Allah juga berfirman: 
"Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka cukuplah Allah baginya." (QS. At-Talaq: 3).

Dan Dia berfirman: 
"Barangsiapa bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Anfal: 49).



Dalam Kitab "At-Tawakkul" karya Ibnu Abi Ad-Dunya: 
Diriwayatkan dari ‘Aun bin Abdullah bahwa ketika seorang lelaki berada di kebun di Mesir pada masa fitnah Ibnuz Zubair, dia sedang duduk dengan kesedihan, sambil memegang sesuatu untuk menggurat tanah. 
Tiba-tiba dia melihat seorang lelaki yang membawa cangkul lewat, lalu lelaki itu berkata kepadanya: "Wahai kamu, mengapa aku melihatmu bersedih dan murung?" 
Lelaki yang sedih itu merasa meremehkannya dan berkata: "Tidak ada apa-apa."

Orang yang membawa cangkul berkata: "Apakah karena dunia? Dunia hanyalah kesenangan yang hadir sesaat, yang dinikmati oleh orang yang baik dan orang yang jahat. 
Sedangkan akhirat adalah janji yang pasti, di mana raja yang berkuasa akan memutuskan di antara yang benar dan yang salah."

Ketika mendengar ini, lelaki yang sedih itu tampak terkesan dan berkata: "Karena apa yang terjadi pada kaum Muslimin."

Orang yang membawa cangkul itu berkata: "Sesungguhnya Allah akan menyelamatkanmu karena kasih sayangmu kepada kaum Muslimin. Bertanyalah, siapakah yang memohon kepada Allah dan tidak diberi-Nya? Siapakah yang berdoa kepada-Nya dan tidak dijawab-Nya? 
Dan siapa yang bertawakal kepada-Nya dan tidak dicukupi-Nya? 
Atau siapa yang percaya kepada-Nya dan tidak diselamatkan oleh-Nya?"

Maka, lelaki itu berdoa: 'Ya Allah, selamatkan aku dan selamatkan kaum Muslimin dariku,' 
lalu fitnah itu berlalu, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang terkena dampaknya.

= Mencapai cinta Allah: 
Allah Ta'ala berfirman: 
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal." (QS. Ali 'Imran: 159).

= Buah terbesar adalah surga Allah: 
Allah Ta'ala berfirman:
 "Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, benar-benar akan Kami tempatkan mereka di kamar-kamar (dalam surga) yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (Yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal." (QS. Al-Ankabut: 58-59).

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: 
"Diperlihatkan kepadaku umat-umat. 
Aku melihat seorang nabi bersama sekelompok kecil pengikutnya, seorang nabi bersama satu atau dua orang, dan seorang nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali. 
Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekumpulan orang yang sangat banyak, dan aku mengira mereka adalah umatku. Lalu dikatakan kepadaku: 'Ini adalah Musa dan kaumnya. 
Tetapi lihatlah ke arah cakrawala.' Maka aku melihat, ternyata ada sekumpulan orang yang sangat banyak. 
Lalu dikatakan kepadaku: 'Lihatlah ke arah cakrawala yang lain.' 
Ternyata ada sekumpulan orang yang sangat banyak juga. 
Dikatakan kepadaku: 'Ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab.'"

Kemudian Nabi bangkit dan masuk ke rumahnya. 
Orang-orang pun membicarakan siapa mereka yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. 
Sebagian dari mereka berkata: "Mungkin mereka adalah orang-orang yang mendampingi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." 
Sebagian lainnya berkata: "Mungkin mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak pernah menyekutukan Allah," 
dan mereka menyebutkan beberapa hal. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dan bertanya: 
"Apa yang kalian bicarakan?" 
Mereka pun memberitahunya. 
Beliau bersabda: "Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak menggunakan kay untuk pengobatan, tidak meramal, dan hanya bertawakal kepada Tuhan mereka."


Tawakal Hanya Boleh kepada Allah:

Diperbolehkan untuk mengatakan, "Kalau bukan karena Allah, kemudian si fulan," 
jika si fulan adalah sebab, 
namun tidak diperbolehkan mengatakan, "Aku bertawakal kepada Allah, kemudian kepadamu," 
dan yang lebih buruk dari itu adalah mengatakan, "Aku bertawakal kepada Allah dan kepadamu." 

Sebab Allah Ta'ala berfirman: 
"Dan kamu bukanlah wakil atas mereka." (QS. Al-An'am: 107)

 dan berfirman; 
"Janganlah kamu mengambil selain Aku sebagai wakil." (QS. Al-Isra: 2). 

Allah juga berfirman: 
"Dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal." (QS. Ibrahim: 11).

Mendahulukan sesuatu yang seharusnya diakhirkan menunjukkan pengkhususan. Jadi, meminta bantuan kepada selain Allah dalam hal-hal yang masih dapat dilakukan adalah tidak masalah, tetapi tawakal adalah amalan hati yang hanya boleh ditujukan kepada Allah Ta'ala.

Semoga Allah Yang Maha Tinggi memenuhi hati kita dengan kebergantungan kepada-Nya.

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya semua.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar