"MANFAAT ISTIGHFAR"
Alhamdulillah, Was Sholatu was Salamu ala Rosulillah, wa ba'du;
Di antara kesempurnaan nikmat Allah dan luasnya rahmat-Nya adalah bahwa Dia menjadikan jalan bagi hamba-hamba-Nya untuk kembali dari dosa-dosa yang mereka perbuat dan kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan.
Tidak ada seorang hamba pun kecuali dia rentan melakukan dosa, baik dosa kecil maupun besar, baik karena meninggalkan apa yang Allah perintahkan kepadanya atau melakukan apa yang Allah larang darinya.
Dan itu merupakan sunnatullah, di dalamnya terdapat hikmah yang besar untuk membedakan yang buruk dari yang baik.
Sebagaimana Nabi kita, shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda dalam hadits: "Seandainya kalian tidak berdosa, Allah akan memusnahkan kalian dan akan mendatangkan kaum yang berdosa, kemudian mereka memohon ampunan dan Allah mengampuni mereka." (HR. Muslim)
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;
"Dan setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah mereka yang bertaubat.
(HR. Ibnu Majah, dan al-Hakim dalam al-Mustadrak, dan ad-Darimi dalam Sunannya, serta disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibnu Majah).
Maka istighfar adalah jalan yang Allah tetapkan bagi hamba-hamba-Nya untuk kembali kepada-Nya setelah berbuat dosa; agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan mereka, melindungi mereka dari hukuman-Nya, dan memberi mereka taufik untuk melakukan kebaikan.
Maka jelas bahwa istighfar memiliki hasil yang baik dan manfaat yang besar, di antaranya:
1. **Istighfar mendatangkan rahmat**,
hal ini ditunjukkan dalam firman Allah Ta'ala:
"Barangsiapa berbuat keburukan atau menzalimi dirinya sendiri, kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 110).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini:
"Barangsiapa yang berani melakukan maksiat dan tenggelam dalam dosa, kemudian dia beristighfar dengan istighfar yang sempurna, yang mencakup pengakuan dosa, penyesalan atasnya, berhenti dari melakukannya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya, maka Allah yang tidak pernah mengingkari janji-Nya menjanjikan pengampunan dan rahmat. Maka Allah akan mengampuni dosa yang telah diperbuat, menghapuskan segala kekurangan yang timbul dari dosa tersebut, dan mengembalikan kebaikan amal-amalnya yang telah lalu serta memberikan taufik pada umur yang akan datang, dan tidak menjadikan dosa sebagai penghalang taufik, karena Dia telah mengampuninya.
Dan jika Dia mengampuninya,
Dia juga mengampuni segala akibat yang timbul darinya." (Tafsir Taisir Al-Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman As-Sa'di).
Dan firman-Nya dalam ucapan Nabi Syu’aib 'alaihissalam kepada kaumnya:
"Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih." (QS. Hud: 90).
Al-Allamah Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini:
"Memohonlah ampunan kepada Tuhanmu, yaitu dari penyembahan berhala, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, yaitu dengan mentauhidkan-Nya, atau kembali dari pengurangan dan penipuan. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang kepada orang-orang yang beristighfar dan bertaubat, Maha Pengasih, yaitu sangat mencintai mereka." (Tafsir Mahasin At-Ta’wil, Al-Qasimi).
Syaikh Abdurrahman As-Sa'di rahimahullah juga berkata:
"Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih, bagi orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya, maka Dia mengasihinya, mengampuninya, menerima taubatnya, dan mencintainya. Makna Al-Wadud dari asma-Nya adalah bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan mereka mencintai-Nya. Dia adalah 'fa'ul' dengan makna 'maf’ul'." (Tafsir Taisir Al-Karim Ar-Rahman, Syaikh Abdurrahman As-Sa'di).
Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi rahimahullah berkata:
"Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu dari apa yang kalian lakukan berupa syirik dan maksiat, kemudian bertaubatlah kepada-Nya dengan ketaatan, sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang, Dia tidak menyiksa orang yang bertaubat kepada-Nya, Maha Pengasih, Dia mencintai orang yang kembali kepada-Nya." (Tafsir Aysar At-Tafasir, Abu Bakar Al-Jazairi).
2. **Istighfar menjadi sebab terbukanya pintu-pintu kebaikan dan keberkahan bagi manusia**,
hal ini dijelaskan dalam firman Allah melalui lisan Nabi Hud 'alaihissalam kepada kaumnya:
"Dan wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang deras atasmu dan menambahkan kekuatan atas kekuatanmu..." (QS. Hud: 52).
Dan firman-Nya melalui lisan Nabi Nuh 'alaihissalam kepada kaumnya:
"Maka aku berkata (kepada mereka), 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang deras atasmu, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta menjadikan untukmu kebun-kebun dan menjadikan pula sungai-sungai untukmu.'" (QS. Nuh: 10-12).
Syaikh Abu Bakar Jaber Al-Jazairi rahimahullah, dalam penjelasannya tentang hidayah ayat ini berkata:
"Sebagian orang saleh mengambil pelajaran dari ayat ini bahwa siapa pun yang memiliki keinginan terhadap harta atau anak, hendaklah ia memperbanyak istighfar siang dan malam, dan Allah akan memberinya apa yang ia inginkan dari harta dan keturunan." (Tafsir Aysar At-Tafasir, Abu Bakar Al-Jazairi).
3. **Istighfar menjadi sebab dihilangkannya kesulitan dan dipermudahkannya rezeki**,
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa yang selalu beristighfar, Allah akan menjadikan baginya dari setiap kesempitan jalan keluar, dan dari setiap kesedihan jalan kebahagiaan, serta memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (Diriwayatkan oleh Abu Daud, dan dilemahkan oleh al-Albani dalam *Dha'if al-Jami' al-Shaghir* dan *Silsilah Ahadits Dha'ifah*).
Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya tentang ayat Hud sebelumnya berkata:
"Siapa saja yang beristighfar dengan sifat ini (yakni memperbanyak istighfar), maka Allah akan memudahkan rezekinya, melapangkan urusannya, dan melindungi keadaannya." (Tafsir Al-Qur'an Al-Azhim, Ibnu Katsir).
4. **Istighfar merupakan bukti pengakuan seorang hamba atas kekurangannya dalam memenuhi hak-hak Allah**,
dan merupakan tanda kembalinya hamba tersebut kepada-Nya sebelum Allah mengazabnya karena dosanya.
Hal ini telah dijelaskan dalam *Sayyidul Istighfar*, yaitu dalam pengakuan seorang hamba:
"Aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari).
Dan sabdanya:
"Dan aku tetap berpegang pada janji dan ketetapan-Mu semampuku."
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: "Al-Khattabi berkata dalam penjelasan kalimat 'semampuku':
syarat kemampuan di sini mengandung makna pengakuan akan ketidakmampuan dan kekurangan dalam memenuhi hak Allah secara sempurna." (Fath Al-Bari).
Ibnu Baththal juga berkata:
"Dalam kalimat 'semampuku', terdapat pemberitahuan kepada umatnya bahwa tidak seorang pun yang mampu menunaikan seluruh kewajibannya atau menyempurnakan ibadah dan rasa syukur atas nikmat Allah. Maka Allah memberi keringanan kepada hamba-hamba-Nya, tidak membebani mereka dengan sesuatu yang melebihi kemampuan mereka." (Fath Al-Bari).
5. **Istighfar merupakan salah satu bentuk zikir**,
dan zikir adalah ibadah lisan yang agung. Allah menganjurkan zikir di banyak tempat dalam Al-Qur'an, seperti firman-Nya: "Wahai orang-orang yang beriman, berzikirlah kepada Allah dengan zikir yang banyak." (QS. Al-Ahzab: 41).
6. **Istighfar membantu hamba agar doanya dikabulkan**,
karena istighfar termasuk adab dalam berdoa, yang sebaiknya didahulukan sebelum mengajukan permintaan kepada Allah.
Ibnu Hajar dalam penjelasannya tentang hadis-hadis dalam bab taubat berkata: "Imam Bukhari memulai Kitab Doa dengan bab tentang istighfar kemudian taubat, untuk menunjukkan bahwa pengabulan doa akan lebih cepat kepada orang yang tidak sedang dalam keadaan bermaksiat. Jika seseorang mendahulukan taubat dan istighfar sebelum berdoa, hal ini lebih memungkinkan doanya dikabulkan. Sungguh indah ungkapan Ibnu Al-Jauzi ketika ditanya:
'Apakah saya sebaiknya bertasbih atau beristighfar?' Ia menjawab: 'Pakaian yang kotor lebih butuh kepada sabun daripada dupa.'" (Fath Al-Bari).
7. **Karena istighfar, Allah akan mendekat kepada hamba-Nya, bergembira dengan taubatnya, dan ridha kepadanya**, sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada seorang laki-laki yang turun di tempat yang tandus dan membawa serta kendaraannya yang di atasnya ada makanan dan minumannya. Kemudian ia meletakkan kepalanya dan tertidur sebentar, lalu bangun dan mendapati kendaraannya telah hilang.
Ia pun mencarinya hingga ketika merasa sangat panas dan haus,
ia berkata: 'Aku akan kembali ke tempatku semula, lalu tidur hingga mati.'
Kemudian ia mengangkat kepalanya, tiba-tiba kendaraannya sudah berada di sisinya, di atasnya terdapat makanan dan minumannya.
Maka Allah lebih bergembira dengan taubat hamba yang beriman daripada laki-laki tersebut dengan kembalinya kendaraannya." (HR. Al-Bukhari).
8. **Istighfar adalah perlindungan dari azab dan kemurkaan Allah**,
sebagaimana firman Allah:
"Dan Allah tidak akan mengazab mereka, sementara engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka. Dan Allah tidak akan mengazab mereka selama mereka meminta ampun (beristighfar)." (QS. Al-Anfal: 33).
9. **Istighfar menjadi sebab diangkatnya musibah**,
baik sebelum maupun setelah terjadinya. Sesungguhnya musibah dan bencana turun disebabkan oleh dosa, dan jika hamba-hamba bertaubat serta beristighfar dengan taubat nasuha, Allah akan mengangkat musibah tersebut. Allah berfirman: "Mengapa Allah akan mengazabmu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nisa: 147).
10. **Dengan istighfar, dosa-dosa akan diampuni oleh Allah**,
dan pengampunan adalah perlindungan dari keburukan dosa sehingga seorang hamba tidak dihukum karena dosanya, bukan sekadar menutupi dosa itu sendiri. (Lihat *Majmu' Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah*, oleh Abdul Rahman bin Qasim).
Allah berfirman:
"Dan barangsiapa yang berbuat keburukan atau menzalimi dirinya, kemudian dia memohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 110).
Dan firman-Nya:
"Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya, padahal Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Maidah: 74).
11. **Istighfar adalah sebab masuknya seseorang ke surga**,
sebagaimana disebutkan dalam Hadits Sayyidul Istighfar:
"Barangsiapa mengucapkannya pada siang hari dengan yakin, lalu dia meninggal pada hari itu sebelum malam, maka dia termasuk ahli surga.
Dan barangsiapa mengucapkannya pada malam hari dengan yakin, lalu dia meninggal sebelum pagi, maka dia termasuk ahli surga." (HR Al-Bukhari).
12. **Istighfar menjadikan hamba termasuk golongan yang disebut di sisi Allah**,
karena istighfar termasuk jenis zikir, dan siapa yang terus melakukannya, maka dia termasuk golongan yang mendapat janji mulia dari Allah yang Maha Penyayang dalam firman-Nya:
"Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingatmu." (QS. Al-Baqarah: 152).
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits qudsi:
"Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku..." (Diriwayatkan oleh Muslim).
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar