Kamis, 05 September 2024

PENGAWASAN ALLAH TA'ALA (SESUNGGUHNYA ALLAH SELALU MENGAWASI KALIAN)


 PENGAWASAN ALLAH TA'ALA (SESUNGGUHNYA ALLAH SELALU MENGAWASI KALIAN)



Khutbah Pertama: 



Segala puji bagi Allah Ta'ala, Tuhan semesta alam. Ya Allah, segala puji bagi-Mu atas nikmat Islam dan iman. Segala puji bagi-Mu karena telah menjadikan kami sebagai umat Muhammad, semoga rahmat dan kesejahteraan senantiasa tercurah kepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Ya Allah, limpahkanlah salawat, salam, dan berkah kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Amma ba’du, wahai kaum Muslimin,
Allah  berfirman dalam kitab-Nya yang mulia: 
"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."(QS. An-Nisa: 1). 

Dan Allah Ta'ala  juga berfirman: 
" Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia di antara tiga orang, melainkan Dia lah yang keempatnya. Dan tidak ada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia lah yang keenamnya. Dan tidak ada yang lebih sedikit dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari Kiamat apa yang telah mereka perbuat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS. Al-Mujadilah: 7).

 Allah Ta'ala juga berfirman: 
"Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana pun kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati." (QS. Al-Hadid: 4-6). 

Dalam hadits yang diriwayatkan dalam Shahihain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu."

Wahai saudara-saudara seiman,

Pengawasan seorang hamba yang beriman terhadap Allah adalah suatu derajat yang mulia, kedudukan iman yang tinggi, dan merupakan salah satu bentuk ibadah yang paling utama serta bentuk ketaatan yang paling agung. Mengawasi Allah berarti kita memperhatikan-Nya dalam segala hal, dalam setiap keadaan.

 Dalam Musnad Ahmad, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berdoa kepada Allah dengan mengucapkan: 
"Aku memohon kepada-Mu rasa takut kepada-Mu dalam kesendirian dan keramaian," 

yang artinya: aku memohon rasa takut kepada-Mu baik dalam keadaan di mana manusia tidak melihatku maupun ketika mereka menyaksikan dan mengetahuiku. Sebab Allah  mengetahui dan menguasai seluruh amal perbuatan dan keadaan kita, baik yang kita sembunyikan maupun yang kita tampakkan. 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Ataukah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan Kami (para malaikat) selalu mencatat di sisi mereka." (QS. Az-Zukhruf: 80). 

Allah Ta'ala juga berfirman: 
"Dan rahasiakanlah ucapanmu atau tampakkanlah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Tidakkah Dia mengetahui (segala ciptaan)-Nya, sedang Dia Maha Lembut lagi Maha Mengetahui?" (QS. Al-Mulk: 13-14). 

Bagaimana mungkin Allah Ta'ala tidak mendengar rahasia dan bisikan mereka, padahal Dia adalah Maha Pengawas mereka dan Maha Menyaksikan segala sesuatu.

 Maka, siapa pun yang berbicara, Allah Ta'ala pasti mengetahui ucapannya, siapa pun yang diam, Allah mengetahui pikirannya, dan siapa pun yang menyembunyikan sesuatu, Allah Ta'ala mengetahui rahasianya serta apa yang ada dalam hatinya.

 Allah Ta'ala berfirman: 
"Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian." (QS. An-Nisa: 1). 

Dia mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. 

 Sebagaimana firman-Nya: 
"Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim, dan segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya. Dia Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja (bagi-Nya) siapa pun di antara kalian yang menyembunyikan perkataan atau yang menyatakannya, dan siapa pun yang bersembunyi pada malam hari atau yang berjalan pada siang hari." (QS. Ar-Ra’d: 8-10). 

Artinya, Dia mengetahui apa yang tersembunyi dalam gelap malam atau yang tampak terang di siang hari, karena keduanya sama-sama berada dalam pengetahuan Allah Ta'ala.

Wahai kaum Muslimin,
Pengawasan Allah Ta'ala adalah salah satu sifat orang beriman dan akhlak orang yang mengesakan-Nya.

 Ini adalah bukti kejujuran iman dan mencapai derajat ihsan, sebagaimana dalam hadits yang disebutkan tadi: 
"Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu."

 Al-Junaid berkata: "Barangsiapa yang menyadari pengawasan Allah, ia akan takut kehilangan bagiannya dari Tuhan-Nya."

 Dzun Nun berkata: "Tanda pengawasan adalah mendahulukan apa yang Allah Ta'ala turunkan, menghormati apa yang Allah agungkan, dan meremehkan apa yang Allah remehkan." 

At-Tirmidzi berkata: "Jadikanlah pengawasanmu terhadap siapa pun yang tidak pernah lalai melihatmu, syukurmu kepada siapa pun yang nikmat-Nya tak pernah terputus darimu, ketaatanmu kepada siapa pun yang engkau tidak bisa lepas dari-Nya sekejap mata pun, dan ketundukanmu kepada siapa pun yang engkau tidak pernah keluar dari kerajaan dan kekuasaan-Nya."

 Mereka juga berkata: "Barangsiapa yang mengawasi Allah dalam pikirannya, Allah akan menjaganya dalam gerakan anggota tubuhnya."


Wahai kaum Muslimin,

Jika kita beriman bahwa Allah Ta'ala mengawasi kita dan mengetahui rahasia serta yang tampak dari kita, maka pertanyaannya adalah: Bagaimana kita dapat mewujudkan pengawasan Allah dalam kehidupan kita?

 Maka saya katakan: 
Hal itu terwujud dengan melaksanakan ketaatan, meninggalkan kemaksiatan, mencari yang halal, dan menjauhi yang haram.

 Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad: "Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedang tidur dan menemukan sebutir kurma di bawah sisinya, lalu beliau mengambilnya dan memakannya. Kemudian beliau merasa tidak enak sepanjang malam dan merasa cemas. Salah satu istri beliau terkejut karenanya dan bertanya, 'Mengapa engkau merasa seperti itu?' Beliau menjawab, 'Aku menemukan sebutir kurma di bawah sisiku lalu aku memakannya, dan aku khawatir itu adalah kurma dari sedekah.'"

Ini juga yang dilakukan oleh Abu Bakar  ketika dia muntah-muntah karena takut kepada Tuhannya bahwa makanan haram telah masuk ke dalam perutnya. 

Dalam Shahih Bukhari, Aisyah Radhiyallahu anha berkata: "Abu Bakar memiliki seorang budak yang selalu mengeluarkan upeti untuknya, dan Abu Bakar memakan dari hasil upetinya. Suatu hari, budak tersebut datang dengan membawa sesuatu, lalu Abu Bakar memakannya. Budak itu kemudian berkata kepada Abu Bakar, 'Apakah engkau tahu apa ini?' Abu Bakar bertanya, 'Apa itu?' Budak itu menjawab, 'Aku pernah meramal untuk seseorang pada masa jahiliyah dan aku tidak pandai meramal, namun aku berhasil menipunya. Kemudian orang itu bertemu denganku dan memberiku sesuatu sebagai balasan, dan itulah yang engkau makan tadi.' Maka Abu Bakar segera memasukkan tangannya ke dalam mulutnya dan memuntahkan semua yang ada di perutnya."

 Lalu, di mana orang yang memakan uang suap pada zaman ini? 
Di mana orang yang memakan riba, menipu dalam jual beli, 
dan menerima upah tanpa bekerja?

 Dan inilah Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, yang pada suatu hari yang sangat panas, berlari mengejar unta zakat yang hilang dan lari. Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu melihatnya dari balkon rumahnya, dan melihat Umar sedang berlari!
 Utsman bertanya, 'Apa yang membuatmu keluar pada jam seperti ini, wahai Amirul Mukminin? Mengapa engkau berlari?'
 Umar menjawab, 'Seekor unta dari unta zakat hilang dan lari, wahai Utsman, dan aku khawatir akan kehilangannya.' Utsman berkata, "Datanglah ke tempat yang teduh dan minumlah air dingin, tugaskan salah satu pekerjamu untuk mengambil unta itu."
 Umar menjawab, "Kembalilah ke tempat teduhmu dan air dinginmu.
 Apakah engkau akan memikul dosaku di hadapan Allah pada Hari Kiamat?"

Semoga Allah Ta'ala merahmati Imam Ahmad rahimahullah, yang menangis saat membaca syair-syair ini:

*Jika engkau menyendiri suatu hari, jangan katakan, 'Aku sendirian,' tetapi katakan, 'Aku diawasi'.*

*Janganlah mengira bahwa Allah lengah sekejap mata pun, atau bahwa apa yang engkau sembunyikan terlepas dari-Nya.*

*Kita lalai dalam amal perbuatan hingga dosa-dosa bertumpuk di atas dosa-dosa lainnya.*

*Alangkah baiknya jika Allah mengampuni apa yang telah berlalu, dan mengizinkan kita untuk bertobat sehingga kita bisa bertobat.*


Kita juga dapat mencapai pengawasan Allah dalam hidup kita dengan rasa malu kepada-Nya Subhanahu wa Ta'ala. 

Dalam Sunan At-Tirmidzi diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahuanhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
"Malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya rasa malu."
Kami berkata, "Wahai Rasulullah, kami sudah merasa malu, alhamdulillah." 
Beliau berkata: 
"Bukan begitu, tetapi rasa malu yang sebenar-benarnya kepada Allah adalah dengan menjaga kepala dan apa yang dikandungnya, 
menjaga perut dan apa yang dimuatnya, mengingat kematian dan kehancuran, 
serta meninggalkan perhiasan dunia bagi mereka yang menginginkan akhirat. Barangsiapa yang melakukan itu, 
maka ia benar-benar telah merasa malu kepada Allah dengan sebenar-benarnya rasa malu."

Ya, siapa pun yang mengawasi Allah, akan merasa malu kepada-Nya – Maha Suci Dia – dan menahan diri dari maksiat, serta tidak terpedaya oleh baiknya Allah dalam menutupi kesalahan kita dan memberi kita kesempatan.

**Saya katakan perkataan ini, dan saya memohon ampun kepada Allah untuk saya dan kalian.**




 Khutbah Kedua: 

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah, segala puji untuk-Mu atas nikmat Islam dan iman. Segala puji bagi-Mu yang telah menjadikan kami sebagai umat Nabi Muhammad, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga, dan seluruh sahabatnya.

Wahai kaum Muslimin,

Pengawasan Allah Ta'ala adalah pengekang bagi manusia, yang melindungi anggota tubuhnya dari segala bentuk kemaksiatan, serta menjaga dirinya dari segala dosa, baik dalam keadaan tersembunyi maupun terbuka. Orang yang selalu diawasi oleh Allah Ta'ala akan membaca firman Allah: 

"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada" (Ghafir: 19).

Dengan kesadaran ini, ia tidak akan melakukan tindakan yang curang, dan tidak akan melakukan hal-hal yang tercela. Dalam sebuah hadis disebutkan: 
"Apa yang engkau tidak suka jika orang lain melihatnya pada dirimu, maka jangan lakukan itu ketika engkau sendirian."

Kita juga dapat mencapai pengawasan Allah dalam kehidupan kita dengan rasa takut kepada-Nya. Siapa yang takut kepada Allah, ia akan bertakwa. Allah Ta'ala berfirman: 

"Sesungguhnya orang-orang yang karena takut kepada Tuhan mereka merasa takut (dengan rasa harap); dan mereka yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka; dan mereka yang tidak mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu apa pun; dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan, dengan hati yang takut (tidak akan diterima), karena mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. Mereka itu bersegera untuk memperoleh kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya"(Al-Mu’minun: 57-61).

Kita juga dapat mencapai pengawasan Allah dalam hidup kita melalui interaksi dengan sesama manusia, menjaga hak-hak mereka, menempatkan mereka pada tempatnya, bersyukur kepada mereka yang berbuat baik, dan memaafkan mereka yang berbuat salah. 

Dalam Musnad Ahmad, dari Uqbah bin Amir, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Wahai Uqbah bin Amir, sambunglah silaturahim dengan orang yang memutuskanmu, berikan kepada orang yang menghalangimu, dan maafkanlah orang yang menzalimimu."

Kita juga dapat mencapai pengawasan Allah dalam kehidupan kita dengan menahan pandangan dari yang haram, menahan diri dari menyakiti orang lain, berkata jujur, dan menepati janji. 

Dalam Musnad Ahmad disebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Jaminlah enam hal dari dirimu, maka aku akan menjamin surga untukmu: jujurlah ketika berbicara, tepatilah janji, tunaikan amanah, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan tahanlah tanganmu."

Wahai kaum Muslimin,

Sesungguhnya pengawasan Allah Ta'ala menghidupkan hati yang mati, membangunkan hati nurani dari tidur panjang, menghidupkan dan menggerakkan dorongan untuk berbuat baik, serta mematikan keinginan untuk berbuat jahat. 

Pengawasan Allah menjadikan seseorang melihat dengan cahaya Allah, beramal dan berkata dalam batasan yang diperintahkan oleh Allah Ta'ala.

 Oleh karena itu, balasan dari Allah Ta'ala adalah sangat besar. Balasan dari pengawasan Allah dan rasa takut kepada-Nya di saat sendiri dan di tengah orang banyak dijelaskan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya:

"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka yang tidak terlihat oleh mereka, bagi mereka ampunan dan pahala yang besar" (Al-Mulk: 12).

Dan dalam firman-Nya:

"Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan dirinya dari keinginan hawa nafsunya, maka surga adalah tempat tinggalnya" (An-Nazi’at: 40-41).

Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu berada dalam pengawasan-Nya dan menjadikan kita hamba-hamba yang bertakwa. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar