Senin, 16 September 2024

KEUTAMAAN BERBUAT IHSAN



KEUTAMAAN IHSAN DAN HAKIKATNYA 


Alhamdulillah, Was Sholatu was Salamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Dengan akhlak yang agung dan perbuatan mulia dari amal kebaikan, ihsan adalah salah satu sifat yang dimiliki oleh hamba-hamba yang dekat kepada Allah. 

Ihsan membawa kebaikan bagi umat manusia, manfaat bagi masyarakat, menjadi jalan untuk memperkuat persatuan, kemajuan bangsa, serta membuat amal ibadah diterima dan keadaan menjadi lebih baik. 
Inilah akhlak mulia yang disebut sebagai "ihsan."


**Pengertian Ihsan dan Maknanya:**

Ihsan secara sederhana berarti melakukan sesuatu dengan sempurna. 
Ihsan adalah melaksanakan perintah syariat dengan cara yang terbaik. 
Ihsan juga bermakna memberikan kebaikan kepada makhluk Allah, baik berupa perkataan, perbuatan, harta, atau pengaruh.

Ihsan adalah kebalikan dari perbuatan buruk. 
Ihsan berarti melakukan yang baik dan indah, serta meninggalkan yang buruk dan jelek.

Hakikat ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kita melihat-Nya. 
Jika kita tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah selalu melihat kita. Ihsan juga berarti memberikan segala yang kita bisa dalam hal kebaikan untuk masyarakat dan sesama manusia.


**Kedudukan Ihsan dan Keutamaannya:**

Kedudukan ihsan sangat tinggi, karena merupakan tujuan akhir dari para pencari kebenaran dan niat utama orang-orang yang meniti jalan spiritual. 
Ihsan adalah akhlak yang mulia, tanda kesempurnaan, pengakuan atas karunia, serta penghormatan kepada Sang Pemberi nikmat.

Ihsan adalah tanda kemurnian hati, bukti kedermawanan, dan ungkapan kesyukuran yang mendalam. 
Dengan ihsan, cinta diperoleh, persahabatan dikejar, jiwa dimenangkan, dan hati ditaklukkan. 
Ihsan adalah pemberian tanpa batas, kebaikan tanpa keraguan, dan penghormatan tanpa menyakiti orang lain.

Orang yang berbuat ihsan tidak akan menyakiti orang lain. 
Jika dia disakiti, dia akan memaafkan dan bersabar. 
Jika dia berinteraksi dengan orang lain, dia akan berbuat baik kepada mereka, memberikan meskipun mereka menolak, menghubungkan silaturahim meskipun mereka memutuskan, serta bersikap dermawan meskipun mereka kikir.

Orang yang berbuat ihsan kepada Allah Ta'ala akan berbuat ihsan pula kepada manusia. 
Dia akan merasakan kemudahan untuk berbuat baik kepada orang lain, sebagaimana firman Allah: 
"Kebaikan tidak sama dengan keburukan. Tolaklah keburukan dengan cara yang lebih baik, maka orang yang di antara kamu dan dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang setia. Dan tidak ada yang memperoleh (sifat seperti itu) kecuali orang-orang yang sabar, dan tidak ada yang memperoleh (sifat seperti itu) kecuali orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar"(QS. Fusshilat: 34-35).


**Ihsan: Sifat Allah yang Maha Mulia**

Allah Ta'ala adalah yang paling baik dalam menciptakan makhluk-Nya dan memberikan segala kebaikan kepada mereka. Semua kebaikan berada dalam kekuasaan-Nya, dan segala keutamaan berasal dari-Nya. 
Dialah yang menciptakan makhluk dengan sempurna dan keindahan tanpa contoh sebelumnya, 
sebagaimana Allah berfirman tentang diri-Nya: 
"Dia adalah Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Dia yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, dan Dia memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina. Lalu Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Nya, dan Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi sedikit sekali kamu bersyukur"(QS. As-Sajdah: 6-9).

Allah Ta'ala juga berfirman: 
"Dialah Allah yang menjadikan bumi sebagai tempat yang tetap bagimu, dan langit sebagai atap, dan Dia membentukmu dan memperindah rupamu, serta memberimu rezeki dari yang baik-baik. Itulah Allah Tuhanmu, Maha Suci Allah Tuhan semesta alam"(QS. Ghafir: 64).

Allah Ta'ala yang Maha Dermawan kepada hamba-hamba-Nya. 
Dia memberi mereka nikmat yang tak terhitung jumlahnya. 
Salah satu bentuk ihsan terbesar adalah bahwa Allah memberikan kebaikan bahkan kepada orang yang berbuat salah, mengampuni orang yang berbuat dosa, dan menerima taubat orang yang bertobat kepada-Nya. 
Sebagaimana firman-Nya: 
"Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya, memaafkan kesalahan, dan mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS. Asy-Syura: 25).

Allah Ta'ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berbuat ihsan karena Dia telah berbuat ihsan kepada mereka.
 Firman Allah: 
"Carilah (kebahagiaan) negeri akhirat dengan apa yang telah Allah karuniakan kepadamu, tetapi jangan lupakan bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu"(QS. Al-Qashash: 77).

Ihsan adalah salah satu tingkatan ibadah yang tertinggi, bahkan ia adalah hakikat dan inti dari ibadah itu sendiri, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya, dan jika kita tidak dapat melihat-Nya, yakinlah bahwa Allah Ta'ala selalu melihat kita.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam bukunya "Madarijus Salikin": "Tingkatan ihsan adalah inti dari iman, ruhnya, dan kesempurnaannya."

Ihsan adalah inti dari iman, ruh dari Islam, dan kesempurnaan syariat. 
Ihsan mencakup semua ucapan, perbuatan, dan keadaan seseorang. 
Derajat ihsan yang paling agung adalah ihsan kepada Allah, kemudian ihsan terhadap diri sendiri, keluarga, serta semua makhluk, termasuk hewan. 

Dalam hadis sahih riwayat Muslim dari Syaddad bin Aus Radhiyallahuanhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
"Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan pada segala sesuatu. 
Jika kalian membunuh, maka berbuat ihsanlah dalam membunuh, dan jika kalian menyembelih, maka berbuat ihsanlah dalam menyembelih, tajamkanlah pisau kalian dan istirahatkanlah hewan sembelihan kalian."

Apakah masuk akal bagi seseorang yang berbuat ihsan dalam penyembelihan untuk tidak berbuat ihsan dalam kehidupan? 
Ini adalah contoh yang sangat mengesankan.

Kita diperintahkan untuk berbuat ihsan dalam segala hal, baik kecil maupun besar, dalam ucapan maupun perbuatan, dalam mengambil maupun memberi.

Engkau diperintahkan untuk berbuat ihsan dalam segala hal; dalam perkara kecil dan besar, dalam setiap perkataan dan perbuatan, dalam setiap pengambilan dan pemberian.

Engkau diperintahkan untuk berbuat ihsan dalam menjalankan kewajiban; dengan menunaikannya secara sempurna dalam hal-hal yang wajib, dan berusaha dalam hal-hal yang sunnah.

Engkau diperintahkan untuk berbuat ihsan dalam meninggalkan perkara yang diharamkan, dengan menjauhi yang lahir maupun yang batin, 
sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: "Tinggalkanlah dosa yang tampak maupun yang tersembunyi"(QS. Al-An'am: 120).

Engkau diperintahkan untuk berbuat ihsan dalam berinteraksi dengan setiap makhluk; baik manusia maupun hewan...

Allah Ta'ala memerintahkan untuk berbuat ihsan dengan perintah yang mutlak dan umum, 
sebagaimana firman-Nya: 
"Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik" (QS. Al-Baqarah: 195),

Dan firman-Nya: 
"Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) untuk berlaku adil dan berbuat ihsan, serta memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran" (QS. An-Nahl: 90).

Wahai hamba Allah Ta'ala, apakah belum waktunya bagimu untuk berbuat ihsan sebagaimana Allah Ta’ala telah berbuat ihsan kepadamu?

Engkau harus berbuat ihsan dalam segala sesuatu dalam hidupmu, dan jadikanlah semboyanmu:
 "Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu."

Berbuat baiklah dalam ibadahmu, dalam interaksimu, dan berbuat baiklah kepada mereka yang membutuhkan ihsanmu.


**Bentuk-bentuk ihsan:**

1) Ihsan dalam ibadah:

Hal terbesar yang harus diperbaiki dan dikuasai oleh seorang Muslim adalah ibadahnya kepada Tuhannya. 
Dia harus melaksanakannya sesuai dengan syariat tanpa menambah atau mengurangi. Dia harus memperbaiki shalatnya, zakatnya, hajinya, puasanya, serta memperbaiki setiap perkataan dan perbuatan yang mendekatkan dirinya kepada Tuhannya.

Cara untuk mencapai hal ini adalah dengan mengikuti apa yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam ketika menjawab pertanyaan Jibril Alaihisalam: "Apa itu ihsan?" 
Beliau menjawab: "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu."

_"Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya"_, 

artinya engkau memperbaiki amal yang diperintahkan oleh Tuhanmu seolah-olah engkau melihat-Nya dan Dia sedang memperhatikanmu. 
Engkau hadirkan pikiran, jernihkan hati, dan kumpulkan perhatianmu, seolah-olah engkau sedang menyaksikan Tuhanmu yang Maha Besar, Maha Mulia, Maha Indah, dan engkau sadari bahwa engkau sangat membutuhkan rahmat, ampunan, dan ridha-Nya.

_"Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka Dia melihatmu"_, 

artinya jika engkau tidak bisa mencapai tingkatan ibadah seolah-olah engkau melihat Allah, maka beribadahlah dengan yakin bahwa Allah melihatmu, mengawasi setiap perkataan dan perbuatanmu. Ingatlah selalu bahwa Allah Ta'ala mengetahui segala hal yang engkau lakukan.

Allah Ta'ala melihatmu... mengetahui rahasiamu dan apa yang engkau ungkapkan... 
di padang pasir Dia melihatmu... 
di udara atau di laut Dia melihatmu... 
jika engkau sendiri Dia melihatmu... 
jika engkau berada di kerumunan pun Dia melihatmu. 
"Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (QS. Al-Hadid: 4).

 "Dan tidaklah engkau berada dalam suatu keadaan, tidak pula engkau membaca suatu ayat Al-Qur'an, dan tidak pula engkau melakukan suatu pekerjaan, kecuali Kami menyaksikanmu ketika engkau melakukannya. Tidak ada yang tersembunyi dari Tuhanmu walaupun sebesar zarrah di bumi ataupun di langit, bahkan yang lebih kecil dari itu atau yang lebih besar, melainkan semuanya tertulis dalam kitab yang nyata" (QS. Yunus: 61).

Diriwayatkan oleh Thabrani dan Al-Baihaqi dari Zaid bin Aslam, bahwa Ibnu Umar pernah melewati seorang penggembala kambing, lalu ia berkata: 
"Wahai penggembala kambing! 
Adakah kambing yang bisa disembelih?" Penggembala itu berkata: "Pemiliknya tidak ada di sini." 
Maka Ibnu Umar berkata: "Katakan saja bahwa kambing itu dimakan serigala!" 
Lalu penggembala itu menengadahkan kepalanya ke langit dan berkata: "Di mana Allah?" 
Maka Ibnu Umar berkata: "Sungguh, aku lebih berhak untuk mengatakan: 'Di mana Allah?'." 
Maka Ibnu Umar pun membeli penggembala itu dan kambingnya, kemudian membebaskannya dan memberikannya kambing-kambing tersebut.

Ihsan dalam ibadah adalah melaksanakannya sebagaimana yang diperintahkan Allah Ta'ala dan dijelaskan oleh Rasul-Nya Shallallahu alaihiwa sallam, menjadikannya ikhlas hanya untuk Allah Ta'ala, melaksanakannya secara sempurna dengan rukun-rukunnya, kewajiban-kewajibannya, sunnah-sunnahnya, dan hal-hal yang dianjurkan, serta melakukannya tepat pada waktunya jika ibadah tersebut memiliki waktu yang ditetapkan. Hendaklah ibadah itu menjadi sarana untuk membersihkan hati, memperbaiki diri, mengubah perilaku, dan meningkatkan akhlak.

Barang siapa yang perilakunya tidak berubah dan akhlaknya tidak membaik karena ibadahnya, maka ia harus tahu bahwa ibadahnya kurang sempurna. 

Allah Ta'ala berfirman tentang shalat: "Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (QS. Al-Ankabut: 45). 

Allah Ta'ala juga berfirman tentang sedekah dan zakat: 
"Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka"(QS. At-Taubah: 103).

 Tentang haji, Allah berfirman: 
"Barang siapa yang menunaikan ibadah haji, maka janganlah ia berkata kotor, berbuat kefasikan, dan berbantah-bantahan dalam haji"(QS. Al-Baqarah: 197). 

Dan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang puasa: 
"Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan janganlah ia berteriak. Jika ada yang mencacinya atau memeranginya, hendaklah ia berkata: 'Aku sedang berpuasa.'..."

Ibadah yang benar pasti berdampak pada akhlak, perilaku, dan interaksi dengan sesama manusia.

Maka ibadah yang benar berdampak pada akhlak, perilaku, dan interaksi.

Ibadah tidak tunduk pada hawa nafsu, opini, atau keinginan diri; melainkan ia adalah apa yang telah disyariatkan oleh Allah Ta'ala dan dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. 

Oleh karena itu, seorang hamba wajib berhati-hati dalam menunaikannya dan bertanya kepada orang-orang yang berilmu apabila ia tidak mengetahui.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memasuki masjid, lalu seorang lelaki masuk dan melaksanakan shalat, kemudian ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah shallallahualaihiwasallam. 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membalas salamnya dan berkata, "Kembalilah dan shalatlah, karena kamu belum shalat." 
Lelaki itu kembali melaksanakan shalat sebagaimana sebelumnya, lalu ia kembali kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan memberi salam. 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun berkata,
 "Kembalilah dan shalatlah, karena kamu belum shalat." 
Hal ini terjadi sampai tiga kali, hingga akhirnya lelaki itu berkata,
 "Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukannya lebih baik dari ini, ajarilah aku." 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kemudian bersabda, 
"Jika kamu hendak melaksanakan shalat, bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Al-Qur'an, lalu rukuklah hingga kamu tenang dalam rukuk, lalu bangkitlah hingga kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud, kemudian bangkitlah hingga kamu tenang duduk, dan lakukanlah hal itu dalam seluruh shalatmu."

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Utsman bin Affan radhiyallahuanhu, ia berkata: 
Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 
"Tidaklah seorang Muslim yang menghadiri shalat wajib, lalu ia menyempurnakan wudhunya, khusyuknya, dan rukuknya, kecuali itu menjadi penebus dosa-dosanya yang telah lalu, selama ia tidak melakukan dosa besar, dan ini berlaku sepanjang waktu." 

Hal ini juga berlaku pada ibadah-ibadah lainnya dalam hal kewajiban menyempurnakannya dan berbuat ihsan di dalamnya.

Seorang hamba hendaknya melakukan amal yang ia yakini akan membuatnya bahagia dan gembira ketika bertemu dengan Tuhannya. 

Sebagaimana Allah berfirman: 
"Dan katakanlah, 'Beramallah kalian, maka Allah akan melihat amal kalian, demikian pula Rasul-Nya dan orang-orang beriman, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang Maha Mengetahui perkara gaib dan yang tampak, lalu Dia akan memberitakan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.'" (QS. At-Taubah: 105).

 
2) Ihsan dalam ucapan dan perbuatan:

Sekali lagi tentang akhlak ihsan dan ketelitian; akhlak yang agung yang diwajibkan oleh Tuhan semesta alam, dan diperintahkan oleh Rasul yang mulia. 

Tidak ada satu ucapan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang Muslim kecuali ia wajib menyempurnakannya dan berbuat ihsan di dalamnya, baik dalam ibadah maupun dalam urusan dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahualaihiwa: 
"Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan atas segala sesuatu." 

Tidak ada satu urusan pun dalam kehidupan hamba melainkan Allah memiliki hukum dan syariat di dalamnya.

 Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: "Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (kepada-Nya)." (QS. Al-An'am: 162-163).

Ihsan wajib dalam segala hal; dalam ucapan, perbuatan, akhlak, dan muamalah... 
Dan kerusakan dilarang dalam segala hal.

 Allah berfirman:
 "Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) untuk berlaku adil dan berbuat ihsan, serta memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl: 90).


Ihsan dalam ucapan:

Salah satu hal yang diperintahkan Allah Ta'ala untuk berbuat ihsan di dalamnya adalah ucapan. 
Setiap perkataan haruslah baik, bermanfaat, dan indah. 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku agar mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik." (QS. Al-Isra: 53) 

Dan Allah Ta’ala juga berfirman: 
"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia." 

Oleh karena itu, seorang Muslim wajib membiasakan lisannya dengan perkataan yang baik dan ucapan yang indah. 
Ia harus menggunakannya untuk hal yang bermanfaat di dunia dan akhiratnya. 
Dan ia harus menahan lisannya dari setiap perkataan yang buruk dan keji. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (Muttafaq 'Alaih dari Abu Hurairah).

Salah satu bentuk ucapan yang diperintahkan oleh Allah untuk berbuat ihsan di dalamnya adalah ketika seorang Muslim membalas salam kepada saudaranya. 

Allah Ta'ala berfirman:
 "Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu." (QS. An-Nisa: 86).

 Salam yang paling baik adalah salam Islam, yaitu "assalamu alaikum", 
dan ihsan dalam salam adalah membalasnya dengan salam yang lengkap, terdengar, dan sempurna.

Salah satu bentuk ucapan yang diperintahkan Allah untuk berbuat ihsan di dalamnya adalah dalam dakwah, dialog, dan debat. 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." 

Dan Allah Ta’ala juga berfirman: 
"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka."


**Ihsan dalam beramal dan  Bekerja:**

Di antara hal-hal yang diperintahkan oleh Allah untuk dilakukan dengan ihsan (kesempurnaan) adalah bekerja, baik dalam urusan agama maupun kehidupan sehari-hari. 

Allah Yang Maha Kuasa berfirman:
 "Dan berbuatlah kebajikan, sesungguhnya Aku Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (QS 9:105). 

Islam mendorong penyempurnaan dalam bekerja dan peningkatan produktivitas, serta menganggapnya sebagai amanah dan tanggung jawab. 

Dalam Islam, tidak cukup hanya menyelesaikan tugas, tetapi kita harus menyempurnakan pekerjaan dengan baik, melakukannya dengan keterampilan dan ketepatan.

Banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menghubungkan iman dengan perbuatan. Anda hampir tidak akan menemukan ayat yang menyeru kepada iman dan menjelaskan nilainya tanpa menyebutkan amal saleh, pentingnya, dan hasilnya. 

Ini adalah bukti jelas tentang pengaruh iman dalam mengarahkan perbuatan menuju kebaikan, manfaat, dan kesempurnaan. 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak akan bersedih" (QS 2:277). 

Allah Ta'ala juga berfirman: 
"Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran" (QS 103:1-3).

Iman mendidik hati nurani, memperhalus tindakan, dan menanamkan di hati seorang Muslim keyakinan akan takut dan selalu diawasi oleh Allah. 

Seorang Muslim percaya bahwa tidak ada perbuatan yang dilakukan kecuali ia akan dimintai pertanggungjawaban atau akan diberi ganjaran oleh Allah, yang mengetahui sekecil apa pun partikel di langit dan di bumi. 
Tidak ada yang sia-sia di sisi-Nya. 

Allah berfirman: 
"Dan Kami letakkan timbangan yang adil pada hari kiamat, sehingga tidak ada seorang pun yang dirugikan walaupun seberat biji sawi. Kami akan mendatangkannya (pahala) dan cukuplah Kami sebagai pemberi perhitungan" (QS 21:47).

Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam juga mengingatkan bahwa Allah mencintai jika hamba-Nya menyempurnakan pekerjaan mereka dan melakukannya dengan baik.

 Aisyah Radhiyallahu anha meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
 "Sesungguhnya Allah mencintai jika salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan sempurna." (Diriwayatkan oleh at-Tabarani dan al-Bayhaqi).


** Hal-hal yang Membantu Menyempurnakan beramal dan Pekerjaan:**


1. Menyadari bahwa Allah Ta'ala selalu mengawasi:

Seorang hamba harus menyadari bahwa Allah Ta'ala selalu bersamanya, mengawasinya, dan mengetahui apa yang dilakukannya setiap saat dan di setiap tempat.

Allah Ta'ala berfirman: 
"Dan Allah Maha Mengawasi segala sesuatu" (QS 33:52). 

Allah Ta'ala juga berfirman:
 "Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia di antara tiga orang, melainkan Dia adalah yang keempatnya, dan tidak ada di antara lima orang, melainkan Dia yang keenamnya, dan tidak lebih sedikit dari itu atau lebih banyak kecuali Dia bersama mereka di mana pun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS 58:7).

Jika seseorang benar-benar yakin bahwa Allah mengawasinya dan mengetahui apa yang dikerjakannya, apakah ia akan menyia-nyiakan pekerjaannya atau meremehkan kewajibannya? Apakah ia masih memerlukan pengawasan dari manusia ketika Allah sudah cukup sebagai saksi? "Dan cukuplah Allah sebagai saksi" (QS 4:166).


2. Mengingat hari perhitungan:

Barang siapa yang yakin akan adanya hari perhitungan dan berdiri di hadapan Tuhannya, hendaknya ia menyempurnakan pekerjaannya agar ia mendapatkan kebahagiaan saat bertemu Tuhannya.

Allah Ta'ala berfirman: 
"Dan setiap sesuatu telah Kami tulis secara terperinci. Dan setiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya di lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. (Dikatakan kepadanya), 'Bacalah kitabmu. Cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung terhadapmu.' Barang siapa yang mendapat petunjuk, sesungguhnya ia hanya mendapat petunjuk untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang tersesat, sesungguhnya ia tersesat bagi dirinya sendiri" (QS 17:12-15). 

Allah Ta'ala juga berfirman: 
"Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya)" (QS 99:7-8).


3. Mengetahui bahwa amal dan pekerjaan adalah amanah dan tanggung jawab:

Seorang Muslim wajib menjaga amanah yang dibebankan kepadanya dan melaksanakan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan merawat pekerjaannya, mengembangkannya, menyelesaikannya dengan cepat, serta berusaha sebaik mungkin untuk menghindari kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan. 

Seorang Muslim tidak boleh membedakan antara pekerjaannya di sektor pemerintah, perusahaan swasta, atau pekerjaan untuk dirinya sendiri. 
Ia diwajibkan untuk menyempurnakan pekerjaan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

Hal ini mengharuskan seseorang untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan keahliannya. 
Tidaklah tepat jika seseorang memilih pekerjaan yang tidak memiliki kualifikasi atau tidak mampu melakukannya.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: "Aku berkata: 'Wahai Rasulullah, tidakkah engkau ingin memberiku tugas?"
Rasulullah lalu menepuk pundakku dan berkata: 
"Wahai Abu Dzar, engkau lemah, dan tugas ini adalah amanah, dan pada hari kiamat amanah itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mengambilnya dengan cara yang benar dan menunaikan kewajibannya dengan baik.'" 

Oleh karena itu, seorang Muslim wajib menerima amanahnya dengan penuh tanggung jawab dan menunaikan apa yang harus ia lakukan.


4- Ikhlas dalam bekerja, tidak meremehkan atau lalai:

Tidak mungkin pekerjaan dapat dilakukan dengan sempurna kecuali jika dilakukan dengan ikhlas. 
Keikhlasan adalah pendorong yang memotivasi seseorang untuk menyempurnakan pekerjaan, mengerjakannya dengan baik, dan membantu seseorang menghadapi tantangan serta kesulitan dalam pekerjaan tersebut. 
Ikhlas juga membantu menghindari kesalahan. Keikhlasan dalam pekerjaan adalah seperti pengaman yang melindungi dari segala bentuk korupsi.


5- Bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan:

Bekerjasama di antara umat Islam dalam kebaikan dan ketakwaan adalah sifat mulia yang dianjurkan oleh Islam. 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS 5:2). 

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda: 
"Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya."

Salah satu bentuk kerjasama ini adalah bekerja sama antar karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang bermanfaat bagi semua pihak, yang mengaktifkan sistem dan hukum pekerjaan, serta memberikan manfaat dan pengembangan pada pekerjaan tersebut.


6- Menghindari penipuan dan kecurangan:

Salah satu hal yang membantu menyempurnakan pekerjaan adalah menghindari segala bentuk penipuan, tipuan, dan kecurangan.
 Islam melarang kecurangan, kelalaian, dan kekurangan dalam pekerjaan. 
Pekerjaan dalam Islam adalah bentuk ibadah, tanggung jawab, dan amanah.

 Allah Ta'ala memperingatkan agar tidak berkhianat terhadap amanah, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
 "Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui." (QS 8:27). 

Allah juga mengancam dengan keras bagi mereka yang menipu orang lain, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
 "Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)! (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi." (QS 83:1-3).

Dalam hadis riwayat Muslim, dari Adi bin Amirah al-Kindi radhiyallahu anhu, ia berkata: "Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 'Barangsiapa yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan lalu ia menyembunyikan barang meskipun hanya sebuah jarum, maka itu adalah kecurangan yang akan dibawanya pada hari kiamat."
Seorang laki-laki dari kaum Anshar yang berkulit hitam berdiri dan berkata: 
"Wahai Rasulullah, terimalah kembali pekerjaanmu dariku." 
Nabi bertanya: 'Kenapa?' 
Ia menjawab: 'Aku mendengar engkau berkata demikian.' 
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu bersabda: 
"Aku juga mengatakannya sekarang: "Barangsiapa yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan, hendaklah ia menyerahkan semuanya, baik sedikit maupun banyak, dan ia tidak boleh mengambil apa yang bukan haknya.'"

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah melewati tumpukan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan itu dan jarinya menyentuh bagian yang basah. 
Nabi bertanya: "Apa ini wahai pemilik makanan?" 
Orang itu menjawab: "Tertimpa hujan ya Rasulullah." 
Nabi bersabda: "Mengapa tidak engkau letakkan di atas agar orang-orang bisa melihatnya? Barang siapa yang menipu maka dia bukan bagian dariku."

Dalam riwayat Bukhari dan Muslim, disebutkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa bersabda:
 "Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan dilihat-Nya, tidak akan disucikan-Nya, dan bagi mereka azab yang pedih. (Pertama) seseorang yang memiliki kelebihan air di jalan namun ia menolak memberikannya kepada orang yang membutuhkannya. 
(Kedua) seseorang yang berbaiat kepada pemimpin hanya untuk kepentingan duniawi; jika ia diberi apa yang ia inginkan, ia akan setia, namun jika tidak, ia tidak setia. 
(Ketiga) seseorang yang menjual barang setelah waktu Asar, lalu ia bersumpah dengan nama Allah bahwa ia telah mendapatkan harga tertentu padahal tidak, lalu pembeli mempercayainya dan membelinya."

Wahai hamba Allah, pembahasan tentang menunaikan amanah, memenuhi tanggung jawab, menyempurnakan pekerjaan, dan menyelesaikan tugas adalah topik yang luas. Namun, sangat disayangkan bahwa di zaman sekarang ini, terutama di negeri-negeri Islam, kita melihat banyak orang yang merusak rumah mereka sendiri dengan tangan mereka, menutup pintu keberkahan yang Allah berikan kepada mereka dengan meninggalkan kejujuran dan keikhlasan, serta gagal menyempurnakan pekerjaan mereka.

 Sebagian besar dari mereka terjebak dalam kecerobohan, kemalasan, dan kelalaian terhadap pekerjaan mereka. Selain itu, penyimpangan moral, ketidakjujuran, serta pengabaian terhadap tanggung jawab telah menjadi umum, seperti mengambil harta tanpa hak, mencuri, menyalahgunakan dana, serta memalsukan dan memanipulasi kebenaran. 

Seorang yang berpikir dengan cermat akan khawatir bahwa kita mungkin telah sampai pada zaman yang disebutkan oleh Nabi Shallallahualaihiwasallam: 
"Akan datang suatu masa kepada manusia, di mana seseorang tidak lagi peduli apakah ia mendapatkan harta dari yang halal atau yang haram." (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).

Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah wahai hamba-hamba Allah. 
Setiap dari kalian hari ini berada di posisinya masing-masing dengan tugas dan amanah yang diemban. 
Maka, bertakwalah kepada Allah dalam melaksanakan amanah tersebut dan tunaikanlah tugas kalian dengan sebaik-baiknya. Mintalah pertolongan dan petunjuk kepada Allah dalam melaksanakannya.

Kami memohon kepada Allah Ta'ala agar memberi kita taufik untuk melakukan perbuatan yang baik, menjauhkan kita dari perbuatan yang buruk, dan melindungi kita dari kesalahan.


**3) Berbuat Baik kepada Makhluk:**

Betapa indahnya kebaikan dan betapa indahnya orang-orang yang berbuat baik; kebaikan itu seperti parfum misik yang bermanfaat bagi pemakainya, penjualnya, dan pembelinya. Orang yang berbuat baik dicintai oleh Allah  dan juga dicintai oleh hamba-hamba Allah Ta'ala.

Saudara-saudara yang terhormat, salah satu jenis kebaikan adalah berbuat baik kepada sesama manusia dengan akhlak yang baik, jujur dalam berurusan, memberi nasihat, meringankan kesulitan, membantu yang lemah, menolong yang membutuhkan, memberi makan yang lapar, bersedekah kepada yang membutuhkan, menunjukkan jalan kepada yang tersesat, mengajarkan yang tidak tahu, memudahkan urusan orang yang kesulitan, mendamaikan antara orang-orang... dan masih banyak lagi akhlak mulia dan adab yang agung dalam Islam.

Sesungguhnya, di antara nikmat terbesar dari Allah Ta'ala kepada seorang hamba adalah jika ia diberikan taufik oleh Allah Ta'ala, selain dalam menunaikan hak-hak Allah Ta'ala, juga untuk menunaikan hak-hak sesama manusia, dengan berbuat baik kepada mereka, berusaha untuk kemaslahatan mereka, dan berbuat kebajikan untuk mereka...

Allah Ta'ala telah menganugerahi beberapa orang dengan tugas menunaikan kebutuhan hamba-hamba-Nya dan berusaha untuk kemaslahatan mereka.

 Allah menjadikan mereka sebagai pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu kejahatan. 

Dari Ibnu Umar radhiyallahuanhuma , Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba tertentu yang Allah khususkan dengan nikmat untuk memberikan manfaat kepada sesama. Allah menetapkan nikmat tersebut pada mereka selama mereka memberikannya, tetapi jika mereka menahan nikmat tersebut, Allah akan mencabutnya dan memindahkannya kepada orang lain.” (HR. Thabrani dan Baihaqi, dihasankan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah).

Wahai hamba Allah, jika Allah memberikanmu sebab-sebab kebaikan, dan kamu mampu memberi manfaat kepada saudaramu dengan hartamu, kedudukanmu, tubuhmu, ucapanmu, atau apa pun yang kamu bisa, maka jangan ragu. 
Jadilah orang yang berbuat baik agar kamu dipuji di dunia dan akhirat. 
Betapa indahnya jika kamu tetap dikenang dengan kebaikan bahkan setelah kematianmu. 

Allah Ta'ala berfirman melalui lisan Ibrahim alaihisalam: 
"Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian". (QS. Asy-Syu’ara: 84), 

Yakni pujian dan kenangan yang baik bagi generasi yang datang setelahku hingga hari kiamat.

Berbuat baiklah, karena hari ini kamu mampu, tetapi besok kamu mungkin tidak. Hari ini kamu kuat, tetapi esok mungkin lemah. 
Jadi, selama kamu memiliki kemampuan dan kekuatan untuk memberi manfaat kepada sesama, berbuat baiklah kepada mereka.

**Jika kamu berada dalam suatu urusan, berbuat baiklah di dalamnya,**

**Karena tidak lama lagi kamu akan meninggalkannya.**

**Betapa banyak orang yang menjadi penguasa,**

**Namun kekuasaan mereka akhirnya berpindah ke tangan orang lain.**


Berbuat baiklah kepada orang tuamu: dengan berbakti dan menaati mereka dalam hal yang baik, memberikan kebaikan kepada mereka, dan tidak menyakiti mereka.
 Berdoalah dan memohon ampunan untuk mereka, baik ketika mereka hidup maupun setelah mereka meninggal.
 Berbuat baiklah kepada mereka dengan pandangan mata yang lembut, nada suara yang sopan, dan senyuman yang hangat...

 Jaga wasiat Tuhanmu terhadap mereka: "Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya". (QS. Al-Ankabut: 8).

Dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu anhu, diriwayatkan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata: 
"Aku ingin berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, mencari pahala dari Allah." 
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya: "Apakah salah satu dari orang tuamu masih hidup?" 
Lelaki itu menjawab: "Ya, bahkan keduanya masih hidup." 
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bertanya: "Apakah kamu ingin mencari pahala dari Allah?" 
Dia menjawab: "Ya." 
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata: "Kembalilah kepada orang tuamu dan berbuat baiklah kepada mereka."

Berbuat baiklah kepada kerabat, teman-teman, tetangga, dan orang yang membutuhkan... 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan budak-budak yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri, yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir serta menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka. Kami telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu". (QS. An-Nisa: 36-37).


Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih nya dari Abu Syuraikh Al-Khuza'i radhiyallahu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. 
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. 
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”

Berbuat baiklah kepada kerabatmu: dengan berbakti, menjalin silaturahmi, menyayangi, mengasihi mereka, melakukan hal yang terpuji dengan mereka, dan meninggalkan hal-hal yang dapat menyakiti mereka...

Berbuat baiklah kepada tetanggamu: dengan menghormati dan memuliakannya, memberikan kebaikan kepadanya, serta menahan dirimu dari menyakitinya...

Berbuat baiklah kepada sahabatmu: dengan mencintai mereka, menasihati mereka, membantu mereka dalam kebaikan, dan mencegah mereka dari keburukan...

Berbuat baiklah kepada pembantu: 
dengan menjaga martabatnya, menghormati kepribadiannya, memberinya upah sebelum keringatnya kering, tidak membebani dengan sesuatu yang bukan tugasnya, dan tidak memaksanya melakukan sesuatu yang ia tidak sanggup lakukan...

Berbuat baiklah kepada anak yatim: dengan menjaga harta mereka, melindungi hak-hak mereka, mendidik dan mengajari mereka, tersenyum kepada mereka, dan menafkahi mereka. 

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahuanhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim berada di surga seperti ini,” 
dan beliau memberi isyarat dengan dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah.

Berbuat baiklah kepada orang-orang miskin: 
dengan menghilangkan rasa lapar mereka, menutupi kebutuhan pakaian mereka, mendorong orang lain untuk memberi makan mereka, dan menjaga martabat mereka...

Dalam Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
"Orang yang berusaha membantu janda dan orang miskin, pahalanya seperti orang yang berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang shalat malam dan berpuasa di siang hari."

Berbuat baiklah kepada musafir: 
dengan memenuhi kebutuhannya, menjaga kehormatannya, menuntunnya jika ia tersesat, dan memberinya petunjuk jika ia membutuhkan...

Berbuat baiklah kepada orang yang membutuhkan: 
dengan membuatnya bahagia, memenuhi kebutuhannya, dan meringankan kesulitannya...

Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin dari kesulitan dunia, Allah akan meringankan kesulitannya pada hari kiamat. 
Dan barang siapa yang memudahkan urusan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. 
Dan Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya."

Pada hari yang agung itu; hari kiamat, hari ketakutan yang besar, 
“Pada hari itu, setiap wanita yang menyusui akan lalai terhadap anak yang disusuinya.” (QS. Al-Hajj: 2), 

“Pada hari manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya.” (QS. ‘Abasa: 34-36), 

Pada hari itu, penyesalan sangat besar, ketakutan semakin memuncak, kecemasan semakin bertambah, dan kesulitan semakin berat, di sana kesulitan akan dilapangkan dan kesedihan akan dihilangkan, bagi orang yang selama di dunia telah melapangkan kesulitan kaum muslimin dan meringankan penderitaan orang-orang yang sedang kesulitan.

Berbuat baiklah kepada semua orang: dengan memperlakukan mereka dengan baik, dengan menepati janji, bersikap jujur dan adil, memerintahkan mereka kepada kebaikan jika mereka meninggalkannya, dan melarang mereka dari keburukan jika mereka melakukannya. Menuntun mereka yang tersesat, mengajari mereka yang bodoh, mengakui hak-hak mereka, serta tidak melakukan sesuatu yang merugikan mereka atau menyakiti mereka. Perlakukan mereka sebagaimana kamu ingin diperlakukan.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan berkata: “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah? 
Dan amalan apa yang paling dicintai Allah?” 
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 
"Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. 
Amalan yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang kamu masukkan ke dalam hati seorang muslim, atau kamu hilangkan kesulitannya, atau kamu lunasi utangnya, atau kamu hilangkan rasa laparnya. 
Dan berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya lebih aku sukai daripada beriktikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) selama sebulan. 
Barang siapa yang menahan amarahnya, Allah akan menutupi aibnya. 
Barang siapa yang menahan kemarahannya padahal ia mampu melampiaskannya, Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk memenuhi kebutuhannya hingga urusannya terselesaikan, Allah akan meneguhkan kakinya pada hari ketika banyak kaki yang tergelincir." Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jam-nya dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib.

Dari Abu Dzar  radhiyallahu anhu ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: 
"Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya, dan perlakukan manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi).

Berbuat baiklah meskipun orang-orang berbuat buruk kepadamu. 
Barang siapa yang memutuskan hubungan denganmu, sambunglah hubungan dengannya. 
Barang siapa yang menzalimimu, maafkanlah dia. 
Barang siapa yang tidak memberimu, berilah dia. 
Dan barang siapa yang menjauhimu, mulailah untuk menyapanya...

Allah dan manusia tidak akan pernah menyamakan perbuatan kebaikan dan ketaatan yang dicintai Allah dengan perbuatan keburukan dan maksiat yang dibenci Allah, sebagaimana kebaikan kepada manusia tidak akan pernah disamakan dengan kejahatan kepada mereka.


Allah Ta'ala berfirman;
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tangkislah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olah menjadi teman yang setia.” (QS. Fussilat: 34).

Saudaraku yang terhormat, kenalilah Allah Ta'ala saat kamu dalam keadaan lapang, maka Allah Ta'ala akan mengenalmu saat kamu dalam kesulitan... 
Ketahuilah bahwa kebaikan kepada sesama akan kembali kepadamu cepat atau lambat... 
Dan sedekah, meskipun sedikit, akan memberikan pengaruh yang besar jika disertai dengan keikhlasan dari orang yang bersedekah dan kebutuhan yang besar pada si fakir, karena mencari orang yang benar-benar membutuhkan hari ini sulit, sebab yang jujur bercampur dengan yang tidak jujur, dan para pembohong merusak nama baik para orang jujur. 
Oleh karena itu, bagi orang yang ingin bersedekah, hendaknya ia mencari dengan cermat orang yang membutuhkan dan bukan penipu.


**Manfaat dan hasil dari berbuat ihsan dan kebaikan;**

Saudara-saudaraku yang terhormat, berbuat baik adalah akhlak yang agung, yang memiliki banyak manfaat dan hasil yang luar biasa.

Berbuat baik adalah jalan menuju rahmat Allah; 

Allah berfirman: "Sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan orang-orang yang berbuat baik." (Al-A’raf: 56).

Berbuat baik adalah jalan menuju cinta Allah; 

Allah berfirman: "Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." (Ali Imran: 134).

Berbuat baik adalah sebab mendapatkan ilmu dan pemahaman dalam agama; 

Allah berfirman: "Ketika Yusuf mencapai usia dewasa, Kami memberinya hikmah dan ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (Yusuf: 22).

Berbuat baik adalah sebab Allah berbuat baik kepada hamba-Nya; 

Allah berfirman: "Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula." (Ar-Rahman: 60). 

Barang siapa yang memperbaiki amalannya, maka Allah akan memperbaiki balasannya. 
Barang siapa yang berbuat baik kepada manusia, maka Allah akan berbuat baik kepadanya.

Orang yang paling pertama mendapatkan manfaat dari perbuatan baik adalah diri mereka sendiri, karena manfaatnya akan kembali kepada mereka baik di dunia maupun di akhirat. 

Allah berfirman: "Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri." (Al-Isra: 7).

Maka janganlah engkau kikir terhadap dirimu sendiri wahai hamba Allah, dan persembahkanlah untuknya amal-amal yang akan membuatmu bahagia.

 Ketahuilah bahwa perjalanan ini panjang, bekal yang ada sedikit, dosa sangat besar, siksa sangat berat, dan timbangan sangat teliti, serta shirat terbentang di atas Jahannam. 

Kita semua akan melaluinya, dan hanya ada dua kemungkinan: selamat atau binasa. 

Maka berinfaklah, niscaya Allah akan berinfak kepadamu, berbuat baiklah, niscaya Allah akan berbuat baik kepadamu, berikanlah kelapangan, niscaya Allah akan memberikan kelapangan kepadamu, karena balasan disesuaikan dengan jenis perbuatan.

Berbuat baiklah wahai hamba Allah, karena kebaikan adalah sebab untuk memperbaiki keturunan; 

Allah Ta'ala berfirman tentang Ibrahim 'alaihis salam: 
"Kami memberikan kepada Ibrahim Ishaq dan Ya'qub, Kami memberikan petunjuk kepada keduanya, sebagaimana Kami telah memberikan petunjuk kepada Nuh sebelumnya. Dan dari keturunannya (Kami memberikan petunjuk kepada) Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (Al-An'am: 84).

Berbuat baiklah, karena berbuat baik adalah jalan menuju pahala yang besar dan ganjaran yang melimpah; 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Barang siapa menyerahkan dirinya kepada Allah dan dia berbuat baik, maka baginya pahala di sisi Tuhannya, tidak ada ketakutan atas mereka dan mereka tidak bersedih hati." (Al-Baqarah: 112). 

Allah juga berfirman: 
"Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik." (Hud: 115). 

Allah berfirman: 
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik dalam amalnya." (Al-Kahfi: 30).

Berbuat baiklah, karena Allah bersama orang-orang yang berbuat baik; 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik." (An-Nahl: 128).

Berbuat baiklah, karena berbuat baik adalah jalan menuju tambahan kebaikan dan karunia dari Allah Yang Maha Pemurah; 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Dan Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat baik." (Al-Baqarah: 112).

Berbuat baiklah, karena berbuat baik adalah jalan menuju ridha Allah; 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Dan orang-orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya." (At-Taubah: 100).

Berbuat baiklah, karena berbuat baik adalah jalan menuju surga; 

Allah Ta'ala berfirman: 
"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahan (nikmat melihat Allah)." (Yunus: 26). 

Allah juga berfirman: 
"Maka Allah memberi balasan kepada mereka atas apa yang mereka ucapkan, yaitu surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik." (Al-Maidah: 85).

Saudara-saudaraku, barangsiapa yang berusaha keras di awal perjalanan akan merasakan kenyamanan di akhir perjalanan. 

Siapa yang memulai malam dengan ibadah dalam keadaan tenang dan nyaman, akan mendapatkan ketenangan di siang hari. Siapa yang memperbaiki hatinya dan banyak beribadah di masa muda dan sehat, akan mendapatkan kebaikan tersebut ketika sakit dan lemah.

 Dalam Shahih Bukhari, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Jika seorang hamba sakit atau bepergian, maka akan dicatat baginya sebagaimana ia melakukan amal ketika sehat dan tinggal di rumah."

Jadi, bersihkanlah hati kalian, tunjukkan kebaikan dalam amal kalian, dan taatilah Allah selama kalian masih memiliki waktu. Ingatlah bahwa hidup ini singkat, dunia ini sementara, dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas amal kalian. 

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita termasuk orang-orang yang berbuat baik, menuliskan pahala bagi kita, dan memberi balasan yang setimpal. 

Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahualaihiwasallam, sebagaimana diperintahkan oleh Allah: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya." (Surat Al-Ahzab: 56).

Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad Shallallahualaihiwasallam, di kalangan yang pertama, di kalangan yang terakhir, di kalangan yang tertinggi hingga hari kiamat, dan berilah salam yang banyak kepada beliau. 

Semoga Allah meridhai para khalifah yang terpilih dan seluruh sahabat.

Ya Allah, permudahlah buku catatan kami, permudahlah perhitungan kami, beratkanlah timbangan kami, kuatkanlah iman kami, kokohkanlah langkah kami di atas jembatan, dan perkenankanlah kami melihat-Mu di hari kiamat. 
Jadikanlah amal terbaik kami yang terakhir dan hari terbaik kami adalah hari pertemuan dengan-Mu. Ya Allah, jangan biarkan ada yang menghalangi antara kami dan rezeki-Mu kecuali Engkau, jadikanlah kami kaya dengan-Mu dan miskin kepada-Mu. Berilah kami kekayaan yang tidak membuat kami sombong, kesehatan yang tidak membuat kami lalai, dan jadikan kami kaya dari orang-orang yang Engkau kaya-kan. 
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa dan Maha Menjawab.

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin, hinakanlah syirik dan orang-orang musyrik, dan jadikanlah negara kami aman dan damai serta seluruh negara Muslim, ya Rabbal 'alamin.

Ya Allah, berikanlah keamanan di negeri-negeri kami dan perbaiki pemimpin dan penguasa kami.

Shalawat dan salam serta berkah kepada Nabi Muhammad Shallallahualaihiwasallam, dan kepada keluarga serta sahabat-sahabatnya semuanya.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar