Kamis, 05 September 2024

PENGAWASAN ALLAH TA'ALA


PENGAWASAN ALLAH TA’ALA 



Oleh: Syaikh Ramadan Saleh Al-Ajrami  


Tanggal: 4 Rabi' al-Thani 1445 (19 Oktober 2023)  

    Pendahuluan:

Segala puji bagi Allah, dan shalawat serta salam kepada Rasulullah, amma ba’du:

Topik khutbah Jumat kedua bulan Rabi' al-Awwal dan pelajaran minggu ini serta pelajaran untuk wanita:

1. Pendahuluan.
2. Hakikat dan Pentingnya Pengawasan.
3. Buah dari Pengawasan.
4. Bahaya Tidak Mengawasi Allah Ta'ala.
5. Bagaimana Cara Mewujudkan Pengawasan?

   Tujuan Khutbah:

Mengingatkan tentang tingkatan mulia ini dalam perjalanan menuju Allah Ta'ala, menjelaskan buah-buahnya, bahaya melalaikannya, dan cara-cara untuk mewujudkannya.

   Pendahuluan dan Pengenalan Topik:

Wahai kaum Muslimin, hamba-hamba Allah, pertemuan kita kali ini, insya Allah, adalah untuk membahas satu tingkatan yang agung dalam perjalanan menuju Allah Ta'ala. Ini adalah tingkatan yang mulia dan iman yang tinggi, salah satu ibadah yang terbaik dan pendekatan yang paling mulia; yaitu [tingkatan pengawasan]. Apa hakikat pengawasan, pentingnya, buahnya, bahaya melalaikannya, dan bagaimana cara mewujudkannya? Semua itu akan kita pelajari melalui penjelasan berikut:

Pertama: 

Hakikat dan Pentingnya Pengawasan:

Pengawasan, hakikat dan maknanya adalah bahwa seorang hamba selalu menyadari bahwa tidak ada sesuatu pun dari urusannya yang tersembunyi dari Allah Ta'ala, dan bahwa ia merasakan bahwa Allah melihatnya dalam segala keadaan.

Hakikat pengawasan dapat diringkas dalam satu kata yang bermanfaat dan ringkas dari Al-Harith Al-Muhasibi, rahimahullah, ketika ia berkata: [Pengawasan adalah pengetahuan hati akan kedekatan Tuhan]. Bagaimana seorang hamba tidak mengawasi Tuhannya, Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedangkan Dia adalah Yang Maha Dekat dan Maha Mengawasi?

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah selalu Mengawasi kalian," dan Dia juga berfirman: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit."

Bagaimana mungkin seorang hamba tidak mengawasi Tuhannya, sedangkan Dia adalah Yang Maha Menyaksikan, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mengenal segala amal dan keadaan hamba-Nya, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan? Jika ia berbicara, Allah mengetahui dan mendengar perkataannya, jika ia diam, Allah mengetahui pikirannya, dan jika ia merahasiakan sesuatu, Allah mengetahui rahasianya?

Allah Ta'ala berfirman: "Dan tidaklah engkau berada dalam suatu urusan, tidaklah pula membaca sesuatu dari Al-Quran, dan tidak pula kalian melakukan suatu perbuatan melainkan Kami menyaksikan kalian ketika kalian melakukannya. Tidak ada yang tersembunyi dari Tuhanmu walau seberat atom pun di bumi dan tidak pula di langit, dan tidak ada sesuatu yang lebih kecil dari itu atau lebih besar melainkan ada dalam Kitab yang nyata."

Allah Ta'ala berfirman: "Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah, sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Apakah tidak mengetahui siapa yang menciptakan, sedangkan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?" Dia adalah Tuhan yang tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya di bumi maupun di langit.

Allah Ta'ala berfirman: "Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap wanita, dan apa yang kurang dari rahim dan apa yang bertambah. Segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya. Dia mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja bagi-Nya siapa yang menyembunyikan perkataannya dan siapa yang menyatakannya dan siapa yang bersembunyi pada malam hari dan berjalan pada siang hari."

Mengawasi Allah Ta'ala adalah salah satu sifat orang-orang beriman dan karakteristik orang-orang yang mengesakan-Nya. 

Ini adalah tanda kejujuran iman dan mencapai tingkat ihsan. 

Sebagaimana dalam hadits Jibril عليه السلام, di mana ia berkata:
 "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu."

Karena itulah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم selalu memohon kepada Allah agar diberikan rasa takut dan pengawasan dalam segala keadaannya.

Dalam Musnad Imam Ahmad, Rasulullah صلى الله عليه وسلم berdoa kepada Allah: "Aku memohon kepada-Mu rasa takut dalam keadaan gaib dan nyata." 

Artinya: Aku memohon rasa takut kepada-Mu dalam hal yang tidak terlihat oleh mata manusia dan tersembunyi dari pandangan mereka, serta dalam hal yang mereka saksikan dan ketahui.

Sesungguhnya seorang hamba yang beriman diperintahkan untuk mengawasi Allah Ta'ala dalam segala keadaan.

Dari Abu Dzar رضي الله عنه berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda kepadaku: "Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, ikuti keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu menghapusnya, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik." [Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan ia berkata: Hadits ini hasan sahih].

Kedua: 

Buah dari Pengawasan:

1. Salah satu buah dari pengawasan hamba kepada Tuhannya adalah menjauhkan diri dari maksiat dan tidak berani melanggar larangan Allah Ta'ala.

Hal ini yang mencegah Nabi Yusuf عليه السلام dari berbuat dosa ketika ia diuji oleh Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan wanita yang berada di rumahnya merayunya untuk dirinya, dan menutup pintu-pintu, serta berkata, 'Mari mendekat kepadaku.' Yusuf berkata, 'Aku berlindung kepada Allah. Sesungguhnya Tuhanku telah memperlakukanku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung.'"

Dan dalam kisah tiga orang yang berlindung di gua, sebuah batu besar menutupi pintu gua, dan mereka berdoa kepada Allah dengan amal-amal saleh mereka sehingga Allah menyelamatkan mereka. 
Yang menyatukan mereka adalah pengawasan kepada Allah Ta'ala. 
Salah satu dari mereka berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku memiliki seorang sepupu yang aku cintai sebagaimana seorang pria mencintai wanita. Aku ingin berbuat maksiat dengannya, namun ia menolak. Ketika terjadi masa paceklik, ia datang kepadaku, dan aku memberikan seratus dua puluh dinar agar ia mengizinkanku. Ketika aku duduk di antara kedua kakinya, ia berkata: 'Takutlah kepada Allah dan jangan merusak kehormatan kecuali dengan haknya.' Maka aku meninggalkannya meskipun ia adalah orang yang paling aku cintai, dan aku membiarkan emas yang aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika aku melakukan itu untuk mencari keridhaan-Mu, maka bukalah bagi kami apa yang kami alami."

2. Pengawasan juga mendorong seseorang untuk bersegera dalam kebaikan dan berbuat amal saleh.

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang telah mendapat kebaikan dari Kami, mereka dijauhkan darinya."

Dalam hadits: "Ibadahlah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." 

Hadits ini jelas menunjukkan bahwa pengawasan kepada Allah Ta'ala mendorong seseorang untuk memperbaiki ibadahnya.

Ibnu Manzur rahimahullah berkata: *Barangsiapa mengawasi Allah, ia akan memperbaiki amalnya*.

3. Pengawasan juga menjadi salah satu penyebab tersebarnya amanah dan kejujuran dalam muamalah. 
Jika pengawasan hilang, maka amanah juga akan hilang.

Dalam sejarah dan biografi diceritakan: Umar bin Khattab رضي الله عنه, pernah berjalan mengawasi rakyatnya pada malam hari, lalu mendengar seorang wanita berkata kepada anak perempuannya: Campurlah susu dengan air. 
Anak perempuannya berkata: Umar melarang kita melakukan itu. 
Sang ibu berkata: Umar tidak akan melihat kita. 
Anak perempuannya berkata: Jika Umar tidak melihat kita, Tuhan Umar melihat kita.


Dari Nafi', budak Abdullah bin Umar رضي الله عنهما berkata: "Ibnu Umar رضي الله عنهما melewati seorang penggembala di salah satu daerah di Madinah bersama beberapa sahabatnya.
 Ia berkata kepada penggembala: Apakah engkau mau menjual seekor kambing dari kambingmu ini kepada kami, kami akan memberimu harganya dan kami juga akan memberimu dagingnya? Penggembala itu berkata: Sesungguhnya ini bukanlah kambingku, ini adalah kambing tuanku. 
Ibnu Umar رضي الله عنهما berkata:
"Jika tuanmu bertanya kepadamu, katakanlah bahwa seekor serigala telah memakannya."
Penggembala itu menjawab: "Lalu di mana Allah?"
Ibnu Umar رضي الله عنهما kemudian menangis dan berkata: "Lalu di mana Allah?" Setelah itu, ia membeli budak tersebut dan kambingnya serta memerdekakannya.

4. Di antara manfaatnya adalah bahwa ia merupakan sebab keselamatan dari keganasan hari kiamat. 

Dalam hadis tentang tujuh orang yang akan berada di bawah naungan Allah pada hari kiamat, kita akan menemukan bahwa semuanya telah mempraktikkan pengawasan Allah Ta'ala terhadap mereka.

Sebagaimana dalam hadits sahih dari Abu Hurairah رضي الله عنه, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: 
"Ada tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari kiamat, di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah عز وجل, seorang pria yang mengingat Allah dalam kesendirian sehingga air matanya menetes, seorang pria yang hatinya selalu terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, seorang pria yang diajak oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan untuk berzina, lalu dia berkata: 'Aku takut kepada Allah,' dan seorang pria yang bersedekah dengan sedekah yang disembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kanannya." 

Jika kita melihat tujuh orang ini, kita akan mendapati bahwa kesamaan di antara mereka, meskipun amal-amal mereka berbeda, adalah ketakwaan kepada Allah Ta'ala dan pengawasan-Nya dalam kesendirian mereka.

5. Di antara manfaatnya adalah bahwa pengawasan terhadap Allah Ta'ala merupakan salah satu sebab masuk surga.

Allah Ta'ala berfirman: {Dan bagi siapa yang takut akan tempat berdirinya Rabbnya ada dua surga * Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?} (QS. Ar-Rahman: 46-47).

Dan Allah Ta'ala berfirman: {Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabb mereka dalam keadaan ghaib bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.} (QS. Al-Mulk: 12).

Dan Allah Ta'ala berfirman: {Sesungguhnya kamu hanya memperingatkan orang yang mengikuti peringatan dan takut kepada Ar-Rahman dalam keadaan ghaib. Maka beri kabar gembira kepadanya dengan ampunan dan pahala yang mulia.} (QS. Ya-Sin: 11).

Semoga Allah Ta'ala memberikan kepada kita rasa takut kepada-Nya dalam keadaan ghaib dan nyata, dan menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa.


Khutbah Kedua:

Bahaya Tidak Mengawasi Allah Ta'ala:

Di antara bahayanya adalah terjerumus dalam dosa-dosa tersembunyi dan melanggar batasan-batasan Allah Ta'ala.

Perhatikanlah hadis yang agung ini yang menjelaskan bahaya melanggar batasan-batasan Allah Ta'ala di tempat tersembunyi, dan bahaya tidak mengawasi Allah Ta'ala.

Dari Tsauban رضي الله عنه, dari Nabi صلى الله عليه وسلم, beliau bersabda: 
"Aku benar-benar mengetahui beberapa kaum dari umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung-gunung di Tihamah, namun Allah عز وجل menjadikannya seperti debu yang berterbangan." 
Tsauban berkata: "Wahai Rasulullah, sebutkanlah ciri-ciri mereka kepada kami, jelaskanlah kepada kami agar kami tidak termasuk di antara mereka sementara kami tidak menyadarinya." 
Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda: "Ketahuilah, mereka adalah saudara-saudaramu dan dari kulitmu, mereka juga beribadah pada malam hari sebagaimana kalian beribadah, namun mereka adalah kaum yang ketika menyendiri melanggar batasan-batasan Allah." [HR. Ibnu Majah, dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihah].

Rasulullah صلى الله عليه وسلم tidak berbicara tentang orang-orang dari umat terdahulu; melainkan dari umat ini. 
Beliau juga tidak berbicara tentang orang-orang yang tidak memiliki amal saleh dan kebaikan; melainkan tentang orang-orang yang datang dengan gunung-gunung kebaikan; namun mereka tidak mengawasi Allah عز وجل ketika sendirian.

Subhanallah, mereka lalai dari Allah ketika menyendiri, maka Allah menghukum mereka dengan menghapuskan kebaikan-kebaikan mereka. 
Lalu, bagaimana nasib mereka yang terang-terangan melakukan dosa-dosa di hadapan Allah? Dan bagaimana dengan mereka yang tidak mengawasi Allah dalam batin dan lahiriahnya, serta berani melakukan dosa-dosa? Sesungguhnya orang yang tidak merasa malu kepada Allah Ta'ala dan tidak mengawasi-Nya, Allah akan membongkarnya pada hari kiamat.

Di antara penyebab su'ul khatimah (akhir yang buruk) - kita berlindung kepada Allah darinya - adalah ketika seseorang melupakan Allah di tempat-tempat tersembunyi, maka Allah akan membiarkannya di saat-saat yang paling ia butuhkan, yaitu saat pencabutan nyawa.

Ibnu Rajab رحمه الله berkata: 
"Akhir yang buruk terjadi karena adanya rahasia yang tersembunyi dalam diri seseorang yang tidak diketahui oleh manusia".

Ibnu Qayyim رحمه الله berkata: 
"Para ulama yang mengenal Allah sepakat bahwa dosa-dosa di tempat tersembunyi adalah akar dari penyimpangan, dan ibadah tersembunyi adalah sebab terbesar keteguhan".


Cara Mewujudkan Pengawasan kepada Allah Ta'ala:

1. Mengenal Allah Ta'ala dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya:
   Mengingat bahwa di antara nama-nama-Nya adalah Al-Raqib (Yang Maha Mengawasi), 
Asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan), 
As-Sami' (Yang Maha Mendengar), 
Al-Bashir (Yang Maha Melihat), 
Al-Qarib (Yang Maha Dekat), 
Al-'Alim (Yang Maha Mengetahui), 
Al-Hafizh (Yang Maha Memelihara), 
Al-Lathif (Yang Maha Lembut), 
Al-Muhith (Yang Maha Meliputi), dan 
Al-Khabir (Yang Maha Waspada). Mengingat nama-nama ini dan mengamalkannya akan menumbuhkan pengawasan.

   Allah Ta'ala berfirman: 
"Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu di sisi-Nya ada ukurannya. Dia Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja bagi-Nya, siapa di antara kamu yang menyembunyikan perkataan atau yang mengucapkannya dengan terang-terangan, dan siapa yang bersembunyi pada malam hari dan yang berjalan pada siang hari."

   Allah Ta'ala juga berfirman: 
"Tidakkah engkau tahu bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tidak ada pembicaraan antara lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan tidak ada yang lebih sedikit dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia-lah yang bersama mereka di mana pun mereka berada."

   Renungkanlah bagaimana Allah mengawasi kita? Di antara karunia Allah kepada kita adalah Dia mengawasi kita tanpa membuat kita merasa terganggu atau merusak suasana hati kita.

 Bayangkan jika ada kamera pengawas, tetapi Allah Ta'ala mengawasi kita dengan cara yang tidak mengganggu kehidupan kita.

2. Mengingat bahwa mata Allah Ta'ala tidak pernah tidur:

   Allah Ta'ala berfirman: "Yang melihatmu ketika engkau berdiri (untuk shalat), dan melihat perubahan gerakanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

   Allah Ta'ala juga berfirman: "Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan."

   Salah seorang salaf melihat seorang pria dan wanita di tempat yang mencurigakan, dia hanya berkata kepada mereka: "Sesungguhnya Allah melihat kalian berdua."

   Jika malam itu gelap, dan seekor semut hitam berada di atas batu hitam, dan Anda mendekatinya dan mengamati dengan mata Anda, maka Anda hampir tidak akan melihatnya; tetapi Allah عز وجل melihatnya dari atas tujuh langit, bahkan melihat aliran darah di pembuluh-pembuluhnya, dan Dia سبحانه mengetahui setiap bagian dari tubuhnya. 
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat, Dia mendengar segala suara dan melihat semua makhluk.

3. Mengingat para malaikat yang menjaga dan mengawasi kita siang dan malam:
   Allah Ta'ala telah menugaskan para malaikat yang mencatat dan menghitung segala amal kita, dan pada hari kiamat mereka akan menjadi saksi.

   Allah Ta'ala berfirman: "Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."

   Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan sesungguhnya bagi kalian ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaan kalian). Mereka adalah malaikat yang mulia yang mencatat (amal perbuatan kalian), mereka mengetahui apa yang kalian lakukan."

   Allah Ta'ala berfirman: "Atau apakah mereka mengira bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan mereka? Bukan demikian, sesungguhnya para utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu hadir di sisi mereka dan mencatat."

4. Mengingat kesaksian anggota tubuh pada hari kiamat:

   Allah Ta'ala berfirman: 
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi atas apa yang telah mereka kerjakan. Mereka berkata kepada kulit mereka: 'Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?' Kulit mereka menjawab: 'Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berbicara, Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.' Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu terhadapmu, tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui banyak dari apa yang kamu kerjakan. Dan itulah sangkaanmu yang telah menjerumuskan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Jika mereka bersabar, neraka tetap menjadi tempat tinggal mereka, dan jika mereka meminta keridhaan Allah, mereka tidak termasuk orang-orang yang diperkenankan."

   Allah Ta'ala juga berfirman: 
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; tangan mereka akan berkata-kata kepada Kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian tentang apa yang dahulu mereka kerjakan."

Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, dan segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar