Selasa, 10 September 2024

SEBAB-SEBAB PENGAMPUNAN DOSA


SSEBAB-SEBAB PENGAMPUNAN DOSA 



Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya... Amma ba’du:

Wahai hamba-hamba Allah, pada dasarnya manusia pasti berbuat dosa dan kesalahan. Allah Ta'ala berfirman dalam Surah Asy-Syams tentang jiwa manusia:

 "Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya" (QS Asy-Syams: 8). 

Allah Ta'ala memulai dengan kefasikan sebelum ketakwaan sebagai isyarat bahwa itulah asal manusia. 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Allah:

 “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat kesalahan siang dan malam.”

 Beliau juga bersabda:

 “Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat.”

Di antara rahmat Allah kepada hamba-Nya adalah Dia menyediakan berbagai jalan untuk mengampuni dosa dan melupakan kesalahannya. Berikut adalah beberapa sebab yang dapat menghapus dosa:


Pertama: Taubat Nasuha

Allah Ta'ala memerintahkan orang-orang beriman untuk bertaubat: 

“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS An-Nur: 31).

 Allah juga berfirman: 

“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS At-Tahrim: 8).

Dalam salah satu ayat pengharapan terbesar, Allah berfirman: 

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman, dan beramal saleh, maka mereka itulah yang Allah gantikan kejahatan-kejahatan mereka dengan kebaikan-kebaikan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Furqan: 70).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa.”  Hadits ini dihasankan oleh Al-Albani.

Dengan taubat hamba, Allah Ta'ala akan sangat gembira. Dalam hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

“Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada seseorang yang kehilangan untanya di tengah padang pasir.”  (Muttafaq 'Alaih).

Allah mencintai orang-orang yang bertaubat, sebagaimana firman-Nya:

 “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri.” (QS Al-Baqarah: 222).

Allah juga menginginkan kita untuk bertaubat dari dosa-dosa kita: 

“Dan Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang mengikuti hawa nafsu menginginkan agar kalian berpaling sejauh-jauhnya.” (QS An-Nisa: 27).

Taubat memiliki syarat-syarat yang dijelaskan oleh para ulama. Imam Nawawi menyebutkan tiga syarat jika dosa itu antara hamba dengan Allah, dan menambah syarat keempat jika dosa itu terkait dengan hak manusia. 

Syariat taubat adalah sebagai berikut:

1. Berhenti dari perbuatan maksiat.
2. Menyesali dosa tersebut, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam 

“Penyesalan adalah taubat.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang sahih).

3. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut.

Jika dosa tersebut melibatkan hak manusia, maka selain ketiga syarat di atas, ia harus menyelesaikan hak tersebut, misalnya dengan mengembalikan harta yang diambil atau meminta maaf jika telah melakukan ghibah.


Kedua: Istighfar (Memohon Ampunan)

Allah Ta’ala berfirman: 

“Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri mereka sendiri, segera mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Dan siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak melanjutkan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali 'Imran: 135).






Allah Ta'ala juga berfirman dalam hadits qudsi yang telah disepakati keshahihannya: 

"Seorang hamba telah berbuat dosa, lalu dia berkata, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku.’ Maka Allah Ta'ala berfirman: ‘Hambaku telah melakukan dosa, namun ia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukum atas dosa tersebut.’ 
Kemudian dia kembali berbuat dosa, dan dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku.’ 
Maka Allah Ta'ala berfirman: ‘Hambaku telah berbuat dosa, namun dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukum atas dosa tersebut.’ Lalu dia kembali berbuat dosa, dan berkata, ‘Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku.’ 
Maka Allah Ta'ala berfirman: ‘Hambaku telah berbuat dosa, namun dia mengetahui bahwa dia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menghukum atas dosa tersebut. Maka Aku telah mengampuni hambaku, biarlah dia melakukan apa yang dia inginkan." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

"Barang siapa yang berkata: ‘Astaghfirullaha al-'azhiim alladzi laa ilaaha illaa huwa al-hayyu al-qayyuum wa atuubu ilaih,’ maka dosanya akan diampuni meskipun ia lari dari medan perang.”

Istighfar adalah salah satu ibadah yang paling agung, dan sering disandingkan dengan taubat. 

Allah Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam banyak mengaitkan taubat dengan istighfar. Allah Ta'ala berfirman:

 "Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu, lalu bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberimu kenikmatan yang baik (terus-menerus) sampai kepada waktu yang telah ditentukan, dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya." (Hud: 3).

Allah Ta'ala juga berfirman: 

"Dan wahai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu, lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (Hud: 52).

Istighfar adalah penghapus dosa dan salah satu amalan yang sangat membuat marah Iblis. 

Dalam hadits qudsi yang dishahihkan oleh Al-Hakim berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

"Setan berkata: ‘Demi kemuliaan-Mu wahai Tuhanku, aku tidak akan berhenti menggoda hamba-hamba-Mu selama roh mereka masih berada dalam jasad mereka.’ Maka Tuhan yang Maha Mulia dan Agung berfirman: ‘Demi kemuliaan-Ku, Aku tidak akan berhenti mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan kepada-Ku."


Ketiga: Shalat Dua Rakaat:

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Radhiyallahuanhu, dia berkata: "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

'Tidaklah seorang hamba melakukan dosa, lalu dia memperbaiki wudhunya, kemudian shalat dua rakaat, lalu memohon ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya.’" (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).


Keempat: Shalat Lima Waktu:

Diriwayatkan oleh Abu Utsman An-Nahdi dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang lelaki yang mencium seorang wanita, kemudian dia datang kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan memberitahukan perbuatannya.
 Lalu Allah menurunkan ayat: 

"Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari malam. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu menghapuskan kesalahan-kesalahan." (Hud: 114). 

Maka lelaki itu bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah ini berlaku untukku?" Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab:

 'Ini berlaku untuk seluruh umatku.’" (HR. Bukhari dan Muslim).


Kelima: Mengikuti Dosa dengan Kebaikan:

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dinilai hasan: 

"Bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya ia akan menghapusnya, serta bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik."

 Kebaikan yang paling agung adalah taubat, dan makna hadits ini lebih luas dari sekedar taubat, mencakup segala bentuk kebaikan.

Dalam hal menghapus keburukan dengan kebaikan, kebaikan yang dilakukan hendaknya sejenis dengan dosa yang dilakukan, karena itu lebih kuat dalam menghapusnya. 

Misalnya, keburukan bagi seseorang yang durhaka kepada orang tuanya, kebaikan terbaik baginya adalah berbakti kepada mereka. Ketidakadilan dapat dihapus dengan keadilan, dan seterusnya.


Keenam: Majelis Dzikir:

Dalam hadits yang dinilai shahih oleh Al-Albani, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: 

"Tidaklah suatu kaum duduk dalam majelis untuk mengingat Allah Ta’ala, melainkan akan ada seruan dari langit: ‘Bangkitlah dalam keadaan dosa-dosa kalian telah diampuni, dan keburukan-keburukan kalian telah digantikan dengan kebaikan-kebaikan.’"

Juga disebutkan dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu yang disepakati keshahihannya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 "Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki malaikat-malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemukan suatu kaum yang berdzikir kepada Allah, mereka saling memanggil: ‘Mari menuju apa yang kita cari.’ 
Maka mereka meliputi majelis tersebut dengan sayap-sayap mereka sampai ke langit dunia. 
Allah bertanya kepada para malaikat-Nya – padahal Dia lebih mengetahui: ‘Apa yang dikatakan oleh hamba-hamba-Ku?’ 
Para malaikat menjawab: ‘Mereka memuji-Mu, mengagungkan-Mu, dan mensucikan-Mu.’ 
Allah bertanya: ‘Apakah mereka telah melihat-Ku?’ 
Mereka menjawab: ‘Demi Allah, mereka belum melihat-Mu.’ Allah bertanya: ‘Bagaimana jika mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab: ‘Jika mereka melihat-Mu, niscaya mereka akan lebih giat beribadah, lebih mengagungkan, dan lebih banyak bertasbih.’ 
Allah bertanya lagi: ‘Apa yang mereka minta?’ Para malaikat menjawab: ‘Mereka memohon surga.’ 
Allah bertanya: ‘Apakah mereka sudah melihatnya?’ 
Mereka menjawab: ‘Demi Allah, belum.’ Allah bertanya: ‘Bagaimana jika mereka telah melihatnya?’ 
Mereka menjawab: ‘Jika mereka melihatnya, niscaya mereka akan lebih bersemangat mencarinya dan lebih besar keinginan mereka untuk mendapatkannya.’ Allah bertanya: ‘Dari apa mereka berlindung?’ 
Para malaikat menjawab: ‘Mereka berlindung dari neraka.’ 
Allah bertanya: ‘Apakah mereka telah melihatnya?’ Mereka menjawab: ‘Demi Allah, belum.’ 
Allah bertanya: ‘Bagaimana jika mereka telah melihatnya?’ Mereka menjawab: ‘Jika mereka melihatnya, niscaya mereka akan lebih menjauhinya dan lebih takut padanya.’ 
Allah berfirman: ‘Aku bersaksi kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.’ 
Salah satu malaikat berkata: ‘Di antara mereka ada seseorang yang tidak termasuk bagian dari majelis tersebut, ia hanya datang untuk suatu keperluan.’ 
Allah berfirman: ‘Mereka adalah kaum yang tidak akan celaka siapa pun yang duduk bersama mereka.’”


Ketujuh: Berdzikir kepada Allah Ta'ala:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 "Barangsiapa yang bertasbih kepada Allah setelah setiap shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, memuji Allah sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertakbir kepada Allah sebanyak tiga puluh tiga kali, yang itu semua berjumlah sembilan puluh sembilan, dan menutup hitungan dengan kalimat seratus: 'Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa 'alaa kulli syai’in qadiir,' maka akan diampuni dosanya meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa bersabda:

 "Barangsiapa yang mengucapkan 'Subhaanallahi wa bihamdih' seratus kali dalam sehari, akan diampuni dosanya meskipun sebanyak buih di lautan." (Muttafaq 'alaih).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 "Barangsiapa yang mengucapkan saat akan tidur: 'Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa 'alaa kulli syai’in qadiir. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaahil 'aliyyil 'azhiim. Subhaanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, wallaahu akbar,' maka dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan." (HR. An-Nasa’i, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya).

Wahai hamba-hamba Allah,...

Dalam hadits-hadits tersebut dijelaskan keutamaan berzikir kepada Allah Ta'ala. Maka, jagalah zikir kepada Allah dengan terus-menerus karena ia adalah penyebab kebahagiaan hati dan kelapangannya. Ingatlah bahwa keutamaan dan pahala ini diperuntukkan bagi mereka yang menjauhi dosa-dosa besar. 
Pahala ini menghapus dosa-dosa kecil selama tidak ada keberlanjutan dalam melakukannya. Juga, ingatlah bahwa taubat yang tulus menghapus semua dosa.

 Al-Munawi rahimahullah berkata dalam kitab *Fayd al-Qadir*:

 "Jangan sampai ada yang mengira bahwa dengan terus berzikir, namun tetap melakukan apa yang ia inginkan dari syahwat dan melanggar hukum-hukum agama Allah, ia akan termasuk di antara orang-orang yang disucikan dan mencapai tingkatan orang-orang yang sempurna hanya dengan kata-kata yang diucapkannya tanpa disertai ketakwaan atau amal saleh."

Wahai hamba-hamba Allah,...
 Ada juga sebab-sebab lain yang dapat menghindarkan seseorang dari hukuman Allah atas dosa-dosanya, seperti doa dari saudara-saudaranya yang saleh, syafaat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pada hari kiamat, ujian yang menimpanya di dunia atau di alam barzakh, atau apa yang akan dihadapinya di padang mahsyar dari berbagai kesulitan dan kengerian. 
Pada akhirnya, mungkin ia akan mendapatkan rahmat dari Yang Maha Penyayang. 
Barangsiapa yang terlepas dari semua sebab-sebab ini, maka janganlah ia menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri. 

Sebagaimana firman Allah dalam hadits Qudsi:

 "Hanyalah amal-amal kalian yang akan Aku hitung untuk kalian, kemudian Aku akan memberikan balasannya kepada kalian. Barangsiapa yang menemukan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah. Dan barangsiapa yang menemukan selain itu, janganlah ia menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri." (HR. Muslim).

Semoga Allah memberkahi kita semua dengan Al-Qur'an yang agung.



**Khutbah Kedua**

Alhamdulillah.....

Wahai hamba-hamba Allah, masih ada satu perkara penting yang harus kita perhatikan, yaitu bagaimana cara kita menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan kepada Tuhan yang Maha Tinggi dan Maha Mulia. 
Tidak diragukan lagi bahwa keselamatan adalah hal yang tiada tandingannya, dan terbebas dari dosa lebih baik daripada jatuh ke dalamnya. Sebab, tidak setiap orang diberi taufik untuk bertaubat, dan pintu ampunan tidak dibuka untuk setiap orang.

Seorang hamba harus membuat penghalang antara dirinya dan siksa Allah dengan melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan menghindari dosa serta maksiat. 

Hendaknya ia merasa malu kepada Allah Ta'ala dan memperkuat akar iman dalam hatinya serta menyirami pohonnya. 
Apabila iman itu telah kuat dan kokoh di dalam hatinya, maka ia akan menjadi penghalang yang kuat dari terjerumus ke dalam maksiat dan dari masuk ke dalam pintu-pintu dosa.

Wahai hamba-hamba Allah, pengetahuan seorang hamba tentang buruknya maksiat dan kehinaannya akan mencegahnya dari melakukannya.
 Di antara sebab yang mencegah seseorang dari maksiat adalah bahwa ia melihat nikmat-nikmat Allah yang ada padanya, sehingga ia tidak durhaka kepada Allah dengan nikmat-nikmat tersebut dan menjaga nikmat-nikmat itu agar tidak dicabut darinya. 
Di antara sebab lainnya adalah ia senantiasa menempatkan rasa takut kepada Allah dan khawatir akan siksa-Nya di hadapannya. 
Salah satu sebab terkuat yang dapat mencegah dari dosa adalah cinta kepada Allah Ta'ala. 

Selain itu, wahai saudara-saudara seiman, termasuk dalam cara membersihkan dan menyucikan jiwa adalah dengan selalu memperbaiki diri, sebagaimana Allah bersumpah dalam kitab-Nya yang mulia dengan sumpah yang panjang di dalam Surat Asy-Syams:

 “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya.” (Asy-Syams: 9). 

Juga di antara sebab lainnya adalah memiliki ilmu yang kuat tentang buruknya akibat dari dosa dan kejelekannya, baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu, seorang hamba hendaknya memendekkan angan-angannya di dunia, bersiap untuk kematian, serta mengurangi hal-hal yang berlebihan dalam makanan, pakaian, dan bergaul dengan orang banyak.

Wahai hamba-hamba Allah, bershalawatlah kepada Nabi yang telah diperintahkan Allah untuk kita bershalawat dan mengucapkan salam kepadanya...


Semoga Allah memberikan kita taufik untuk selalu berdzikir kepada-Nya dan menjauhi maksiat, serta menjaga kita dengan rahmat-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar