Jumat, 10 Oktober 2025

KESABARAN



OLEH : Syaikh DR Mahir al-Mu‘aiqily
 Hafizhahullah. 

Khutbah Pertama ;


Segala puji bagi Allah — segala puji bagi Allah yang menganjurkan kesabaran, menjadikannya kunci bagi cita-cita tertinggi, dan memberikan pahala yang agung bagi orang-orang yang sabar, serta menganugerahkan kepada mereka harapan yang paling mulia.

 Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. 

Dia menjadikan akibat dari kesabaran adalah kemenangan, dan pertolongan datang bersama kesabaran.

 Dan aku bersaksi bahwa junjungan kita Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya — sebaik-baik manusia yang diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur. Semoga shalawat dan salam tercurah kepadanya, kepada keluarganya, para sahabatnya yang mulia dan suci, serta kepada siapa pun yang mengikuti mereka dengan kebaikan selama siang dan malam silih berganti.

Amma ba‘du :

Wahai kaum mukminin, aku wasiatkan kepada diriku dan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Ta‘ala, baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan, dalam kesempitan maupun kelapangan. 

Sebagaimana firman Allah:

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal.”
(QS. Al-Baqarah: 197)

Wahai umat Islam,
Allah Ta‘ala telah menguji Nabi-Nya Ayyub `alaihissalām pada dirinya, hartanya, dan anak-anaknya. Tidak tersisa dari kesehatannya kecuali hati dan lisannya. Ia tetap bersabar dan mengharap pahala, tidak henti berdzikir kepada Rabb-nya Yang Maha Mengabulkan. Ia mengalami sakit selama delapan belas tahun, sampai-sampai teman duduk menjauh darinya, dan sahabat dekatnya pun enggan menemuinya. Tidak ada seorang pun yang mengasihaninya kecuali istrinya, yang tetap setia memelihara hak suaminya dan mengenang kebaikan lamanya. Ia juga bersabar dan mengharap pahala, meski telah kehilangan harta dan anak-anak, hidup dalam kesempitan, dan kekurangan harta benda. Maka ujian Nabi Ayyub menjadi penghibur bagi setiap orang sabar yang mau mengambil pelajaran, dan menjadi teladan bagi setiap hamba yang beribadah dengan penuh kesadaran.

Ketahuilah, Allah terkadang menguji hamba-Nya yang saleh bukan karena kehinaan di sisi-Nya, melainkan agar dengan kesabaran dan ketabahannya ia mencapai derajat yang tinggi di surga yang telah Allah sediakan baginya.

Dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan dari Muṣ‘ab bin Sa‘d, dari ayahnya, ia berkata:
Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab:

“Para nabi, kemudian orang-orang saleh, kemudian orang yang semisal dan yang mendekatinya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya ditambah; jika agamanya lemah, maka ujiannya diringankan. Dan ujian akan terus menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun.”

Allah berfirman:

“Dan ingatlah hamba Kami Ayyub ketika dia berseru kepada Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan penderitaan.’ (Allah berfirman): ‘Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.’ Kami kembalikan kepadanya keluarganya dan yang semisal dengan mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang berakal. Dan ambillah dengan tanganmu seikat rumput, lalu pukullah dengannya dan jangan melanggar sumpahmu. Sesungguhnya Kami mendapati dia seorang yang sabar. Sebaik-baik hamba, sesungguhnya dia adalah orang yang banyak kembali (kepada Allah).”
(QS. Ṣād: 41–44)

Wahai kaum mukminin,
Sesungguhnya kesabaran adalah di antara amal yang paling mulia dan akhlak yang paling tinggi. 

Ia merupakan separuh dari iman. Sebab iman itu terdiri dari dua bagian: sabar dan syukur.

 Karena pentingnya kesabaran dan tingginya derajatnya, Allah menyebutkan keutamaannya dalam Al-Qur’an di lebih dari 90 tempat.

 Kadang Ia mengaitkannya dengan shalat:

“Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat.”
(QS. Al-Baqarah: 45)

Kadang dengan cinta-Nya:

“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(QS. Ali ‘Imran: 146)

Kadang dengan kebersamaan-Nya yang khusus:

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 153)

Dan Allah menjanjikan kepada orang-orang sabar pahala tanpa batas:

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang sabar yang akan diberi pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az-Zumar: 10)

Allah Ta‘ala juga mengkhususkan bagi orang-orang yang sabar tiga keutamaan yang tidak diberikan kepada selain mereka, yaitu:

  1. Shalawat (pujian dan keberkahan) dari-Nya.
  2. Rahmat dari-Nya.
  3. Petunjuk menuju kebenaran.

Sebagaimana firman Allah Jalla Jalāluhu:

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali.’ Mereka itulah yang mendapat shalawat dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al-Baqarah: 155–157)

Maka, kesabaran itu seluruhnya adalah kebaikan, sebagaimana firman Allah:

“Dan jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.”
(QS. An-Naḥl: 126)

Berapa banyak orang yang sabar dalam menghadapi cobaan, kemudian penderitaannya berlalu dan tersisa cinta Allah serta kebersamaan-Nya. Dan terkadang pula cobaan itu terus menyertainya sampai ia meninggal dunia, lalu memperoleh kemenangan di akhirat berupa surga yang luasnya seluas langit dan bumi.

Bahkan, pada hari kiamat nanti, orang-orang yang tidak diuji di dunia (orang-orang yang hidup dalam kelapangan) akan berharap seandainya dulu mereka diuji, karena mereka melihat betapa besar pahala yang Allah sediakan bagi orang-orang yang sabar. 

Dalam Sunan at-Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pada hari kiamat, orang-orang yang hidup dalam kelapangan akan berangan-angan kulit mereka digunting di dunia dengan gunting besi, karena melihat besarnya pahala yang diberikan kepada orang-orang yang diuji.”

Sebagaimana firman Allah:

“Tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu berbagai kenikmatan yang menyenangkan pandangan mata, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. As-Sajdah: 17)


Wahai saudara-saudara seiman,...
Sesungguhnya sebagian orang memahami makna sabar hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang tidak dapat dicegah, atau musibah yang tidak mampu dihindari. Padahal, sabar adalah perhiasan yang seharusnya menghiasi diri seseorang dalam setiap waktu dan keadaan — dalam pergaulannya sehari-hari, dengan keluarga, para pekerja, tetangga, dan sahabat-sahabatnya. Sebab, dalam berinteraksi dengan manusia pasti ada kemungkinan muncul gangguan dan kesalahan. Maka seseorang harus bersabar menghadapi akhlak, tabiat, kebodohan, dan sikap permusuhan orang lain.

Allah Ta‘ala berfirman:

“Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, maka tipu daya mereka sedikit pun tidak akan membahayakan kamu.”
(QS. Āli ‘Imrān: 120)

Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:

“Seorang mukmin yang bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguan mereka.”

Maka, sabar berkaitan dengan seluruh urusan dan kesempurnaan diri seorang hamba, dalam segala keadaan hidupnya.

 Di antaranya:

  • Sabar dalam ketaatan kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:

    “Maka sembahlah Dia dan bersabarlah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang serupa dengan-Nya?”
    (QS. Maryam: 65)

  • Sabar dalam menjauhi hal-hal yang diharamkan, menahan diri dari hawa nafsu, keinginan, dan ambisi duniawi. Sebagaimana firman-Nya:

    “Dia (Yusuf) berkata: Aku adalah Yusuf, dan ini saudaraku. Sungguh Allah telah melimpahkan karunia kepada kami. Sesungguhnya siapa yang bertakwa dan bersabar, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.”
    (QS. Yusuf: 90)

Dan tingkatan sabar yang paling agung adalah ketika seseorang memiliki dorongan kuat untuk berbuat maksiat, serta sarana yang memudahkannya, tetapi ia mampu menahan diri karena takut kepada Allah.

Seperti kisah Nabi Yusuf `alaihissalām — ketika istri Al-‘Aziz dan para wanita menggoda dan menipunya. Mereka menutup rapat pintu, mempersiapkan segala cara, berhias diri, memanggilnya, dan Yusuf pun tidak menghadapi ancaman hukuman. Semua faktor yang dapat menggoda seseorang telah berkumpul, namun Yusuf tetap menahan diri dari maksiat, berlindung kepada Rabb-nya, dan berpegang teguh pada ketakwaannya.

Sebagaimana firman Allah:

“Dia (Yusuf) berkata: Aku berlindung kepada Allah! Sesungguhnya tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang zalim tidak akan beruntung. Dan sungguh wanita itu telah berkehendak kepadanya, dan Yusuf pun hampir tergoda seandainya ia tidak melihat bukti dari Tuhannya. Demikianlah agar Kami memalingkan darinya keburukan dan perbuatan keji. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas.”
(QS. Yusuf: 23–24)


Dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), Nabi ﷺ bersabda:

“Tidak ada seorang pun yang diberi anugerah yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.”

Syaikh Abdurrahman as-Sa‘di rahimahullah menjelaskan:

“Sabar merupakan karunia paling agung, karena ia mencakup seluruh urusan dan kesempurnaan seorang hamba. Dalam setiap keadaan, seseorang membutuhkan kesabaran:

  • Ia perlu sabar dalam menaati Allah agar mampu melaksanakannya dengan sempurna.
  • Ia perlu sabar dalam meninggalkan maksiat agar dapat menjauhinya.
  • Ia perlu sabar menghadapi takdir Allah yang menyakitkan agar tidak mengeluh atau marah.
  • Bahkan ia juga perlu sabar atas nikmat Allah, agar tidak berlebihan dalam bergembira secara tercela, dan tetap bersyukur kepada Allah.
    Maka seorang hamba membutuhkan sabar dalam setiap keadaan hidupnya.”

Dengan kesabaranlah seseorang meraih keberuntungan dan kesuksesan, sebagaimana firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”
(QS. Āli ‘Imrān: 200)

Maka sabar adalah bekal seorang muslim dalam seluruh aspek kehidupannya, di setiap tahap perjuangannya. Semakin besar kesabaran seseorang, semakin dekat ia pada cita-citanya dan semakin besar peluang tercapainya harapan dengan izin Allah.

Orang yang sabar sejati (ash-shabbār) ialah yang membiasakan dirinya menghadapi kesulitan dan ujian, melatih jiwanya untuk teguh hingga mencapai tujuannya — ia rela mengorbankan harta, tenaga, dan waktunya demi meraih tujuan yang tinggi.

Lihatlah Nabi Musa `alaihissalām — karena cintanya kepada ilmu, ia berkata kepada muridnya:

“Aku tidak akan berhenti berjalan sampai aku sampai di pertemuan dua laut, atau aku akan berjalan bertahun-tahun lamanya.”
(QS. Al-Kahf: 60)

Artinya, ia siap menempuh perjalanan panjang. Maka ia pun berjalan hingga berkata:

“Sungguh kita telah merasa letih karena perjalanan ini.”
(QS. Al-Kahf: 62)

Dan ketika ia akhirnya bertemu dengan Nabi Khidr `alaihissalām, ia tidak hanya berjanji untuk sabar menerima ilmu darinya, tetapi juga berjanji untuk taat kepadanya.
Sebagaimana firman Allah:

“Musa berkata kepadanya (Khidr): Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku sebagian ilmu yang benar yang telah diajarkan kepadamu? Dia (Khidr) berkata: Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku. Dan bagaimana engkau dapat bersabar terhadap sesuatu yang belum engkau ketahui? Musa berkata: Insya Allah engkau akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.”
(QS. Al-Kahf: 66–69)

Wahai kaum mukminin,
Sabar adalah sifat para nabi pilihan, akhlak orang-orang suci, bekal mereka dalam beribadah kepada Rabb-nya dan dalam menyampaikan risalah-Nya. Karena itu Allah Ta‘ala memerintahkan Nabi-Nya ﷺ untuk meneladani kesabaran para rasul yang teguh hatinya (ulul ‘azm), dengan firman-Nya:

“Maka bersabarlah engkau sebagaimana kesabaran para rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan bagi mereka.”
(QS. Al-Ahqāf: 35)

Maka Nabi ﷺ pun menaati perintah Rabb-nya, meneladani mereka, dan meneguhkan hatinya dengan mengingat kisah-kisah mereka, hingga beliau melebihi kesabaran para nabi terdahulu.

Kehidupan Nabi kita Muhammad ﷺ menjadi bukti nyata kesabaran yang luar biasa — penuh penderitaan dan ujian, baik di Makkah maupun di Madinah. 

Beliau ditolak oleh kaumnya, dituduh sebagai tukang sihir, dukun, orang gila, dan penyair. Mereka menghina dan mengejek beliau, menyakiti dan memeranginya, melempar duri di jalan yang beliau lalui, meletakkan kotoran unta di punggung beliau saat sedang sujud, memboikot beliau dan para pengikutnya di lembah selama tiga tahun — dalam keadaan lapar, susah, dan tertekan. Bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhnya.

Sebagaimana firman Allah:

“(Ingatlah) ketika orang-orang kafir merencanakan tipu daya terhadapmu (wahai Muhammad) untuk menahanmu, membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya, dan Allah pun membalas tipu daya mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(QS. Al-Anfāl: 30)

Dalam Sunan at-Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Aku pernah ditakut-takuti karena Allah, tidak ada seorang pun yang ditakut-takuti seperti aku. Aku telah disakiti karena Allah, tidak ada seorang pun yang disakiti seperti aku.”

Beliau keluar dari kota Makkah — tempat yang paling beliau cintai — dan bersabda:

“Aku tahu engkau (wahai Makkah) adalah sebaik-baik bumi Allah dan tempat yang paling dicintai Allah. Seandainya pendudukmu tidak mengusirku, niscaya aku tidak akan keluar darimu.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad)

Semua anak laki-lakinya meninggal ketika beliau masih hidup, kecuali Fāṭimah raḍiyallāhu ‘anhā, namun beliau tetap bersabar dan mengharap pahala.

Pernah dalam rumah beliau tidak dinyalakan api selama tiga bulan karena tidak ada makanan yang dimasak. 

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa suatu hari Rasulullah ﷺ keluar rumah, lalu bertemu Abu Bakar dan Umar raḍiyallāhu ‘anhumā. Beliau bertanya:

“Apa yang membuat kalian keluar pada waktu seperti ini?”
Keduanya menjawab, “Lapar, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku keluar karena sebab yang sama seperti kalian.”

Dalam Musnad Imam Ahmad diriwayatkan bahwa Fāṭimah raḍiyallāhu ‘anhā pernah memberikan kepada ayahnya sepotong roti dari gandum, lalu beliau berkata:

“Ini adalah makanan pertama yang dimakan ayahmu setelah tiga hari.”

Bahkan Rasulullah ﷺ wafat tanpa pernah kenyang dari roti gandum.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari)


Adapun kesabaran beliau ﷺ dalam menjalankan ketaatan dan terus beribadah, baik ketika di tempat tinggal maupun dalam perjalanan, secara terang-terangan maupun tersembunyi, dalam keadaan sehat maupun sakit, saat perang maupun damai — maka As-Shiddiqah binti As-Shiddiq (Aisyah radhiyallahu ‘anha) telah menjelaskan kepada kita sebagian dari hal itu.

Dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Nabi Allah ﷺ bangun malam hingga kedua kakinya pecah-pecah (karena lama berdiri). Maka Aisyah berkata,
"Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan hal ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?"
Beliau ﷺ menjawab:
"Tidakkah aku ingin menjadi seorang hamba yang bersyukur?"

Wahai saudara-saudara seiman!
Bersabarlah kalian dalam ketaatan kepada Allah, bersabarlah dalam menjauhi maksiat kepada Allah, dan bersabarlah atas takdir Allah — sebagaimana teladan pemimpin orang-orang bertakwa ﷺ, dan karena mengharap apa yang telah Allah Ta‘ala sediakan bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana firman-Nya:

“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka dengan surga dan sutra.”
(QS. Al-Insan: 12)

Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk:

“Dan orang-orang yang bersabar karena mengharap wajah (keridaan) Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka, baik secara sembunyi maupun terang-terangan, serta menolak kejahatan dengan kebaikan — mereka itulah yang mendapat kesudahan tempat yang baik, (yaitu) surga ‘Adn yang mereka akan memasukinya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka. Dan para malaikat masuk ke tempat mereka dari setiap pintu (sambil berkata): ‘Salam sejahtera atas kalian karena kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.’”
(QS. Ar-Ra‘d: 22–24)

Semoga Allah memberkahi aku dan kalian dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah,
dan semoga Dia memberi manfaat kepadaku dan kepada kalian dengan apa yang terdapat di dalam keduanya berupa ayat-ayat dan hikmah.
Aku berkata sebagaimana yang kalian dengar, maka mohonlah ampun kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Khutbah Kedua:


Segala puji bagi Allah, yang ridha kepada hamba-hamba-Nya dengan amal yang sedikit, yang telah melimpahkan nikmat kepada mereka, dan menetapkan rahmat atas diri-Nya sendiri.

Salawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita dan nabi kita Muhammad ﷺ — pemimpin orang-orang bertakwa, panglima orang-orang yang bercahaya putih berseri di wajah dan anggota wudhunya — menuju surga-surga kenikmatan, juga atas keluarga dan para sahabatnya seluruhnya.

Amma ba‘du; 

wahai kaum mukminin:

Sesungguhnya sabar adalah salah satu rukun iman, dan jalan menuju keridaan Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kedudukan sabar dalam agama seperti kepala bagi tubuh — tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki kesabaran.
Karena itu, Allah sangat menegaskan perintah untuk bersabar, menjadikannya bagian dari hal-hal yang membutuhkan tekad kuat (‘azm al-umur), mengaitkannya dengan kecintaan-Nya, dan menjanjikan pahala yang agung bagi orang yang menghiasinya.

Orang-orang yang sabar adalah pemilik tekad yang kuat dan cita-cita yang tinggi, sebagaimana firman Allah Ta‘ala:

“Wahai anakku! Tegakkanlah salat, suruhlah (manusia) berbuat yang ma‘ruf dan cegahlah dari yang mungkar, serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang memerlukan keteguhan.”
(QS. Luqman: 17)

Dan orang-orang yang sabar adalah orang-orang yang berpikir dan merenung, yang mengambil manfaat dari tanda-tanda kebesaran Allah dan pelajaran, 

sebagaimana firman-Nya:

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal yang berlayar di laut bagaikan gunung-gunung. Jika Dia menghendaki, Dia dapat menenangkan angin sehingga kapal-kapal itu pun diam di permukaannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi setiap orang yang banyak bersabar dan banyak bersyukur.”
(QS. Asy-Syura: 32–33)

Kepemimpinan dalam agama tidak akan diraih kecuali dengan sabar dan yakin, sebagaimana firman Allah:

“Dan Kami jadikan di antara mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka bersabar dan yakin terhadap ayat-ayat Kami.”
(QS. As-Sajdah: 24)

Bahkan, kebahagiaan dunia dan akhirat tidak akan tercapai kecuali dengan sabar dan yakin.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Allah menggabungkan antara sabar dan yakin, karena keduanya adalah sumber kebahagiaan seorang hamba. Jika ia kehilangan keduanya, hilanglah kebahagiaannya.
Sebab hati manusia sering diserang oleh dua hal:
– Syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah,
– dan syubhat (kerancuan) yang bertentangan dengan berita (wahyu) Allah.
Dengan sabar, seseorang menolak syahwat; dengan yakin, ia menolak syubhat.
Sesungguhnya syahwat dan syubhat keduanya bertentangan dengan agama dari segala sisi.
Maka tiada keselamatan dari azab Allah kecuali bagi orang yang menolak syahwatnya dengan sabar dan menolak syubhatnya dengan yakin.”

Wahai saudara-saudara seiman,
Barang siapa belum memiliki tabiat sabar, hendaklah ia memohon pertolongan kepada Allah dan melatih dirinya untuk bersabar dengan kesungguhan jiwa, agar mencapai kedudukan sabar.
Barang siapa membiasakan dirinya bersabar, maka ia akan terbiasa, menyesuaikan diri, hingga akhirnya mencapai derajat tertinggi orang-orang yang sabar.

Dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim), Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa berusaha untuk bersabar, maka Allah akan menjadikannya sabar.”

Di antara hal yang membantu seseorang untuk bersabar ialah menjadikan kesabaran itu karena Allah, mengharap pahala-Nya, dan meraih keridaan-Nya, 

sebagaimana firman Allah:

“Dan demi Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatsir: 7)

“Dan bersabarlah; tidaklah kesabaranmu itu melainkan dengan (pertolongan) Allah.” (QS. An-Nahl: 127)

Maka barang siapa bersabar karena Allah, maka sabarnya akan terasa ringan, ujian menjadi mudah, hari-harinya menjadi indah, kesudahannya menjadi baik, Allah akan membantunya dalam ketaatan, dan menjauhkannya dari kemaksiatan.
Yang juga membantu untuk sabar ialah mendorong jiwa dan memaksanya dengan bergaul bersama orang-orang saleh, menemani orang-orang bertakwa, 

sebagaimana firman Allah kepada Nabi-Nya:

“Dan bersabarlah engkau bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari.”
(QS. Al-Kahfi: 28)

Barang siapa mengingat bahwa dunia ini singkat dan hina, hanya sesaat dari waktu siang, sebagaimana disebutkan oleh Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung, maka ia akan menjalani waktu singkat itu dengan sabar.

Dalam Perang Tabuk, Nabi ﷺ menetap selama lima puluh hari dalam kesulitan dan penderitaan.

Diriwayatkan bahwa dikatakan kepada Umar al-Faruq radhiyallahu ‘anhu: “Ceritakan kepada kami tentang masa kesulitan itu.”
Beliau berkata:

“Kami keluar menuju Tabuk pada cuaca yang sangat panas. Kami singgah di suatu tempat dan sangat kehausan, hingga kami mengira leher kami akan putus karena haus. Ada di antara kami yang menyembelih untanya, lalu memeras isinya (isi perut) untuk diminum, dan mengusapkannya pada hatinya (dadanya) karena haus yang amat.”

Meski demikian, Allah Ta‘ala menamakan perang itu “masa kesulitan (sa‘at al-‘usrah)”.

Imam Al-Biqa‘i rahimahullah berkata:

“Allah menamakannya ‘saat’ (masa singkat) untuk meringankan rasa penderitaan dan mendorong keberanian menghadapi kesulitan.
Sebab waktunya singkat, sementara pahalanya amat besar dan agung.
Maka keadaan para sahabat yang mengikuti Rasulullah dalam perang itu lebih sempurna daripada keadaan mereka sebelumnya.”


(Doa penutup khutbah):

Ya Allah, limpahkanlah salawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan salawat kepada keluarga Ibrahim.

Berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Ya Allah, ridhailah para khalifah yang mendapat petunjuk — Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali — juga seluruh sahabat Nabi, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Dan jadikan kami bersama mereka dalam rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin.
Jadikan negeri ini aman dan tenteram, serta seluruh negeri kaum Muslimin.
Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum Muslimin di seluruh tempat.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu dengan karunia dan kemurahan-Mu, agar Engkau melindungi kami dari segala keburukan dan bahaya.

Ya Allah, jauhkanlah dari kami mahalnya harga, wabah penyakit, riba, zina, gempa bumi, bencana, dan fitnah — baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari penderitaan berat, kesengsaraan, takdir buruk, dan cercaan musuh.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu seluruh kebaikan, baik yang segera maupun yang tertunda, yang kami ketahui maupun tidak kami ketahui.
Dan kami berlindung kepada-Mu dari seluruh kejahatan, yang segera maupun tertunda, yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu surga dan segala perkataan atau amal yang mendekatkan kami kepadanya.
Kami berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala perkataan atau amal yang mendekatkan kami kepadanya.

Ya Allah, perbaikilah kesudahan kami dalam segala urusan, dan lindungilah kami dari kehinaan dunia serta azab akhirat.

Ya Allah, sembuhkan orang-orang sakit di antara kami, berilah kesembuhan kepada yang diuji, rahmatilah orang-orang yang telah meninggal di antara kami, dan kasihanilah orang-orang lemah dari kalangan kami, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih.

Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemurah, wahai Yang Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, berilah taufik kepada pelayan dua tanah suci (khadim al-haramain) menuju apa yang Engkau cintai dan ridhai.
Balaslah kebaikannya dengan sebaik-baik balasan.

Ya Allah, berilah taufik kepada beliau dan putra mahkotanya dalam segala hal yang membawa kebaikan bagi Islam dan kaum Muslimin.
Ya Allah, bimbinglah seluruh pemimpin kaum Muslimin kepada hal-hal yang Engkau cintai dan ridhai, dengan rahmat-Mu wahai Dzat Yang Maha Pengasih.

Ya Allah, lindungilah para pemuda Muslim dari kelompok-kelompok sesat dan paham-paham yang menyimpang.
Jauhkan mereka dari perpecahan dan fanatisme golongan.
Anugerahkan kepada mereka sikap adil dan moderat.
Cintakanlah iman kepada mereka, hiasilah dalam hati mereka, dan bencilah kepada mereka kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan.
Jadikanlah mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ya Allah, jadikan mereka bermanfaat bagi negeri dan umat mereka, dengan rahmat, karunia, dan kebaikan-Mu, wahai Dzat Yang Maha Pengasih.

Ya Allah, siapa pun yang berniat jahat terhadap kami, negeri kami, keamanan kami, atau pemuda kami, maka sibukkanlah dia dengan dirinya sendiri, dan gagalkanlah tipu dayanya, dengan kekuatan dan keperkasaan-Mu, wahai Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Ya Allah, menangkanlah tentara-tentara kami yang menjaga perbatasan negeri kami, dengan kemenangan yang segera, wahai Dzat Yang Maha Pengasih.
Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya kami termasuk orang-orang yang zalim.

Ya Tuhan kami, terimalah tobat kami, hapuskan dosa kami, kabulkan doa kami, teguhkan hujjah kami, tunjukilah hati kami, luruskan lisan kami, dan hilangkan kedengkian dari hati kami.

" Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri; jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A‘raf: 23)

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hasyr: 10)

“Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa dari apa yang mereka sifatkan. Dan kesejahteraan bagi para rasul. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. As-Saffat: 180–182)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar