Kamis, 07 Januari 2016

SIHIR DAN KESURUPAN

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Sihir adalah ikatan-ikatan, jampi-jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang mempengaruhi badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat, diantaranya ada yang bisa mematikan, membuat sakit, membuat seorang suami tidak dapat mencampuri istrinya atau memisahkan pasangan suami istri, atau membuat salah satu pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak saling mencintainya, dengan izin Allah Ta'ala Yang Maha Kuasa.

Allah Ta’ala berfirman:

وَٱتَّبَعُوا۟ مَا تَتْلُوا۟ ٱلشَّيَٰطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَٰنَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَٰنُ وَلَٰكِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ كَفَرُوا۟ يُعَلِّمُونَ ٱلنَّاسَ ٱلسِّحْرَ وَمَآ أُنزِلَ عَلَى ٱلْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَٰرُوتَ وَمَٰرُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِۦ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَزَوْجِهِۦ ۚ وَمَا هُم بِضَآرِّينَ بِهِۦ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا۟ لَمَنِ ٱشْتَرَىٰهُ مَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا۟ بِهِۦٓ أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ ﴿١٠٢﴾

" Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 102)

Melakukan perbuatan sihir merupakan murni kejahatan, kedzaliman, melampaui batas, dan melanggar hak manusia bahkan hak Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman, 

قَالَ أَلْقُوا۟ ۖ فَلَمَّآ أَلْقَوْا۟ سَحَرُوٓا۟ أَعْيُنَ ٱلنَّاسِ وَٱسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَآءُو بِسِحْرٍ عَظِيمٍ ﴿١١٦﴾

" Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (mena'jubkan)." (Q.S. Al-A'raaf :116)

Allah Ta'ala berfirman,

قَالَ بَلْ أَلْقُوا۟ ۖ فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ ﴿٦٦﴾

" Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka."
(Q.S. Ta'haa :66)

Orang-orang Yahudi telah berusaha menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan aneka ragam cara, diantaranya adalah seorang laki-laki Yahudi menyihir beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,  dengan kejadian itu, beliau Shallallahu alaihi wa sallam di khayalkan merasa telah melakukan sesuatu, padahal beliau belum melakukannya.

Hikmah dalam kejadian ini adalah menunjukkan bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam adalah manusia biasa seperti kita, tidak memiliki sifat Rububiyah atau dianggap sempurna hingga dijadikan sebagai sesembahan, akan tetapi dalam diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat suri tauladan bagi umatnya. Jika salah seorang dari umatnya terkena sihir, maka sungguh orang yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun juga pernah terkena sihir. Bersamaan dengan itu, beliau tidak meminta pertolongan kepada tukang sihir, atau dukun, atau dajjal tukang ramal dan semisalnya untuk melawan sihir yang menimpa beliau, akan tetapi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala.

Jika salah seorang dari umatnya ditimpa kefakiran, maka sungguh orang yang lebih baik darinya yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah mengikatkan batu di perutnya untuk menahan rasa lapar.
Jika salah seorang dari umatnya ditimpa cobaan dengan musibah, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun juga pernah ditimpa cobaan.
Jika salah seorang dari umatnya diganggu atau disiksa, maka pada diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun terdapat suri tauladan.

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan dari Al-Imam Qadhi Iyadh rahimahullah, bahwasanya beliau berkata: “Kejadian disihirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menodai kenabian beliau. Adapun keberadaan atau kejadian beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dikhayalkan melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya, hal ini tidaklah mengurangi sifat shiddiq atau kejujuran yang ada pada diri beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, dikarenakan adanya dalil bahkan ijma’ kesepakatan umat Islam atas kemaksuman dan terpelihara dari dosa dan kesalahan yang memengaruhi terhadap wahyu Ilahi, akan tetapi hal ini suatu perkara duniawi yang mungkin bisa menimpanya. Yang beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak diutus karena sebab tersebut  yaitu perkara dunia dan tidak diberi keutamaan dalam hal ini, karenanya pula beliau dalam hal ini seperti manusia yang lainnya, maka tidak mustahil untuk dikhayalkan kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam dari perkara-perkara yang tidak ada hakekatnya baginya, kemudian hilang dari beliau dan kembali seperti keadaan semula.”

Sihir dan kesurupan merupakan gangguan jin kepada manusia, bisa terjadi karena faktor pribadi dari jin seperti tatkala terperangkap dalam hawa, syahwat, kecintaan sebagaimana halnya antara manusia dengan manusia, maka terjadi antara jin dan manusia, dan bisa pula dikarenakan kebencian, dendam, kemarahan, balas dendam, tatkala mereka merasa teraniaya, seperti membunuh bangsa mereka, menimpakan air panas, air kencing kepada mereka, dan bisa jadi karena perbuatan sengaja yang dilakukan oleh sebahagian kelompok yang pandir diantara mereka.

Pengobatan masalah ini dapat dilakukan dengan dua hal :

● Diketahui tempat benda yang digunakan sebagai sarana sihir, maka diambil dan dimusnahkan maka akan sirna sihir tersebut dengan Kuasa Allah Ta'ala, dan cara ini merupakan cara yang paling manjur untuk menghilangkan sihir, dan memungkinkan untuk diketahui tempat tersebut atas petunjuk Allah Ta'ala dengan diberikan taufiq untuk menemukan nya tatkala pengobatan berlangsung.

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ فَقَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ مَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَالَ فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ قَالَ وَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَجَاءَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا اسْتَخْرَجْتَهُ قَالَ قَدْ عَافَانِي اللَّهُ فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ.

“Seseorang dari Bani Zuraiq, yang bernama Labid bin Al-A’sham, menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga beliau merasa melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada di sisiku, beliau terus berdo’a dan berdo’a. Kemudian beliau bersabda,

“Wahai ‘Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah telah memperkenankan do’aku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya? Ada dua orang yang mendatangiku, satu diantaranya duduk di dekat kepalaku dan yang satunya lagi berada di dekat kakiku.

Lalu salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya, ”Sakit apa orang ini?”

“Terkena sihir,” sahut temannya.

“Siapa yang telah menyihirnya?” tanya temannya lagi.

Temannya menjawab, “Labid bin al-A’sham.”

“Dengan apa?”

Dia menjawab, “Dengan sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan mayang kurma jantan.”

“Lalu dimana semuanya itu berada?” tanya temannya.

Dia menjawab, “Disumur Dzarwan”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau. Setelah kembali, beliau berkata, “Wahai ‘Aisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar, dan ujung dahan pohon kurma nya seakan-akan seperti kepala syaitan”.

Lalu ‘Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau meminta dikeluarkan?” Beliau menjawab, “Allah telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu”. Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya, maka semuanya pun ditimbun dengan segera ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

● Jika tidak diketahui tempat sihir nya, maka dapat ditanggulangi dengan dua cara :

¤ Melakukan ruqyah secara syar'i , dilakukan dengan tiga syarat yaitu : Dengan menggunakan Al-Qur'an, atau do'a yang ma'tsur yang dicontohkan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, dan Harus dengan bahasa arab, bukan terjemahan dan yang terakhir harus meyakini bahwasanya bacaan ruqyah semata-mata tidak berpengaruh, akan tetapi meyakini hanya yang menyembuhkan adalah Allah Ta'ala semata.

¤ Berobat dengan sesuatu yang di izinkan syariat seperti minum madu, memakan kurma ajwah yang tumbuh dari kota suci Madinah, meminum jintan hitam Habbatus-Sauda' dan berhijamah atau bekam.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ

“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus: 57)

Allah Ta'ala berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارًا

“ Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an sesuatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Isra`: 82)

Allah Ta'ala berfirman,

قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

“Katakanlah: ‘(Al-Qur`an) itu adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman’.” (Q.S. Fushshilat: 44)

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu berkata: “Termasuk perkara yang dimaklumi bahwa sebagian ucapan memiliki keistimewaan dan kemanfaatan yang telah teruji. Maka bagaimana kita menganggap ucapan Rabb semesta alam ini? Tentunya keutamaan ucapan-Nya atas segala ucapan yang lain seperti keutamaan Allah Subhanahu wa Ta’ala atas seluruh makhluk-Nya. Ucapan-Nya merupakan penyembuh yang sempurna, pelindung yang bermanfaat, cahaya yang memberi petunjuk, dan rahmat yang menyeluruh. Ucapan-Nya yang sekiranya diturunkan kepada sebuah gunung niscaya akan pecah karena keagungan dan kemuliaan-Nya.”

Diriwayatkan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Beliau berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْفِثُ عَلَى نَفْسِهِ – فِي الْمَرَضِ الَّذِي مَاتَ فِيْهِ – بِالْمُعَاوِذَاتِ. فَلَمَّا ثَفُلَ، كُنْتُ أَنْفِثُ عَلَيْهِ بِهِنَّ وَأَمْسَحُ بِيَدِ نَفْسِهِ لِبَرَكَتِهَا

“Dahulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca Al-Mu’awwidzaat dan meniupkannya dengan sedikit meludah atas diri beliau di masa sakit beliau yang membawa kepada kematiannya. Tatkala beliau merasa semakin parah, aku yang membacakan Al-Mu’awwidzaat dan meniupkannya atas beliau. Aku usapkan bacaan itu dan tiupan ludah nya dengan tangan beliau sendiri. Hal ini karena keberkahan tangan beliau.” (HR. Al-Bukhari)

Sahabat Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Jibril ‘alaihissalam pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jibril bertanya: “Wahai Muhammad, apakah engkau mengeluhkan rasa sakit?” Nabi menjawab: “Iya.” Maka Jibril membacakan:

بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيْكَ، مِنْ شَرٍّ كُلِّ نَفْسٍ أَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ، اللهُ يَشْفِيْكَ، بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ

“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang mengganggumu dan keburukan setiap jiwa atau sorotan mata yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu, dengan nama Allah aku meruqyahmu.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa beliau berkata kepada Tsabit Al-Bunani radhiyallahu anhu, “Maukah engkau aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Tsabit menjawab: “Ya”. Maka Anas membaca:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبِأْسَ، اشْفِ أَنْتَ الشَافِي لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَفَمًا

“Ya Allah, Rabb sekalian manusia, yang menghilangkan segala petaka, sembuhkanlah, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada yang bisa menyembuhkan kecuali Engkau, sebuah kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari)

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau berkata: “Dahulu bila salah seorang dari kami mengeluhkan rasa sakit maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusapnya dengan tangan kanan beliau dan membaca:

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبِأْسَ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَفَمًا

“Ya Allah, Rabb sekalian manusia, hilangkanlah petakanya dan sembuhkanlah dia, Engkaulah Yang Maha Penyembuh, tak ada penyembuh kecuali penyembuhan-Mu, sebuah penyembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin  ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa beliau berkata: “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meruqyah dengan membaca:

امْسِحِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِكَ الشِّفَاءِ لاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ أَنْتَ

“Hapuslah petakanya, wahai Rabb sekalian manusia. Di tangan-Mu seluruh penyembuhan, tak ada yang menyingkap untuknya kecuali Engkau.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin  ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa beliau berkata: “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila meruqyah beliau membaca:

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا لِيُشْفَى بِهِ سَقِيْمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا

“Dengan nama Allah. Tanah bumi kami dan air ludah sebagian kami, semoga disembuhkan dengannya orang yang sakit di antara kami, dengan seizin Rabb kami.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Diriwayatkan dari sahabat Abu Al-‘Ash Ats-Tsaqafi radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau mengeluhkan sakit yang dirasakannya di tubuhnya semenjak masuk Islam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya:

ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ فِيْ جَسَدِكَ وَقُلْ: بِسْمِ اللهِ ثَلاَثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ: أَعُوْذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

“Letakkanlah tanganmu pada tempat yang sakit dari tubuhmu dan ucapkanlah, ‘Bismillah (Dengan nama Allah)’ sebanyak tiga kali. Lalu ucapkanlah:

أَعُوْذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

‘Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari keburukan sesuatu yang kurasakan dan kuhindarkan,’ sebanyak tujuh kali.” (HR. Muslim)

Diriwayatkan dari sahabat  ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda:

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا لَمْ يَحْضُرْ أَجَلُهُ فَقَالَ عِنْدَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ: أَسْأَلُكَ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيْكَ، إِلاَّ عَافَاهُ اللهُ فِيْ ذَلِكَ

“Barangsiapa mengunjungi orang sakit selama belum datang ajalnya, lalu dia bacakan di sisinya sebanyak tujuh kali:

أَسْأَلُكَ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيْكَ

‘Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Pemilik ‘Arsy yang besar, semoga menyembuhkanmu,’ niscaya Allah akan menyembuhkannya dari penyakit itu.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi )

Diriwayatkan dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungiku ketika aku sakit dan beliau membaca:

اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا، اللَّهُمَّ اشْفِ سَعْدًا

“Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad, Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad, Ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad.” (HR. Muslim)

عن ابن عباس رضي الله عنهما عن النبي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: الشفاء في ثلاثة: في شرطة محجم، أو شربة عسل، أو كية بنا، وأنهى أمتي عن الكي

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu `anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Kesembuhan itu terdapat dalam tiga hal, yaitu : berbekam, minum madu atau pengobatan dengan besi panas, akan tetapi aku melarang umatku berobat dengan besi panas”. ( HR. Al-Bukhari dan Muslim )

عن سعد بن أبي وقاص رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: سمعت رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول: من تصبح بسبع تمرات عجوة لم يضره ذلك اليوم سم ولا سحر
وفي رواية لمسلم: من أكل سبع تمرات مما بين لابتيها حين يصبح لم يضره سم حتى يمس

Diriwayatkan dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas radhiyallahu ‘anhuberkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ‘Ajwa’ di pagi hari niscaya dia tidak akan terkena racun dan sihir di hari itu”. ( HR. Al-Bukhari dan Muslim )

Dalam riwayat lain dikatakan, “Barangsiapa siapa yang memakan tujuh butir kurma Madinah di waktu pagi niscaya dia tidak akan terkena racun hingga sore harinya”. ( HR. Muslim )

عن أبي هريرة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنه سمع رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول : إن في الحبة السوداء شفاء من كل داء إلا السام

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya pada jintan hitam terdapat kesembuhan dari segala penyakit kecuali kematian ”. ( HR. Al-Bukhari dan Muslim )

عن أبي هريرة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: قال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : من احتجم لسبع عشرة وتسع عشرة وإحدى وعشرين كان شفاء من كل داء

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuberkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang berbekam pada tanggal tujuh belas, sembilan belas dan dua puluh satu, niscaya dia sembuh dari seluruh penyakit ". ( HR. Abu Dawud )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar