Rabu, 02 Maret 2016

SYAFAAT YANG TIDAK BERDALIL

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Banyak beredar di kalangan masyarakat luas, disana terdapat keutamaan yang agung dan besar bagi mereka yang ziarah kubur Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, dikabarkan akan mendapatkan syafa’at Nabi Sallallahu alaihi wa sallam.

Diantara dalil-dalil yang dijadikan landasan adalah sebagai berikut :

عن عمر رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ((من زار قبري, أو قال: من زارني كنت له شفيعاً أو شهيداً، ومن مات في أحد الحرمين بعثه الله في الآمنين يوم القيامة))

Diriwayatkan dari sahabat Umar radhiyallahu anhu, ia mendengar Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Barangsiapa yang pergi berziarah kubur-Ku atau berkunjung kepada -Ku, maka Aku akan memberikan syafa’at kepada nya, atau Aku menjadi saksi untuk nya, dan barangsiapa yang meninggal dunia di salalah satu Tanah Haram  (Mekkah - Madinah) maka niscaya ia akan mendapatkan rasa aman kelak ketika dibangkitkan pada hari kiamat ".

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((من زارني بالمدينة محتسباً كنت له شهيداً، أو شفيعاً يوم القيامة)) 

Diriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Barangsiapa yang mengunjungi-Ku di Madinah semata-mata mencari pahala, maka niscaya Aku menjadi saksi baginya atau Aku akan memberikan syafa’at kepada nya pada hari kiamat ".

((من زارني حتى ينتهي إلى قبري، كنت له يوم القيامة شهيداً))

" Barangsiapa yang berkunjung kepada -Ku hingga sampai kubur-Ku, niscaya Aku akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat ".

((من زار قبري وجبت له شفاعتي)) 

" Barangsiapa yang berkunjung kubur-Ku, sungguh ia pasti mendapatkan syafa’at Ku ".

((من جاءني زائراً، لا تعمله حاجة إلا زيارتي، كان حقاً علي أن أكون له شفيعاً يوم القيامة))  

" Barangsiapa yang mendatangi Ku dalam rangka ziarah, dan ia tidak memiliki hajat kecuali hanya berkunjung kepada Ku, maka sungguh Aku akan menjamin baginya untuk mendapatkan syafa’at Ku pada hari kiamat ".

((من زار قبري حلت له شفاعتي)) 

" Barangsiapa yang berkunjung kubur Ku maka pasti ia mendapatkan syafa’at Ku ".

((من زارني متعمداً كان في جواري يوم القيامة)) 

" Barangsiapa yang sengaja berziarah kepada Ku, maka sungguh ia akan berada disamping Ku pada hari kiamat ".

((من أتى المدينة زائراً لي وجبت له شفاعتي يوم القيامة، ومن مات في أحد الحرمين بعث آمناً))

" Barangsiapa yang datang ke Madinah berkunjung kepada Ku, maka sungguh ia akan mendapat syafa’at Ku pada hari kiamat dan barangsiapa yang meninggal dunia di salah satu Tanah Haram, ia akan dibangkitkan dalam keadaan aman ".

Semua hadist yang tercantum diatas tidak ada riwayat satu pun yang sah dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, dan semua  yang dipermasalahkan adalah orang-orang yang meriwayatkan nya, dan kondisi hadist diatas berkisar antara lemah, palsu, tidak diketahui atau dusta, tidak dapat dijadikan sebagai sandaran dan pijakan dan diriwayatkan pula dengan bentuk yang tidak memenuhi prasyarat periwayatan suatu hadist.

كما قال شيخ الإسلام ابن تيمية – رحمه الله - في رده على القائلين لمشروعية زيارة القبر الشريف:
(فإن أحاديث زيارة قبره كلها ضعيفة، لا يعتمد على شيء فيها في الدين؛ ولهذا لم يرو أهل الصحاح والسنن شيئاً منها، وإنما يرويها من يروي الضعاف؛ كالدارقطني والبزار وغيرهما) 

Sebagaimana berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam rangka menjawab perkataan orang-orang yang berpendapat disyari’atkannya ziarah kubur Nabi Yang  Mulia :

“ Sesungguhnya hadist-hadist yang berkaitan dengan ziarah kubur Nabi Sallallahu alaihi wa sallam semuanya lemah, tidak ada yang dapat dijadikan sebagai sandaran didalam agama, sehingga tidak satupun para perawi hadist sohih dan tercantum didalam kitab sunan yang meriwayatkan nya sedikitpun, akan tetapi hanya diriwayatkan oleh para perawi hadits-hadits lemah seperti Ad-Daaruquthni  dan  Al-Bazzaar  dan selain keduanya".

● Adapun hadist pertama : maka sesungguhnya didalam sanad nya terdapat orang-orang yang majhul tidak diketahui status nya, dan mengandung ithiroob yaitu antara satu dengan lainnya tidak ada kecocokan lafadz bunyi hadist nya, dan hadist ini telah dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi didalam kitab Sunan-nya dan telah diterangkan oleh Beliau bahwa dalam sanadnya terdapat orang-orang yang majhul tidak terdeteksi statusnya.

Dan Al-Imam Ibnu Abdul Ha'di berkata : " Hadits ini tidaklah sah, dikarenakan terdapat keterputusan dalam perawi-perawi nya, dan terdapat orang-orang yang majhul tidak diketahui status nya dan terdapat ithiroob dalam lafadznya ".

● Hadits kedua : telah dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi didalam kitab Syuabul-Imaan, dan dikeluarkan pula oleh Al-Imam As-Suyuthi didalam kitab Al-Ja'mi' As-Shogiir dan memberikan keterangan bahwa derajatnya adalah hasan.

Akan tetapi Al-Imam Al-Muna'wy telah memberikan bantahan terhadap pemberian status hasan terhadap hadist ini, dan berkata : “ Hadits ini derajat nya tidak hasan, didalam nya terdapat para perawi yang lemah, seperti Abul Mutsanna Sulaiman ibnu Yazid Al-Ka'by ".

Al-Imam Adz-Dzahabi berkata :" Ia adalah perawi yang ditinggalkan ".
Al-Imam Abu Hatim berkata : " Ia adalah mungkar Hadits nya ".

Al-Imam Ibnu Abdul Ha'di menjelaskan tentang derajat hadist ini berkata : "Hadits ini tidak sah dan tidak legal, akan tetapi hadist ini adalah lemah dan sanadnya terputus, sekiranya sah, tidakdapat dijadikan pijakan dalil untuk menguraikan masalah, akan tetapi didalam nya terdapat perawi Abul Mutsanna Sulaiman ibnu Yazid Al-Ka'by Al-Khuza'i Al-Madani, ia adalah seorang syaikh yang tidak dibutuhkan hadist nya dan ia memiliki kunyah atau gelar yang lebih tenar dari nama aslinya dan ia tidak menjumpai masa Anas ibnu Ma'lik, maka riwayat yang ia sandarkan ke Anas adalah terputus tidak menyambung, dan ia hanya meriwayatkan dari Ta'biin dan pengikut Ta'biin, sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Al-Imam Ibnu Hibban dalam kitab nya Ats-Tsiqoot dan kitab Al-Majruhiin".

Dan Al-Imam Ibnu Hajar berkata : " Abul Mutsanna Al-Khuza'i ia bernama Sulaiman ibnu Yazid ia adalah lemah ".

● Adapun hadist yang ketiga, dibawakan oleh Al-Imam As-Subky dalam kitab nya Sifa' As-Saqoom, dan disebutkan pula oleh Al-Hafidz Abu Ja'far Al-Uqaily dalam kitab nya Ad-Duafaa' ketika memberikan biografi Fudholah ibnu Sa'ad ibnu Zamil Al-Ma'ziny. ....dan berkata Al-Uqaily : " Hadits hadist nya tidak terjaga, dan tidak dikenal kecuali hanya itu saja. ..".

Al-Imam Al-Ha'fidz Ibnu Asa'kir berkata : " Hadits hadist nya tidak dapat diikuti, dan ia tidak dikenal kecuali dengan hadist tersebut ".

Al-Alla'mah Ibnu Abdul Ha'di  berkata : " Sesungguhnya hadist ini adalah hadits yang sangat mungkar sekali (menyelisihi riwayat lain )  dan tiadalah sah dan tetap dari Nabi, bahkan ini adalah palsu dari riwayat Ibnu Juraij ".
" Dan terjadi kesalahan dalam matan dan sanadnya, adapun kesalahan matanya adalah lafadz :

((من زارني)) من الزيارة، وإنما هو ((من رآني في المنام كان كمن زارني في حياتي)).

" Barangsiapa yang berkunjung kepada Ku ". Yaitu dari kata " Ziyaaroh ", artinya : " Berkunjung ".
Akan tetapi lafadz yang benar adalah :
" Barangsiapa yang melihat Ku dalam tidurnya maka ia seperti bertemu dengan Ku ketika Aku Hidup ".

هكذا روايته في كتاب العقيلي. وفي نسخة ابن عساكر: ((من رآني)) من الرؤية، وعلى هذا يكون معناه معنى الحديث الصحيح: ((من رآني في المنام فقد رآني، لأن الشيطان لا يتمثل بي))

Demikian riwayat yang tercantum dalam kitab Al-Uqaily, demikian pula dalam riwayat Ibnu Asa'kir, dengan demikian bunyi riwayat ini sesuai dengan riwayat sohih yang berbunyi :
" Barangsiapa yang melihat Ku dalam tidur nya, maka sungguh ia telah melihat Ku, karena syaitan tidak dapat menyerupai diri Ku ".

أما التصحيف في إسناده فقوله: سعيد بن محمد الحضرمي، والصواب: شعيب بن محمد، كما في رواية ابن عساكر، والحديث ليس بثابت على كل حال سواء كان بلفظ الزيارة أو الرؤية، وراويه فضالة بن سعيد بن زميل المازني شيخ مجهول، لا يعرف له ذكر إلا في هذا الخبر الذي تفرد به، ولم يتابع عليه.

Adapun kesalahan dalam sanad nya, tercatat nama : Sa'id ibnu Muhammad Al-Hadromy, adapun yang benar adalah: Syuaib ibnu Muhammad, sebagaimana tercantum dalam riwayat Ibnu Asya'kir, dan hadist ini tidak tetap dari Nabi, baik dengan riwayat lafadz : " berkunjung atau melihat " .
sebagaimana perawi : Fudholah  ibnu Sa'id ibnu Zumail Al-Ma'ziny ia adalah Syaikh majhul tidak diketahui asal usulnya, dan tidak memiliki riwayat hadist kecuali hanya satu ini, yang ia sendirian tidak memiliki jalur riwayat lain nya ".

● Adapun hadist keempat : telah diriwayatkan oleh Al-Imam As-Suyuthi, Al-Bazzaar dan Ad-Daaruquthni.

Dan As-Suyuthi telah memberikan tanda dengan hadist yang lemah, dan didalam sanad nya terdapat perawi yang lemah yaitu : Abdullah ibnu Ibrahim  Al-Gifa'ry.

Al-Imam Al-Haitsami berkata : " Dalam hadist ini terdapat Abdullah ibnu Ibrahim yaitu seorang perawi yang lemah ".

Al-Imam Ibnu Hajar berkata : " Abdullah ibnu Ibrahim ibnu Abi Amrin Al-Gifa'ry Abu Muhammad Al-Madani ia adalah perawi yang Matruk yang ditinggalkan, bahkan Al-Imam Ibnu Hibban menggolongkan nya sebagai pemalsu hadist ".

وقال ابن عبد الهادي عن الحديث: وهو حديث منكر ضعيف الإسناد واه الطريق لا يصلح للاحتجاج بمثله، ولم يصححه أحد من الحفاظ المشهورين، ولا اعتمد عليه أحد من الأئمة المحققين

Al-Imam Ibnu Abdul Ha'di berkata : " Hadits ini adalah hadits yang mungkar  (menyelisihi riwayat lain) lagi dho'if atau lemah sanadnya, meragukan riwayatnya yang tidak dapat digunakan sebagai hujjah dengan semisal ini, dan tidak ada para Imam Hafidz yang terkenal yang mengesahkan riwayat ini, dan tidak tidak dijumpai para Imam Muhakik yang bersandar dengan hadist tersebut ".

" Demikian juga dalam sisi sanad terdapat perowi yang diperbincangkan oleh para ulama dan dilemahkan, yaitu perowi yang bernama : Abdullah ibnu Umar Al-Umary, dimana Al-Imam Ibnu Abdul Ha'di berkata : " Dan segenap ulama Al-Jarh dan At-Ta'dil telah memperbincangkan Abdullah Al-Umary, yang dinisbatkan kepada nya buruk hafalanya, dan menyelisihi perawi lain yang lebih tepercaya dan banyak ulama yang memberikan kritik untuk nya, dan secara global hadist ini tidak sah sedikitpun dan tidak dapat dijadikan sebagai sandaran oleh para ulama muhakik ".

ويقول شيخ الإسلام ابن تيمية عن هذا الحديث: (وأما قوله: ((من زار قبري وجبت له شفاعتي)) وأمثال هذا الحديث – مما روي في زيارة قبره صلى الله عليه وسلم – فليس منها شيئاً صحيحاً، ولم يرو أحد من أهل الكتب المعتمدة منها شيء؛ لا أصحاب الصحيح كالبخاري ومسلم، ولا أصحاب السنن كأبي داود والنسائي، ولا الأئمة من أهل المسانيد كالإمام أحمد وأمثاله، ولا اعتمد على ذلك أحد من أئمة الفقه كمالك, والشافعي, وأحمد, وإسحاق بن راهويه, وأبي حنيفة, والثوري, والأوزاعي, والليث بن سعد، وأمثالهم؛ بل عامة هذه الأحاديث مما يعلم أنها كذب موضوعة).

Asy-Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata tentang hadist ini : " Adapun hadist : "Barangsiapa yang berziarah kubur-Ku sungguh ia telah berhak untuk mendapatkan syafa’at-Ku". Dan semisalnya yang berkaitan dengan ziarah kubur Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, tidak ada riwayat yang sah sedikitpun, dan tidak ada riwayat dari kitab-kitab hadist yang tepercaya semisal kitab sohih Bukhari atau sohih Muslim, demikian pula dalam riwayat ahli sunan semisal kitab sunan Abi Dawud, sunan An-Nasa'i, demikian juga oleh tidak diriwayatkan oleh para Imam dalam kitab musnad-nya, semisal kitab musnad Imam Ahmad dan sebagainya, juga tidak tercantum dalam kitab-kitab fikih seperti kitab fikih Imam Ma'lik, Imam Sya'fii, Imam Ahmad, Imam Ishaq ibnu Rohuyyah, Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan Ats-Tsauri, Imam Auza'i, Imam Al-Laitsy ibnu Sa'ad rahimahullah Ta'ala dan semisalnya, dan secara umum hadist - hadist seperti ini diketahui dusta lagi palsu ".

● Adapun hadist yang kelima : telah diriwayatkan oleh Al-Imam At-Thobrony dan Ad-Daaruquthni dan dicantumkan oleh Al-Imam As-Subki dalam kitab nya : Syifa'us-Saqoom dan hadist ini tidak dijumpai riwayat yang sohih atau sah.

قال فيه ابن عبد الهادي: (ليس فيه ذكر الزيارة للقبر، ولا ذكر الزيارة بعد الموت، مع أنه حديث ضعيف الإسناد، منكر المتن، لا يصلح الاحتجاج به، ولا يجوز الاعتماد على مثله، ولم يخرجه أحد من أصحاب الكتب الستة، ولا رواه الإمام أحمد في مسنده، ولا أحد من الأئمة المعتمد على ما أطلقوه في رواياتهم، ولا صححه إمام يعتمد على تصحيحه.

Al-Imam Ibnu Abdul Ha'di berkata : " Tidak terdapat hadist yang menyebutkan tentang ziarah kubur, juga perintah untuk mendatangi kubur setelah wafat, karena hadist ini adalah lemah sanadnya, mungkar (menyelisihi) bunyi lafadz nya, yang tidak dapat digunakan sebagai landasan hujjah, dan tidak boleh berdalil dengan semisalnya, dan tidak satupun Imam yang tergabung dalam meriwayatkan Kutubus-Sittah, juga Imam Ahmad dalam kitab Musnad-nya, ataupun para imam lainnya yang kompeten dan tidak seorangpun ulama yang mengesahkan nya.

Di lain sisi, bahwa hadits ini memiliki sanad yang lemah, juga terdapat seorang perawi yang tunggal yang tidak dikenal akan kompetensi terhadap ilmu, dan tidak terkenal dari kalangan nya bahkan tidak terdeteksi keadaan nya yang mengakibatkan untuk diterima berita hadist nya, yaitu : Muslimah ibnu Sa'lim Al-Juhany yang tidak dikenal kecuali riwayat hadist ini saja.

Al-Imam Ibnu Hajar berkata : " Muslim ibnu Sa'lim Al-Juhany dari bashroh, dahulu ia di Makkah dan ia seorang perawi yang lemah ".

● Adapun hadist yang keenam : telah dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bazaar dalam kitab musnad-nya dan terdapat dua perawi yang lemah yang dibicarakan oleh Ulama, yaitu : Abdullah ibnu Ibrahim Al-Ghifary dan Abdurrahman ibnu Zaid ibnu Aslam ".

ويقول ابن عبد الهادي : واعلم أن هذا الحديث الذي ذكره من رواية البزار، حديث ضعيف منكر ساقط الإسناد، لا يجوز الاحتجاج بمثله عند أحد من أئمة الحديث وحفاظ الأثر... وأما عبد الله بن إبراهيم، فهو ابن أبي عمرو الغفاري، أبو محمد المدني يقال: إنه من ولد أبي ذر الغفاري، وهو شيخ ضعيف الحديث جداً منكر الحديث، وقد نسبه بعض الأئمة إلى الكذب ووضع الحديث

Al-Imam Ibnu Abdil Ha'di berkata : " Ketahuilah bahwasannya hadist ini telah diriwayatkan oleh Al-Bazzar, akan tetapi hadist ini adalah mungkar (menyelisihi riwayat yang lebih kuat) sanad nya gugur tidak dapat digunakan untuk ber hujjah sebagai mana ketentuan para Imam Hadits. Adapun Abdullah ibnu Ibrahim ia adalah ibnu Abi Amrin Al-Ghifary Abu Muhammad Al-Madany, dikatakan bahwasannya ia keturunan Abu Dzaar Al-Ghifary, akan tetapi ia adalah perawi yang sangat lemah sekali bahkan sebahagian Ulama menghukumi dengan pendusta dan pemalsu Hadist ".

Adapun Abdurrahman Zaid ibnu Aslam ia adalah perawi yang lemah tidak dapat dijadikan sebagai hujjah dihadapan para ahli Hadits.

● Adapun hadist yang ketujuh : telah dikeluarkan oleh Al-Imam Abu Ja'far Al-Uqaily sebagai mana yang disebutkan oleh As-Subki. 

يقول ابن عبد الهادي: (إن هذا الحديث ضعيف مضطرب مجهول الإسناد، من أوهى المراسيل وأضعفها)

Al-Imam Ibnu Abdul Ha'di berkata : " Sesungguhnya hadist ini adalah lemah lagi muthorrib  (berbeda-beda lafadz) dan dalam sanad nya terdapat orang-orang yang majhul tidak diketahui sejarahnya dan termasuk hadist yang sangat mursal  (tidak bersambung sanad nya) yang lemah sekali ".

● Adapun hadist yang terakhir yang kedelapan : " Di bawakan oleh Al-Imam As-Subki melalui jalur Yahya Al-Husainy  dari riwayat berita-berita penduduk Madinah, dan tanpa memberikan keterangan tentang derajat hadist tersebut dan tidak memberikan penjelasan tentang perawi yang tidak disebutkan namanya secara jelas ".

قال ابن عبد الهادي عن هذا الحديث: (حديث باطل لا أصل له، وخبر معضل لا يعتمد على مثله، وهو من أضعف المراسيل وأوهى المنقطعات، ولو فرض أنه من الأحاديث الثابتة؛ لم يكن فيه دليل على محل النزاع)
 
Al-Imam Ibnu Abdul Ha'di berkata tentang hadist ini : " Hadits ini adalah bathil tidak memiliki asal-musal, merupakan kabar yang terputus perowi nya yang tidak dapat dijadikan sebagai sandaran semisalnya, dan merupakan hadist mursal yang sangat lemah dan hadist munkhothi' yang rapuh, jikalau dianggap sah, juga tidak dapat dijadikan dalil untuk menyelesaikan sengketa masalah ini ".

Dan dari penjelasan diatas, telah jelas tidak ada satupun riwayat yang tetap dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tentang syafaat Nabi kepada orang-orang yang berziarah kubur Nabi Sallallahu alaihi wa sallam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar