Selasa, 02 Desember 2025

SARANA MEMBAHAGIAKAN KAUM MUSLIMIN


khutbah berjudul:

وسائل إدخال السرور على المسلمين

(Sarana Membahagiakan Kaum Muslimin)
Maaher bin Hamd al-Mu‘aiqly
Tanggal publikasi: 12 Oktober 2022 / 16 Rabi‘ul Awwal 1444 H
Kategori: Penyucian hati, akhlak dan hak-hak sesama Muslim

Unsur Khutbah:

  1. Puncak kebahagiaan tertinggi adalah bahagia dengan Islam dan iman
  2. Memberi kepada orang lain adalah sebab kebahagiaan
  3. Besarnya pahala membantu kebutuhan kaum Muslimin
  4. Beberapa cara membahagiakan seorang Muslim
  5. Allah bergembira dengan cara yang sesuai dengan kemuliaan-Nya

Kutipan:

“Di antara cara membahagiakan manusia adalah memperhatikan keadaan mereka, melapangkan kesusahan mereka, dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Ini merupakan pintu kebaikan dan pahala yang sangat besar, serta ciri orang-orang mukmin yang jujur, yang dalam kasih sayang, empati dan kepeduliannya bagaikan satu tubuh…”

KHUTBAH PERTAMA

Segala puji bagi Allah, segala puji bagi Allah yang menjadikan kehidupan ini sebagai negeri ujian dan cobaan, yang keadaannya silih berganti antara bahagia, senang, dan duka.
Aku memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, Dia yang mematikan dan menghidupkan, membuat tertawa dan menangis. Dan aku bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang bergembira dengan rahmat dan karunia Allah, dan bersabar atas segala ujian dari-Nya. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya sampai Hari Kiamat.

Amma ba‘du, wahai kaum mukminin:
Aku berwasiat kepada diriku dan kalian semua agar bertakwa kepada Allah Ta‘ala, karena takwa adalah pelindung dari fitnah dan bencana, penghapus dosa dan kesalahan.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian bertakwa kepada Allah, Dia akan memberikan kepada kalian furqān (pembeda antara yang hak dan batil), menghapus kesalahan-kesalahan kalian dan mengampuni dosa kalian. Dan Allah memiliki karunia yang besar.”
(QS. Al-Anfāl: 29)

Wahai umat Islam:
Sesungguhnya kegembiraan dan kebahagiaan merupakan kenikmatan dan kelezatan hati, sedangkan kesedihan dan duka adalah sebab kesengsaraan dan penderitaan jiwa.
Syariat Islam datang dengan ajaran yang sesuai dengan fitrah manusia, serta membina akhlak dan perasaannya. Allah Yang Mahamulia adalah Pencipta seluruh makhluk, dan Dia lebih mengetahui keadaan mereka dan apa yang terbaik bagi mereka.

Allah menjadikan kebahagiaan sebagai buah dari ridha dan keyakinan:

“Tidakkah Yang menciptakan itu mengetahui, padahal Dia Mahahalus lagi Mahamengetahui?”
(QS. Al-Mulk: 14)

Orang-orang beriman bergembira dengan wahyu yang Allah turunkan:

“Orang-orang yang Kami beri Kitab bergembira dengan apa yang diturunkan kepadamu.”
(QS. Ar-Ra‘d: 36)

Maka kegembiraan tertinggi dan paling mulia adalah kegembiraan karena Islam dan iman, karena petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah, yang menyebabkan kelapangan dada, semangat ibadah, dan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pemberi.

“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
(QS. Yūnus: 58)

Wahai saudara-saudara seiman:
Di antara sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah membahagiakan orang lain.
Semakin banyak memberi, semakin bahagia seseorang, karena balasan sesuai dengan amal.

Dalam Mu‘jam ath-Thabrani dengan sanad hasan, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa berjumpa saudaranya sesama Muslim dengan sesuatu yang menyenangkan untuk menggembirakannya, maka Allah akan menggembirakannya pada hari kiamat.”

Dan dari Ibnu Umar رضي الله عنه, seseorang bertanya kepada Nabi ﷺ:

“Wahai Rasulullah, siapa manusia yang paling dicintai Allah, dan amal apakah yang paling dicintai Allah?”
Beliau menjawab: “Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan ke dalam hati seorang Muslim, menyingkirkan kesusahannya, membayar utangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Dan sungguh aku berjalan memenuhi kebutuhan saudaraku lebih aku cintai daripada i‘tikaf sebulan di masjid ini.”
(HR. ath-Thabrani, sanad hasan)

Di antara cara membahagiakan orang lain adalah memperhatikan keadaan mereka, meringankan kesedihan mereka, dan berupaya menolong kebutuhan mereka. Ini adalah sifat orang-orang beriman sejati; dalam kasih sayang, empati, dan kepeduliannya seperti satu tubuh, jika satu anggota sakit maka seluruh tubuh merasakan demam dan tidak bisa tidur.

Para salafus shalih berlomba dalam memenuhi kebutuhan orang lain.
Dalam Syu‘abul Iman karya al-Baihaqi, disebutkan bahwa Ibnu Abbas رضي الله عنهما pernah sedang i‘tikaf, lalu datang seorang yang bersedih karena terlilit utang. Ibnu Abbas keluar dari masjid untuk menolongnya. Ketika ditanya mengapa membatalkan i‘tikaf, beliau menjawab:

“Aku mendengar penghuni kubur ini (Rasulullah ﷺ) bersabda: ‘Barang siapa berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaranya hingga terlaksana, maka itu lebih baik dari i‘tikaf selama sepuluh tahun.’”

Di antara bentuk membahagiakan orang lain adalah tersenyum.

Jarir bin Abdullah berkata:

“Rasulullah ﷺ tidak pernah melihatku kecuali beliau tersenyum kepadaku.”

Dan Nabi ﷺ bersabda:

“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”
(HR. Tirmidzi)

Memberi hadiah menumbuhkan cinta dan menghilangkan kedengkian.
Rasulullah ﷺ menerima dan memberi hadiah. Dalam Shahih Bukhari diceritakan ketika beliau memberi pakaian kepada Ummu Khalid kecil, beliau berkata:

“Wahai Ummu Khalid, semoga panjang umurmu dan pakaian ini indah!”
(“Sannah” artinya: indah dalam bahasa Habasyah)

Beliau juga senang bercanda yang baik demi membahagiakan orang lain.
Dalam Musnad Ahmad, disebutkan nabi bercanda dengan seorang sahabat bernama Zahir, seraya berkata:

“Siapakah yang mau membeli hamba ini?”
Zahir berkata: “Kalau begitu aku tidak berharga, ya Rasulullah.”
Beliau menjawab: “Tetapi di sisi Allah engkau sangat mahal (berharga).”

Dalam kisah taubat Ka‘ab bin Malik, tampak para sahabat berlomba memberi kabar gembira. Ketika Nabi ﷺ memberi tahu Ka‘ab tentang diterimanya taubatnya, wajah beliau bersinar seperti bulan, dan beliau berkata:

“Bergembiralah dengan hari terbaik yang pernah kau alami sejak ibumu melahirkanmu.”

Wahai kaum Muslimin:
Masukkan kegembiraan ke hati saudara-saudara kalian dengan:

  • menanyakan yang sakit,
  • menjenguk yang lemah,
  • mendamaikan yang berselisih,
  • memberi makan yang lapar,
  • membantu yang kesulitan,
  • menolong yang terlilit utang.

Orang cerdas tidak akan kehabisan cara untuk membahagiakan orang lain.

Ibnu Qayyim رحمه الله berkata:

“Akal, wahyu, fitrah, dan pengalaman umat manusia semuanya menunjukkan bahwa kebaikan kepada makhluk dan mencari ridha Allah adalah sebab utama datangnya segala kebaikan…”

“Wahai manusia, telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian, penyembuh bagi penyakit hati, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman. Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah mereka bergembira.”
(QS. Yunus: 57–58)

Semoga Allah memberkahi saya dan kalian dengan Al-Qur’an dan Sunnah, memberi manfaat dengan petunjuknya.
Aku mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan kalian. Mohonlah ampun kepada-Nya, karena Dia Maha Pengampun.

KHUTBAH KEDUA


Berikut terjemahan lengkap khotbah kedua ke dalam bahasa Indonesia:


KHUTBAH KEDUA

Segala puji bagi Allah, segala puji bagi Allah Yang Maha Penerima taubat, Maha Mulia, Maha Penyayang, Maha Baik dan Maha Pengasih, yang membuka pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya, memudahkan jalannya, dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan kegembiraan-Nya karena taubat itu.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Semoga shalawat, salam dan keberkahan tercurah kepada beliau, kepada keluarganya, para sahabatnya, dengan salam yang sebanyak-banyaknya.

Amma ba‘du, wahai kaum mukminin:

Sesungguhnya kegembiraan adalah salah satu sifat dari Sang Pencipta – Maha Suci dan Maha Tinggi nama-nama-Nya – yakni kegembiraan yang sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya, tanpa menyerupakan, tanpa menyelewengkan, tanpa meniadakan, dan tanpa membagaimanakan hakikatnya.

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(QS. Asy-Syūrā: 11)

Dalam Shahih Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sungguh Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya, daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang berada di tengah padang pasir bersama untanya, lalu unta itu terlepas darinya, sementara di atasnya terdapat makanan dan minumannya, lalu ia putus asa darinya, kemudian ia mendatangi sebuah pohon dan berbaring di bawah naungannya dalam keadaan putus asa dari untanya. Tiba-tiba unta itu berdiri tepat di hadapannya, lalu ia mengambil talinya dan berkata karena sangat gembira: ‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu’ – ia keliru ucapannya karena sangat gembira.”

Lalu beliau bersabda:

“Maka Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya yang beriman daripada kegembiraan orang ini terhadap untanya dan perbekalannya.”


Ibnu Qayyim رحمه الله berkata dalam kitabnya Ṭarīq al-Hijratain:

“Allah menciptakan hamba-hamba-Nya untuk diri-Nya. Oleh karena itu, Dia ‘membeli’ diri mereka dari mereka. Pembelian ini adalah bukti bahwa mereka dicintai, dipilih, dan diridhai di sisi-Nya. Nilai suatu barang diketahui dari keagungan pembelinya dan besarnya harga yang dibayarkan.
Barang dagangan itu adalah engkau.
Pembelinya adalah Allah.
Dan harganya adalah surga-Nya, memandang wajah-Nya, serta mendengar firman-Nya di negeri keamanan dan keselamatan.

Namun jika seorang hamba lari dari Tuan dan Pemiliknya, berpaling dari keridhaan-Nya, berdamai dengan musuh-Nya, berpihak kepadanya, dan menjadikan dirinya sebagai tentaranya dengan mengutamakan keridhaan musuh itu di atas keridhaan Tuan dan Pemiliknya, maka ia telah menjerumuskan dirinya ke dalam hukuman.

Tetapi bila ia kembali kepada-Nya, berpaling dari selain-Nya, maka bagaimana mungkin Sang Kekasih tidak bergembira dengan kembalinya hamba itu?
Bagaimana mungkin Sang Kekasih tidak bergembira dengan kembalinya hamba itu?
Dengan kegembiraan yang paling agung dan paling sempurna.

Itulah karunia Allah, Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Allah memiliki karunia yang sangat besar.”


Wahai saudara-saudara seiman:

Apabila seorang hamba kembali kepada Tuhannya dengan taubat yang tulus, mengakui dosanya, menyesal atasnya, serta bertekad untuk tidak mengulanginya, maka Tuhan – Maha Suci Dia – bergembira atas taubatnya, dengan kegembiraan yang merupakan tanda kebaikan, kasih sayang, dan kelembutan.

Padahal Dia Maha Kaya, tidak membutuhkan hamba-Nya, namun Dia membalas hamba-Nya yang bertaubat dengan kegembiraan, kebahagiaan, kenikmatan, dan kesenangan batin.

Karena Allah bergembira atas taubat seorang hamba, maka Dia menanamkan kegembiraan dan keceriaan dalam hatinya.

Dalam hadits qudsi disebutkan:

“Allah berfirman:
Barang siapa datang membawa satu kebaikan, maka baginya sepuluh kali lipatnya dan Aku tambah lagi.
Barang siapa datang dengan satu keburukan, maka balasannya satu keburukan semisalnya atau Aku ampuni.
Barang siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta.
Barang siapa mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa.
Barang siapa datang kepada-Ku berjalan, Aku datang kepadanya berlari kecil.
Barang siapa bertemu-Ku dengan sepenuh bumi dosa, tanpa menyekutukan Aku dengan apa pun, Aku akan menemuinya dengan ampunan sepenuh itu pula.”

(HR. Muslim)


Allah – Maha Tinggi dan Mulia – mencintai para hamba-Nya untuk bertaubat dan istiqamah dalam ketaatan, agar mereka meraih surga dan keridhaan-Nya:

“Dan orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menzalimi diri mereka sendiri, mereka ingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka – dan siapa lagi yang mengampuni dosa selain Allah – dan mereka tidak terus-menerus dalam dosa itu, sedang mereka mengetahui.
Mereka itulah yang balasannya ampunan dari Rabb mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.”

(QS. Āli ‘Imrān: 135–136)

Bahkan dari rahmat, kemurahan, dan kedermawanan-Nya, Allah mengganti keburukan orang yang bertaubat menjadi kebaikan:

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman, dan beramal saleh, maka mereka itulah orang-orang yang Allah ganti kejahatan mereka dengan kebaikan, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Furqān: 70)

Maka marilah kita jujur dalam taubat kita, wahai hamba-hamba Allah.
Sebab taubat adalah awal perjalanan menuju Allah, tengahnya, dan akhirnya. Seorang hamba tidak pernah lepas darinya sampai akhir hayat.

“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.”
(QS. An-Nūr: 31)


DOA PENUTUP

Ya Allah, karuniakan kepada kami kegembiraan dalam ketaatan kepada-Mu.
Ya Allah, karuniakan kepada kami kegembiraan dalam ketaatan kepada-Mu.
Ya Allah, karuniakan kepada kami kegembiraan dalam ketaatan kepada-Mu.

Penuhilah hati kami dengan keakraban dengan-Mu, dekatkan kami kepada-Mu, ridhailah kami dan jadilah Engkau ridha kepada kami.
Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, Wahai Yang Maha Mulia dan Maha Agung.

Ya Allah, limpahkan shalawat kepada Muhammad, kepada istri-istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada keluarga Ibrahim.
Dan limpahkan keberkahan kepada Muhammad, kepada istri-istrinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Ya Allah, ridhailah para khalifah yang lurus: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.
Dan seluruh sahabat, tabi‘in, dan siapa saja yang mengikuti mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat, dan mampukan kami menyertai mereka dengan ampunan dan karunia-Mu, wahai Yang Maha Penyayang.

Ya Allah, muliakan Islam dan kaum Muslimin.
Ya Allah, muliakan Islam dan kaum Muslimin.
Ya Allah, muliakan Islam dan kaum Muslimin.

Hinakanlah kesyirikan dan para pelakunya.
Lindungilah agama-Mu.
Jadikan negeri ini aman dan tenteram, dan seluruh negeri kaum Muslimin.

Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum Muslimin di seluruh penjuru bumi.
Dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Mulia lagi Maha Agung.

Ya Allah, dengan karunia dan anugerah-Mu kami memohon agar Engkau menjaga negeri-negeri kaum Muslimin dari segala keburukan.

Ya Allah, lindungilah Tanah Haramayn (Mekkah dan Madinah).
Ya Allah, lindungilah Tanah Haramayn.

“Wahai Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
(QS. Al-Baqarah: 201)

Ya Allah, lindungilah Tanah Haramayn.
Jagalah dengan penjagaan-Mu, lindungilah dengan pemeliharaan dan penjagaan-Mu.

Langgengkanlah keamanan, kemakmuran, dan kestabilannya.
Dengan rahmat-Mu wahai Yang Maha Mulia lagi Maha Agung.

Ya Allah, berilah taufik kepada Penjaga Dua Tanah Suci agar melakukan apa yang Engkau cintai dan ridhai.
Balaslah jasanya untuk Islam dan kaum Muslimin dengan sebaik-baik balasan.

Ya Allah, berilah taufik kepada beliau dan putra mahkota untuk kebaikan Islam dan kaum Muslimin.

Ya Allah, berilah taufik kepada seluruh pemimpin kaum Muslimin kepada apa yang Engkau cintai dan ridhai.

Ya Allah, tolonglah para tentara yang berjaga di perbatasan negeri kami.
Ya Allah, tolonglah para tentara yang berjaga di perbatasan negeri kami.

Bantulah mereka dengan pertolongan-Mu dan lindungilah mereka dengan penjagaan-Mu.

Dengan rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Penyayang.

“Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah lebih dulu beriman, dan janganlah Engkau biarkan dalam hati kami rasa dengki kepada orang-orang yang beriman. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Hasyr: 10)

“Maha Suci Tuhanmu, Tuhan Yang Maha Perkasa dari apa yang mereka sifatkan.
Dan keselamatan atas para rasul.
Dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.”

(QS. Ash-Shāffāt: 180–182)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar