Jumat, 06 Maret 2015

KIAT SUKSES PEDAGANG MUSLIM

As-Syaikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;  

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad didalam musnad-nya dari hadist Abdullah bin Amru, bahwasanya Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Empat perangai, sekiranya terdapat dalam jiwa kalian, maka janganlah merasa risau seandainya  terlewatkan oleh kalian perkara dunia, yaitu, menjaga amanah, jujur dalam berbicara, akhlak yang mulia, dan berhati-hati dalam menjaga makanan ". 

Hadis ini sangat agung kandungan maknanya, seyogyanya para pelaku bisnis mengindahkan dan senantiasa menjadikan kekang dihadapan nya, bahkan selayaknya disebarluaskan kepada para pelaku usaha, pemilik bisnis, kantor perdagangan, agar dapat meluruskan bagi setiap siapa saja yang hendak menerjuni dunia perniagaan dan usaha, yang mana ke-empat pondasi ini dijadikan sebagai asas dan ideologi yang tidak tergeser walaupun disana dijumpai gemerlap keuntungan yang fantastis, dan didalam hadist terdapat solusi yang agung untuk memperbaiki kerusakan yang parah yang terjadi pada diri manusia tatkala berhadapan dengan dunia serta aneka gemerlap nya dan cara mengais rizkinya, dimana seseorang tidak akan selamat dari bencana buruk tersebut kecuali dengan menjaga empat pondasi diatas dalam hadist, dan tidak bergeser sedikitpun dari keempat perkara ini, walaupun ia kehilangan dunia dan keuntungan yang menggiurkan, dan senantiasa mengingat sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Maka janganlah merasa risau seandainya terlewatkan oleh kalian perkara dunia ", yaitu jangan anda bersedih, merana, galau, disaat berpegang teguh dengan pondasi ini, terlewatkan gemerlap duniawi. 

Manusia tentu diberikan ujian yang berat tatkala ia dihadapkan kepada dunia perbisnisan, terkadang ia untuk mendapatkan keuntungan yang fantastis ia rela untuk berbohong, berbuat curang, dan semisalnya, sehingga timbul didalam dirinya, apakah aku harus melakukan ini atau bagaimana? , atau harus berpegang kepada hadist ini, walaupun ia tidak beruntung, bahkan rela tidak terjual dan terpaksa mendapatkan kerugian?, ketahuilah, bahwasanya Allah Ta'ala akan memberikan ganti yang lebih utama dan lebih baik, dikarenakan rizki berada di tangan Allah Ta'ala. 

Sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Maka janganlah kalian merasa risau seandainya terlewatkan oleh kalian perkara dunia ", ini merupakan jaminan dari Allah Ta'ala, dan Allah Ta'ala akan memberikan yang terbaik sekiranya diri mu berpegang teguh kepada hadist ini. 

Sepantasnya bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia usaha hendaknya ia mencermati ke empat perkara ini. 

* Yang pertama, yaitu menjaga amanah,  yaitu seyogyanya ia dapat dipercaya didalam gerak geriknya, tidak berbuat curang, menipu, berbuat makar, bisa diberikan amanat, menunaikan hak hak orang lain, tidak menyia-nyiakan, menunaikan sebagaimana mestinya. 

Maka ini merupakan ujian bagi manusia, terkadang untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seseorang tidak menjalankan amanah sebagaimana mestinya, demi sekelumit uang, ia mengorbankan amanah, dan banyak manusia yang terperosok dalam kobangan ini.

Terdapat pula golongan manusia yang menjalankan amanah dalam batasan yang sempit, yaitu hanya sebagai balasan yang setimpal, jikalau ia berhubungan dengan orang yang amanah, maka ia turut serta berbuat amanah, akan tetapi sekiranya berhadapan dengan orang yang khianat, maka ia berperilaku yang serupa. Dan ini bukanlah sifat mukmin yang sejati, sebagaimana didalam Musnad Imam Ahmad rahimahullah, dari hadist Anas bin Malik radiyallahu anhu, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tunaikanlah amanah kepada orang yang telah memberikan mandat amanat tersebut, dan janganlah  berkhianat kepada orang yang berbuat khianat kepada dirimu ".

Maka amanah dituntut disegala waktu dan keadaan, dan sebaliknya khianat adalah dilarang kapan pun dan dimana pun, dan perbuatan khianat adalah tercela, kapan pun dan dimana pun, sebagaimana sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Janganlah berkhianat kepada orang yang berbuat khianat kepada dirimu ".  

Dibolehkan bagi seseorang untuk mengambil hak nya, akan tetapi tidak dengan berbuat khianat semisalnya, dikarenakan khianat merupakan keburukan kapan pun dan dimana pun. 

* Yang kedua, yaitu jujur dalam berbicara, dengan tidak berdusta, akan tetapi senantiasa menjaga kejujuran, tatkala berhadapan dengan manusia dalam perniagaan, perdagangan, seperti ketika mengatakan, " Ini barang baru ", maka ia berkata sejujurnya bahwa barang tersebut benar-benar baru, dan tatkala ia mengatakan, " Ini barang asli ", maka ia berkata sebenarnya bahwa barang yang dijual adalah asli bukan tiruan, dan tatkala ia mengatakan, " Barang ini datang pada hari ini, bukan kemarin ", maka ia berkata sesuai dengan kenyataan yang ada, dan didalam hatinya berkata, " Apa yang saya dapatkan dari keuntungan satu atau dua atau sepuluh atau seribu atau lebih, jika aku harus kehilangan kejujuran dan aku menjadi seorang pendusta !, sedangkan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Jauhilah kalian berbuat dusta, dikarenakan berdusta akan membawa kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan menjerumuskan kepada neraka ", dan hendak nya ia merasa yakin bahwa rizki berada di tangan Allah Ta'ala, dan uang real atau dirham yang menggeser kejujuran pada dirinya, akan tetapi kejujuran adalah asas dan pondasi yang menjadi harga mati diatas segalanya, ia tak akan pernah menyia-nyiakan nya. 

Berbeda dengan kebanyakan manusia yang menjadi rusak ketika berinteraksi dengan perniagaan yang seolah ia merasa rakus terhadap gemerlap duniawi sehingga tergiur untuk memperkaya diri dengan cara berdusta, bahkan berani untuk bersumpah palsu dengan nama Allah Ta'ala. 

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tiga golongan yang ia tidak akan dilihat oleh Allah Ta'ala kelak hari kiamat, dan tidak akan diberikan kesucian dan baginya siksa yang pedih. ....di antara nya , seseorang yang memperjualbelikan dagangan nya dengan sumpah palsu ".

Ia rela berbuat dusta dan bersumpah palsu demi mendapatkan dunia yang semu wal-iyadhu billah. 

* Yang ketiga, berakhlak mulia, yaitu berinteraksi dengan para manusia dengan adab yang baik dalam menjalani perniagaan, akan tetapi banyak dijumpai diantara mereka yang berkecimpung urusan ini memiliki perangai yang buruk, berinteraksi dengan perdagangan dan jual beli mengakibatkan berpengaruh terhadap akhlak mereka, yaitu pengaruh negatif, selagi tidak mengindahkan wasiat yang tercantum dalam hadist, " Berakhlak mulia ", sehingga wasiat ini senantiasa memerintahkan kepada para pedagang untuk menjaga diri dan tidak menukar akhlak mulia ini, karena sebagian manusia tatkala memasuki pasar dan bergelut dengan perdagangan, berubah menjadi mudah berkata kotor, mudah mencaci maki, mudah mengucapkan laknat, dan berakhlak buruk. 

Pengaruh negatif ini ia peroleh lantaran terbawa arus ketika bergelut dunia perdagangan, tanpa mengindahkan pondasi agung ini. 

Adapun pedagang muslim yang sejati ia tidak akan merubah pola pikir dan akhlak nya, dikarenakan ia sangat memahami, apa untungnya jikalau ia bergelimang dengan harta yang melimpah, keuntungan yang berlipat, seandainya hal itu merubah akhlak dan fitrah yang ia miliki. 

* Yang keempat, berhati-hati dalam menjaga makanan, yaitu menjaga diri dari urusan makan, dengan berusaha mendapatkan harta halal dan menjauhi yang haram dan syubhat, sebagaimana Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya perkara halal sangatlah jelas dan perkara haram sangatlah jelas dan diantara keduanya terdapat perkara perkara yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan para manusia, maka barangsiapa yang berhati-hati menjauhi perkara syubhat, sungguh ia telah menjaga dirinya dalam agama dan martabat nya, dan barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, sungguh ia telah terjerembab dalam perbuatan haram, selayaknya seorang penggembala yang menggembalakan ternak nya di sekitar pagar yang niscaya ia akan terjerumus kedalamnya, ketahuilah bahwa setiap penguasa memiliki batasan, dan batasan Allah Ta'ala adalah perkara yang dilarang " . 

Yaitu, seseorang sepantasnya menjaga diri dalam perkara makan, berhati-hati tidak terjerumus dan tercampur dengan sesuatu yang haram, yang syubhat dan yang samar. 

Kita memohon kepada Allah Ta'ala agar senantiasa diberikan taufiq dan inayah serta dijauhkan dari segala perkara yang buruk, sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mampu atas segala sesuatu. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar