Segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah memberikan keutamaan bagi bulan-bulan haram diatas bulan lainnya dengan kemuliaan dan keagungan, Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah Ta'ala, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam segala bentuk, baik dalam Rububiyah, Uluhiyah serta Asma ' dan sifat-sifat-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Nya, yang telah menjelaskan tentang keagungan bulan-bulan haram dan memberikan peringatan kepada umat agar tidak terjerumus ke dalam lembah dosa-dosa dan kezaliman, semoga sholawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga, kerabat dan para sahabat yang mulia.
Telah menaungi kita suatu bulan haram yang agung, yang Allah Ta'ala perintahkan kepada umat manusia agar senantiasa mengagungkan nya dan iltizam terhadap agama yang penuh rahmat bagi semesta alam.
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ ﴿٣٦﴾
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Q.S. At-Taubah :36)
وثبت في الصّحيحين عن سيّد المرسلين ﷺ أنّه قال: «السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا؛ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ؛ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ ».
Dan telah sah riwayat dari Nabi Sayyidul-Mursaliin Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Satu tahun terdiri dari dua belas bulan, diantaranya terdapat empat bulan haram, tiga berturut turut yaitu : Dzul-Qo'dah , Dzul-Hijjah, dan Muharrom, serta Rajab dari suku Mudhor yang berada di antara Jumada' dan Sya’ban ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim )
Bulan yang agung ini sebut sebagai bulan Rajab, karena sejak dahulu senantiasa diagungkan, dan disandarkan kepada kabilah suku Mudhor, karena mereka sangat menghargai dan menjaga kesucian bulan ini, dan bulan ini memiliki beberapa nama yang berbeda, menunjukkan akan mulia dan agung nya.
Yang menjadi kewajiban bagi setiap muslim adalah : mengetahui dan menjaga kesucian dan keagungan bulan ini, karena hal ini termasuk dari bagian " الدين القيم " yaitu ketetapan agama yang lurus dan mustakim yang tidak bengkok dan condong kepada kesesatan dan penyelewengan .
Dan kita diperintahkan pula agar menjauhi segala bentuk larangan dan perbuatan maksiat, dikarenakan melakukan kejelekan diwaktu ini tidak seperti diwaktu biasa, akan tetapi akan berlipat ganda.
Allah Ta'ala berfirman :
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَكُفْرٌۢ بِهِۦ وَٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِۦ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَٱلْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ ٱسْتَطَٰعُوا۟ ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢١٧﴾
" Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Q.S. Al-Baqorah :217)
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ٱلَّذِى جَعَلْنَٰهُ لِلنَّاسِ سَوَآءً ٱلْعَٰكِفُ فِيهِ وَٱلْبَادِ ۚ وَمَن يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍۭ بِظُلْمٍ نُّذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ ﴿٢٥﴾
" Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih." (Q.S. Al-Hajj :25)
Sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata dalam menafsirkan ayat :
﴿فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ﴾
" Janganlah kalian menganiaya diri kalian sendiri pada waktu bulan haram yang empat itu ".
Yaitu, dilarang berbuat dosa di setiap waktu secara umum dan lebih khusus di bulan haram yang empat, karena dosa akan berlipat ganda menjadi besar demikian juga amalan saleh akan berlipat ganda ".
Al-Imam Qotadah rahimahullah berkata : " Sesungguhnya perbuatan dzalim yang dilakukan dalam bulan haram lebih besar dosanya dan berlipat ganda daripada diluar bulan tersebut, walaupun secara umum kezaliman adalah suatu yang berat dan dahsyat, dan menjadi wewenang Allah Ta'ala semata jika sekiranya menetapkan sesuatu yang berbeda dari biasanya dan memilih dan melebihkan diantara para makhluk Nya.
Sebagai mana Allah memilih malaikat-malaikat tertentu untuk menjadi utusan dan diberikan tugas yang khusus diantara para malaikat yang ada.
Allah Ta'ala memilih diantara para manusia untuk dijadikan sebagai para rasul dan utusan kepada manusia sesama .
Allah Ta'ala mengkhususkan dzikir dari segala bentuk ucapan dan perkataan.
Allah Ta'ala memilih masjid menjadi tempat yang istimewa dari segala penjuru hamparan bumi.
Allah Ta'ala mengkhususkan bulan ramadan dan bulan haram diantara bulan-bulan selainnya. Allah Ta'ala memberikan keistimewaan pada hari Jum’at diantara hari-hari yang ada.
Allah Ta'ala memilih malam Lailatul Qadr diantara segala malam.
Maka menjadi kewajiban seorang muslim untuk mengagungkan apa yang telah Allah Ta'ala agungkan.
Diantara bentuk pengagungan terhadap bulan mulia ini adalah : seseorang menghindari dan menjauhi dari perbuatan dosa dan aniaya atau kezaliman, karena dosa yang akan ia terima berlipat ganda dan menjadi sangat besar. Karena terkumpul dua pelanggaran yaitu menerjang larangan Allah Ta'ala dan merendahkan apa yang telah Allah agungkan dan dijadikan sebagai ketetapan Nya.
Sesungguhnya pengagungan bulan haram telah dikenal semenjak zaman jahiliah sebelum datang ajaran Islam, mereka senantiasa menghormati dan menjaga diri di bulan-bulan haram, sehingga mereka menghentikan peperangan, pertumpahan darah, pembalasan dendam, berbuat pelanggaran dan kejahatan, sehingga sepantasnya bagi umat islam untuk lebih bisa menahan diri di bulan haram yang mulia ini.
Sesungguhnya dosa dan kezaliman mendatangkan kesengsaraan dan kebinasaan, sebagaimana firman Allah Ta'ala :
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِـَٔايَٰتِهِۦٓ ۗ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿٢١﴾
"Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan." (Q.S. Al - An ' am :21)
Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ أَرَءَيْتَكُمْ إِنْ أَتَىٰكُمْ عَذَابُ ٱللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿٤٧﴾
" Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong, atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang yang zalim?"" (Q.S. Al - An ' am :47)
Allah Ta'ala berfirman :
وَكَأَيِّن مِّن قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِىَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ ﴿٤٨﴾
" Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian Aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu)." (Q.S. Al-Hajj :48)
وثبت في الصحيحين أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: «إنَّ اللهَ لَيُملِي للظَّالمِ حتَّى إِذَا أَخَذَهُ لم يُفلِتْهُ»، ثم قرأ: ﴿وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ﴾
Telah diriwayatkan dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : " Sesungguhnya Allah Ta'ala memberikan penundaan siksa bagi orang-orang yang berbuat dzalim, hingga pada saatnya maka tidak lagi diberikan kesempatan untuk menghindari nya ".
Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca firman Allah Ta'ala :
وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَآ أَخَذَ ٱلْقُرَىٰ وَهِىَ ظَٰلِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُۥٓ أَلِيمٌ شَدِيدٌ ﴿١٠٢﴾
"Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras." (Q.S.Huud :102)
Jika demikian akibat buruk bagi orang-orang yang berdosa dan berbuat aniaya dan dzalim di seluruh keadaan dan waktu, maka bagaimana jika melanggar nya di bulan-bulan haram. ..?
حَدِيثُ أَبِي بَكْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ شَهْرُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ ذَا الْحِجَّةِ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ بَلَدٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ الْبَلْدَةَ قُلْنَا بَلَى قَالَ فَأَيُّ يَوْمٍ هَذَا قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَسَكَتَ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ سَيُسَمِّيهِ بِغَيْرِ اسْمِهِ قَالَ أَلَيْسَ يَوْمَ النَّحْرِ قُلْنَا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ مُحَمَّدٌ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَأَعْرَاضَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وَسَتَلْقَوْنَ رَبَّكُمْ فَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَعْمَالِكُمْ فَلَا تَرْجِعُنَّ بَعْدِي كُفَّارًا أَوْ ضُلَّالًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلَا لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ يَكُونُ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ ثُمَّ قَالَ أَلَا هَلْ بَلَّغْتُ
" Diriwayatkan dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sesungguhnya beliau telah bersabda: Sesungguhnya zaman itu akan terus berlalu sebagaimana saat Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan. Empat di antaranya ialah bulan-bulan yang haram, tiga di antaranya berturut-turut, yaitu bulan Dzulqa’idah, Dzulhijjah dan Muharram. Bulan Rajab adalah bulan Mudhar, yang terletak antara Jumadilakhir dan Sya’ban. Kemudian beliau bertanya: Bulan apakah ini..?
Kami menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.
Sejenak beliau hanya diam saja. Sehingga kami menyangka bahawa beliau akan menyebutnya dengan nama lain.
Beliau bertanya: Bukankah ia bulan Dzulhijjah...?
Kami menjawab: Benar.
Beliau bertanya lagi: Negeri apakah ini....?
Kami menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.
Sejenak beliau hanya diam saja. Sehingga kami menyangka bahwa beliau akan menyebutnya dengan nama yang lain.
Beliau bersabda: Bukankah ia negeri Baldah..?
Kami menjawab: Benar.
Beliau bertanya: Hari apa kah ini...?
Kami menjawab: Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.
Sejenak beliau diam saja. Sehingga kami menyangka bahwa beliau akan menyebutnya dengan nama lain.
Beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda lagi: Tidakkah itu hari an-Nahr...?
Kami menjawab: Benar, wahai Rasulullah.
Lalu beliau bersabda: Sesungguhnya darahmu, harta bendamu dan kehormatanmu adalah haram atas dirimu, seperti haramnya dan dilindunginya harimu yang sekarang ini, di negerimu ini dan di bulanmu ini. Kamu akan bertemu dengan Tuhanmu. Dia akan bertanya kepadamu mengenai semua amalan kamu. Maka selepasku nanti janganlah kamu kembali kepada kekufuran atau kesesatan, di mana kamu akan saling membunuh antara satu sama lain. Ingat, hendaklah orang yang hadir pada saat ini mesti menyampaikan kepada orang yang tidak ada pada waktu ini. Boleh jadi sebahagian dari mereka yang mendengar dari mulut orang kedua lebih dapat menjaga daripada orang yang mendengarnya secara langsung. Kemudian beliau bersabda: Ingat, bukankah aku telah menyampaikannya...? (HR Al-Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي نَضْرَةَ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّوَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا يَوْمٌ حَرَامٌ ثُمَّ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ بَيْنَكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ وَلَا أَدْرِي قَالَ أَوْ أَعْرَاضَكُمْ أَمْ لَا كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ
Diriwayatkan dari Abi Nadhrah, telah menceritakan kepadaku orang yang mendengar khutbah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah hari-hari tasyriq yaitu khutbah wada' , maka beliau bersabda: Wahai para manusia, ingatlah sesungguhnya Tuhan kalian itu satu, dan bapak kalian itu satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang selain Arab dan tidak bagi orang non Arab atas orang Arab, tidak bagi orang kulit merah atas kulit hitam, dan tidak bagi orang kulit hitam atas kulit merah kecuali dengan taqwa. Apakah sudah aku sampaikan?
Maka mereka menjawab : Engkau telah menyampaikan nya wahai Rasulullah. ..
Kemudian beliau berkata, hari apa ini..?
Mereka menjawab, hari haram ...
Kemudian beliau berkata, bulan apa ini..?
Mereka menjawab, bulan haram...
Kemudian dia berkata, negeri apa ini..?
Mereka menjawab, negeri haram...
Beliau bersabda, maka sesungguhnya Allah sungguh telah mengharamkan di antara kamu sekalian darah-darah kamu sekalian dan harta-harta kamu sekalian seperti haramnya hari kalian ini dalam bulan kalian ini dalam negeri kalian ini. Apakah telah aku sampaikan...?
Mereka menjawab : Engkau telah sampaikan wahai Rasulullah. ...
Beliau bersabda, hendaknya orang yang menyaksikan ini menyampaikan kepada orang yang tidak hadir. (HR. Ahmad)
Oleh karena nya sepantasnya setiap muslim pada bulan haram ini berusaha sekuat tenaga untuk menjauhi dan menghindari perkara dosa dan aniaya, hingga terhindar dari murka Dzat Al-Malik Yang Maha Mengetahui.
Menjauhi bentuk syirik dan kemusyrikan dan menyeleweng ibadah kepada selain Allah Ta'ala, menghindari bentuk-bentuk kekufuran dan kesesatan serta dosa-dosa seperti menumpahkan darah, memakan harta orang lain dengan tanpa hak, menjatuhkan harga diri orang lain, mencari-cari aib saudara nya muslim, dan memberikan gangguan secara lisan atau perbuatan dan berbagai kemaksiatan serta keburukan dan tidak menganggap ringan sesuatu yang dianggap ringan, karena dosa-dosa yang ringan jika tidak disertai taubat niscaya akan menjadi besar.
Sebagai mana ungkapan hikmah :
لا صغيرة مع الاصرار ولا كبيرة مع الاستغفار
"tidak ada dosa kecil bila selalu ceroboh terus melakukanya dan tidak pula dosa besar bila disertai memohon ampunan".
عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُوبِقَاتِ
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya kalian melakukan suatu amalan dan menyangka bahwa itu lebih tipis dari rambut. Namun kami menganggapnya di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sesuatu yang membinasakan.” (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Batthol rahimahullah mengatakan:
الْمُحَقَّرَاتُ إِذَا كَثُرَتْ صَارَتْ كِبَارًا مَعَ الْإِصْرَار
"Sesuatu dosa yang dianggap remeh bisa menjadi dosa besar, ditambah lagi jika terus menerus melakukan dosa.”
Abu Ayyub Al-Anshori radhiyallahu anhu berkata:
إِنَّ الرَّجُل لَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيَثِقُ بِهَا وَيَنْسَى الْمُحَقَّرَاتِ فَيَلْقَى اللَّهَ وَقَدْ أَحَاطَتْ بِهِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَلَا يَزَالُ مِنْهَا مُشْفِقًا حَتَّى يَلْقَى اللَّه آمِنًا
“Sesungguhnya seseorang melakukan kebaikan dan terlalu percaya diri dengannya dan meremehkan dosa-dosa, maka ia akan bertemu dengan Allah dalam keadaan ia penuh dengan dosa. Sesungguhnya seseorang melakukan kejeleken dalam keadaan terus merasa bersalah, maka ia akan bertemu dengan Allah dalam aman ".
Jika keburukan dan dosa-dosa kemaksiatan akan dilipat gandakan, maka sesungguhnya perbuatan baik yang pahala amal saleh juga akan berlipat ganda menjadi besar.
Sesungguhnya melakukan ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dibulan agung ini lebih dicintai dan lebih utama dibandingkan di waktu lainnya.
Sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata : " Jika perbuatan dosa akan menjadi bertambah berat dan berlipat ganda, maka amalan saleh juga menjadi lebih utama dan berlipat ganda ".
Sepantasnya bagi setiap muslim untuk memperbanyak ibadah dan menunaikan sunnah-sunnah yang dianjurkan baik dalam sholat, puasa, zakat, dan sebagainya, hal tersebut dikerjakan setelah memenuhi fardhu dan kewajiban.
Namun hendaknya setiap kita berhati-hati agar tidak terperangkap kedalam ibadah yang tidak sesuai sunnah yang cenderung menyesatkan seperti mengkhususkan ibadah atau ritual tertentu yang tidak bersabdarkan kepada dalil-dalil yang sah yang tidak ada contoh dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu anhum ajmaiin.
Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda :
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Kemudian daripada itu, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur’an dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang baru dan semua bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari perintah kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim)
Dalam kesempatan ini kami bawakan hadist-hadist yang beredar di kalangan masyarakat luas yang memberikan anjuran amalan khusus di bulan Rajab, yang semuanya adalah hadits Dho'if atau lemah dan palsu.
1) Hadist :
إِنَّ رَجَب شَهْرُ اللهِ، وَشَعْبَانَ شَهْرِيْ، وَرَمَضَانَ شَهْرَ أُمَّتِي.
"Sesungguhnya Rajab itu bulannya Allah, dan Sya’ban itu bulanku, dan Ramadhan itu bulan ummatku".
Hadist ini adalah potongan daripada Hadist panjang yang diriwayatkan oleh Ibn al-Jawzi dalam kitab al-Maudu’at dari Muhammad ibn Nasir al-Hafiz dari Abu al-Qasim ibn Mandah dari Abu al-Hasan Ali ibn Abdullah ibn Jahdam dari Ali ibn Muhammad ibn Sa’ida al-Basri dari bapaknya dari Khalaf ibn Abdullah dari Humaid al-Tawil dari Anas.
Hadist ini adalah hadits Maudhu’ atau Palsu.
Dalam sanad Hadist ini terdapat Ali ibn Abdullah ibn Jahdam al-Suda’i yang lebih dikenal dengan nama Ibn Jahdam, dia adalah pendusta.
Sedangkan beberapa perawi lainnya dalam sanad ini tidak dikenali, bahkan beberapa ulama Hadist mengatakan bahwa barangkali mereka belum lagi dilahirkan (لعلهم لم يخلقوا).
Hadist ini telah dihukumkan palsu oleh Ibn al-Jawzi, Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti dan lain-lain.
2) Hadits :
رأيتُ لَيـْلَة َالمِعْرَاجِ نَهْرّا مَاءُهُ أَحْلَى مِنْ العَسَلِ، وَأَبرَدَ مِنْ الثلجِ، وأَطْيَبَ مِنْ المِسْكِ. فَقُلْتُ لِمَنْ هَذَا يَاجِبْرِيلَ ؟
قَالَ: لِمَنْ صَلىَّ عَلَيْكَ فيِ رَجَبَ.
"Saya melihat pada malam mi’raj sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih dingin dari salju, lebih harum daripada misk. Aku bertanya kepada Jibril: Untuk siapakah ini? Jibril menjawab: Buat mereka yang bershalawat kepadamu pada bulan Rajab".
Hadist ini belum ditemukan perawinya. Al-Kubawi yang menyebutkannya dalam kitab Durratu al-Nasihin menukilnya dari kitab Zubdat alwa’izin.
Hadist ini adalah Maudhu’ atau Palsu.
Al-Sakhawi berkata :
“ وأما الصلاة عليه في رجب فلا يصح فيها شيئ ”.
"Tidak ada satu Hadis pun mengenai sholawat kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam di bulan Rajab yang sahih".
3) Hadits :
َمنْ أَحْيَا أول لَيلْةٍَ مِنْ رَجَب لم يمتْ قَلبْهُ إذا ماتتْ القلوب، وَصَبَّ اللهُ الخيرَ مِنْ فوق رَأسِهِ صَـبًا، وخَرَجَ مِنْ ذُنوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتهُ أمُّهُ، وَيشفَعَ لِسَبعِينَ ألفًا مِنْ أهلِ الخَطَايَا قَدْ اسْتَوْجَبُوا النارَ.
"Barangsiapa yang menghidupkan dengan ibadah malam pertama di bulan Rajab, maka hatinya tidak akan mati ketika hati para manusia mati. Allah akan taburkan kebaikan dari atas kepalanya, dan dia akan keluar dari dosa-dosanya bagaikan baru dilahirkan dari rahim ibunya, dan dia akan diberikan hak untuk memberi syafaat kepada tujuh puluh ribu orang-orang yang berdosa yang sudah harus masuk neraka".
Hadist ini tidak temukan perawinya, termasuk dalam dua kitab khas mengenai Hadis-hadis tentang bulan Rajab yang dikarang oleh Ibn Hajar dan Ali al-Qari.
Hadist ini adalah Maudhu' atau Palsu.
Al-Imam Ibn Hajar berkata :
” لم يرد في فضل شهر رجب، ولا في صيامه، ولا في صيام شيئ منه، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه، حديث صحيح يصلح للحجة، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ “. ثم قال ” وأما الأحاديث الواردة في فضل رجب أو فضل صيامه أو صيام شيئ منه صريحة فهي على قسـمين : ضعيفة أو موضوعة ".
"Tidak terdapat Hadis mengenai keutamaan bulan Rajab, berpuasa di dalamnya, berpuasa pada hari-hari tertentu di dalamnya, dan beribadah di malam-malam hari tertentu pada bulan itu, Hadis yang sahih yang dapat dijadikan hujah atau dalil.
Al-imam al-Hafiz Abu Isma’il al-Harawi telah mendahului saya memastikan hal ini.
Kemudian beliau berkata pula: Mengenai Hadis-hadis yang ada tentang keutamaan Rajab, puasanya atau puasa pada hari-hari tertentu di dalamnya yang secara jelas menyebutkan hal tersebut, terbagi menjadi dua jenis: dho’if dan palsu".
Al-Imam Ibnu Qayyim juga telah mengisyaratkan kaidah seperti yang disebutkan Ibn Hajar. Beliau berkata dalam kitab al-Manar al-munif :
“ كل حديث في ذكر صوم رجب وصلاة بعض الليالي فيه: فهو كذب مفترى ”.
"Semua Hadis mengenai puasa Rajab dan shalat pada malam-malam tertentu di bulan itu adalah dusta yang nyata".
4) Hadits :
مَنْ صَلَّى بَعْدَ المَغْرِبِ فيِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَب عِشْرِيْنَ رَكْعَةً يَقْرَأُ فيِ كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الكِتَابِ وَالإِخْلاَصَ وَسَلَّمَ عَشْرَ تَسْلِيْمَاتٍ حَفِظَهُ اللهُ تَعَالى وَأَهْلَ بَيْتِهِ وَعِيَالَهُ فيِ بَلاَءِ الدُنيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ.
"Barangsiapa yang shalat setelah maghrib di malam bulan Rajab, dua puluh rakaat, membaca setiap rakaatnya surat al-Fatihah dan al-Ikhlas, dengan sepuluh kali salam, maka Allah akan menjaganya dan menjaga orang rumah dan keluarganya dari bala’ dunia dan azab akhirat".
Al-Imam Ibn al-Jawzi menyebutkan Hadis seperti ini diriwayatkan oleh al-Jawzaqani dari Anas ibn Malik dengan lafaz :
حفظه الله تعالى في نفسه وماله وأهله وولده وأجير من عذاب القبر وجاز على الصراط كالبرق الخاطف بغير حساب ولا عذاب .
Hadist ini adalah Maudhu' atau Palsu.
Hadis ini telah dinyatakan palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, Ibn Qayyim, Ibn Hajar, al-Suyuti, Ali al-Qari, al-Shawkani dan Ibn ‘Arraq.
5) Hadits :
مَا مِنْ أَحَدٍ يَصُومُ أولَ يَوْمٍ مِنْ رَجَب ثُمَّ يُصَلّي بَيْنَ العِشَاء والعتمة اثني عشر ركعة يفصل بين ركعتين بتسليمةٍ يَقْرَأُ فيِ كُلِّ رَكْعَةٍ ِبفَاتِحَةَ الكِتَابِ مَرَّةً وَإنَّا أَنْزَلْنَاهُ فيِ لَيْلَةِ القَدْرِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، وقل هو الله أحد اثني عشرة مرة، فإذا فرغ من صلاته صلى علي سبعين مرة يقول : اللهم صل على محمد النبي الأمي وعلى أله، ثم يسجد ويقول في سجوده سبعين مرة : رب اغفر وارحم وتجاوز عما تعلم إنك أنت الأعز الأكرم، ثم يسجد سجدة أخرى ويقول فيها مثل ما قال في السجدة الأولى ثم يسأل حاجته في سجوده فإنها تقضى.
"Barangsiapa yang berpuasa pada hari pertama bulan Rajab, kemudian mengerjakan sholat pada waktu antara Isya’ dan Subuh sebanyak dua belas rakaat, dengan satu kali salam setiap dua rakaat, membaca surat al-Fatihah satu kali pada setiap rakaat dan surat al-Qadr tiga kali dan surat al-Ikhlas. Dua belas kali. Setelah selesai ia bershalawat kepadaku sejumlah tujuh puluh kali dengan membaca:
اللهم صل على محمد النبي الأمي وعلى أله.
Kemudian dia bersujud dan membaca:
رب اغفر وارحم وتجاوز عما تعلم إنك أنت الأعز الأكرم
sebanyak tujuh puluh kali, Kemudian dia bersujud lagi dengan membaca bacaan yang sama seperti sujud yang pertama, lalu dia memohon permintaannya dalam sujud itu, maka permintaannya akan dikabulkan".
Dalam riwayat lain disebutkan dengan lafaz :
لا يصلي أحد هذه الصلاة إلا غفر له الله تعالى جميع ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر وعدد الرمال ووزن الجبال وورق الأشجار ويشفع يوم القيامة في سبعمائة من أهل بيته ممن قد استوجب النار.
"Tidaklah seseorang melaksanakan sholat ini kecuali Allah akan mengampuni semua dosa-dosanya, walaupun sebanyak pasir dan buih air laut, seberat gunung dan sebanyak daun-daun di pokok. Pada hari kiamat, dia akan memberi syafa’at kepada tujuh ratus ahli keluarganya yang menghuni neraka".
Hadist ini disebutkan oleh Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘ulum al-din.
al-’Iraqi mengatakan bahwa ia disebutkan oleh Ruzayn dalam kitabnya.
Hadist ini adalah Maudhu' atau Palsu.
Ulama hadis seperti Ibn al-Jawzi, Ibn Sholah, Ibn Qayyim, al-’Iraqi, al-Suyuti, Ibn ‘Arraq dan lain-lain mengatakan bahwa Hadits-hadits ini adalah palsu.
6) Hadits :
ألا إن رَجَب شَهْرُ اللهِ الأصَمّ، فَمَنْ صَامَ مِنْهُ يَوْمًا إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا اسْتَوْجَبَ عَليْهِ رِضْوَانَ اللهِ الأَكْبَر، فَمَنْ صَامَ مِنْهُ يَوْمَيْنِ لاَ يَصِفُ الوَاصِفُونَ مِنْ أَهْلِ السَّمَاء ِوَالأَرْضَ مَالَهُ عِنْدَ اللهِ مِنْ الكَرَامَةِ، وَمَنْ صَامَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ عُوْفِيَ مِنْ كُلّ بَلاَءِ الدُّنيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ وَالجُنُوْن وَالخِذَام والبَرَص وَمِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَمَنْ صَامَ سَبْعَةَ أيَّـامٍ غُلِقَتْ عَنْهُ سَبْعَةَ أَبْوَاب جَهَنَّم، وَمَنْ صَامَ ثمانِيَةَ أيامٍ فُتِحَتْ لَهُ ثمانِيَةَ أبوَابِ الجَنَّة، وَمَنْ صَامَ عَشْرَةَ أَيامٍ لَمْ يَسْأَل مِنْ اللهِ شَيْئاً إلاَّ أَعْطَاهُ، وَمَنْ صَامَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا غَفَرَ اللهُ تَعَالى ذُنُوبَهُ مَاتقدَّمَ وَبـَدَّلَهُ بِسَيآتِهِ حَسَنَاتٍ وَمَنْ زَادَ، زَادَ اللهُ أَجْرَهُ.
"Sesungguhnya Rajab itu adalah bulan Allah yang paling agung . Maka barangsiapa berpuasa pada bulan itu satu hari dengan penuh keimanan dan pengharapan pahala, maka dia pasti akan mendapatkan Ridha Allah yang besar. Dan barangsiapa berpuasa pada bulan itu dua hari maka dia akan mendapatkan sesuatu yang tidak dapat disifatkan oleh penghuni langit dan bumi tentang kemuliaannya di sisi Allah. Dan barangsiapa yang puasa tiga hari maka akan dijauhi dari bala dunia dan azab akhirat, dan penyakit gila, belang, lepra dan dari fitnah Dajjal. Dan barangsiapa puasa tujuh hari maka akan ditutup baginya tujuh pintu neraka. Dan barangsiapa yang puasa delapan hari maka dibukakan untuknya delapan pintu-pintu surga, dan barangsiapa yang puasa sepuluh hari maka tidaklah dia meminta sesuatu kepada Allah kecuali akan dikabulkan. Dan barangsiapa berpuasa lima belas hari maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan segala kesalahannya akan diganti dengan kebaikan. Dan barangsiapa yang berpuasa lebih daripada itu, maka Allah akan menambahkan lagi pahalanya".
Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Shu’ab dan Fada’il al-awqat dan al-Asfahani dalam al-Targhib. Kesemuanya melalui ‘Utsman ibn Matar dari ‘Abd. Ghafur dari ‘Abd ‘Aziz ibn Sa’id dari bapaknya.
Hadist ini adalah Maudhu' atau Palsu.
Dalam sanad al-Bayhaqi terdapat beberapa perawi yang da’if, amat da’if dan seorang yang dituduh meriwayatkan Hadis palsu, diantaranya adalah :
- ‘Utsman ibn Matar, dia da’if menurut Abu Hatim, al-Nasa’i, al-Dhahabi dan Ibn Hajar. Abu Salih ‘Abd.
- al-Gahafur al-Wasiti, menurut al-Bukhari mereka meninggalkannya dan Hadisnya munkar atau تركوه وهو منكر الحديث.
Ibn ‘Adiy berkata: Dia da’if dan Hadisnya munkar atau ضعيف منكر الحديث.
Al-Nasa’i berpendapat dia adalah orang yang hadist-hadist nya ditinggalkan atau متروك الحديث .
Ibn Hibban pula menyatakan bahwa dia meriwayatkan Hadis-hadis palsu atau كان يروي الموضوعات
Al-Bayhaqi yang meriwayatkan Hadis ini hanya mengatakan bahwa sanadnya da’if, akan tetapi Ibn Hajar yang kemudian diikuti oleh Ibn ‘Arraq menghukumkannya dengan palsu.
7) Hadits :
صَوْمُ أَوَّل يَوْمٍ مِنْ رَجَب كَفَّارَة ثَلاَثَ سِنِيْنَ، وَالثاني كَفَّارَة سَنَتَيْنِ، وَالثالث كَفَّارَة سَنَة، ثمّ كل يَوْمٍ كَفارَة شَهْرٍ.
"Puasa hari pertama dari bulan Rajab menghapuskan dosa tiga tahun, puasa pada hari keduanya menghapuskan dosa dua tahun, dan puasa pada hari ketiga menghapuskan dosa satu tahun, kemudian setiap hari-hari selanjutnya akan menghapuskan dosa sebulan".
Hadist ini seperti yang diisyaratkan oleh al-Suyuti, diriwayatkan oleh Abu Muhammmad al-Khallal dalam Fada’il Rajab daripada Ibn ‘Abbas.
Hadist ini adalah Maudhu' atau Palsu.
Al-Suyuti menghukumkan Hadis ini dengan da’if, akan tetapi al-Munawi mengatakan amat da’if, kemudian beliau menukil pendapat Ibn Sholah dan Ibn Rajab al-Hambali yang mengisyaratkan palsunya Hadis-hadis mengenai puasa bulan Rajab.
8) Hadits :
إنه صلى الله عليه وسلم لمَ ْ يَصُمْ بَعْدَ رَمَضَانَ إِلاَّ رَجَب وَشَعْبَانَ.
"Sesungguhnya Rasulullah shallallahualaihi wa sallam tidak pernah berpuasa (penuh) selain bulan Ramadhan kecuali Rajab dan Sya’ban".
Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Shu’ab dari jalur Abu Hurairah radhiyallahu anhu.
Hadist ini adalah Dho’if atau lemah.
Al-Bayhaqi mengatakan bahwa sanad Hadis ini dho'if.
9) Hadits :
إِنَّ فيِ الجَنّةِ نَهْرًا يُقَالُ لَهُ رَجَب أَشَدّ بَيَاضًا مِنْ اللبنِ وَأَحْلَى مِنْ العَسَلِ، مَنْ صَامَ يَومًا مِنْ رَجَب سَقَاهُ اللهُ منْ ذلِكَ النَهَارِ.
"Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, Allah akan memberikannya minum dari sungai tersebut ".
Hadist ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam al-Majruhin dan al-Bayhaqi dalam Fada’il al-awqat dan al-Shayrazi dalam al-Alqab seperti diisyaratkan oleh al-Suyuti, dan kesemuanya dari jalur riwayat Anas radhiyallahu anhu.
Al-Khubawi mengisyaratkan bahwa Hadist ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.
Tetapi isyarat ini adalah salah sebab al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkan Hadits ini dan tidak ada seorang ulama Hadits pun yang mengisyaratkan ke arah itu, apa lagi Hadits ini adalah amat da’if, bahkan beberapa ulama menghukumkannya palsu. Jadi tidak mungkin keduanya meriwayatkan Hadits ini.
Hadits ini telah dihukumi palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, al-Dhahabi dan Ibn Hajar dalam Lisan al-mizan. Sebabnya adalah di dalam sanad Hadis ini terdapat perawi pendusta, iaitu Mansur bin Yazid.
Ibn al-Jawzi mengatakan bahwa dalam sanadnya banyak orang-orang yang tidak diketahui dan dikenal.
Akan tetapi al-Suyuti dan Ibn Hajar dalam kitab Tabyin al-’Ajab hanya me da’if kan Hadis ini., berbeda dengan hukuman beliau ke atas Hadis ini dalam Lisan al-mizan seperti dijelaskan di atas. Beliau berkata “ Isnadnya secara umum adalah da’if, akan tetapi ia belum sampai menjadikan Hadis ini palsu ”.
10) Hadits :
كُلُّ النَّاسِ جِيَاعٌ يَوْمَ القِيَامَةِ إلاَّ الأَنبـِيَاءَ وَأَهْلِيْهِمْ وَصَائِم رَجَب وَشَعْبَانَ وَرَمَضَانَ، فَإِنَّهُمْ شبَاعٌ لاَجُوْعَ لَهُمْ وَلاَ عَطَشَ.
"Semua orang akan kelaparan pada hari kiamat kecuali para nabi-nabi dan keluarga-keluarga mereka, serta mereka yang berpuasa Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, mereka akan senantiasa kenyang dan tidak akan pernah kelaparan dan kehausan ".
Hadits dengan lafaz seperti ini belum dapat ditemukan. Al-Khubawi menukilnya daripada kitab Zubdat al-wa’iziin.
Hadist ini adalah Maudhu' atau Palsu.
11) Hadits :
يا ثوبان، هؤلاء يعذبون في قبورهم، ودعوت لهم فخفف الله عنهم العذاب. ثم قال: ياثوبان لو صام هؤلاء يوما من رجب وما ناموا منه ليلة ما عذبوا في قبورهم. قلت: يا رسول الله أصوم يوم وقيام ليلة منه يمنع عذاب القبر ؟ ثم قال: ياثوبان، والذي بعثني بالحق نبيا، ما من مسلم ومسلمة يصوم يوما ويقوم ليلة من رجب يريد بهما وجه الله، إلا كتب الله له عبادة سنة صام نهارها وقام ليالها.
"Wahai Tsawban, mereka itu diazab dalam kubur mereka, aku mendo’akan untuk mereka, maka Allah meringankan siksa mereka. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Wahai Tsawban, kalaulah seorang di antara mereka berpuasa di bulan Rajab, dan mereka tidak tidur di malamnya semalaman, niscaya mereka tidak akan disiksa di kubur mereka.
Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah puasa satu hari dan sholat satu malam dapat menghindari orang dari siksa kubur..? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab: Wahai Tsawban, demi Zat yang nyawaku ada di tangan-NYa, tidaklah seorang muslim atau muslimah berpuasa dalam satu hari di bulan Rajab, dan qiyamul lail pada satu malamnya, mengharapkan ridha Allah, kecuali akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang beribadah satu tahun yang paginya puasa dan malamnya qiyam al-lail ".
Hadits dengan lafaz seperti ini tidak ditemukan. Al-Khubawi menukilnya dari kitab Rawnaq al-majalis.
Hadits ini adalah Maudhu' atau Palsu.
Adapun perayaan Isrā dan Mi'raj, perlu diketahui bahwasanya Isrā Mi'raj Nabi Sallallahu alaihi wa sallam dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa' kemudian menuju ke langit tujuh dan atasnya merupakan mukjizat yang agung.
Dan sebagian kaum muslimin memperingati nya pada tanggal 27 Rajab, ini adalah tidak berdalil dengan hujjah yang kuat.
Kita perlu melihat pendapat para ulama seputar masalah ini, dan berikut beberapa pendapat para ulama :
Al Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah berkata: “Para ulama berselisih tentang waktu Mi’raj.
Ada yang mengatakan sebelum kenabian. Ini pendapat yang aneh, kecuali kalau dianggap terjadinya dalam mimpi.
Kebanyakan para ulama berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi setelah kenabian.
Para ulama yang mengatakan peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi setelah kenabian juga berselisih, diantara mereka ada yang mengatakan setahun sebelum hijrah. Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dan dikuatkan oleh Imam An Nawawiy dan Ibnu Hazm, bahkan Ibnu Hazm berlebihan dengan mengatakan ijma’ atau kesepakatan para ulama dan itu terjadi pada bulan Rabiul Awal.
Argumen ijma’ ini tertolak, karena seputar hal tersebut terdapat perselisihan yang sangat banyak, lebih dari sepuluh pendapat.”
Kemudian beliau menyebutkan pendapat para ulama tersebut satu persatu :
● Pendapat pertama mengatakan: “setahun sebelum hijroh, tepatnya bulan Rabi’ul Awal”.
Ini pendapat Ibnu Sa’ad dan yang lainnya dan dirajihkan oleh An-Nawawiy.
● Kedua mengatakan: “delapan bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Rajab”. Ini isyarat perkataan Ibnu Hazm, ketika berkata: “Terjadi di bulan rajab tahun 12 kenabian”.
● Ketiga mengatakan: “enam bulan sebelum hijroh, tepatnya bulan Romadhon”.
Ini disampaikan oleh Abu Ar-Rabie’ bin Saalim.
● Keempat mengatakan: “sebelas bulan sebelum hijroh tepatnya di bulanRobiul Akhir”.
Ini pendapat Ibrohim bin Ishaq Al Harbiy, ketika berkata: “Terjadi pada bulan Rabiul Akhir, setahun sebelum hijroh”.
Pendapat ini dirojihkan Ibnul Munayyir dalam syarah As Siirah karya Ibnu Abdil Barr.
● Kelima mengatakan: “setahun dua bulan sebelum hijroh”.
Pendapat ini disampaikan Ibnu Abdilbar.
● Keenam mengatakan: “setahun tiga bulan sebelum hijroh”.
Pendapat ini disampaikan oleh Ibnu Faaris.
● Ketujuh mengatakan: “setahun lima bulan sebelum hijroh”.
Ini pendapat As-Suddiy.
● Kedelapan mengatakan: “delapan belas bulan sebelum hijroh, tepatnya dibulan Ramadhan”.
Pendapat ini disampaikan Ibnu Sa’ad, Ibnu Abi Subrah dan Ibnu-Abdilbar.
● Kesembilan mengatakan: ” Bulan Rajab tiga tahun sebelum hijroh”. Pendapat ini disampaikan Ibnul-Atsir.
● Kesepuluh mengatakan: “lima tahun sebelum hijroh”.
Ini pendapat imamAz-Zuhriy dan dirojihkan Al-Qadhi ‘Iyaadh.
Oleh karena banyaknya perbedaan pendapat dalam masalah ini, maka benarlah apa yang dikatakan Ibnu Taimiyah Rahimahullah, bahwa tidak ada dalil kuat yang menunjukkan bulannya dan tanggalnya.
Bahkan pemberitaannya terputus serta masih diperselisihkan, tidak ada yang dapat memastikannya.
Bahkan Imam Abu Syaamah mengatakan: "Dan para ahli dongeng menyebutkan Isra’ dan Mi’raj terjadi di bulan Rajab.
Menurut ahli Jarh dan Ta'dil, yaitu Ulama Hadits, itu adalah suatu kedustaan”.
Tidak ada dalam hadits yang shohih penentuan malam terjadinya Isra’ dan Mi’raj.
Semua hadits yang menjelaskan penentuan malamnya menurut ulama hadits adalah hadits yang tidak shohih dari Nabi Shallallahu’alaihi Wa sallam.
Allah Ta’ala memiliki hikmah dalam melupakan manusia tentangnya.
Seandainya ada penentuan nya yang akurat, kaum muslimin tidak boleh mengkhususkannya dengan satu ibadah tertentu, tidak boleh mereka merayakan peringatannya, karena Nabi Shallallahu’alaihi Wa sallam dan para sahabatnya tidak memperingatinya dan tidak pula mengkhususkan ibadah tertentu padanya.
Seandainya peringatan nya adalah perkara yang disyariatkan, tentunya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam telah menjelaskan nya kepada umatnya, baik dengan ucapan atau perbuatan Beliau.
Seandainya pernah dilakukan niscaya akan diketahui serta akan dikabarkan oleh para sahabat nya kepada kita.
Karena mereka telah menyampaikan segala sesuatu yang dibutuhkan umat dan tidak melalaikan urusan agama ini sedikitpun, bahkan mereka berlomba-lomba dalam melaksanakan kebaikan.
Maka seandainya peringatan malam Isra’ dan Mi’raj disyariatkan niscaya mereka orang pertama yang melakukannya, terlebih, Nabi Shallallahu’alaihi Wa sallam adalah sosok yang gemar memberikan nasehat kepada umatnya.
Beliau telah menyampaikan risalah agama sebaik-baiknya serta telah menunaikan risalah yang di amanatkan kepada beliau Shallallahu alaihi wa sallam.
Maka seandainya mengagungkan dan memperingati malam tersebut termasuk ajaran agama, maka tentu nya Beliau tidak melalaikan dan menyembunyikan nya di hadapan umat ini.
Karena Nabi tidak mengagungkan dan memperingati malam tersebut, maka jelaslah peringatan dan pengagungan malam tersebut bukan termasuk dari ajaran agama Islam yang sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar