Senin, 02 Mei 2016

PANDANGAN PESIMIS


Oleh : As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala .

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Sesungguhnya agama islam datang dengan membawa arahan nasehat dan tujuan yang penuh barokah yang mengandung nilai-nilai yang luhur dan agung yang membawa keberuntungan dunia dan akhirat, bahkan keselamatan tidak akan dicapai kecuali dengan jalan islam, maka agama islam ini adalah agama yang sempurna dan agung. 

 Seorang muslim yang telah diberikan pintu hidayah islam dan hatinya tersinari dengan cahaya islam niscaya akan merasakan kemuliaan sesuai kadar nilai agama yang telah bercokol di dalam hatinya. Semakin sempurna maka semakin tinggi derajat kemuliaannya. 

Dan diantara larangan yang telah diharamkan dalam ajaran agama islam adalah : Pandangan Persimis terhadap suatu perkara,  keadaan dan suatu kejadian.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda :  

 ((لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ )) قَالُوا : وَمَا الْفَأْلُ ؟ قَالَ : (( الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ )) 

" Tidak ada penyakit yang menular dan tidak ada kesialan terhadap sesuatu dan yang membuat aku takjub adalah Al-Fa'lu ". Mereka bertanya : Apakah Al-Fa'lu wahai Rasulullah. ..?  Maka dijawab : " Perkataan yang baik ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

At-Tiyaroh adalah merasa pesimis dan sial terhadap burung atau nama atau lafadz atau tempat atau selainnya, dan syariat telah melarang seseorang untuk melakukan nya dan ancaman bagi pelaku nya. 

Dan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam mengemari perkataan yang baik dan membenci perasan pesimis , dikarenakan suatu perkataan atau ucapan yang baik tidaklah merusak akidah dan keyakinan seseorang serta tidak dijumpai ketergantungan hati kepada selain Allah Ta'ala, akan tetapi disana terdapat suatu maslahat yaitu memberikan dorongan dan mendatangkan support serta rasa gembira untuk hati dan menguatkan semangat serta cita-cita dan nawa-cita dan berusaha menggapai tujuan yang terpuji. Dan hal ini berbeda dengan pandangan pesimis, sesungguhnya ia merupakan pandangan yang menggoncangkan pikiran dan hati bahkan menumbuhkan rasa malas dan prasangka buruk, sehingga agama yang lurus ini memberikan celaan dan larangan serta memerangi cara pandang yang salah ini. 

Pandangan menyesatkan ini telah banyak menimbulkan kerusakan dan berujung pada suatu kehancuran baik kehancuran agama, seluruhnya atau sebahagian nya, kehancuran akhlak, moral, etika dan adab. 

Dan barangsiapa yang melihat sejarah terdahulu dan umat pada zaman dahulu, maka niscaya akan menjumpai sifat buruk ini melekat dalam hati orang-orang yang menjadi musuh-musuh para Rasul, dan melekat pada jiwa orang-orang yang lemah iman. 

Sebagai contoh marilah kita simak kejadian berikut ini : 

●   Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ أَخَذْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ بِٱلسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ ﴿١٣٠﴾  فَإِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلْحَسَنَةُ قَالُوا۟ لَنَا هَٰذِهِۦ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا۟ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ ۗ أَلَآ إِنَّمَا طَٰٓئِرُهُمْ عِندَ ٱللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٣١﴾

" Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran." "Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Q.S. Al-A'raaf :130-131)

Ayat yang mulia ini menerangkan bahwa bani Israel jika mendapatkan rizki yang melimpah, panen yang banyak, kesuburan yang mendatangkan kegembiraan, maka mereka mengatakan : " Itu adalah karena usahakami dan jerih payah kita ". Yaitu kami pantas untuk mendapatkan semua ini dan mereka lalai dari bersyukur kepada Allah Ta'ala. Akan tetapi jika mendapat kesengsaraan, gagal panen dan musim paceklik maka mereka seraya berkata : " Ini adalah dikarenakan kesialan yang dibawa oleh Musa dan orang-orang yang mengikuti ajaran nya ".

Maka Allah Ta'ala memberikan bantahan bahwasanya kesialan mereka merupakan takdir atau ketetapan dan keputusan Allah Ta'ala semata dan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui nya . Dikarenakan dosa-dosa yang mereka lakukan dan kekufuran yang mereka terjang merupakan sebab terjadinya kesengsaraan dan musibah bagi umat tersebut. 

● Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ ﴿٤٥﴾  قَالَ يَٰقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِٱلسَّيِّئَةِ قَبْلَ ٱلْحَسَنَةِ ۖ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٤٦﴾  قَالُوا۟ ٱطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَن مَّعَكَ ۚ قَالَ طَٰٓئِرُكُمْ عِندَ ٱللَّهِ ۖ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ ﴿٤٧﴾

" Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): "Sembahlah Allah". Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan."
" Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat".
" Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji".
(Q.S. An-Naml 45-47)

Ayat ini menerangkan bahwasanya umat Nabi Shaleh tidak pernah melihat kebaikan dan keberuntungan bagi Nabi Shaleh dan orang-orang yang beriman bersamanya, bahkan memberikan tuduhan bahwa kesenangan dan keinginan gemerlap dunia tidak mereka dapatkan disebabkan oleh perilaku Nabi Shaleh. 

Maka dijawab oleh Nabi Shaleh, bahwasanya nasib mereka berada di tangan Allah Ta'ala semata, yaitu apa yang menimpa dari berbagai musibah, cobaan, dan kesengsaraan, semua itu merupakan ketentuan Allah Ta'ala dan juga dikarenakan dosa-dosa dan berpaling dari agama Allah Ta'ala yang lurus, karena agama yang lurus tidak akan membawa kecuali kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. 

● Allah Ta'ala berfirman : 

وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا أَصْحَٰبَ ٱلْقَرْيَةِ إِذْ جَآءَهَا ٱلْمُرْسَلُونَ ﴿١٣﴾  إِذْ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمُ ٱثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوٓا۟ إِنَّآ إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ ﴿١٤﴾  قَالُوا۟ مَآ أَنتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَآ أَنزَلَ ٱلرَّحْمَٰنُ مِن شَىْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ ﴿١٥﴾  قَالُوا۟ رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّآ إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ ﴿١٦﴾ وَمَا عَلَيْنَآ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ ﴿١٧﴾  قَالُوٓا۟ إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا۟ لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿١٨﴾  قَالُوا۟ طَٰٓئِرُكُم مَّعَكُمْ ۚ أَئِن ذُكِّرْتُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ ﴿١٩﴾

" Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka."
" (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu".
" Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".

" Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu".

" Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". 

" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami".

" Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (Q.S. Yaa siin : 13 -19)

Di dalam ayat ini, mereka menyikapi dakwah orang-orang yang telah diutus dengan membawa kepada jalan kebaikan yang lurus dengan pandangan pesimis dan penuh kesialan, seraya berkata : " Kami bernasib malang karena kamu ". Yaitu kedatangan kalian tidak membawa kita kecuali keburukan, dan sesungguhnya ungkapan ini adalah tidak sesuai dengan kenyataan, karena dakwah mereka merupakan nikmat yang paling agung dan sempurna dikarenakan menunjukkan kepada jalan kebenaran dan keselamatan dunia dan akhirat, akan tetapi justru mereka menganggap dakwah tersebut adalah mendatangkan kemalangan. Bahkan mereka memberikan ancaman siksa yang pedih dan akan merajam para utusan tersebut. 

Maka para utusan tersebut memberikan jawaban : " Sesungguhnya kemalangan kamu datang dari dirimu sendiri, disebabkan karena perbuatan syirik yang kalian lakukan, sehingga mendatangkan bencana, adzab dan kesengsaraan dan lenyap nya segala keberkahan dan kebaikan, bahkan kalian termasuk dalam umat yang telah melampaui batas ".

● Allah Ta'ala berfirman : 

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوٓا۟ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ ٱلْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ ٱلنَّاسَ كَخَشْيَةِ ٱللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا۟ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا ٱلْقِتَالَ لَوْلَآ أَخَّرْتَنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَٰعُ ٱلدُّنْيَا قَلِيلٌ وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا ﴿٧٧﴾  أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا ﴿٧٨﴾ مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا ﴿٧٩﴾

" Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun."
" Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?"
" Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi." (Q.S. An-Nisaa :77-79)

Dalam ayat ini dinyatakan : "Bahwasanya mereka orang-orang yang menentang, jika mereka mendapatkan suatu kebaikan seperti banyak melimpah nya harta, keturunan, kesehatan maka mereka mengatakan : " ini adalah datang dari sisi Allah ". 

Akan tetapi jika mereka mendapatkan kesengsaraan, kefakiran, musim paceklik, dan sakit atau kematian, maka mereka seraya mengatakan : " Ini datang dari sisi kamu ". Yaitu mereka menganggap kesialan datang dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, dan berpandangan pesimis terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi yang mulia, sebagaimana keadaan para ahli syirik terdahulu, bermiripan, antara satu dengan lainnya saling serupa dan sama dalam ucapan, perbuatan, pendapat dan cara berpikir mereka.  

 Pandangan pesimis yang mereka tonjolkan, ini merupakan gambaran tentang rendahnya cara berpikir mereka dan dangkal nya pemahaman yang mereka miliki, sehingga dalam pungkasan ayat diatas, Allah Ta'ala menutup firman-Nya dengan kata : 

 فَمَالِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا 

" Maka mengapa orang-orang itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?"

Yaitu : mereka tidak memahami pembicaraan sama sekali, ataupun memahami akan tetapi dengan pemahaman yang sangat lemah. Dan disini terkandung celaan dan cercaan bagi mereka yang tidak dapat memahami maksud apa yang Allah Ta'ala dan Rasul-Nya ajarkan kepada umat manusia. Dan di sisi lain mengandung pujian dan sanjungan bagi orang-orang yang beriman yang dapat memahami apa yang Allah Ta'ala turunkan melalui para Rasul dan menerima Al-Kitab dan As-Sunnah dengan penuh ridho dan pasrah tanpa tentangan atau sanggahan. 

Dan barangsiapa yang memahami agama Allah dengan benar dan sebenarnya, maka ia akan meyakini bahwasanya kebaikan dan keburukan, karunia ataupun petaka, semua adalah di tangan Allah Ta'ala semata bedasarkan keputusan dan takdir Allah Ta'ala, adapun para Rasul alaihimus Sholat  wa Sallam, tidak memiliki daya atau upaya untuk mendatangkan manfaat atau mudhorot kepada manusia, dan tidak akan mungkin membawa dampak keburukan sedikit pun, karena mereka di utus untuk memberikan hidayah dan petunjuk ke dalam jalan kebahagiaan dan keberuntungan, dunia dan akhirat. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

   إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ 

" Sesungguhnya tidak seorangpun Nabi yang di utus sebelum-ku, kecuali ia menunjukkan jalan kebaikan dan kebajikan kepada umat nya apa yang mereka ketahui, dan memperingatkan perkara-perkara keburukan kepada umatnya dari apa yang mereka ketahui". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Maka sesungguhnya para Rasul alaihimus-Sallaam, merupakan pembawa petunjuk kebenaran dan jalan menuju keselamatan, bahkan tidak ada jalan selamat kecuali datang dari mereka para Rasul, dan tidak ada suatu jalan keburukan kecuali dikarenakan menyelisihi jalan para Rasul alaihimus-Sallam. 

Dan merupakan perkara yang sangat mengherankan, muncul orang-orang yang mengira dirinya memperjuangkan agama, ungkapan-ungkapan yang kotor memberikan penilaian terhadap perintah-perintah agama : " ini merupakan sebab sebab-sebab kemunduran dan keterbelakangan ", " mengekang kebebasan ber ekspresi ", " mendatangkan kendala dan permasalahan baru ", dan ungkapan yang semisalnya yang keji yang bersumber dari hati yang kosong dari agama, jahil terhadap keagungan syariat yang penuh berkah ini. 

Dan barangsiapa yang telah diberikan penjagaan dari melontarkan ungkapan semisal ini, hendaknya banyak banyak  memuji kepada Allah Ta'ala dan memohon agar diberikan keteguhan terhadap agama yang lurus ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar