Rabu, 11 Januari 2017

IMAN DAN UJIAN


Oleh : As-Saikh  DR. Abdullah  bin  Abdurrahman  Al-Bu'aijan hafidhohullah Ta'ala. 

Khutbah Jum’at : Madinah, 08 Rabiuts-Tsani 1438 H / 06 Januari 2016 M.
(Grup sebelah)

Khutbah Pertama :

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ وَنَصِيْرُ الْمُتَّقِيْنَ، الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْخَبِيْرُ، نَحْمَدُهُ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ، وَفِي الشِّدَّةِ وَالرَّخَاءِ، وَفِي الْعَافِيَةِ وَالْبَلاَءِ، لَهُ الْحَمْدُ فِي الأُوْلَى وَالآخِرَةِ، وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ  إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:

فَاتَّقُوْا اللهَ -عِبَادَ اللهِ- وَأَطِيْعُوْهُ، وَإِيَّاكُمْ وَالْيَأْسَ مِنْ رَوْحِهِ سُبْحَانَهُ، أَوِ الْقُنُوْطَ مِنْ رَحْمَتِهِ؛ فَإِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُوْنَ.  

Segala puji hanya bagi Allah Pelindung orang-orang beriman, Penolong orang-orang bertakwa, Penguasa hamba-hamba-Nya, dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Aku memuji Allah saat senang dan susah, saat sulit dan lapang, saat selamat dan tertimpa musibah. Semua pujian di dunia dan di akhirat adalah milik-Nya, semua hukum adalah kepunyan-Nya dan hanya kepada-Nya Anda dikembalikan. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang diutus membawa petunjuk dan agama yang benar agar menjadi agama yang unggul dari semua agama meskipun orang-orang musyrik tidak suak. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. Tak lupa pula salam penghormatan sebanyak-banyaknya tercurah kepada beliau. Amma ba'du : 

Wahai Para Hamba Allah ! 
Bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepada-Nya. Jauhilah berputus asa dari kebaikan atau rahmat Allah Yang Maha Suci, karena hanya orang-orang kafir sajalah yang berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Ujian dan musibah merupakan Sunnatullah yang berlaku di alam semesta ini, sebagaimana ditegaskan Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya : 

﴿تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَن عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ (2)﴾   

“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al Mulk : 1-2) 

Setiap ujian tak pernah lepas dari konsekunsi hikmah-Nya yang muncul di tengah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, untuk menyeleksi hamba-Nya yang memiliki iman yang benar dan dusta.    

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman : 

﴿أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)﴾ 

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Q.S. Al Ankabût : 2-3) 

Ujian merupakan proses seleksi untuk mengetahui sejauh mana ketinggian iman dan keyakinan hamba, serta cara membersihkan orang-orang munafik dari barisan orang-orang beriman.  

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman : 

﴿مَّا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ﴾ 

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, hingga Dia memisahkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).”(Q.S. Âli Imrân : 179) 

Selain itu, ujian merupakan konsep pendidikan yang digunakan Allah Subhanâhû wa Ta’âla untuk menyadarkan hamba yang ditetapkan memperoleh hidayah dari kelalaian, menggugahnya untuk bertobat kepada Tuhannya dan kembali ke agamanya.   

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Di tengah ujian dan musibah yang menimpa, terkadang muncul perasaan pesimis dan putus asa lantaran kondisi sulit yang menghimpit, beban hidup yang begitu berat, dan jalan keluar yang tak kunjung hadir. Berkenaan dengan hal ini Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya :   

﴿أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيْبٌ﴾ 

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata,, ‘Kapankah pertolongan Allah datang?’ Ingatlah, bahwa pertolongan Allah itu amat dekat.”(Q.S. Al Baqarah : 214) 

Di tengah kondisi seperti itulah, hamba yang beriman harus kembali kepada Allah Subhanâhû wa Ta’âla dan berpikiran positif terhadap-Nya. Karena Allah-lah yang memberikan jalan keluar dari segala kesulitan dan kelapangan dari semua kegundahan. Dia selalu menuruti prasangka hamba-hamba-Nya yang beriman dan tidak akan mengecewakan harapan mereka.  

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Upaya menghadirkan ketenangan, kegembiraan, dan optimisme dalam jiwa saat gundah gulana adalah metode Al Qur`an dan tuntunan para Nabi. Ketika Nabi Musa dan Harun Alaihimassalâm menghadapi kesewenang-wenangan Firaun, Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman : 

﴿لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى﴾ 

“Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Q.S. Thâhâ : 46) 

Begitu pula yang dilakukan Nabi Yusuf Alaihissalâm kepada saudaranya Bunyamin saat ujian menimpanya,  Allah Ta'ala berfirman :  

﴿إِنِّي أَنَا أَخُوكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ﴾ 

“Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berdukacita atas apa yang telah mereka kerjakan.”(Q.S. Yûsuf : 69) 

Ketika Nabi Musa Alaihissalâm ketakutan lantaran dikejar oleh Firaun dan bala tentaranya, Nabi Syu’aib Alaihissalâm berkata :

﴿لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ﴾ 

“Janganlah takut! Kamu telah selamat dari orang-orang yang zhalim itu.” (Q.S. Al Qashash : 25) 

Hal yang sama pun dilakukan Nabi Muhammad Shallallâhu Alaihi wa Sallam kepada sahabatnya Abu Bakar Radhiyallâhu Anhu saat berada di dalam goa Hira :

يَا أَبَا بَكْرٍ! مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا؟! لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا. 

“Wahai Abu Bakar! Apa pendapatmu dengan dua orang yang berada di dalam goa dimana Allah adalah yang ketiga dari mereka berdua?! Tidak usah sedih karena sesungguhnya Allah bersama kita.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)  

Dalam perang Badar, jumlah pasukan kaum muslimin hanya 300 orang lebih, sedangkan jumlah pasukan kaum musyrikin tiga kali lipat jumlah tersebut. Akibatnya, kegelisahan pun menyelubungi hati pasukan yang belum siap berperang, tidak memiliki jumlah dan perbekalan yang memadai, serta menghadapi pasukan musuh yang kejam dan jumlahnya lebih banyak, sementara mereka telah membawa semua perbekalan dan persiapan yang dimiliki. 

Di tengah kondisi seperti itu, turun ayat Al Qur`an yang menghadirkan ketenangan jiwa, menghidupkan asa, membangkitkan semangat, dan menggiring pasukan kaum muslimin untuk melawan musuh. Simaklah firman Allah Subhanâhû wa Ta’âla berikut ini :

﴿إِذْ يُرِيكَهُمُ اللَّهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيلًا وَلَوْ أَرَاكَهُمْ كَثِيرًا لَّفَشِلْتُمْ وَلَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَلَكِنَّ اللَّهَ سَلَّمَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (43) وَإِذْ يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلًا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (44)﴾ 

“(Yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit dan seandainya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar serta kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka dalam jumlah sedikit dalam penglihatan matamu sedang kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. Dan hanyalah kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan.” (Q.S. Al Anfâl : 43-44) 

Ibnu Mas’ud Radhiyallâhu Anhu berkata: “Jumlah pasukan kaum musyrikin saat itu terlihat sedikit di mata kami, hingga aku sempat berucap kepada seorang pria di sampingku, ‘Apakah engkau melihat mereka berjumlah 70?’ Dia menjawab, ‘Tidak! Aku melihat mereka berjumlah 100’. Setelah kami menawan salah seorang pasukan musuh, kami bertanya kepadanya, ‘Berapa jumlah pasukan kalian?’ Dia menjawab, ‘Seribu orang’.” 

Dalam perang yang sama pun Al Qur`an menggunakan cara ini untuk meneguhkan hati pasukan kaum muslimin, agar semangat juang dalam jiwa mereka berkobar serta kemenangan dan kejayaan semakin tampak nyata di mata mereka.   

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman :

﴿وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (7) لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (8)﴾ 

“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya serta memusnahkan orang-orang kafir, agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (Q.S. Al Anfâl : 7-8) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Pola didik yang digunakan Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam pun sesuai dengan metode Al Qur`an. Karena itu, ketika umat Islam tertimpa kegundahan, kesedihan, ketakutan, kegelisahan, dan keputusasaan, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam berusaha membangkitkan semangat juang, ketenangan jiwa, dan rasa percaya kepada Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam diri mereka. 

Dalam perang Ahzâb misalnya, semua kelompok kaum musyrikin bersatu dalam kekuatan 10 ribu prajurit menyerang Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam di tengah kondisi pasukan kaum muslimin sangat memprihatinkan, diselimuti rasa takut hingga salah seorang dari mereka tak mampu keluar buang hajat, dan kelaparan sampai harus menyanggah perut dengan bebatuan lantaran tidak menemukan makanan dan minuman, serta diselimuti cuaca dingin yang menggigit selama beberapa hari. Tak hanya itu, kondisi ini pun semakin diperparah dengan ketidaksetiaan, pengkhianatan, dan kemunafikan segelintir orang yang memanfaatkan kesempatan untuk mencerai-beraikan kekuatan umat Islam.   

Kondisi umat Islam tersebut digambarkan Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya :

﴿إِذْ جَاءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا (11)﴾ 

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, serta ketika penglihatan(mu) tidak lagi tetap dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan sedang kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Disitulah orang-orang mukmin diuji dan (hatinya) digoncangkan dengan goncangan yang sangat dahsyat.”(Q.S. Al Ahzâb : 10-11) 

Saat itulah Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam mulai membangkitkan semangat juang, menghidupkan rasa percaya diri dan ketenangan jiwa, mengiming-imingi mereka dengan kemenangan dan kejayaan, menghibur mereka dengan pertolongan dan keberhasilan menaklukan Romawi, Persia, serta Shan’a. 

Diriwayatkan dari Al Bara` bin Azib Radhiyallâhu Anhu, dia berkata:

Ketika Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam memerintahkan kami menggali parit, ada sebongkah batu besar yang tak bisa dipecahkan dengan pacul. Lalu kami menyampaikan hal itu kepada Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau datang dengan membawa pacul lalu membaca: “Bismillâh.” Selanjutnya beliau memukul batu itu hingga sepertiganya terbelah lalu berkata : “Allâhu Akbar. Aku telah diberikan kunci-kunci Syam. Demi Allah! Sungguh aku benar-benar melihat istana-istana merah saat itu.”

Setelah itu beliau memukul batu tersebut untuk kedua kalinya hingga sepertiganya terbelah, lalu beliau bersabda :“Allâh Akbar. Aku telah diberikan kunci-kunci Persia. Demi Allah! Sungguh aku benar-benar melihat istana putih Madain.”Kemudian beliau memukul batu itu untuk ketiga kalinya lalu membaca: “Bismillâh.” Maka sisa batu itu pun terbelah, lalu beliau bersabda :“Allâhu Akbar. Aku telah diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah! Sungguh aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini saat itu. Jibril pun memberitahukan kepadaku bahwa umatku akan menaklukkannya maka bergembiralah!”

Dalam kondisi dikelilingi parit, diselimuti cuaca dingin dan rasa lapar yang menggigit, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam menyemangati pasukan kaum muslimin dengan kabar gembira penaklukan negeri-negeri tersebut. 

Adapun orang-orang munafik yang kecut, suka menimbulkan keresahan lewat berita bohong, dan merendahkan orang-orang beriman, hanya bisa mengolok-olok kabar tersebut dan berkata, “Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam menjanjikan penaklukan istana Kisra dan Kaisar sementara ada dari kita yang tidak bisa keluar buang hajat. Semua janji yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita hanya dusta.”   

Sedangkan orang-orang beriman, mereka merasa tenang dengan kabar gembira tersebut dan berkata :

﴿هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلاَّ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا﴾ 

“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dan Allah dan Rasul-Nya sungguh benar. Hal itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali keimanan dan ketundukan.” (Q.S. Al Ahzâb : 22)  

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. 

Semoga Allah memberkahi aku dan Anda dalam Al Qur`an yang agung, serta memberikan manfaat bagi aku dan Anda dengan lantunan ayat dan nasihat yang bijak di dalamnya. Aku telah menyampaikan apa yang Anda dengan. Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia untuk aku, Anda, dan seluruh umat Islam dari segala dosa, maka mintalah ampun kepada-Nya sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  


Khutbah Kedua :

الْحَمْدُ ِللهِ وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.

Segala puji bagi Allah semata, yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghalahkan kelompok-kelompok seorang diri. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi yang tak ada lagi nabi selain beliau.  

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Ketahuilah bahwa Allah Subhanâhû wa Ta’âla telah menetapkan kemenangan bagi Islam dan pemeluknya, serta berjanji memberikan pertolongan bagi umat Islam. 

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman :

﴿كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ﴾ 

“Allah telah menetapkan, ‘Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang’. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al Mujâdilah : 21) 

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ﴾ 

“Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad : 7) 

﴿وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ﴾ 

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al Hajj : 40) 

Andai umat Islam tidak mau memperjuangkan agamanya, maka Allah Subhanâhû wa Ta’âla sendiri yang akan menolong agama-Nya dan mendatangkan kaum yang lain untuk memperjuangkan agama-Nya. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya:

﴿وَإِن تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا أَمْثَالَكُم﴾ 

“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu.” (Q.S. Muhammad : 38) 

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ﴾ 

“Hai orang-orang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut kepada orang-orang beriman, yang bersikap keras kepada orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al Mâ`idah : 54) 

Apa pun sebab dan kondisinya, umat Islam senantiasa dalam kebaikan, sedangkan akibat yang baik diberikan bagi orang-orang yang bertakwa. 

Diriwayatkan dari Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda :

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءَ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. 

“Sungguh menakjubkan kondisi orang beriman itu. Sungguh, semua kondisinya baik baginya dan itu tidak terjadi pada seorang pun kecuali pada orang beriman. Jika mendapat kenikmatan, dia bersyukur, lalu itu menjadi baik baginya; dan jika tertimpa musibah dia bersabar, lalu itu menjadi baik baginya.” (HR. Muslim)  

Maka dari itu, bertakwalah kepada Allah Subhanâhû wa Ta’âla, jangan pernah berputus asa dan tepis semua berita atau informasi yang menimbulkan keresahan, karena itu merupakan senjata dan tipu daya musuh yang dimunculkan dalam barisan umat Islam. Penuhilah jiwa dengan penuh optimisme dan harapan, serta percayalah kepada Allah, karena Anda adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya.   

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman :  

﴿وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ (171) إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ (172) وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ (173)﴾ 

“Sesungguhnya janji Kami telah ditetapkan bagi hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, bahwa mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.”(Q.S. Ash-Shâfât : 171-173) 

Jangan pernah tertipu dengan dominasi kekuatan batil, karena Allah Subhanâhû wa Ta’âla pasti memenangkan agama-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.  

اللَّهُمَّ أعِزَّ الإِسْلاَم والْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا. 

Ya Allah, muliakan Islam dan umat Islam, hinakanlah kesyirikan dan orang-orang musyrik, dan tolonglah hamba-hamba-Mu yang bertauhid. Ya Allah, jadikanlah negeri ini dan seluruh negeri kaum muslimin senantiasa aman dan damai. Ya Allah, hadirkanlah keamanan di tanah air kami, serta perbaikilah imam dan pemimpin kami. 

اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا بِتَوْفِيقِكَ، وَأَيِّدْهُ بِتَأْيِيْدِكَ، وَأَعِزَّ بِهِ دِيْنَكَ، اللَّهُمَّ وَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ لِمَا فِيْهِ خَيْرٌ لِلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَلِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. 

Ya Allah, bimbinglah pemimpin kami dengan taufik-Mu, kuatkanlah dia dengan sokongan-Mu, dan muliakanlah agama-Mu dengannya. Ya Allah, bimbinglah dia dan kedua putra mahkotanya dengan kebaikan bagi Islam dan umat Islam serta kemaslahatan bagi bangsa dan negara, wahai Tuhan semesta alam. 

اللَّهُمَّ انْصُرْ جُنُوْدَنَا الْمُرَابِطِيْنَ عَلَى الْحُدُوْدِ، اللَّهُمَّ صَوِّبْ رَمْيَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ، وَانْصُرْهُمْ بِنَصْرِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.  

Ya Allah, tolonglah pasukan kami yang berjaga-jaga di wilayah perbatasan. Ya Allah, tepatkanlah sasaran mereka, kuatkanlah tekad mereka, dan tolonglah mereka dengan pertolongan-Mu, wahai Tuhan semesta alam. 

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. 

Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam. Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam di setiap tempat. Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam di setiap tempat. 

اللَّهُمَّ كُنْ لِإِخْوَانِنَا فِي الشَّامِ، اللَّهُمَّ فَرِّجْ كَرْبَهُمْ، اللَّهُمَّ فَرِّجْ كَرْبَهُمْ، وَارْفَعْ ضُرَّهُمْ، وَتَوَلَّ أَمْرَهُمْ، وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ، وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَبْدِلْهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا، وَمِنْ بَعْدِ ذُلِّهِمْ عِزًّا، وَمِنْ بَعْدِ ضَعْفِهِمْ نَصْرًا، اللَّهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَهُمْ، اللَّهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَهُمْ، وَاسْتُرْ عَوْرَاتَهُمْ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. 

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Syam. Ya Allah, ringankanlah musibah yang menimpa mereka. Ya Allah, ringankanlah musibah yang menimpa mereka, hilangkanlah marabahaya yang mengancam mereka, tolonglah urusan mereka, segerakanlah jalan keluar bagi permasalahan mereka, segerakanlah jalan keluar bagi permasalahan mereka, segerakanlah jalan keluar bagi permasalahan mereka, dan satukanlah kalimat mereka. Ya Allah, hadirkanlah ketenangan setelah rasa takut mereka, kemuliaan setelah kehinaan mereka, dan kemenangan setelah ketidakberdayaan mereka. Ya Allah, lindungilah darah mereka. Ya Allah, lindungilah darah mereka dan tutupilah aurat mereka, wahai Tuhan semesta alam.  

اللَّهُمَّ خُذِ الظَّالِمِيْنَ، اللَّهُمَّ خُذِ الظَّالِمِيْنَ، اللَّهُمَّ خُذِ الظَّالِمِيْنَ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ يَا فَعَّالٌ لِمَا تُرِيْدُ. 

Ya Allah, hukumlah orang-orang zhalim. Ya Allah, hukumlah orang-orang zhalim. Ya Allah, hukumlah orang-orang zhalim sebagai hukuman dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Melakukan apa saja yang Dia kehendaki. 

اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثبِّت قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ، اللَّهُمَّ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

Ya Allah, wahai yang Maha Membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu. Ya Allah, wahai yang Maha Memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu, dengan rahmat-Mu wahai Dzat yang paling menyayangi dari semua yang menyayangi. 

Wahai Para Hamba Allah !

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾   

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”(Q.S. Al Ahzâb : 56) 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami, Muhammad. Ya Allah, ridhailah Khulafa Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk, yaitu: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Ridhai pula seluruh sahabat dan kami bersama mereka, dengan rahmat-Mu wahai Dzat yang paling menyayangi dari semua yang menyayangi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar