Jumat, 20 Januari 2017

MEMBERSIHKAN  JIWA  DAN  MENDIDIK  PERILAKU 

(Khutbah Jum’at : Makkah, 15 Rabiuts-Tsani 1438 H / 13 Januari 2017 M)

Oleh :As-Saikh DR. Shalih bin Muhammad  Alu Tha'lib hafidhohullahu Ta'ala. 

(Grup sebelah)

Khutbah Pertama : 

الْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ الْفَضِيْلَةَ لِبَاسًا لِلْمُتَّقِيْنَ وَحِلْيَةً، وَحَثَّ عَلَى حَرَاسَةِ الأَخْلاَقِ فِي مُحْكَمِ تَنْزِيْلِهِ وَصَادِقِ وَحْيِهِ، وَوَعَدَ أَهْلَ الْعَفَافِ كِفَايَةً وَغُنْيَةً، وَفَطَرَ النَّاسَ عَلَى الْحَيَاءِ فَصَارَ نَقَاءُ الْمُجْتَمَعَاتِ لِكِرَامِ النَّاسِ بُغْيَةً، وَتَجَافِيْهَا عَنْ مُبَاءَاتِ الرَّذَائِلِ مَطْلَبٌ شَرِيْفٌ وَحِمْيَةٌ، أَحْمَدُ اللهَ تَعَالَى رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأُثْنِي عَلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُتَفَرِّدُ فِي ذَاتِهِ وَفِي خَلْقِهِ وَأَمْرِهِ وَنَهْيِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ الْمُبَرَّأَيْنِ مِنْ كُلِّ فِرْيَةٍ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ : 

فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ تَعَالَى هِيَ الْوَصِيَّةُ، وَهِيَ الزَّادُ الْمُدَّخَرُ لِذَوِي النُّفُوْسِ الزَّكِيَّةِ، ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوَلاَ سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)﴾ 

 مَنِ اتَّقَى اللهَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى هُوَ مَوْلاَهُ وَهُوَ كَافِيْهِ، وَمَنِ اتَّقَى النَّاسَ فَلَنْ يُغْنُوْا عَنْهُ مِنَ اللهِ شَيْئًا.

Segala puji hanya bagi Allah yang menjadikan keutamaan sebagai pakaian dan perhiasan bagi orang-orang bertakwa, mengajak untuk menjaga akhlak dalam wahyu-Nya yang tegas dan firman-Nya yang benar, menjanjikan orang-orang yang menjaga kehormatan diri sebagai kecukupan dan kekayaan, menciptakan manusia dengan sifat malu hingga kebersihan masyarakat sebagai tujuan yang dicari manusia yang mulia, serta menjauhkannya dari sumber-sumber kehinaan sebagai cita-cita mulia dan perlindungan. Aku memuji Allah Yang Maha Tinggi, bersyukur, memuja, dan memohon ampun kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya yang Tunggal dalam dzat-Nya, penciptaan-Nya, perintah-Nya, dan larangan-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan orang kepercayaan-Nya untuk menyampaikan wahyu-Nya. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau yang terbebas dari segala bentuk kebohongan, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. 

Amma ba’d :

Sungguh, bertakwal kepada Allah Ta'ala  Yang Maha Tinggi adalah wasiat dan bekal simpanan bagi pemilik jiwa yang bersih. 

“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu; Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al Ahzâb : 70-71)

" Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Yang  Maha Tinggi adalah Pelindungnya dan Pemberi kecukupan kepadanya ".  "Barangsiapa takut kepada manusia, maka tak akan memperoleh kecukupan dari Allah Ta'ala  sedikit pun ".

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Takziyah nufus  merupakan esensi hidup, manifestasi prilaku, dan bagian dari akidah masyarakat. Kemuliaan, akhlak, dan prinsip merupakan nilai-nilai mutlak dalam agama Islam yang digali dari syariat. Ia merupakan akidah dan ibadah. Mengkonsulidasikan dan menjaga nilai-nilai tersebut merupakan tanggung jawab yang dibebankan kepada para pendidik dan pelaku perubahan.  

Banyak dalil yang mengupas tentang prilaku, akhlak, dan nilai secara umum, serta kemuliaan secara khusus. Bahkan Allah Subhânahû wa Ta’âla menjadikannya sebagai salah satu kunci keberhasilan dan pelakunya sebagai pewaris surga Firdaus yang paling tinggi di surga. 

Berbicara tentang membersihkan jiwa, merubah karakter, dan membangun kehormatan diri tidak hanya sebatas simbol perasaan atau pelengkap budi pekerti, tetapi ia merupakan unsur perekat dan pondasi eksistensi masyarakat, serta tujuan utama yang ingin dicapai syariat Islam. Bahkan Allah Subhânahû wa Ta’âla menyebutkan keamanan dan kehormatan diri secara bersamaan dalam satu ayat surah Al Furqân.  

Akhlak Islam bukanlah produk pendapat manusia atau produk hukum positif, tetapi akhlak Islam merupakan produk Tuhan yang tujuannya adalah beribadah mencari keridhaan-Nya. Dengan akhlak tersebut, seorang muslim mampu mengendalikan hatinya lalu keimanannya memotivasi dirinya untuk berakhlak Islami. Selain itu, akhlak Islam merupakan ajaran sempurna yang tidak dicemari hawa nafsu serta menjadi contoh bagi yang lain.  

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman : 

﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ﴾ 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Q.S. Al Ahzâb : 21) 

﴿أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ﴾  

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Q.S. Al An’âm : 90) 

Berkat karunia Allah Subhânahû wa Ta’âla, umat Islam tetap berpegang teguh pada agamanya, komit menjalankan syariat sepanjang abad dan waktu, mewarisi nilai dan ajaran Islam, mendidik generasi mudanya, serta membentuk umat yang istimewa. 

Kondisi lemah dan tidak sempurna merupakan Sunnatullah yang berlaku pada makhluk-Nya, hanya saja eskalasi perubahan dan tingkat kepekaan yang mencuat akhir-akhir ini semakin meningkat. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Perubahan adalah karakter manusia, manifestasi hidup, dan konsep netral yang menggambarkan peralihan sebuah kondisi. Karena itu, sebuah perubahan bisa dinilai positif dan negatif setelah melihat obyek dan tujuan yang ingin dicapai. Perubahan dari keliru menjadi benar, rusak menjadi baik, buruk menjadi tidak buruk, lemah menjadi kuat, gagal menjadi sukses adalah perubahan yang diinginkan dan positif. Namun ketika kebenaran berubah menjadi kebatilan, yang makruf menjadi kemunkaran, kemuliaan menjadi kehinaan maka itu adalah fitnah dan bencana. 

Dalam Al Qur`an, Allah Subhânahû wa Ta’âla mengisahkan kondisi umat terdahulu sebagai pelajaran bagi kita.  Allah Ta'ala berfirman : 

﴿سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُمْ مِنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ﴾  

“Tanyakanlah kepada Bani Israil, ‘Berapa banyak tanda-tanda (kebenaran) nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka’. Dan, barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.” (Q.S. Al Baqarah : 211) 

Dalam ayat ini, Allah Subhânahû wa Ta’âla menjelaskan tahapan perubahan berdasarkan nikmat Allah dan ciri-cirinya dalam akhlak serta prilaku sejumlah orang, agar umat Islam tidak tergelincir seperti halnya mereka. Karena penyimpangan yang ada pada semua umat tidak terjadi tanpa sebab, bahkan terjadi berdasarkan hukum dan Sunnatullah yang berlaku pada generasi pertama dan terakhir. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Kehidupan orang beriman yang berpegang teguh dengan agamanya serta membangun hidupnya di atas Ubudiyyah kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla lewat kesucian, kehormatan diri, dan kemuliaan tidak bisa dilepaskan dari ancaman bahaya, pengaruh luar, dan badai fitnah dari berbagai penjuru. Ancaman yang dihadapi semakin berbahaya ketika perkembangan media informasi mengalami kemajuan pesat, dimana stasiun penyiaran dan media sosial tidak bisa dikontrol serta lebih didominasi oleh pelaku kejahatan dan pengrusakan. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :  

﴿وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا﴾ 

“Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (Q.S. An-Nisâ` : 27) 

Kecenderungan yang disebutkan Allah Subhânahû wa Ta’âla ini tergambar dalam gelombang kejahatan terorganisir yang mendominasi umat lewat lembaga dan kelompok. Sementara gejala sosial yang sedang hangat berpotensi menimbulkan kerusakan akhlak dan mempropagandakan kerusakan tersebut lewat berbagai media, demi mencapai tujuan yang akhirnya berujung pada pembatasan ruang gerak agama dalam kehidupan manusia. 

Perlu diketahui bahwa dakwah kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla tidak akan bangkit di dalam masyarakat yang meremehkan nilai dan larut dalam hawa nafsu. Karena itu, umat manapun yang dijauhkan dari akidah dan akhlaknya maka agamanya pasti terpuruk dan pada akhirnya hilang. Akibatnya, yang tertinggal hanyalah nama dan tulisan. 

Menggiring masyarakat larut dalam berbagai kerusakan akhlak dan moral merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh kekuatan yang memusuhi kemajuan Islam dan yang bersembunyi di balik layar. Mereka melabelkan masyarakat Islam dengan terorisme dan radikalisme, memperburuk citra Islam lewat berbagai macam fitnah dengan dalih memerangi terorisme serta mencap kefasikan secara paksa dengan nama pembaharuan dan keterbukaan. Tujuan utamanya adalah menghilangkan identitas masyarakat Islam dan merubahnya dengan identitas yang lain serta menjauhkan kaum muslimin dari akidah salaf. 

Kondisi ini harusnya dicermati dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat Islam, agar lebih memantapkan akidah dan nilai-nilai kemuliaan mereka. Sebab masa depan kita sangat bergantung pada loyalitas kita kepada Islam. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Dalam beberapa tahun terakhir ini, para penulis muslim yang ikut menyaksikan pendudukan penjajah terhadap negeri-negeri mereka, lebih sering melihat para penjajah ingin merusak akhlak secara bertahap. Bahkan salah seorang dari mereka mencatat bahwa ada perubahan besar di negerinya selama dua atau tiga tahun belakangan ini. Sebab rongrongan terhadap tatanan akhlak dan merebaknya pornografi berpotensi menimbulkan kehancuran yang begitu cepat dan konsekuensi yang ditanggung pun sangat berat. Kemudian orang-orang yang memandang enteng akidah dan nilai-nilainya serta mesra dengan non muslim tidak memperoleh keuntungan apa pun, akhlaknya hancur, dan tidak memiliki peradaban.  

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Membangun kepribadian muslim dalam masyarakat dan membentenginya dari upaya penghancuran serta pengrusakan menuntut adanya upaya serius dalam dakwah; ajakan dan penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari; rasa takut kepada Allah, Hari Akhir, Hisab dan siksaan; serta penyatuan kembali umat Islam dengan Al Qur`an, baik ibrah, nasihat, hikmah maupun hukumnya. 

Nash Al Qur`an dan As-Sunnah yang berbicara tentang prinsip kemuliaan memiliki makna yang bersifat komperhensif dan defenitif, yaitu bahwa tujuan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam hal itu adalah melindungi dan menjaga serta mencegah keburukan.  

Perubahan kultur dan sosial apa pun harus bersumber dari internal masyarakat muslim dan berpegang teguh pada ajaran dasar agama serta identitas diri. Sebuah masyarakat akan maju apabila mampu memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam membangun peradaban, budaya, dan sumber daya manusia. Bedanya, masyarakat muslim yang dituntun cahaya Allah Ta'ala selalu mengikuti tuntunan wahyu rabbani dalam semua aspek kemajuannya, sedangkan masyarakat non muslim tidak pernah memedulikan atau pun mengagungkan perintah Allah.   

Inilah yang membedakan semua masyarakat dalam membina hubungan dengan dirinya dan individunya. Masyarakat yang berpaham matearilistik tak mampu mencapai tujuan utama dalam memakmurkan bumi. Mereka memunculkan perubahan sosial ke arah disintegrasi dan keruntuhan moral, serta menimbulkan permasalahan dan krisis serius yang menghancurkan bangunan masyarakat.  

Ketahanan masyarakat muslim sangat tergantung pada kesigapan umat dalam melakukan perbaikan dan perubahan di bawah naungan wahyu serta memegang teguh identitas Islam dalam nilai dan ajarannya. Melawan kejahatan merupakan prioritas utama yang tidak dimaksudkan untuk memenangkan pendapat, tetapi karena takut jangan sampai syarat diturunkannya siksaan Allah semakin lengkap, serta mencegah terjadinya kerusakan dan tindak asusila. 

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Zainab bin Jahsy Radhiyallâhu Anhumâ, bahwa ketika Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam datang menemuinya dalam kondisi ketakutan, beliau berkata: 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مِثْلُ هَذِهِ، -وَحلَّقَ بِإِصْبِعِهِ الإِبْهَامَ وَالَّتِي تَلِيْهَا-، قَالَتْ زَيْنَبُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! أَنَهْلِكُ وَفِيْنَا الصَّالِحُوْنَ؟ قَالَ: نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ.  

“Tidak ada tuhan yantg berhak berhak disembah kecuali Allah. Sungguh celaka bangsa Arab lantaran keburukan yang sudah semakin dekat. Hari ini, tembok penghalang Ya`juj dan Ma`juj telah dibuka sebesar ini.” Beliau kemudian merangkaikan ibu jari dan jari berikutnya (telunjuk). Zainab lanjut berkata: Aku lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah kami akan binasa saat orang-orang shalih masih ada di tengah-tengah kami?” Beliau menjawab, “Ya, jika perbuatan keji atau asusila telah merebak.” (HR. Al Bukhari) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Amar Makruf dan Nahi Munkar merupakan kontrol sosial dan kunci kedamaian umat. Umat ini akan terus baik selama kemunkaran dicegah. Berkenaan dengan hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوْا عَلَى يَدَيْهِ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابِهِ.  

“Sesungguhnya jika orang-orang melihat pelaku kezhaliman lalu mereka tidak menahan kedua tangannya (maksudnya mencegah perbuatannya), maka Allah pasti menjatuhkan hukuman-Nya kepada mereka seluruhnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan At-Tirmidzi) 

Maka dari itu, intropeksi diri harus dilakukanguna menangkal badai perubahan negatif yang masif, dan menunaikan tanggung jawab bersama yang mampu mencegah turunnya hukuman Allah Subhânahû wa Ta’âla kepada umat, serta menyadarkan manusia agar waspada terhadap pihak yang berseberangan dengan mereka lewat dengan tutur kata yang baik, sikap yang bijaksana, dan nasihat yang menyejukkan. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :

﴿فَلَوَلاَ كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنْ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ﴾ 

“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (mengerjakan) kerusakan di muka bumi.” (Q.S. Hûd : 116) 

Dalam ayat ini, Allah Subhânahû wa Ta’âla menggunakan redaksi ﴿أُولُو بَقِيَّةٍ﴾ “orang-orang yang memiliki keutamaan” sebab segala sesuatu pada awalnya kuat namun kemudian melemah. Oleh sebab itu, hamba yang mampu berdiri tegar saat kondisi lemah adalah orang yang memiliki keutamaan dari orang-orang pertama. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :

﴿ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ (18) إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ (19) هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (20)﴾  

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak sedikit pun dari siksaan Allah dari kamu, dan sesungguhnya orang-orang zhalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, sedang Allah adalah Pelindung orang-orang yang bertakwa. Al Qur`an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (Q.S. Al Jâtsiyah :18-20) 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِمَا مِنَ الآيَاتِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ تَعَالَى لِي وَلَكُمْ.   

Semoga Allah memberkahi aku dan Anda dalam Al Qur`an dan As Sunnah. Semoga kita memperoleh manfaat dari lantan ayat dan hikmah dari keduanya. Aku cukupkan khutbahku sampai di sini dan aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Tinggi untuk diriku dan Anda.   

Khutbah Kedua : 

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمُ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الأَمِيْنُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.     

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Menguasai Hari pembalasan. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Benar lagi maha Nyata. Aku juga bersaksi bahwa Muhamamd adalah hamba-Nya dan utusan-Nya yang jujur lagi tepercaya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau, dan para sahabat seluruhnya.  

Saudara-saudaraku kaum mukmumin! 
Mengetahui tujuan penciptaan dan hidup manusia di dunia adalah hal terpenting yang harus mengisi benak setiap muslim dan menjadi obyek perenungan. 

Setiap insan memiliki pandangan sesuai pengetahuan, perasaan, dan keyakinannya. Bagi muslim yang ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi serta Rasul, sangat memahami hal ini dengan baik. Sebab dia menemukan  jawabannya dalam Al Qur`an dan As Sunnah. 

Hal yang paling jelas digambarkan dalam Al-Qur'an, paling banyak disebutkan dalam surah dan ayat, serta paling kuat pengaruhnya adalah, informasi tentang kehidupan akhirat yang berujung pada surga sebagai tempat yang penuh kenikmatan dan abadi, atau berakhir di neraka Jahannam sebagai tempat kesengsaraan yang menyakitkan. Inilah hal terpenting yang berhubungan dengan akhir perjalanan hidup manusia setelah kematian. Ayat-ayat yang menjelaskannya secara berulang-ulang dan detail pun harusnya dihadirkan seorang muslim dalam setiap kondisi dan tindak tanduknya. 

Penjelasan detail tentang tujuan penciptaan manusia tertuang dalam perintah dan berita yang disampaikan Allah Subhânahû wa Ta’âla.

Contoh berita adalah firman-Nya :

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ﴾  

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzâriyât : 56) 

Sedangkan contoh perintah adalah firman Allah Subhânahû wa Ta’âla :

﴿وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ﴾    

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (Q.S. Al Bayyinah : 5) 

Jadi, tujuan penciptaan manusia, pengutusan para rasul, dan penurunan wahyu adalah, beribadah kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla dengan cara mentauhidkan-Nya, mengagungkan perintah dan larangan-Nya, berjalan sesuai apa yang diridhai-Nya, dan menjauhi semua hal yang mendatangkan murka-Nya. 

Di awal pengutusannya, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam pernah bersabda : 

إِنَّ الرَّائِدَ لاَ يَكْذِبُ أَهْلَهُ، وَاللهِ، لَوْ كَذَبْتُ النَّاسَ جَمِيْعًا مَا كَذَبْتُكُمْ، وَلَوْ غَرَرْتُ النَّاسَ مَا غَرَرْتُكُمْ، وَاللهِ لَتَمُوْتُنَّ كَمَا تَنَامُوْنَ، وَلَتُبْعَثُنَّ كَمَا تَسْتَيْقِظُوْنَ، وَلَتُحَاسَبُنَّ بِمَا تَعْمَلُوْنَ، وَلَتُجْزَوُنَّ بِالإِحْسَانِ إِحْسَانًا، وَبِالسُّوْءِ سُوْءًا، وَإِنَّهَا لِلْجَنَّةِ أَبَدًا، وَالنَّارِ أَبَدًا. 

“Sesungguhnya seorang pemimpin tidak akan berbohong kepada keluarganya. Demi Allah, andai aku berbohong kepada semua manusia, maka aku tidak akan berbohong kepada kalian. Andai aku menipu orang-orang maka aku pasti tidak akan menipu kalian. Demi Allah, kalian pasti meninggal seperti halnya kalian tidur, dibangkitkan seperti halnya kalian terjaga, dihisab semua yang kalian lakukan, serta dibalas setimpal, kebaikan dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Sungguh, akhirnya ke surga selama-lamanya atau neraka selama-lamanya.” (HR. Ibnu Hibban) 

Keyakinan kepada Allah yang hakiki akan terlihat saat hamba berada dalam fase lemah atau tak berdaya. Keyakinan bagi hamba yang percaya kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla selalu ada dalam kondisi kelam, sulit, dan tertimpa bencana.  

Ya Allah, wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu. 

هَذَا وَصَلُّوْا وَسِلِّمُوْا عَلَى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ وَالْهُدَى: مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَسُوْلِ اللهِ إِلَى الْعَالَمِيْنَ.  

Demikianlah, Dan Bacalah shalawat dan salam kepada Nabi rahmat dan Huda, Muhammad bin Abdullah, utusan Allah kepada semesta alam. 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَصَحَابَتِهِ الْغُرِّ الْمَيَامِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. 

Ya Allah, limpahkanlah shawalat, salam, dan keberkahan kepada hamba dan utusan-Mu Muhammad, keluarga beliau yang bersih lagi suci, para sahabat yang memancarkan kemilau cahaya, dan orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. 

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاخْذُلِ الطُّغاةَ وَالْمُلاَحِدَةِ وَالْمُفْسِدِيْنَ، اللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ وِعَبَادَكَ الْمُؤْمِنِيْنَ. 

Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah orang-orang yang melampaui batas, atheis dan pelaku kerusakan. Ya Allah, tolonglah agama-Mu, Kitab-Mu, Sunnah Nabi-Mu, dan hamba-hamba-Mu yang beriman. 

اللَّهُمَّ أَبْرِمْ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ أَمْرَ رُشْدٍ يُعَزُّ فِيْهِ أَهْلُ طَاعَتِكَ، وَيُهْدَى فِيْهِ أَهْلُ مَعْصِيَتِكَ، وَيُؤْمَرُ فِيْهِ بِالْمَعْرُوْفِ، وَيُنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Ya Allah, kuatkanlah kesadaran umat ini yang memuliakan ahli ketaatan, memberi hidayah kepada ahli maksiat, memerintahkan kebaikan, dan mencegah kemungkaran, wahai Tuhan semesta alam.

اللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ بِسُوْءٍ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ، وَرُدَّ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Ya Allah, sibukkanlah orang yang menghendaki keburukan kepada Islam dan umat Islam dengan dirinya sendiri, balaslah tipu dayanya berbalik menyerang dirinya, dan jadikanlah lingkup keburukan di sekitarnya, wahai Tuhan semesta alam. 

اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي فَلِسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ فُكَّ حِصَارَهُمْ، وَأَصْلِحْ أَحْوَالَهُمْ، وَاكْبِتْ عَدُوَّهُمْ. 

Ya Allah, bantulah para pejuang di jalan-Mu, di Palestina, dan di seluruh tempat, wahai Tuhan semesta alam. Ya Allah, bebaskanlah orang yang terkepung dari mereka, perbaikilah kondisi mereka, dan kalahkanlah musuh mereka. 

اللَّهُمَّ حَرِّرِ الْمَسْجِدَ اْلأَقْصَى مِنْ ظُلْمِ الظَّالِمِيْنَ، وَعُدْوَانِ الْمُحْتَلِّيْنَ.

Ya Allah, bebaskanlah Masjidil Aqsha dari kezhaliman orang-orang yang zhalim dan permusuhan orang-orang yang menjajah.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ الأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا دُعِيْتَ بِهِ أَجَبْتَ، وَإِذَا سُئِلْتَ بِهِ أَعْطَيْتَ أَنْ تَلْطُفَ بِإِخْوَانِنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ فِي فَلِسْطِيْنَ، وَفِي سُورِيَا، وَفِي الْعِرَاقِ، وَفِي الْيَمَنِ، وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ، وَارْفَعْ عَنْهُمُ الْبَلاَءَ، وَعَجِّلْ لَهُمْ بِالْفَرَجِ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَهُمْ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى الْهُدَى، وَاكْفِهِمْ شِرَارَهُمْ.  

Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dengan nama-Mu yang paling agung yang apabila digunakan untuk meminta kepada-Mu maka Engkau pasti mengabulkan, dan jika digunakan untuk diminta maka Engkau pasti memberi, agar Engkau mengasihi saudara-saudara kita umat Islam di semua tempat. Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Palestina, Suria, Irak, Yaman, dan di mana pun juga. Ya Allah, sayangilah mereka, angkatlah bencana dari mereka, dan segerakanlah jalan keluar bagi mereka. Ya Allah, perbaikilah kondisi mereka, satukanlah mereka di atas pentujuk, dan lindungilah mereka dari orang-orang yang jahat dari mereka. 

اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالطُّغَاةِ الظَّالِمِيْنَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالطُّغَاةِ الظَّالِمِيْنَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَمَقْتَكَ وَغَضَبَكَ إِلَهَ الْحَقِّ. 

Ya Allah, hukumlah orang-orang yang sewenang-wenang lagi zhalim dan siapa pun yang menolong mereka. Ya Allah, hukumlah orang-orang yang sewenang-wenang lagi zhalim dan siapa pun yang menolong mereka. Ya Allah, turunkanlah kehinaan-Mu, hukuman-Mu, dan murka-Mu kepada mereka, wahai Tuhan kebenaran. 

اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِهِ لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى، اللَّهُمَّ وَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ وَإِخْوَانَهُمْ وَأَعْوَانَهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلاَحِ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ.  

Ya Allah, berilah taufik kepada pemimpin kami untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan ridhai, serta arahkan ia kepada kebaikan dan ketakwaan. Ya Allah, berilah taufik kepadanya, kedua putra mahkota, saudara-sauara mereka dan para pembantu mereka untuk kebaikan bangsa dan negara. 

اللَّهُمَّ احْفَظْ وَسَدِّدْ وَوَفِّقْ جُنُوْدَنا الْمُرَابِطِيْنَ عَلَى ثُغُوْرِنَا وَحُدُوْدِنَا، الْمُجَاهِدِيْنَ لِحِفْظِ أَمْنِ بِلاَدِنَا وَأَهْلِنَا وَدِيَارِنَا الْمُقَدَّسَةِ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ مُعِيْنًا وَنَصِيْرًا وَحَافِظًا. 

Ya Allah, lindungilah, benarkanlah, dan bimbinglah pasukan kami yang berjaga-jaga di setiap celah dan wilayah perbatasan kami, yang berjihad menjaga kemanan negeri, keluarga, dan negeri kami yang suci. Ya Allah, jadilah penolong, penyelamat, dan pelindung bagi mereka. 

اللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلاَةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ لِتَحْكِيْمِ شَرْعِكَ، وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ رَحْمةً عَلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ.

Ya Allah, bimbinglah para pemimpin umat Islam untuk menerapkan syariat-Mu, mengikuti Sunnah Nabi-Mu Muhammad Shallallâhu Alaihi wa Sallam, dan jadikanlah mereka sebagai rahmat atas hamba-hamba-Mu yang beriman.

اللَّهُمَّ انْشُرِ اْلأَمْنَ وَالرَّخَاءَ فِي بِلاَدِنَا وَبِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَاكْفِنَا شَرَّ اْلأَشْرَارِ، وَكَيْدَ الْفُجَّارِ، وَشَرَّ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ.

Ya Allah, tebarkanlah keamanan dan kedamaian di negeri kami serta negeri umat Islam. Cukuplah Engkau bagi kami untuk membendung keburukan orang-orang yang jahat, tipu daya orang-orang yang durhaka, serta keburukan yang datang di malam dan siang hari. 

﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾  

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S . Al Baqarah : 201)

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. 

Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan sikap berlebih-lebihan kami, teguhkanlah kaki kami dan tolonglah kami melawan orang-orang kafir. 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَنَا، وَاسْتُرْ عُيُوْبَنَا، وَيَسِّرْ أُمُوْرَنَا، وَبَلِّغْنَا فِيْمَا يُرْضِيْكَ آمَالَنَا، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالدِيْنَا وَوَالِدِيْهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ، وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ. 

Ya Allah, ampunilah dosa kami, tutupilah aib kami, mudahkanlah urusan kami, dan sampaikanlah kami meraih cita-cita yang membuat-Mu ridha. Ya Allah, ampunilah dosa kami, kedua orang tua kami, orang tua dari ibu-bapak kami dan keturunan mereka, istri dan keturunan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. 

نَسْتَغْفِرُ اللهِ، نَسْتَغْفِرُ اللهَ، نَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ. 

Kami memohon ampun kepada Allah. Kami memohon ampun kepada Allah. Kami memohon ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia yang Maha Hidup lagi Maha Mengurusi makhluk-Nya terus-menerus, dan kami tertobat kepada-Nya. 

اللَّهُمَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا غَيْثًا هَنِيْئًا مَرِيْئًا سَحًّا طَبَقًا مُجِلِّلاً، عَامًّا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، تُحِيِى بِهِ الْبِلاَدَ، وَتُسْقِي بِهِ الْعِبَادِ، وَتَجْعَلْه بَلاَغًا لِلْحَاضِرِ وَالْبَادِ. 

Ya Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau Maha Kaya sedang kami fakir. Turunkanlah hujan kepada kami dan janganlah Engkau menjadikan kami orang-orang yang berputus asa. Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami dengan hujan yang membawa kenikmatan, turun dengan deras, merata, menyeluruh, bermanfaat, tidak menimbulkan bencana, memberikan kehidupan bagi negara, memberikan kesegaran bagi rakyat, serta dinikmati oleh penduduk kota dan desa.

اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، لاَ سُقْيَا عَذَابٍ، وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدَمٍ، وَلاَ غَرَقٍ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا.  

Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat. Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat. Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat, bukan hujan yang membawa siksaan, bala, kerusakan dan banjir. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, maka kirimkanlah awan yang membawa hujan kepada kami. 

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إَنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إَنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

Ya Allah, terimalah doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terima pula pertobatan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْن والْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Maha Suci Tuhanmu, Pemilik kemuliaan dari segala yang manusia sifatkan kepada-Nya. Salam penghormatan kepada para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar