(Khutbah Jum’at)
Oleh Asy-Syaikh DR. Shalih bin Abdullah Humaid hafidhohullah Ta'ala.
Makkah : 29 Rabitus-Tsani 1438 H /
27 Januari 2017 M.
( Grup sebelah )
Khutbah Pertama :
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَحْسَنَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.
Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah Ta'ala. Kepada-Nya, kami memuji, meminta pertolongan, dan memohon ampunan. Kami berlindung kepada Allah Ta'ala dari keburukan diri dan amal perbuatan kami. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Ta'ala semata tiada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman :
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Q.S. Âli Imrân : 102)
Allah Ta'ala berfirman :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan darinya Allah menciptakan isterinya; serta dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An-Nisâ`: 1)
Allah Ta'ala berfirman :
“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al Ahzâb : 70-71)
Amma ba'du :
Sungguh, perkataan yang paling baik adalah Kitab Allah dan sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad Shallallâhu Alaihi wa Sallam. Seburuk-buruk perkara adalah hal-hal baru yang dimunculkan dalam agama, dan setiap hal baru tersebut adalah bid’ah dan bid’ah itu adalah kesesatan.
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Allah Subhânahû wa Ta’âla memuliakan dan memberikan keistimewaan kepada manusia dari sekian banyak makhluk-Nya. Dia menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan membekalinya dengan akal untuk menjaga fithrahnya. Inilah bentuk dan fithrah yang menyatukan antara unsur tanah dan ruh, agar manusia mampu menunaikan tugas sebagai Khalifah dan pengelola bumi.
Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :
﴿وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ﴾
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit serta apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (Q.S. Al Jâtsiyah : 13)
Salah satu tugas memimpin dan mengelola yang paling utama adalah, membenahi cara berpikir, menjaga kelurusan pikiran dan mengendalikan arah tujuannya dalam segala lini kehidupan. Kedudukan manusia dan kekuatan pikirannya akan terlihat jelas dari tingkat manusia mengfungsikan pikirannya dan memperlakukan akalnya dengan baik, serta mewujudkannya untuk hal-hal yang berguna di dunia dan di akhirat.
Akal sejatinya adalah pondasi nilai-nilai kemuliaan dan sumber adab. Akal merupakan modal utama dalam beragama dan pilar terpenting dalam membangun dunia. Oleh karena itu, tidak ada anugerah yang diberikan Allah Subhânahû wa Ta’âla kepada hamba-Nya yang lebih istimewa daripada akal yang sehat dan pikiran yang lurus.
Akal merupakan kekuatan dan naluri yang diberikan Allah Subhânahû wa Ta’âla secara khusus kepada manusia. Dia mengistimewakan manusia dengan akal dari semua makhluk ciptaan-Nya. Akal adalah kekuatan indera yang dibebani tugas yang sangat berat, seperti mengaitkan satu sebab dengan akibatnya, mengetahui yang ghaib dari yang nyata, yang menyeluruh dari yang bagian, yang praktis dari yang teoritis, yang baik dari yang rusak, yang bermanfaat dari yang berbahaya, dari yang dinilai baik dari yang dinilai buruk, serta mengetahui tujuan dan konsekuensi yang baik.
Akal adalah cahaya Allah yang digunakan untuk membedakan antara yang hak dari yang batil, yang salah dari yang benar, baik ucapan, perbuatan, keyakinan, ilmu, maupun pengetahuan.
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Uniknya, kata akal tidak disebutkan dalam Al Qur`an secara spesifik, tetapi disebutkan dengan menggunakan kata derivasi dan sinonim (kata yang memiliki arti yang sama). Contoh penyebutan akal lewat turunan kata yaitu ﴿مَا عَقَلُوهُ﴾ “mereka tidak memahaminya” dalam firman Allah Subhânahû wa Ta’âla :
﴿أَتَطْمَعُوْنَ أَنْ يُؤْمِنُوْا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيْقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُوْنَ كَلاَمَ اللهِ ثُمَّ يُحَرِّفُوْنَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ﴾
“Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?” (Q.S. Al Baqarah : 75)
Atau kata ﴿نَعْقِلُ﴾ “kami memikirkan” dalam firman-Nya :
﴿وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ﴾
“Dan mereka berkata, ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala’.” (Q.S. Al Mulk : 10)
Atau kata ﴿وَمَا يَعْقِلُهَا﴾ “dan tiada memahaminya” dalam firman-Nya :
﴿وَتِلْكَ الأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ الْعَالِمُونَ﴾
“Perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Q.S. Al Ankabût : 43)
Atau kata ﴿يَعْقِلُونَ﴾ “orang-orang yang memikirkan” dalam firman-Nya :
﴿إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ﴾
“Sesunggguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan.” (Q.S. An-Nahl : 67)
Atau kata ﴿وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴾ “agar kamu memahaminya” dalam firman-Nya :
﴿إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴾
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur`an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Q.S. Yûsuf : 2)
Atau kata ﴿أَفَلاَ تَعْقِلُونَ﴾ “maka tidakkah kamu memahaminya” dalam firman-Nya:
﴿وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ﴾
“Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, maka tidakkah kamu memahaminya?” (Q.S. Al An’âm : 32)
Atau kata ﴿أَفَلاَ يَعْقِلُونَ﴾ “maka apakah mereka tidak memikirkan” dalam firman-Nya :
﴿وَمَنْ نَعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلاَ يَعْقِلُونَ﴾
“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya, maka Kami pasti kembalikan dia ke kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan.” (Q.S. Yâsîn : 68)
Sedangkan contoh penyebutan akal lewat sinonim atau arti kata yang sama yaitu ﴿أُولُو الْأَلْبَابِ﴾ dalam firman Allah Subhânahû wa Ta’âla :
﴿وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُو الْأَلْبَابِ﴾
“Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S. Al Baqarah : 269)
Atau kata ﴿أُولِي النُّهَى﴾ “orang-orang yang berakal” dalam firman-Nya :
﴿كُلُوْا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّأُولِي النُّهَى﴾
“Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Thâhâ : 54)
Atau kata ﴿أُولِي الْأَلْبَابِ﴾ “orang-orang yang berakal” dalam firman-Nya :
﴿إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ﴾
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Q.S. Âli Imrân : 190)
Atau kata ﴿لَهُ قَلْبٌ﴾ “yang mempunayi akal” dalam firman-Nya :
﴿إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ﴾
“Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Q.S. Qâf : 37)
Atau kata ﴿ذِي حِجْرٍ﴾ “orang-orang yang berakal” dalam firman-Nya :
﴿هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِّذِي حِجْرٍ﴾
“Yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.” (Q.S. Al Fajr : 5)
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Dalam menjelaskan hubungan antara indera satu dengan yang lain, Al Qur`an mengaitkannya secara gamblang. Contohnya adalah telinga dengan kemampuan mendengar, mata dengan kemampuan melihat, kaki dengan kemampuan berjalan, dan tangan dengan kemampuan memegang. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam firman-Nya:
﴿أَلَهُمْ أَرْجُلٌ يَمْشُونَ بِهَا أَمْ لَهُمْ أَيْدٍ يَبْطِشُونَ بِهَا أَمْ لَهُمْ أَعْيُنٌ يُبْصِرُونَ بِهَا أَمْ لَهُمْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا﴾
“Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu dia dapat berjalan, atau mempunyai tangan yang dengan itu dia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai mata yang dengan itu dia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat mendengar?” (Q.S. Al A’râf : 195)
Berbeda dengan akal, Allah Subhânahû wa Ta’âla tidak mengaitkannya dengan kemampuan indera apa pun. Bahkan akal dikaitkan dengan fungsi tugas mengetahui, bukan dengan nama atau alat. Hal ini seolah-olah mengindikasikan bahwa akal merepresentasikan sejumlah fungsi indera, baik pendengaran, penglihatan, hati, jantung, dan lain sebagainya. Jadi, secara keseluruhan, akal sangat terkait dengan manusia dan terhubung dengan indera manusia.
Akal merupakan kemampuan fungsional yang keberadaan dan fungsinya berkaitan erat dengan keberadaan indera manusia. Oleh karena itu, ketika manusia mampu mengfungsikan inderanya dengan baik, maka dia mampu menalar dengan baik dan matang dalam memikirkan segala sesuatu, hingga bisa menjelaskan hubungan akal dengan berbagai peristiwa dan tingkah laku. Dengan demikian, cara pandang yang logis merupakan aktivitas indera manusia yang vital dan terus bekerja, dimana dimensi dan indikasinya sangat berkaitan erat dengan manusia, waktu, peristiwa serta semua aktivitas hidup dan makhluk hidup.
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Menfungsikan akal dan menggunakannya dengan baik pun Allah Subhânahû wa Ta’âla serahkan sepenuhnya kepada manusia. Yang mampu memanfaatkannya dengan baik maka dia pasti maju dan yang tidak mampu maka dia pasti terbelakang. Dalam menfungsikannya, akal digunakan untuk berpikir, mengingat, mengambil pelajaran, merenung, melihat, mengamati, mengetahui, dan memahami. Semua perbuatan tersebut ada landasan perintahnya dalam Al Qur`an. Contohnya adalah firman Allah Subhânahû wa Ta’âla:
﴿وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ قَالُوا سَمِعْنَا وَهُمْ لاَ يَسْمَعُونَ﴾
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang (munafik) vang berkata, ‘Kami mendengarkan’, padahal mereka tidak mendengarkan.” (Q.S. Al Anfâl : 21)
Allah Ta'ala berfirman :
﴿وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ﴾
“Mereka berkata, ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya kami tidak termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala’.” (Q.S. Al Mulk : 10)
Allah Ta'ala berfirman :
﴿إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ﴾
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Q.S. Qâf : 37)
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Jika demikian adanya, maka akal dalam Islam adalah obyek untuk dibebani perintah dan alat untuk memahami. Dengan akal, manusia mampu mengeluarkan produk hukum syariat, menjelaskan tujuan pembuat syariat, serta bertindak secara baik dalam semua urusan agama dan dunia.
Akal dibebani tugas yang sangat jelas, yaitu memperhatikan alam semesta, baik langit maupun bumi, mencari tahu hubungan sebab-akibat, menggali ilmu; serta mempertimbangkan yang baik dari yang tidak baik, yang berguna dari yang berbahaya, yang berkeadilan dari yang zhalim. Itu semua dilakukan agar manusia mampu memaksimalkan nikmat akal sebaik mungkin dalam rangka melaksanakan tugas mengelola alam bumi.
Berkaitan dengan hal ini, Al Qur`an dan Sunnah banyak sekali mengupas tentang akal, baik lewat dalil, analogi, perumpamaan, maupun dialog. Selain hal itu dilakukan agar akal terbebas dari segala bentuk khurafat, dongeng, ramalan, sihir, tathayyur, dan taklid buta kepada nenek moyang, juga agar manusia mampu membangun hidupnya dalam cakrawala yang lebih luas, baik akidah, amal shalih, dan kontribusi positif.
Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :
﴿قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ﴾
“Katakanlah, ‘Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar’.” (Q.S. An-Naml : 64)
Allah Ta'ala berfirman :
﴿قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُم بِوَاحِدَةٍ أَن تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا﴾
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad)’.” (Q.S. Saba`: 46)
Allah Ta'ala berfirman :
﴿فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (24) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا (25) ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا (26) فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (27) وَعِنَبًا وَقَضْبًا (28) وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا (29) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (30) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (31) مَّتَاعًا لَّكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ﴾
“Maka manusia hendaknya melihat makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.” (Q.S. Abasa : 25-32)
Allah Ta'ala berfirman :
﴿أَفَلَمْ يَنظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٍ (6) وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ (7) تَبْصِرَةً وَذِكْرَىٰ لِكُلِّ عَبْدٍ مُّنِيبٍ (8)﴾
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? Kami juga menghamparkan bumi dan meletakkan gunung-gunung yang kokoh padanya sreta menumbuhkan segala macam tanaman yang indah dipandang mata padanya, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).” (Q.S. Qâf : 6-8)
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Keterkaitan akal dengan naql dan keteraturan hubungan antara nalar dan nash adalah salah satu kekayaan kultur dan nilai kemuliaan paling agung yang dimiliki umat Islam. Semua ulama dan cendikiawan muslim menyatakan dan membuktikan bahwa ada kesesuaian antara akal yang sehat dan naql yang shahih, sehingga tidak ada kontradiksi antara keduanya. Sebab hal-hal yang berkaitan dengan akal sehat adalah ciptaan Allah, sedangkan naql yang shahih adalah syariat Allah, maka dari itu tidak ada pertentangan maupun kontradiksi antara ciptaan Allah dan syariat-Nya. _“(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. An-Naml : 88)
Kebenaran tidak akan pernah bertentangan, bahkan ketika satu permasalahan dipandang tidak baik menurut syariat, maka begitu pula dalam pandangan akal sehat. Oleh karena itu, dalil Al Qur`an sangat berkesesuaian dengan nalar, bahkan kewajiban syariat dan naql menguatkan teori dan nalar. Ketika seorang mukmin semakin dekat dengan Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam, para sahabat, dan tabiin, maka semakin baik pula tauhid, iman, akal, dan pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, ketika seseorang semakin jauh dari Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam, para sahabat, dan tabiin, maka semakin buruk pula tauhid, iman, akal, dan pengetahuannya.
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Kebaikan, manfaat, dan kemajuan yang dirasakan dunia modern saat ini dengan berbagai ilmu, pengetahuan, inovasi, dan penemuannya, adalah hasil pemanfaatan akal. Sedangkan keburukan dan kerusakan yang terjadi di dalamnya dikarenakn manusia melakukan perbuatan yang tidak bermanfaat, menuruti hawa nafsu, serta jauh dari kebenaran dan tuntunan yang dibawa oleh para rasul. Kedua kondisi ini tidak boleh dicampuradukkan. Manusia dengan ilmu dan akalnya bisa disejajarkan dengan para malaikat yang suci, sebagaimana ditegaskan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam firman-Nya:
﴿شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ﴾
“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan hal itu). Tak ada tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Âli Imrân : 18)
Ketika manusia menuruti hawa nafsu dan kesesatan, maka martabat mereka lebih rendah dari binatang, sebagaimana ditegaskan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam firman-Nya:
﴿أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا (43) أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلاَّ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا (44)﴾
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Q.S. Al Furqân : 43-44)
Allah Ta'ala berfirman :
﴿فَأَعْرِضْ عَنْ مَّن تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلاَّ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (29) ذَٰلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ الْعِلْمِ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اهْتَدَى (30)﴾
“Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Najm : 29-30)
Allah Ta'ala berfirman :
﴿فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِندَهُم مِّنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِم مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ﴾
“Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa ketarangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh adzab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu.” (Q.S. Ghâfir : 83)
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Manusia wajib menjaga karunia akal yang dimilikinya. Karena Allah Subhânahû wa Ta’âla pasti meminta pertanggung jawaban setiap pandangan dan pikiran yang digunakannya. Penggunaan akal yang baik tak ubahnya nikmat-nikmat yang lain, seperti umur, kesehatan, harta, anak, pancar indera, dan anggota tubuh lainnya.
Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :
﴿وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا﴾
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (Q.S. Al Isrâ` : 36)
Oleh sebab itu, manusia yang berakal sehat dan memiliki sistem hidup yang benar menjauhkan dirinya dari perbuatan tak berguna dan tak bernilai, tidak menuruti dorongan hawa nafsu, tidak mengekor adat-istiadat nenek moyang yang menyimpang, serta tidak keras kepala, sombong, dan riya.
Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :
﴿قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لاَ يُؤْمِنُونَ﴾
“Katakanlah, ‘Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Q.S. Yûnus : 101)
نَفَعَنِيَ اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَبِهَدْيِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Semoga Allah memberikan manfaat kepada aku dan Anda lewat Al Qur`an yang agung dan tuntunan Muhammad Shallallâhu Alaihi wa Sallam. Aku cukupkan khutbahku sampai di sini. Aku memohon ampun kepada Allah Ta'ala untuk diriku, Anda, dan seluruh kaum muslimin dari segala dosa dan kesalahan, maka mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah Kedua :
الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ نَاصِرِنَا وَهَادِيْنَا، شَرَعَ لَنَا مِنَ الشَّرَائِعِ مَا يَكْفِيْنَا وَيُغْنِيْنَا، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى جَزِيْلِ مَا يُعْطِيْنَا وَيُوْلِيْنَا، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ حَقٍّ عِلْمًا وَيَقِيْنًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ بَعَثَهُ رَبُّهُ بِالْحَقِّ وَالْهُدَى شِرْعَةً وَتَوْحِيْدًا وَدِيْنًا، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُمْ سَلَفُنَا وَبِهِمْ تَأَسِّيْنَا، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Al Hamdulillâh, Segala puji hanya bagi Allah Ta'ala menolong dan memberikan hidayah kepada kami. Dia membuat syariat yang memenuhi kebutuhan dan memadai untuk kami. Aku memuji Allah Ta'ala Yang Maha Suci dan bersyukur kepada-Nya atas limpahan anugerah yang Dia berikan dan curahkan kepada kami. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Ta'ala semata tiada sekutu bagi-Nya, kesaksian yang benar, ilmu dan keyakinan. Aku juga bersaksi baha Junjungan dan Nabi kami, Muhammad,adalah hamba dan utusan Allah Ta'ala yang diutus Tuhannya membawa kebenaran dan petunjuk sebagai syariat, tauhid, dan agama. Semoga Allah Ta'ala melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat generasi pendahulu kami dan dengan merekalah kami meneladani, tabiin, dan orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kaimat. Tak lupa pula salam penghormatan yang sebanyak-banyaknya tercurah kepada beliau. Amma ba'du :
Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Di samping kedudukan akal yang begitu mulia, ia juga berfungsi sebagai alat untuk memahami dengan batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Jika akal melanggar batasannya maka ia pasti terjerembab dalam kesesatan dan penyimpangan, serta masuk dalam ancaman Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam firman-Nya :
﴿وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَ يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ﴾
“Sesungguhnya Kami jadikan (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, (karena) mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu tak ubahnya binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al A’râf : 179)
Akal saja tidak bisa dijadikan sebagai sumber rujukan dan alat untuk menimbang, sebab akal manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap dan memahami. Oleh karena itu, sangat keliru jika ada yang serampangan menjadikan akal sebagai sumber rujukan satu-satunya, sehingga hawa nafsu, pendapat, dan keinginan pribadi dijadikan sebagai tolok ukur dalam menolak sesuatu. Dia menyangka bahwa akallah yang menolaknya, dan apa yang masuk akal adalah yang diterima akal. Padahal dia tahu bahwa akal memiliki kemampuan berbeda-beda dalam menangkap dan memahami.
Oleh karena itu, mari sama-sama kita renungi informasi yang disampaikan dalam hadits berikut ini :
تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ اللهِ وَلاَ تَتَفَكَّرُوْا فِي اللهِ؛ فَإِنَّكُمْ لَنْ تَقْدُرُوْا قَدْرَهُ.
“Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan janganlah memikirkan tentang Dzat Allah, karena sesungguhnya kalian tidak mampu menjangkaunya.” (HR. Abu Nu’aim, Ath-Thabarani, dan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas Radhiyallâhu Anhu)
Ulama mengatakan, bahwa hal itu karena akal manusia tak mampu menangkap dan menalar semua gambaran yang berada di luar jangkauan indera dan pandangannya, serta persepsi yang dialaminya. Hal ghaib dan semua yang tidak bisa ditangkap oleh panca indera hanya bisa diketahui akal lewat berita atau informasi yang valid. Nabi Ibrahim Alaihissallâm misalnya, diperlihatkan kerajaan langit dan bumi oleh Allah Subhânahû wa Ta’âla agar lebih yakin dan mengetahui bagaimana Allah Subhânahû wa Ta’âla menghidupkan yang mati supaya hatinya lebih tenang. Jadi, hakikat sesuatu yang ghaib tidak bisa diketahui dan dijangkau oleh akal manusia kecuali lewat berita yang valid dari pihak yang jujur lagi tepercaya.
Bertakwalah kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla, karena Akal selalu mempercayai semua informasi yang disampaikan syariat sebagai bukti kebenaran Risalah. Selain itu, akal merupakan syarat utama untuk bisa menguasai ilmu dan berkarya dengan baik. Dengan akal, ilmu dan pekerjaan menjadi sempurna, namun akal tidak bisa berdiri sendiri bahkan harus dihubungkan dengan tuntunan Al Qur`an dan Sunnah.
Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :
﴿وَلَكِن جَعَلْنَاهُ نُورًا نَّهْدِي بِهِ مَن نَّشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ﴾
“Kami menjadikan Al Qur`an itu sebagai cahaya, yang dengannya Kami tunjuki siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami dan sesungguhnya engkau memberi hidayah ke jalan yang lurus.” (Q.S. Asy-Syûrâ : 52)
Jadi, jika hanya akal yang diandalkan dalam menangkap dan memahami segala sesuatu, maka ia tak akan mampu melihat dengan baik dan memperoleh pengetahuan dengan benar.
هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى الرَّحْمَةِ الْمُهْدَاةِ، وَالنِّعْمَةِِ الْمُسْدَاةِ: نَبِيِّكُمْ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ؛ فَقَدْ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ رَبُّكُمْ، فَقَالَ فِي مُحْكَمِ تَنْزِيْلِهِ -وَهُوَ الصَّادِقُ فِي قِيْلِهِ-: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾
Demikianlah! Bacalah shalawat dan salam kepada rahmat yang memperoleh hidayah dan nikmat yan dicurahkan, yaitu Nabi Anda Muhammad Rasulullah. Karena Tuhan Anda telah menitahkan Anda untuk melakukan perintah tersebut, lalu Dia berfirman dalam wahyu-Nya yang benar, sedang Dia Maha Benar dalam firman-Nya : “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al Ahzâb : 56)
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ: نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ الْحَبِيْبِ الْمُصْطَفَى، وَالنَّبِيِّ الْمُجْتَبَى، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ.
Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba dan utusan-Mu, Nabi kami, Muhammad, sang kekasih istimewa dan Nabi pilihan, keluarga beliau yang baik lagi suci, serta istri-istri beliau Ummahatul Mukminin.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ الْخُلَفَاءِ الأَرْبَعَةِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَجُوْدِكَ وَإِحْسَانِكَ، يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
Ya Allah, ridhailah Khulafa Ar-Rasyidin, yaitu: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Ridhai pula seluruh sahabat, tabiin, dan orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. Ridhai juga kami bersama mereka dengan ampunan, kedermawanan, dan kebaikan-Mu, wahai Dzat yang memiliki kedermawanan dari semua yang paling dermawan.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وأذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَاخْذُلِ الطُّغَاةَ وَالْمُلاَحِدَةَ وَسَائِرَ أَعْدَاءِ الْمِلَّةِ وَالدِّيْنِ.
Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah kesyirikan dan orang-orang musyrik, serta hancurkanlah para penindas, orang-orang atheis, serta seluruh musuh Islam.
اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ، وَاتَّبَعَ رِضَاكَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Ya Allah, hadirkanlah rasa aman di tanah air kami, perbaikilah imam dan pemimpin kami, serta serahkanlah tampuk kekuasaan kami kepada orang yang takut kepada-Mu, bertakwa, dan mencari keridhaan-Mu, wahai Tuhan semesta alam.
اللَّهُمَّ انْصُرْ جُنُوْدَناَ، اللَّهُمَّ انْصُرْ جُنُوْدَناَ الْمُرَابِطِيْنَ عَلَى الْحُدُوْدِ، اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ وَسَدِّدْ رَأْيَهُمْ، وَصَوِّبْ رَمْيَهُمْ، وَشُدَّ أَزْرَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْهِمْ، اللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، وَانْصُرْهُمْ بِنَصْرِكَ، اللَّهُمَّ احْفَظْهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَمِنْ فَوْبقِهِمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ أَنْ يُغْتَالُوْا مِنْ تَحْتِهِمْ، اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَهُمْ، وَاشْفِ مَرْضَاهُمْ، وَاحْفَظْهُمْ فِي أَهْلِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ مُجِيْبٌ.
Ya Allah, tolonglah pasukan kami. Ya Allah, tolonglah pasukan kami yang sedang menjaga wilayah perbatasan. Ya Allah, tolonglah mereka, benarkanlah cara pandang mereka, tepatkanlah sasaran mereka, eratkanlah ikatan mereka, kuatkanlah tekad mereka, teguhkanlah pendirian mereka, satukanlah hati mereka, dan tolonglah mereka melawan orang yang semena-mena terhadap mereka. Ya Allah, kuatkanlah mereka dengan sokongan-Mu dan tolonglah mereka dengan bantuan-Mu. Ya Allah, lindungilah mereka dari arah depan, belakang, kanan, kiri, dan atas. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari tipu daya yang menimpa mereka dari arah bawah mereka. Ya Allah, sayangilah para syuhada mereka, sembuhkanlah yang sakit dari mereka, serta peliharalah mereka di tengah keluarga dan keturunan mereka, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
اللَّهُمَّ يَا وَلِيَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَيَا نَاصِرَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَيَا غِيَاثُ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ، يَا عَظِيْمَ الرَّجَاءِ، وَيَا مُجِيْرَ الضُّعَفَاءِ، اللَّهُمَّ إِنَّ لَنَا إِخْوَانًا مُسْتَضْعَفِيْنَ وَمَظْلُوْمِيْنَ فِي فَلِسْطِيْنَ، وَفِي سُوْرِيَا، وَفِي بُورْمَا، وَفِي أَفْرِيْقِيَا الْوُسْطَى وَفِي لِيْبِيَا، وَفِي الْيعِرَاقِ، وَفِي الْيَمِنِ، اللَّهُمَّ وَقَدْ مَسَّهُمُ الضُّرُّ، وَحَلَّ بِهِمُ الْكَرْبُ، وَاشْتَدَّ عَلَيْهِمُ الأَمْرُ، تَعَرَّضُوْا لِلظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ وَالتَّشْرِيْدِ وَالْحِصَارِ، سُفِكَتْ دِمَاؤُهُمْ، وَقُتِلَ أَبْرِيَاؤُهُمْ، وَرُمِّلَتْ نِسَاؤُهُمْ، وَيُتِّمُ أَطْفَالُهُمْ، وَهُدِّمَتْ مَسَاكِنُهُمْ وَمَرَافِقُهُمْ.
Ya Allah, wahai Pelindung orang-orang beriman! Wahai Penolong orang-orang yang tertindas! Wahai Penyelamat orang-orang yang meminta tolong! Wahai Yang memiliki harapan paling besar! Wahai Penyelamat orang-orang lemah! Ya Allah, sesungguhnya kami memiliki saudara-saudara yang tertindas di Palestina, Suria, Burma, Afrika Tengah, Libya, Irak, dan Yaman. Ya Allah, sungguh mereka sedang tertimpa marabahaya, terkena musibah, terhimpit masalah, dihadapkan dengan kezhaliman, kesewenang-wenangan, pengusiran dan pengepungan. Darah mereka ditumpahkan, orang-orang yang tak berdosa dari mereka dibunuh, kaum wanita mereka dibuat menjadi janda, anak-anak mereka menjadi yatim, serta tempat tinggal dan tempat peraduan mereka dihancurleburkan.
اللَّهُمَّ يَا نَاصِرَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَيَا مُجِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، انْتَصِرْ لَهُمْ، وَتَوَلَّ أَمْرَهُمْ، وَاكْشِفْ كَرْبَهُمْ، وَارْفَعْ ضَرَّهُمْ، وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ، اللَّهُمَّ مُدَّهُمْ بِمَدَدِكَ، وَأَيِّدْهُمْ بِجُنْدِكَ، وَانْصُرْهُمْ بِنَصْرِكَ.
Ya Allah, wahai Penolong orang-orang yang tertindas, wahai Penyelamat orang-orang beriman! Tolonglah mereka, mudahkanlah urusan mereka, hilangkanlah musibah mereka, angkatlah kemudharatan dari mereka, segerakanlah jalan keluar bagi mereka, damaikanlah hati mereka, dan satukanlah kalimat mereka. Ya Allah, bantulah mereka dengan uluran tangan-Mu, kuatkanlah mereka dengan bala tentara-Mu, dan tolonglah mereka dengan pertolongan-Mu.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ لَهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، وَفَرَجًا وَرَحْمَةً وَثَبَاتًا، وَسَدِّدْ رَأْيَهُمْ، وَصَوِّبْ رَمْيَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ.
Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu agar Engkau memberikan pertolongan yang kuat, jalan keluar, rahmat, dan keteguhan bagi mereka, benarkanlah pandangan mereka, tepatkanlah tembakan mereka, dan kuatkanlah tekad mereka.
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالطُّغَاةِ الظَّالِمِيْنَ، وَمَنْ شَايَعَهُمْ وَمَنْ أَعَانَهُمْ، اللَّهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ، وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَمَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍٍ، اللَّهُمَّ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِي تَدِبْيِرْهِمْ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Ya Allah, hukumlah para penindas lagi zhalim, dan orang-orang yang mendukung serta membantu mereka. Ya Allah, cerai-beraikanlah kesatuan mereka, lemahkanlah kekuatan mereka, dan cabik-cabiklah mereka sehancur-hancurnya. Ya Allah, jadikanlah kehancuran mereka berada di balik rencana jahat mereka, wahai Tuhan semesta alam.
اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ الْمُحْتَلِّيْنَ، فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُوْنَكَ، اللَّهُمَّ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَدَرْأُ بِكَ فِي نُحُوْرِهِمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.
Ya Allah, hukumlah orang-orang Yahudi yang merampas. Ya Allah, hukumlah orang-orang Yahudi yang merampas lagi menjajah, sebab mereka tak mampu melemahkan-Mu. Ya Allah, turunkanlah siksaan-Mu yang tidak bisa ditolak dari para pelaku dosa. Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan-Mu sebagai tameng untuk menghadapi mereka, dan kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan jahat mereka.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا، اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَنَا، وَاسْتُرْ عُيُوْبَنَا، وَنَفِّسْ كُرُوْبَنَا، وَعَافِ مُبْتَلاَنَا، وَاشْفِ مَرْضَانَا، وَارْحَمْ مَوْتَانَا.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, tutupilah aib kami, ringankanlah malapetaka kami, selamatkanlah yang tertimpa musibah dari kami, sembuhkanlah yang sakit dari kami, dan rahmatilah yang meninggal dari kami.
اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ. اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ.
Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau Maha Kaya sedang kami fakir. Turunkanlah hujan kepada kami dan janganlah Engkau menjadikan kami orang-orang yang berputus asa. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau Maha Kaya sedang kami fakir. Turunkanlah hujan kepada kami dan janganlah Engkau menjadikan kami orang-orang yang berputus asa. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Ya Allah, Engkau adalah Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Engkau Maha Kaya sedang kami fakir. Turunkanlah hujan kepada kami dan janganlah Engkau menjadikan kami orang-orang yang berputus asa.
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا غَيْثًا مُغِيْثًا هَنِيْئًا مَرِيْئًا، طَبَقًا سَحًّا مُجِلِّلاً، عَامًّا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلاً غَيْرَ آجِلٍ، تُحِيِى بِهِ الْبِلاَدَ وَتُغِيْثُ بِهِ الْعِبَادَ، وَتَجْعَلْه بَلاَغًا لِلْحَاضِرِ وَالْبَادِ.
Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami dengan hujan yang membawa kenikmatan, hujan yang turun dengan deras, merata, menyeluruh, bermanfaat lagi tidak menimbulkan bahaya, segera lagi tidak ditunda-tunda, hujan yang memberikan kehidupan bagi negeri dan mengguyuri semua hamba, serta dinikmati oleh penduduk kota dan desa.
اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، لاَ سُقْيَا عَذَابٍ، وَلاَ هَدْمٍ، وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ غَرَقٍ، اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبِلاَدَكَ وَبَهَائِمَكَ، وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ، وَأَحْيِي بَلَدَكَ الْمَيِّتَ.
Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat, bukan hujan yang membawa adzab, kerusakan, bencana, dan banjir. Ya Allah, hujanilah hamba-hamba-Mu, negeri-negeri-Mu, dan hewan-hewan-Mu. tebarkanlah rahmat-Mu dan hidupkanlah negeri-Mu yang tandus.
اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ، وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ، وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ، وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَهُ قُوَّةً لَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، وَبَلاَغًا إِلَى حِيْنٍ. اللَّهُمَّ إِنَّا خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ، فَلاَ تَمْنَعْ عَنَّا بِذُنُوْبِنَا فَضْلَكَ.
Ya Allah, tumbuhkanlah tanaman bagi kami, alirkanlah susu untuk kami, turunkanlah keberkahan-Mu atas kami, jadikanlah apa yang Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami untuk taat kepada-Mu dan dinikmati hingga waktu tertentu. Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu makhluk-Mu maka janganlah Engkau menahan karunia-Mu dari kami lantaran dosa-dosa kami.
﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al A’râf : 23)
﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S. Al Baqarah : 201)
Hamba Allah !
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, serta memberi kepada kaum kerabat. Allah juga melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(Q.S. An-Nahl : 90)
فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلِذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Maka ingatlah Allah Ta'ala, Dia pasti mengingat Anda, dan syukurilah nikmat-nikmat-Nya Dia pasti menambahkannya kepada Anda. Sungguh, mengingat Allah Ta’ala adalah ibadah yang paling besar pahalanya di sisi Allah Ta'ala ,dan Allah Ta'ala mengetahui apa yang Anda lakukan.
▪▪▪○○○●●●○○○▪▪▪
Tidak ada komentar:
Posting Komentar