Selasa, 28 Februari 2017

MENYERU KEPADA AQIDAH ISLAM



Ma'aliy As-Saikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Seorang muslim yang telah dikaruniai Allah Ta'ala aqidah yang lurus berkewajiban untuk menyerukan nya kepada umat manusia, dalam rangka berupaya mengentaskan mereka dari kegelapan menuju cahaya dan jalan yang benar. 

Allah Ta'ala berfirman : 

لَآ إِكْرَاهَ فِى ٱلدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشْدُ مِنَ ٱلْغَىِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿٢٥٦﴾  ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢٥٧﴾

" Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

" Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (Q.S. Al-Baqorah :256-257)

Berdakwah kepada Aqidah islam merupakan jalan pertama yang ditempuh dalam dakwah para Rasul semuanya. Mereka tidak memulai dengan sesuatu yang lainnya. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ ﴿٣٦﴾

" Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)." (Q.S. An-Nahl :36)

Dan setiap Rosul berdakwah kepada umatnya yang pertama disampaikan adalah agar beribadah kepada Allah Ta'ala saja dan meninggalkan sesembahan yang lain. 

Sebagai mana Nabi Nuh, Huud, Sholeh, Syu’aib, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad Sholawatullah wa salaamuhu alaihim. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦٓ إِنِّى لَكُمْ نَذِيرٌ مُّبِينٌ ﴿٢٥﴾  أَن لَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ ﴿٢٦﴾

" Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): "Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu".
"agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan ". (Q.S. Huud :25-26)

Maka sudah menjadi kewajiban bagi mereka yang mengetahui dan mengamalkan aqidah ini agar menyeru kepada manusia dengan cara yang hikmah dan nasihat yang baik sebagai mana hal ini merupakan jalan para Rasul dan pengikutnya. 

Sesungguhnya berdakwah kepada Aqidah ini merupakan asas dan pondasi, sehingga tidak mendahului dengan sesuatu sebelumnya dari perintah menjalankan kewajiban atau meninggalkan larangan, hingga aqidah ini telah menancap dalam sanubari, karena dengan aqidah yang lurus akan menghasilkan sesuatu amalan menjadi benar dan diterima dan sebaliknya tanpa aqidah yang lurus amalan tidak diterima dan tidak ber pahala. 

Sebagai mana diketahui bersama, bahwa suatu bangunan tidak mungkin kokoh dan tegak tanpa melalui pondasi, sehingga para Rasul senantiasa memulai dakwah mereka dengan ini, demikian juga yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mengutus para sahabat agar memulai dakwah dengan membenahi aqidah. 

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma, bahwasanya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tatkala mengutus sahabat Mu'adz ibnu Yaman radhiyallahu anhu kepada penduduk Yaman :

إنك تأتي قوماً من أهل الكتاب فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله ـ وفي رواية: إلى أن يوحدوا الله ـ فإن هم أطاعوك لذلك، فأعلمهم أن الله افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة، فإن هم أطاعوك لذلك: فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة تؤخذ من أغنيائهم فترد على فقرائهم، فإن هم أطاعوك لذلك فإياك وكرائم أموالهم، واتق دعوة المظلوم، فإنه ليس بينها وبين الله حجاب

“Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah Ta'ala,  dalam riwayat lain, agar meng Esakan Allah Ta'ala. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah Ta'ala telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu setiap siang dan malam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah Ta'ala telah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka kamu jauhilah harta mulia mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yang terzhalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah Ta'ala”.  (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Dari hadist yang mulia ini, dan dari telaah dakwah para Rasul yang dicantumkan dalam Al-Qur'an dan telaah perjalanan dakwah Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, diambil kesimpulan bahwa manhaj dakwah kepada Allah Ta'ala adalah menyeru kepada manusia kepada Aqidah adalah urutan yang pertama, aqidah yang merealisasikan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala semata tiada sekutu bagi-Nya, dan menjauhi peribadatan selain Dia, sebagaimana ini merupakan kandungan makna Lha ilaha illallah. 

Dan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam tinggal di Makkah selama tiga belas tahun setelah di angkat menjadi Nabi menyeru kepada manusia berkaitan dengan pembenahan aqidah, yaitu ibadah kepada Allah Ta'ala semata, dan meninggalkan beribadah kepada berhala, hal ini dilakukan sebelum mengajak kepada ibadah sholat, zakat, puasa, haji, jihad atau meninggalkan perkara haram seperti riba, zina, khomer dan judi. 

Dari sini dapat diketahui kesalahan sebahagian kelompok yang mengatasnamakan dakwah, yang mereka tidak memberikan perhatian dalam masalah Aqidah, namun hanya fokus dalam perkara sampingan seperti pembinaan akhlak atau perangai. 

Mereka melihat dan menyaksikan para manusia terbiasa terjerumus dalam syirik besar di sekitar kuburan yang di bangun megah di wilayah sebagian negeri Islam, namun mereka tidak mengingkari dan tidak melarang nya, tidak dalam ucapan atau pengajian atau tulisan kecuali sangat sedikit, bahkan tidak jarang diantara mereka yang ikut terjerumus dalam lembah kesyirikan dan kesufian yang menyimpang namun tidak ada teguran atau larangan.

Dengan demikian, mendakwahi mereka dengan memulai memperbaiki aqidah, lebih utama daripada mendakwahi orang-orang kafir dan ingkar yang secara jelas terlihat yang mereka terang-terangan menyelisihi para Rasul, adapun mereka pengagung kubur dan sufi menyeleweng, mereka mengira diri mereka muslimin dan apa yang mereka kerjakan merupakan bagian dari islam, sehingga mereka tertipu dan menipu orang lain. 

Allah Ta'ala telah memerintahkan kepada kita agar memulai mendakwahi dan berjihad kepada orang-orang kafir yang terdekat sekitar kita.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ ﴿٢١٤﴾

"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (Q.S. Asy-Syûrâ :214)

Allah Ta'ala berfirman : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَٰاتِلُوا۟ ٱلَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ ٱلْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوا۟ فِيكُمْ غِلْظَةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ ﴿١٢٣﴾

"Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertakwa." (Q.S. At-Taubah :123)

Selama kita tidak memperkuat keadaan dari dalam tubuh kaum muslimin, maka kita tidak akan pernah dapat mengalahkan benteng musuh.

Dikisahkan bahwa seseorang pengagung kubur melihat orang yang sedang menyembah berhala dihadapan nya, maka pengagung kubur pun mengingkari nya, namun di jawab oleh penyembah berhala : " Engkau beribadah kepada makhluk yang tidak engkau lihat dihadapan mu, sedangkan aku beribadah kepada makhluk yang jelas terukir dihadapan ku; mana yang lebih mengherankan. ...?"  Maka pengagung kubur pun terbantahkan. 

Semacam ini, walaupun keduanya terjerumus dalam lembah kesyirikan dan kesesatan, dikarenakan mereka menyeru kepada sesuatu yang tidak memiliki manfaat atau mudhorot, namun penyembah kuburan lebih tenggelam dalam kesesatan dan lebih tergelincir dalam mencari kemustahilan. 

Maka sepantasnya pada da'i di jalan Allah Ta'ala hendaknya memfokuskan dakwah dalam sisi Aqidah untuk lebih banyak lagi dari sisi yang lain, dan dituntut agar mereka memahami dan mempelajari masalah Aqidah secara benar terlebih dahulu, kemudian mengajarkan kepada lainnya dan memperbaiki dan membenahi kepada siapa saja yang menyeleweng atau menyelisihi. 

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ﴿١٠٨﴾

"Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yûsuf :108)

Al-Imam Ibnu Jarir rahimahullah berkata : " Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi Nya, katakanlah wahai Muhammad, ini adalah dakwah yang aku sandang dan jalan yang aku tempuh, yaitu menyeru kepada tauhid ikhlas beribadah kepada Allah Ta'ala semata, dan meninggalkan sesembahan selain-Nya dari berhala-berhala, dan hanya taat kepada Nya serta menjauhi dari bermaksiat kepada Nya. Dan jalan yang aku tempuh ini berada di atas ilmu yakin, demikian pula orang-orang yang senantiasa mengikuti ku dan beriman kepada ku, dan Maha Suci Allah dari segala tandingan, dan aku senantiasa berlepas diri dari orang-orang yang berbuat kesyirikan, aku bukan golongan merekadan mereka bukan golongan ku".

Sesungguhnya ayat yang mulia diatas, menunjukkan kepada kita tentang pentingnya mengetahui masalah Aqidah islam dan menyerukan nya, dan para pengikut Rosul alaihimus sallam, adalah orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak mereka, yang memiliki dua tanda yaitu : mengetahui aqidah dan mendakwahkan nya, dan barangsiapa yang tidak mempelajari Aqidah atau tidak perhatian masalah ini dan meninggalkan nya, maka mereka bukanlah pengikut para Nabi secara hakiki.

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam menafsirkan firman Allah Ta'ala : 

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ ﴿١٢٥﴾

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. An-Nahl :125)

Beliau berkata : " Allah Ta'ala menyebutkan tentang martabat berdakwah, dan disebutkan tiga langkah sesuai keadaan orang-orang yang diseru, jika orang tersebut berusaha untuk mencari kebenaran dan menerima kebenaran jika ditunjukkan kepada nya, maka orang semacam ini hendaknya di dakwahi dengan cara yang hikmah dan tidak dibutuhkan untuk berdebat atau berjidal.

Namun Jika orang tersebut banyak berkecamuk dengan lawan kebenaran, dan diketahui bila diberitahu ia akan menerima dan mengikuti, maka semacam ini dibutuhkan kepada mauidhzoh hasanah dengan targib dan tarhib. 

Dan jika orang tersebut diketahui menentang dan berpaling dari kebenaran, maka ini membutuhkan kepada jidal namun dengan cara yang terbaik. Jika ia sadar dan menerima, namun jika tidak, maka berganti cara dengan selain jidal bila memungkinkan. .....".

Dengan demikian nampak jelas manhaj dakwah dan apa saja yang sepantasnya dilakukan dalam urusan ini, dan menjadi jelas pula kesalahan sebahagian kelompok yang condong dalam dakwah, namun menyelisihi manhaj yang lurus yang telah dijelaskan oleh Allah Ta'ala dan Rasul-Nya sallallahu alaihi wa sallam. 

          ●●●●●☆☆☆☆☆●●●●●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar