Minggu, 28 Desember 2025

TAUHID KUNCI KESUKSESAN


TAUHID KUNCI KESUKSESAN 

Tauhid adalah dasar agama dan bentengnya yang kokoh. Kepadanyalah para nabi menyeru, dengannya Kitab dan Sunnah berseru, dan kebutuhan manusia terhadapnya sangat besar. 
Oleh karena itu, pembahasan tentang tauhid menjadi keharusan, termasuk penjelasan tentang hal-hal yang merusaknya dan yang membatalkannya. Dalam khutbah ini dijelaskan pentingnya tauhid, peringatan terhadap pengabaian terhadapnya, serta penjelasan alasan-alasan yang melatarbelakangi rasa takut akan rusaknya tauhid tersebut.
Di akhir khutbah dijelaskan kondisi nyata manusia dalam menghadapi perusak-perusak tauhid, baik dari sisi pengetahuan teoritis maupun praktik kehidupan.

Pentingnya Tauhid

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kita untuk beribadah dan mentauhidkan-Nya, yang telah menganugerahkan kepada kita karunia untuk bertasbih, memuliakan, dan memuji-Nya. Aku memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya, Dia telah menjanjikan tambahan nikmat bagi orang-orang yang bersyukur. 
Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. 
Dan aku bersaksi bahwa junjungan dan nabi kita Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, sebaik-baik rasul dan semulia-mulia hamba-Nya. Semoga shalawat, salam, dan keberkahan tercurah kepadanya, kepada keluarga beliau yang suci, kepada istri-istri beliau—para ibu kaum mukminin—kepada seluruh sahabat, para tabi‘in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

 (Amma ba‘du):

Aku wasiatkan kepada kalian wahai manusia, dan juga kepada diriku sendiri, agar bertakwa kepada Allah عز وجل. Bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian, dan mintalah pertolongan untuk menaati-Nya dengan apa yang telah Dia karuniakan kepada kalian. 

Sesungguhnya Tuhan kalian—Mahabijaksana—tidak menciptakan kalian dengan sia-sia, dan tidak pula membiarkan urusan kalian di dunia ini tanpa tujuan.
 Akan tetapi Dia menciptakan hidup dan mati untuk menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalnya.
Kebutuhan Manusia terhadap Agama Allah

Wahai kaum muslimin,

 sesungguhnya ketika manusia menyimpang dari jalan Allah, mereka akan terombang-ambing dalam kekacauan beragama dan tenggelam dalam berbagai bentuk kesyirikan serta lumpur-lumpur jahiliyah:

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
(yaitu) orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi bergolong-golongan; tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka.”
(QS. Ar-Rūm: 31–32)

Dan Allah berfirman:

“Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”
(QS. An-Nisā’: 116)

Akal manusia terbatas untuk dapat mengetahui jalan kebaikan dengan sendirinya atau menemukan jalan petunjuk tanpa bimbingan wahyu. Ia tidak mampu mendatangkan manfaat bagi dirinya sendiri dan tidak pula mampu menolak bahaya darinya.

Tidak akan terangkat kesengsaraan dari jiwa, tidak akan hilang kegoncangan dari akal, dan tidak akan lenyap kegelisahan serta kesempitan dari dada, kecuali ketika mata hati telah yakin dan akal telah tunduk bahwa Dia سبحانه adalah Allah Yang Maha Esa, Maha Tunggal, Maha Bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Maha Perkasa lagi Maha Besar. Milik-Nya seluruh kerajaan, di tangan-Nya seluruh urusan, dan kepada-Nya segala perkara dikembalikan.

“Tidak demikian; barang siapa menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut atas mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
(QS. Al-Baqarah: 112)

Dan firman-Nya:

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus?”
(QS. An-Nisā’: 125)

Wahai saudara-saudaraku,

 sesungguhnya penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya akan mengangkat derajat seorang mukmin dalam akhlak dan pemikirannya.

 Ia menyelamatkannya dari penyimpangan hati, kesesatan hawa nafsu, kegelapan kebodohan, dan khayalan-khayalan takhayul. 

Tauhid menyelamatkan manusia dari para penipu, dukun, pendeta jahat, dan ulama sesat yang menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang murah. 

Tauhid yang murni dan ikhlas menjaga manusia dari kebebasan tanpa kendali dan tanpa aturan.

Kedudukan Tauhid dalam Agama Islam

Wahai saudara-saudaraku,

 mentauhidkan Allah adalah bentuk penghambaan yang sempurna kepada-Nya, sebagai realisasi kalimat kebenaran:
“Lā ilāha illallāh, Muhammadur Rasūlullāh.”
Realisasi kalimat ini baik secara lafaz maupun makna, serta pengamalan konsekuensinya dalam kehidupan. 

Seorang muslim menegakkan hidupnya di atas tauhid: shalatnya, ibadahnya, hidup dan matinya.
Tauhid dalam keyakinan, tauhid dalam ibadah, dan tauhid dalam penetapan hukum.

Tauhid yang menyucikan hati dan nurani dari keyakinan adanya sesembahan selain Allah.

Tauhid yang menyucikan anggota badan dan syiar-syiar ibadah dari dipersembahkan kepada selain Allah.

Tauhid yang menyucikan hukum dan syariat dari menerima aturan dari selain Allah عز وجل.

Tauhid adalah awal dan akhir agama, lahir dan batinnya, poros perputarannya, dan puncak ketinggiannya. Atas dasar tauhidlah dalil-dalil ditegakkan, bukti-bukti diserukan, ayat-ayat dijelaskan, dan hujjah-hujjah ditegaskan. 

Karena tauhid kiblat ditegakkan, agama didirikan, perjanjian (dzimmah) diwajibkan, jiwa-jiwa dilindungi, negeri Islam terpisah dari negeri kekafiran, dan manusia pun terklasifikasi karenanya, sebagian sengsara dalam neraka dan siksa dan sebagian bahagia sukses dalam surga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar