Sebagaimana diketahui semua, bahwa kalimat "Jaminan" sering dijumpai dan dipraktekkan dalam dunia perdagangan. Suatu barang bila mendapat jaminan pasti ia memiliki nilai yang tinggi dan amat berharga, berbeda jika tidak ada jaminan di sana. Hal ini menunjukkan pada kita betapa tinggi kepercayaan manusia terhadap barang jaminan, beda dengan sesuatu yang tiada jaminan, terlebih bila mana yang memberikan jaminan adalah terpercaya, amanah, dan menepati janji, dan senantiasa dijumpai kemudahan tidak berbelit-belit.
Bagaimana jika yang memberikan jaminan adalah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, yang senantiasa terpercaya dan dipercayai, yang tidak berbicara dengan hawa, melainkan berdasarkan wahyu yang telah diwahyukan? Bagaimana jika barang jaminan tersebut adalah Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang tidak pernah terpandang mata, terdengar telinga, terdetak pikiran manusia? Dan bagaimana ternyata sesuatu yang akan mendapat jaminan adalah perkara yang mudah, singkat tidak membutuhkan banyak tenaga dan juga bukan perkara yang berat dan memberatkan?
Renungkanlah wahai hamba yang semoga dijaga Allah, apa yang dibawakan Imam Ahmad di dalam Musnadnya, Ibnu Hibban didalam Shohihnya, Al-Hakim di dalam Mustadroknya, dan dibawakan yang lainnya juga, dari Ubadah Ibnu Shomith radhiyallahu'anhu, dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam: "Berikan kepadaku jaminan enam perkara, niscaya aku jamin kalian masuk Surga, Jujurlah jika berbicara, penuhi janji bila berjanji, tunaikan amanah bila diberi amanah, jagalah kemaluan kPealian, tundukkan pandangan kalian, tahanlah tangan-tangan kalian (dari berbuat buruk)". Silsilah Al-Albany 1470.
Perkara ini adalah jaminan yang akan menghasilkan jaminan dan pemenuhan janji dengan pemenuhan janji. Enam perkara yang mudah, yang menjadi pintu kebaikan yang amat ringan, barangsiapa yang menjalankan disepanjang hidupnya hingga wafatnya, maka niscaya Surga menjadi jaminannya. Allah Ta'ala berfirman: "Dan dekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tidak jauh. Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, yaitu kepada setiap hamba yang senantiasa bertaubat dan memelihara (aturan-aturan-Nya). Yaitu orang-orang yang takut kepada Ar-Rohman dalam keadaan ghoib, dan ia datang kepadanya dengan hati yang bertaubat. Masuklah ke dalam surga dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang ia kehendaki, dan Kami memiliki tambahannya". (QS.Qof: 31-35).
- Perangai pertama, jujur dalam berbicara. Hendaknya seorang mukmin memiliki kejujuran yang tinggi, tidak dikenal berbohong dalam apapun, dan menjaga perkara ini disetiap kehidupannya hingga sampai menghantarkan ke dalam surga. Di dalam hadist dinyatakan, "Hendaknya kalian berkata jujur, sesungguhnya kejujuran membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan pada surga, dan senantiasa seseorang berkata jujur hingga dituliskan padanya di sisi Allah orang yang terpercaya". (HR.Muslim).
- Perkara kedua, menepati janji, dan senantiasa konsisten padanya. Ini merupakan perangai seorang mukmin, ciri khas muttaqin, yang tidak dikenal sebagai orang yang menyelisihi janji, di sekitar masyarakat muslim dalam segala bentuk muamalah, dikarenakan jika tenar dengan menyelisihi janji niscaya akan kehilangan kepercayaan, hingga saling berbuat buruk dan menghindar.
- Perangai ketiga menunaikan amanah, ini merupakan perangai yang paling agung yang diberikan pujian Allah kepada pelakunya, yang menunjukkan sempurnanya iman dan islam seseorang, dan dg amanah ini niscaya akan terjaga agama, harga diri, harta, nyawa. Di dalam hadist dinyatakan, "Seorang mukmin adalah orang yang dirasa aman atas harta dan jiwanya dari gangguan yang dilakukannya". (HR.Ahmad). Jika sikap amanah ini ada dalam suatu masyarakat niscaya kuat hubungan mereka dan menimbulkan banyak kebaikan dan barokah.
- Perkara ke empat, menjaga kemaluan, dari perbuatan yang tercela yaitu terjerumus dalam haram dan kebathilan. Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menjaga farji mereka, kecuali kepada istri-istri mereka dan budak-budak miliknya, maka hal itu tidaklah tercela. Barangsiapa yang mencari dari selain tersebut maka sungguh ia telah melampaui batas". (QS.Al-Mukminun: 5-7). Menjaga farji membuahkan penjagaan terhadap nasab keturunan dan menjadi suci suatu masyarakat, serta terbebas dari aneka penyakit dan keburukan.
- Perangai ke lima adalah menjaga pandangan dari perkara yang terlarang, Allah Ta'ala berfirman: "Katakan kepada orang-orang mukmin agar mereka menahan pandangan dan farji-farji mereka, itu lebih suci bagi mereka, dan Allah Maha Tahu akan perbuatan mereka". (QS.An-Nur: 30). Menjaga pandangan akan mewariskan ketenangan hati dan merasakan manisnya iman, sucinya jiwa dan penjagaan diri dari terjerumus yang tidak baik.
- Perangai ke enam menahan gangguan. Bila seseorang melakukan gangguan kepada mukmin yang lainnya, niscaya Allah akan murka padanya, dan para manusia akan menjauh, karena ini menunjukkan akan buruknya akhlak lagi tidak beradab.
Sebaliknya jika ia mampu menahan diri darimemberikan gangguan kepada manusia, maka ini menunjukkan akan sempurnanya akhlak, baiknya perangai dan muamalahnya hingga mendatangkan kecintaan Allah. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suatu hari seseorang lewat di jalan menjumpai dahan pohon melintang, lalu ia berkata, Demi Allah aku akan singkirkan gangguan yang melintang ini dari jalannya orang muslim hingga tidak menganggunya, maka Allah masukkan orang tersebut ke surga". (HR Muslim).
Ini adalah sebagian pintu-pintu surga yang disyariatkan kita agar menempuhnya, maka hendaknya kita berusaha melakukannya sebelum kehilangan kesempatan. Dan kita memperbanyak amal kebaikan, semoga Allah menolong kita untuk mampu melaksanakannya, memberi taufiq dalam segala kebaikan, dan semoga sholawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan para sahabat semuanya.
~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~
Bagaimana jika yang memberikan jaminan adalah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, yang senantiasa terpercaya dan dipercayai, yang tidak berbicara dengan hawa, melainkan berdasarkan wahyu yang telah diwahyukan? Bagaimana jika barang jaminan tersebut adalah Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang tidak pernah terpandang mata, terdengar telinga, terdetak pikiran manusia? Dan bagaimana ternyata sesuatu yang akan mendapat jaminan adalah perkara yang mudah, singkat tidak membutuhkan banyak tenaga dan juga bukan perkara yang berat dan memberatkan?
Renungkanlah wahai hamba yang semoga dijaga Allah, apa yang dibawakan Imam Ahmad di dalam Musnadnya, Ibnu Hibban didalam Shohihnya, Al-Hakim di dalam Mustadroknya, dan dibawakan yang lainnya juga, dari Ubadah Ibnu Shomith radhiyallahu'anhu, dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam: "Berikan kepadaku jaminan enam perkara, niscaya aku jamin kalian masuk Surga, Jujurlah jika berbicara, penuhi janji bila berjanji, tunaikan amanah bila diberi amanah, jagalah kemaluan kPealian, tundukkan pandangan kalian, tahanlah tangan-tangan kalian (dari berbuat buruk)". Silsilah Al-Albany 1470.
Perkara ini adalah jaminan yang akan menghasilkan jaminan dan pemenuhan janji dengan pemenuhan janji. Enam perkara yang mudah, yang menjadi pintu kebaikan yang amat ringan, barangsiapa yang menjalankan disepanjang hidupnya hingga wafatnya, maka niscaya Surga menjadi jaminannya. Allah Ta'ala berfirman: "Dan dekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tidak jauh. Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, yaitu kepada setiap hamba yang senantiasa bertaubat dan memelihara (aturan-aturan-Nya). Yaitu orang-orang yang takut kepada Ar-Rohman dalam keadaan ghoib, dan ia datang kepadanya dengan hati yang bertaubat. Masuklah ke dalam surga dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang ia kehendaki, dan Kami memiliki tambahannya". (QS.Qof: 31-35).
- Perangai pertama, jujur dalam berbicara. Hendaknya seorang mukmin memiliki kejujuran yang tinggi, tidak dikenal berbohong dalam apapun, dan menjaga perkara ini disetiap kehidupannya hingga sampai menghantarkan ke dalam surga. Di dalam hadist dinyatakan, "Hendaknya kalian berkata jujur, sesungguhnya kejujuran membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan pada surga, dan senantiasa seseorang berkata jujur hingga dituliskan padanya di sisi Allah orang yang terpercaya". (HR.Muslim).
- Perkara kedua, menepati janji, dan senantiasa konsisten padanya. Ini merupakan perangai seorang mukmin, ciri khas muttaqin, yang tidak dikenal sebagai orang yang menyelisihi janji, di sekitar masyarakat muslim dalam segala bentuk muamalah, dikarenakan jika tenar dengan menyelisihi janji niscaya akan kehilangan kepercayaan, hingga saling berbuat buruk dan menghindar.
- Perangai ketiga menunaikan amanah, ini merupakan perangai yang paling agung yang diberikan pujian Allah kepada pelakunya, yang menunjukkan sempurnanya iman dan islam seseorang, dan dg amanah ini niscaya akan terjaga agama, harga diri, harta, nyawa. Di dalam hadist dinyatakan, "Seorang mukmin adalah orang yang dirasa aman atas harta dan jiwanya dari gangguan yang dilakukannya". (HR.Ahmad). Jika sikap amanah ini ada dalam suatu masyarakat niscaya kuat hubungan mereka dan menimbulkan banyak kebaikan dan barokah.
- Perkara ke empat, menjaga kemaluan, dari perbuatan yang tercela yaitu terjerumus dalam haram dan kebathilan. Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menjaga farji mereka, kecuali kepada istri-istri mereka dan budak-budak miliknya, maka hal itu tidaklah tercela. Barangsiapa yang mencari dari selain tersebut maka sungguh ia telah melampaui batas". (QS.Al-Mukminun: 5-7). Menjaga farji membuahkan penjagaan terhadap nasab keturunan dan menjadi suci suatu masyarakat, serta terbebas dari aneka penyakit dan keburukan.
- Perangai ke lima adalah menjaga pandangan dari perkara yang terlarang, Allah Ta'ala berfirman: "Katakan kepada orang-orang mukmin agar mereka menahan pandangan dan farji-farji mereka, itu lebih suci bagi mereka, dan Allah Maha Tahu akan perbuatan mereka". (QS.An-Nur: 30). Menjaga pandangan akan mewariskan ketenangan hati dan merasakan manisnya iman, sucinya jiwa dan penjagaan diri dari terjerumus yang tidak baik.
- Perangai ke enam menahan gangguan. Bila seseorang melakukan gangguan kepada mukmin yang lainnya, niscaya Allah akan murka padanya, dan para manusia akan menjauh, karena ini menunjukkan akan buruknya akhlak lagi tidak beradab.
Sebaliknya jika ia mampu menahan diri darimemberikan gangguan kepada manusia, maka ini menunjukkan akan sempurnanya akhlak, baiknya perangai dan muamalahnya hingga mendatangkan kecintaan Allah. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suatu hari seseorang lewat di jalan menjumpai dahan pohon melintang, lalu ia berkata, Demi Allah aku akan singkirkan gangguan yang melintang ini dari jalannya orang muslim hingga tidak menganggunya, maka Allah masukkan orang tersebut ke surga". (HR Muslim).
Ini adalah sebagian pintu-pintu surga yang disyariatkan kita agar menempuhnya, maka hendaknya kita berusaha melakukannya sebelum kehilangan kesempatan. Dan kita memperbanyak amal kebaikan, semoga Allah menolong kita untuk mampu melaksanakannya, memberi taufiq dalam segala kebaikan, dan semoga sholawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan para sahabat semuanya.
~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar