Sabtu, 03 Agustus 2013

BAHAYA BERKATA DUSTA

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan beramal dengannya maka Allah tidak butuh atas perbuatannya mencegah makan dan minumnya". (HR.Bukhary).

Puasa disyariatkan Allah kepada para hamba untuk menyempurnakan jiwa serta meluruskan akhlak dan meraih taqwa, memperbaiki hati, badan, dan lisan. Seorang mukmin karena Allah hendaknya berusaha menjaga perbuatan, hati dan lisan dari perkara yang dimurkai-Nya. Berdoa dan berusaha agar hatinya diteguhkan di atas iman, tauhid dan keikhlasan. Amal anggota badannya mampu menjalankan ketaatan. Lisannya mampu melantunkan isi hati yang mendatangkan keridhoan Allah, seperti berdzikir dan tilawah. Hati merupakan kendali lisan dan badan, dengan bersihnya hati niscaya lisan dan badan akan lurus, hingga tidak berkata kecuali mengantarkan kebaikan.

Adapun dusta, kebohongan, ghibah, namimah, mencela, maka hendaknya ia mampu menjauhinya, dikarenakan akan mendatangkan bencana yang tiada tara. Lisan dari anak adam banyak yang menghantarkan kepada bebinasaan dan menjadikan terharamkan dari Surga, yang berlawanan dari tujuan ibadah puasa. Maka barangsiapa yang lisannya tidak berpuasa dari perkataan keji, hakikatnya ia tidak bisa mengambil pelajaran dari puasanya.

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada segenab sahabat seraya bersabda, "Jaga lisanmu ini!!" Maka sahabat bertanya, "Apakah kita dihisab lantaran ucapan mulut kita?" Bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Muadz, bukankah banyak manusia tertelungkup dengan bibirnya dineraka karena hasil dari lisannya?!". (HR.Tirmidzy). Berkata Ibnu Rojab, "Maksud dari perkataan 'hasil dari lisannya' adalah balasan dari ucapan yang haram. Dengan sebab manusia menanam kebaikan atau keburukan dengan lisan dan amalnya, kemudian ia akan mendapat hasil dari yang ia tanam. Maka barangsiapa yang menanam kebaikan maka ia memetik hasil kemuliyaan, dan barangsiapa menanam keburukan maka ia kelak akan menyesalinya".

Dan menurut petunjuk dari hadist, bahwa kebanyakan manusia akan masuk Neraka lantaran ucapan yang terlisankan. Dengan lisan manusia bisa saja terjerumus dalam kesyirikan, dan ini sebesar-besar dosa. Dan bisa jadi terjerumus berkata atas Allah tanpa ilmu, yang ini merupakan rekanan dosa syirik. Bisa juga dengan lisan manusia terjerumus dalam sihir, ghibah, namimah, dusta dan dosa-dosa besar lainnya maupun dosa kecil. Kewajiban seorang muslim hendaknya menjaga lisan, agar mampu merealisasikan ajaran islam secara kafah, dan mengantarkan ke Surga serta menjauhkan dari jeratan Neraka.

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berucap kebaikan atau diam". (HR Bukhary dan Muslim). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa menjamin dari keburukan lisan dan farjinya niscaya aku jamin baginya surga". (HR.Bukhary).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tahukah kalian orang yang pailit?" Maka dijawab, "Orang yang tidak memiliki dinar atau dirham". Nabi bersabda, "Orang yang pailit dari umatku di hari kiamat adalah orang yang pada hari kiamat membawa pahala sholat, puasa, zakat, padahal ia dahulu di dunia mencela ini, mencerca itu, menuduh ini, makan harta itu, menumpahkan darah ini, memukul itu, maka yang itu diberikan pahala kebaikannya, yang ini juga diberikan pahalanya, hingga pahalanya habis tak tersisa. Hingga keburukan orang yang didholiminya tersebut dikurangi dan dikasihkan ke orang tersebut hingga ia dicampakkan ke Neraka". (HR muslim).

Mari kita memohon kepada Allah keselamatan dan 'afiyah, dan kita juga memohon agar kita diberikan taufiq untuk mampu menjaga lisan dan seluruh anggota badan kita.

 ~ nasehat Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar