Senin, 05 Agustus 2013

PUASA DAN PENGAGUNGAN ALLAH

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berfirman Allah Ta'ala, 'Semua amal anak adam akan kembali pada pelakunya, kecuali puasa, sesungguhnya puasa untuk-Ku, dan Aku akan membalasinya. Puasa adalah perisai, jika kalian berpuasa maka janganlah kalian berbuat sia-sia, dan angkara, jika kalian dicela atau diajak berperang maka katakan aku sedang berpuasa. Demi jiwa-Ku yang ada di Tangan-Nya, sungguh aroma mulut orang yang puasa lebih harum dari misik kasturi. Dan orang yang puasa mendapat dua kegembiraan, disaat berbuka ia gembira dengan berbukanya dan disaat berjumpa dengan Allah, ia gembira akan amal puasanya". (HR Bukhary dan Muslim).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap amal anak adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dilipatkan 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, kecuali puasa, sesungguhnya amal puasa untuk-Ku, ia meninggalkan makan dan syahwatnya karena Aku". (HR Muslim). Allah Ta'ala memberikan keutamaan dan keagungan bagi orang yang berbuat kebaikan, memberikan lipat ganda pahala, satu kebaikan dibalasi 10 kali lipat hingga 700 kali lipatnya atas amal perbuatannya dari menjalankan ketaatan, baik berupa kewajiban, menjauhi keharaman, menghindar dari perkara makruh, serta berlomba dalam sunnah, nawafil dan mustahabah.

Adapun amal puasa disandarkan kepada Allah Ta'ala, ini dikarenakan keistimewaan dan tingginya derajat ibadah puasa. Dan Allah janjikan dalam firman-Nya, "Aku akan membalasinya". Alangkah besar dan agung pahala puasa hingga tidak tergambarkan dengan beberapa kali lipat. Tidak seorang makhlukpun sanggup menghitung balasan tersebut. Tetapi jika diketahui yang memberikan janji adalah Robb Yang Maha Karim, maka tentu balasan tersebut amatlah sangat besar, hingga mendatangkan kegembiraan. Betapa tidak, Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup dan Menghidupi para makhluk-Nya, Dzat Yang Maha Besar, Maha Agung, Maha Kuat, Maha Perkasa, Maha Kaya, tiada yang mampu melemahkan, merepotkan, sesuatu apapun di langit dan di bumi. Tidak terpengaruh maksyiatnya orang yang bermaksyiat, dan taatnya orang yang taat dan tidak terkurangi kemuliyaan Allah atas segala nafakoh yang diberikan kepada seluruh makhluk-Nya. Allah adalah Dzat yang memberikan karunia, rizki, pemberian, hidayah dan segala nikmat. Dan anugrah yang terbesar adalah memberi petunjuk hidayah pada Agama yang muliya ini, serta dengan diutusnya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa Al Qur'an di bulan Ramadhon sebagai petunjuk bagi umat manusia dan mengentaskan mereka dari jurang kegelapan menuju cahaya.

Allah Ta'ala memberikan pahala sebagai balasan amal mereka. Bisa jadi antara amal manusia dengan pemberian-Nya berupa nikmat dunia yang begitu banyak silih berganti tidak pernah sebanding. Apalagi pahala yang diberikan, semata-mata karunia untuk mereka. Karena Allah Ta'ala adalah yang menciptakan, yang memberi taufiq dan kemudian membalasi dengan pahala yang berlipat, maka alangkah agungnya kemuliaan Allah Ta'ala.

Puasa adalah ibadah mendekatkan diri kepada Allah. Dan ini merupakan ibadah rahasia antara diri manusia dan Allah, mengandung ibadah ikhlas, khosyah dan muroqobah. Dimana terkumpul antara ibadah lahiriyah dan bathiniyah, seluruh anggota badannya tunduk kepada Allah, sedang hatinya terkumpul rasa cinta, ikhlas, inabah dan tawakkal. Seorang hamba semakin mengenal Allah dan mengilmui di dalam hatinya, maka semakin memiliki ketergantungan terhadap Tuhan-Nya, rindu, berharap, cinta, semakin mengharap balasan surga dan khawatir akan neraka.

Dan tingkatan semacam ini antara satu dengan lainnya berbeda-beda. Berkata Ibnul Qoyyim, "Di antara manusia ada yang hanya mengenal Allah dengan mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang maha Baik, Dzat Yang Maha Pemberi. Sebagian yang lain hanya tahu bahwa Allah adalah Dzat Pengampun, Pemaaf, Belas kasih. Sebagian lagi hanya mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Maha Keras siksa-Nya. Sebagian lagi hanya kenal bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha mengabulkan doa dan permintaan dst.... Dan yang paling luas ma'rifahnya adalah yang mengetahui Kalam Allah yang meyakini bahwa Allah adalah Dzat Yang terkumpul segala sifat sempurna dan muliya, yang terhindar dari segala sifat kurang dan permisalan buruk. Bagi-Nya setip nama adalah baik dan sempurna, Maha Mampu atas segala sesuatu, Maha Besar, Maha Sempurna, Arhamur Rohimin, Ahkamul Hakimin. Dan Al Qur'an diturunkan agar para hamba mengetahui hal ini". (Al Fawaid/ kitab shaum: 258)

Adapun orang-orang yang berpuasa merekalah yang paling berhak tentang ma'rifat Allah, hingga mendapat pahala besar kelak di akhirat. Semakin faham semakin besar limpahan pahalanya. Dengan pengetahuan ini pula ia semakin yakin dalam menjalankan ibadah puasanya, dan semakin mengagungkan kepada Tuhan-Nya.

Semoga amal puasa kita diterima disisi Allah dan senantiasa dikaruniai keikhlasan di setiap amal dan terjauhkan dari riya', nifaq dan amal buruk.

~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr. net ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar