Jumat, 18 April 2014

IKHLAS (bagian 2)

Oleh: Syaikh Husain Al-Awa’yisyah

BERTAWASUL DENGAN KEIKHLASAN KEPADA ALLAH DI DALAM AMALAN-AMALAN SHOLIH DIWAKTU TERTIMPA KESULITAN

Dalam risalah ini tidak terlupakan, akan saya bawakan faidah dan manfaat dari berbuat ikhlas tatkala di dunia sebelum di akhirat, dikarenakan memungkinkan bagimu untuk bertawasul kepada Allah Ta’ala dengan amal-amal yang kalian ikhlas di dalamnya, agar kalian selamat dari setiap petaka dan cobaan.

Diriwayatkan dari Abu Abdurrohman  ibnu Umar ibnu Khothob, radhiyallahu’anhuma, berkata, “Aku mendengar Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dahulu ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan hingga mereka bermalam di dalam suatu goa, maka tiba-tiba goa tersebut tertutup oleh batu yang sangat besar hingga mereka tidak mampu keluar, maka berkatalah salah satu dari mereka, “Tidaklah kita selamat dari batu ini kecuali kalian berdoa kepada Allah melalui perantara amal sholih yang pernah kalian lakukan”. Maka berkata salah seorang dari mereka, “Ya Allah Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku memikili kedua orangtua yang sangat tua renta yang aku tidak pernah mengakhirkankan keduanya dalam segala urusan harta maupun keluarga, hingga pada suatu hari aku mencari kayu dan terlambat pulang dan aku menjumpai  keduanya sudah tidur dan aku memerah susu untuk persediaan minum keduanya, dan aku enggan untuk membangunkan mereka, dan aku tidak memberi minum susu itu kepada keluarga maupun kepada budak sebelum saya memberi minum kepada orang tua ku, hingga aku menunggu sampai terbit fajar sedangkan anak-anakku menangis karena lapar dan haus, mereka mengelilingi kakiku, setelah itu kedua orang tua ku bangun, dan kuberikan minuman susu kepada ayah dan ibuku. Ya Allah, jika aku melakukan tindakanku karena mengharapkan wajah-Mu, maka gerakkanlah batu yang menutup gua ini“. Maka bergeserlah batu itu akan tetapi ia belum bisa keluar dari goa itu .

Berkata orang yang kedua, ”Ya Allah Ya Tuhanku, sesungguhnya aku mempunyai saudara sepupu yaitu anak pamanku yang sangat aku cintai, -dalam riwayat lain dikatakan, aku mencintainya sebagaimana lazimnya seorang lelaki suka terhadap wanita-, hingga aku berkehendak akan kemolekanya, akan tetapi ia menolaknya, hingga pada tahun paceklik, ia mendatangiku dan aku berikan kepadanya 120 dinar dengan syarat ia rela berkholwat denganku, ia pun menyetujuinya, hingga aku disaat hampir melakukannya, -dalam riwayat dikatakan : tatkala aku berada diantara kakinya, - maka ia berkata : ‘Bertakwalah kamu kepada Allah dan jangan engkau merenggut kegadisan kecuali dengan cara yang hak’, maka aku tinggalkan dirinya, walaupun sesungguhnya aku sangat mencintainya, dan lempengan uang emas sengaja aku tinggalkan untuknya. Ya Allah Ya Tuhanku, jika aku melakukan itu karena mencari wajah-Mu, maka entaskanlah kami dari kesusahan ini”, maka bergeserlah batu tersebut, akan tetapi masih saja mereka belum bisa keluar dari goa tersebut.

Berkata orang yang ketiga, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempekerjakan beberapa orang sebagai karyawan, dan aku telah berikan imbalan upah bagi mereka semua kecuali seseorang yang ia membiarkan upahnya tersimpan padaku dan pergi dengan tanpa kabar,  maka upahnya aku rawat dan aku ternak hingga berkembang biak menjadi sangat banyak, setelah beberapa lama ia datang dan berkata, “Wahai hamba Allah,  berikan upahku yang dulu”, maka aku katakan: “Ambil semua yang engkau lihat dari onta, sapi, kambing, para budak yang ada dihadapanmu“. Maka ia berkata: “Jangan engkau mengejekku”, maka aku katakan: “Aku tidak sedang mengejekmu, maka iapun bersegera menggiring seluruh hewan dan budak penjaga ternak tersebut tanpa menyisakan sedikitpun“. Wahai Allah, jika aku melakukan itu dalam rangka mencari wajah-Mu, maka tolonglah keberadaan kami ini“.  Maka bergeserlah batu itu, hingga mereka semua dapat keluar. (HR Bukhary dan Muslim).

Wahai saudaraku, lihatlah bagaimana Allah memberikan pertolongan dengan menggerakkan batu kepada mereka lantaran doa yang dipanjatkan dengan menyertakan amal shalih dan keikhlasan mereka kepada Allah Ta’ala.

Betapa banyak sebab yang mendatangkan kehinaan dan kerendahan bagi hamba lantaran tidak berbuat ikhlas kepada Allah Ta’ala.  Wahai saudaraku, apakah kalian memiliki amal shalih yang dilandasi keikhlasan yang dapat engkau sertakan dalam doa yang kalian panjatkan untuk menolongmu dari kesusahan dan kesulitan....!!!

NABI YUSUF SELAMAT KARENA KEIKHLASAN

Lihatlah bagaimana cobaan yang menimpa nabi Yusuf ‘alaihissalam, ia diuji dengan diajak berbuat zina, kemudian lihatlah bagaimana banyak faktor pendorong, dan terkumpul pada dirinya, dan syaithon berkehendak untuk menjerumuskannya akan tetapi gagal. Diantara faktor pendorong adalah keberadaan dirinya seorang pemuda yang bujang, yang memiliki ketampanan, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Diberikan kepada Yusuf wajah yang tampan“. -Shohih jami’ 1073-

Keberadaan wajah yang tampan ini merupakan faktor ketertarikan lawan jenis, demikian halya yang dialami oleh istri Malik Aziz, dan keberadaan Yusuf yang hidup sebatang kara jauh dari sanak saudara memiliki andil besar untuk terjadinya kejahatan. Akan tetapi ia mampu menjaga diri karena taufik dan limpahan karunia Allah dan keutamaan-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yusuf ayat 24 ,

٢٤. وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ 
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya . Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.

Dengan berbuat ikhlas kepada Allah Ta’ala, maka nabi Yusuf selamat dari lembah kenistaan. Apakah kalian wahai para pemuda dapat mengambil pelajaran! Wahai kalian para pemudi hendaklah kalian dapat mengambil pelajaran! Betapa banyak pemuda dan pemudi yang tidak dapat menahan pandangan mereka, -dan yang lebih dari itu- dikarenakan lemahnya keikhlasan kepada Allah Ta’ala, hasbunallahu wa ni’mal wakil.  

KISAH PEMUDA YANG BERIMAN

Di dalam kisah ini terdapat pelajaran bagi yang memiliki hati, atau mencurahkan pendengaran sedangkan ia menyaksikannya, maka mari kita perhatikan dengan  bersama kisah ini, dengan harapan dapat mencermati makna yang agung dalam keikhlasan.

Diriwayatkan dari sahabat Syuhaib radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dahulu di zaman sebelum kalian ada seorang raja yang memiliki tukang sihir, tatkala tua maka ia berkata kepada sang raja: ‘Aku telah menginjak usia tua, maka utuslah kepadaku seorang pemuda yang akan aku ajari ilmu sihir, maka diutuslah seorang pemuda dan diajari kepadanya tentang ilmu sihir, dan setiap kali pemuda tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah perjalanan ia selalu melewati seorag Rohib, ia pun duduk mendengarkan pembicaraan Rohib tersebut sehingga ia kagum akan petuahnya. Maka setiap kali ia pergi menuju tukang sihir, ia selalu singgah kepada Rohib dan duduk bersamanya, hingga ia terlambat datang ke tukang sihir maka ia pun dipukul oleh Rohib, maka hal ini dikeluhkan di hadapan Rohib, maka dikatakan kepada pemuda tersebut: ‘Jika engkau takut terlambat menghadap tukang sihir maka katakan, aku tertahan oleh keluargaku, jika engkau takut terlambat sampai keluargamu, maka katakan aku tertahan oleh tukang sihir“.

Maka pada suatu hari ia menjumpai hewan melata yang sangat besar hingga menghalangi para manusia melewati jalan, maka ia bergumam, hari ini aku bisa membuktikan ilmu tukang sihir, ataukah ilmu Rohib yang utama?? Pemuda tersebut mengambil sebuah batu dan berkata: ‘Ya Allah, jika ajaran Rohib lebih engkau cintai dari ilmu tukang sihir maka bunuhlah hewan malata ini hingga manusia tidak terganggu olehnya. Maka dilemparlah batu tersebut dan membunuhnya, hingga para manusia melewati jalan tanpa ada gangguan, dan ia datang kepada Rohib dan diceritakan apa yang terjadi. Maka berkata Rohib: ”Wahai anakku, engkau sekarang lebih pandai dari pada aku,  telah sampai padamu perkara yang nampak bagiku, dan engkau pasti akan mendapat ujian, maka jika engkau mendapat cobaan, janganlah engkau memberitahukan kepada manusia tentang diriku. 

Hingga tersebar berita bahwa pemuda tersebut dapat menyembuhkan penyakit buta, kusta, dan dari segala jenis penyakit manusia, maka perkara ini terdengar oleh salah seorang pembesar kerajaan yang sakit buta, dan ia membawakan hadiah  yang sangat banyak seraya berkata: “Semua ini untukmu, jika engkau dapat menyembuhkanku“. Maka pemuda itu menjawab, ”Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala, jika engkau mau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada Allah dan engkau akan sembuh”. Maka iapun beriman kepada Allah Ta’ala, dan ia sembuh. Kemudian ia datang menemui raja dan duduk sebagaimana biasanya, maka sang raja bertanya: “Siapa yang menyembuhkan penyakit butamu?” maka dijawab: “Robb-ku“. Sang raja berkata: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku?” jawabnya: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”. Maka ia disiksa terus-menerus hingga ia menunjukkan sang pemuda, dan didatangkan dihadapan sang raja. Kemudian raja berkata: ”Wahai anakku, engkau telah memiliki kepandaian sihir hingga dapat menyembuhkan penyakit buta dan kusta dan sebagainya”. Sang pemuda berkata: “Aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun, akan tetapi yang mampu menyembuhkan adalah Allah”. Maka pemuda itu disiksa terus-menerus hingga mau menunjukkan keberedaan sang Rohib, maka didatangkanlah si Rohib, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!”, maka ia menolak, hingga raja meminta gergaji dan diletakkan di umbun-umbun kepalanya, dan dibelah tubuhnya menjadi dua bagian. Kemudian didatangkanlah pejabat kerajaan dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, sehingga gergaji diletakkan pada umbun-umbunnya, dan dibelah menjadi dua bagian. Kemudian dipanggillah sang pemuda, dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, dan diberikan kepada prajuritnya, agar membawanya ke gunung ini dan itu, jika telah sampai puncak gunung tanyakan kepadanya, jika ia mau meninggalkan agamanya, maka bebaskan, dan jika tidak maka lemparkan dia”. Maka pergilah prajurit tersebut ke puncak gunung, kemudian sang pemuda berdoa: ”Ya Allah, lindungi diriku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“.  Tiba-tiba terjadi gempa pada gunung tersebut, dan berjatuhanlah para prajurit itu, hingga sang pemuda kembali menghadap raja, maka dikatakan kepadanya: “Apa yang terjadi pada para pengawalmu?” maka dijawab: “Allah telah melindungiku dari tipu daya mereka”. Kemudian sang raja memerintahkan prajuritnya agar membawa pemuda ini menaiki perahu ke tengah lautan, jika ia meninggalkan ajarannya, maka ia dibebaskan, akan tetapi bila enggan, maka lemparkan pemuda itu ke dasar lautan. Dibawalah pemuda itu hingga ke tengah laut, kemudian sang pemuda bedoa: “Ya Allah, lindungilah aku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“, maka tiba-tiba perahu yang mereka naiki terbalik hingga semua tengelam, kecuali sang  pemuda selamat, dan kembali menemui raja, dan berkata sang pemuda: ”Engkau tidak dapat membunuhku, hinga engkau melakukan permintaanku”. Maka dijawab: “Apa permintaanmu?” Sang pemuda berkata: ”Kumpulkanlah semua manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di pohon kurma, dan ambillah sebuah anak panah milikku, dan letakkan pada busurnya seraya ucapkan: ”BISMILLAH ROBBIL GHULAM“ (Dengan menyebut nama Allah Tuhan anak ini), lalu panahkan kepadaku, jika engkau melakukan ini niscaya dapat membunuhku. Maka dikumpulkanlah para manusia pada tanah lapang dan sang pemuda telah disalib dibatang pohon kurma, kemudian raja mengambil anak panah dan busurnya dan berkata lantang, “Bismillah Robbil ghulam“, dan dipanahkan hingga mengenai pelipisnya, dan pemuda itu meletakkan tangannya dipelipisnya kemudian ia mati. 

Maka para manusia mengatakan: ”Kami beriman terhadap Robbul ghulam”. Maka dikatakan kepada raja: ”Bukankah engkau melihat terhadap apa yang kamu khawatirkan selama ini, sekarang telah terjadi, seluruh manusia beriman“. Maka raja memerintahkan agar membikin galian lobang parit yang panjang, kemudian dinyalakan didalamnya api, seraya berkata: ”Barang siapa yang tidak kembali dari agamanya maka akan dilemparkan ke dalam parit berapi tersebut”. -dalam riwayat dikatakan: “Lemparkan ke dalam parit berapi”-. Maka dilemparkan satu persatu ke dalam api, hingga sampai pada seorang wanita bersamanya bayinya yang ketakutan ketika hendak dilemparkan ke dalam parit berapi, maka sang bayi berbicara: ”Wahai ibuku, bersabarlah, sesungguhnya dirimu berada diatas kebenaran ...!”. (HR Muslim).

Lihatlah dalam kisah ini, bagaimana Allah mengabulkan doa orang yang ikhlas, dan renungilah bahwa sunnatullah terhadap semesta ini dapat berubah karena sebab keikhlasan kepada Allah Ta’ala. Keberadaan sang pemuda dalam keadaan genting tatakala hendak dilemparkan dari atas gunung, maka ia berdo’a dengan penuh keikhlasan : “Ya Allah, lindungilah diriku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“, maka berguncanglah gunung tersebut hingga para penjaga terjatuh, dan ia kembali dengan selamat kepada sang raja.

Sungguh, ikhlas dapat menyebabkan seorang  hamba selamat dari ancaman yang mematikan, dan dengan karunia Allah melalui perbuatan ikhlas, musuh-musuh Allah  dapat dibinasakan, kemudian rencana jahat kedua untuk membinasakan sang pemuda dengan dibawa ke tengah laut untuk dibinasakan, maka ia berdo’a kepada Allah dengan penuh ikhlas: ”Ya Allah, lindungi aku dari meraka dengan sesuatu yang engkau kehendaki“, maka terbaliklah perahu yang dikendarai hingga para penjaga tenggelam semua, dan ia datang menemui sang raja dalam keadaan selamat.

Ini adalah ikhlas yang Allah karuniakan kepada sang pemuda, hingga membawa kepada keselamatan tatkala datang bahaya besar yang mengancam, dan dengan sebab ikhlas ini juga musuh-musuh Allah dapat dibinasakan.

Renungilah bagaimana sang pemuda ini berbuat ikhlas hingga menjual dirinya kepada Allah dengan mati syahid, ia berkorban dengan nyawanya agar menjadikan kalimat ikhlas bergema dimuka bumi ini, yaitu para manusia mengatakan: “Ammanna bi robbil ghulam (Kami beriman terhadap Tuhan nya sang pemuda)”.

Hasil dari keikhlasan pemuda ini adalah berimannya seluruh penduduk, keimanan yang berdampak pada keteguhan tatkala mereka dilempar ke dalam parit berapi, hingga Allah berikan kemampuan pada sang bayi berbicara meneguhkan keimanan ibunya, tatkala ibu hendak berputus asa berhadapan dengan api yang menyala-nyala dengan ucapan: ”Wahai ibu, bersabarlah, sesungguhnya dirimu berada di atas jalan yang benar“. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar