Oleh: Syaikh
Husain Al-Awa’yisyah
Dalam
risalah ini tidak terlupakan, akan saya bawakan faidah dan manfaat dari berbuat
ikhlas tatkala di dunia sebelum di akhirat, dikarenakan memungkinkan bagimu
untuk bertawasul kepada Allah Ta’ala dengan amal-amal yang kalian ikhlas di
dalamnya, agar kalian selamat dari setiap petaka dan cobaan.
Diriwayatkan
dari Abu Abdurrohman ibnu Umar ibnu
Khothob, radhiyallahu’anhuma, berkata, “Aku mendengar Rasullullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ”Dahulu ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan
perjalanan hingga mereka bermalam di dalam suatu goa, maka tiba-tiba goa
tersebut tertutup oleh batu yang sangat besar hingga mereka tidak mampu keluar,
maka berkatalah salah satu dari mereka, “Tidaklah kita selamat dari batu ini
kecuali kalian berdoa kepada Allah melalui perantara amal sholih yang pernah
kalian lakukan”. Maka berkata
salah seorang dari mereka, “Ya Allah Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku memikili
kedua orangtua yang sangat tua renta yang aku tidak pernah mengakhirkankan
keduanya dalam segala urusan harta maupun keluarga, hingga pada suatu hari aku
mencari kayu dan terlambat pulang dan aku menjumpai keduanya sudah tidur dan aku memerah susu
untuk persediaan minum keduanya, dan aku enggan untuk membangunkan mereka, dan
aku tidak memberi minum susu itu kepada keluarga maupun kepada budak sebelum
saya memberi minum kepada orang tua ku, hingga aku menunggu sampai terbit fajar
sedangkan anak-anakku menangis karena lapar dan haus, mereka mengelilingi
kakiku, setelah itu kedua orang tua ku bangun, dan kuberikan minuman susu
kepada ayah dan ibuku. Ya Allah, jika aku melakukan tindakanku karena
mengharapkan wajah-Mu, maka gerakkanlah batu yang menutup gua ini“. Maka
bergeserlah batu itu akan tetapi ia belum bisa keluar dari goa itu .
Berkata
orang yang kedua, ”Ya Allah Ya Tuhanku, sesungguhnya aku mempunyai saudara
sepupu yaitu anak pamanku yang sangat aku cintai, -dalam riwayat lain
dikatakan, aku mencintainya sebagaimana lazimnya seorang lelaki suka terhadap
wanita-, hingga aku berkehendak akan kemolekanya, akan tetapi ia menolaknya,
hingga pada tahun paceklik, ia mendatangiku dan aku berikan kepadanya 120 dinar
dengan syarat ia rela berkholwat denganku, ia pun menyetujuinya, hingga aku
disaat hampir melakukannya, -dalam riwayat dikatakan : tatkala aku berada
diantara kakinya, - maka ia berkata : ‘Bertakwalah kamu kepada Allah dan jangan
engkau merenggut kegadisan kecuali dengan cara yang hak’, maka aku tinggalkan
dirinya, walaupun sesungguhnya aku sangat mencintainya, dan lempengan uang emas
sengaja aku tinggalkan untuknya. Ya Allah Ya Tuhanku, jika aku melakukan itu
karena mencari wajah-Mu, maka entaskanlah kami dari kesusahan ini”, maka
bergeserlah batu tersebut, akan tetapi masih saja mereka belum bisa keluar dari
goa tersebut.
Berkata
orang yang ketiga, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempekerjakan beberapa orang
sebagai karyawan, dan aku telah berikan imbalan upah bagi mereka semua kecuali
seseorang yang ia membiarkan upahnya tersimpan padaku dan pergi dengan tanpa
kabar, maka upahnya aku rawat dan aku
ternak hingga berkembang biak menjadi sangat banyak, setelah beberapa lama ia
datang dan berkata, “Wahai hamba Allah,
berikan upahku yang dulu”, maka aku katakan: “Ambil semua yang engkau
lihat dari onta, sapi, kambing, para budak yang ada dihadapanmu“. Maka ia
berkata: “Jangan engkau mengejekku”, maka aku katakan: “Aku tidak sedang
mengejekmu, maka iapun bersegera menggiring seluruh hewan dan budak penjaga
ternak tersebut tanpa menyisakan sedikitpun“. Wahai Allah, jika aku melakukan
itu dalam rangka mencari wajah-Mu, maka tolonglah keberadaan kami ini“. Maka bergeserlah batu itu, hingga mereka semua
dapat keluar. (HR Bukhary dan Muslim).
Wahai
saudaraku, lihatlah bagaimana Allah memberikan pertolongan dengan menggerakkan
batu kepada mereka lantaran doa yang dipanjatkan dengan menyertakan amal shalih
dan keikhlasan mereka kepada Allah Ta’ala.
Betapa
banyak sebab yang mendatangkan kehinaan dan kerendahan bagi hamba lantaran
tidak berbuat ikhlas kepada Allah Ta’ala.
Wahai saudaraku, apakah kalian memiliki amal shalih yang dilandasi
keikhlasan yang dapat engkau sertakan dalam doa yang kalian panjatkan untuk
menolongmu dari kesusahan dan kesulitan....!!!
NABI YUSUF SELAMAT KARENA KEIKHLASAN
Lihatlah
bagaimana cobaan yang menimpa nabi Yusuf ‘alaihissalam, ia diuji dengan diajak
berbuat zina, kemudian lihatlah bagaimana banyak faktor pendorong, dan
terkumpul pada dirinya, dan syaithon berkehendak untuk menjerumuskannya akan tetapi
gagal. Diantara faktor pendorong adalah keberadaan dirinya seorang pemuda yang
bujang, yang memiliki ketampanan, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ”Diberikan kepada Yusuf wajah yang tampan“. -Shohih jami’
1073-
Keberadaan
wajah yang tampan ini merupakan faktor ketertarikan lawan jenis, demikian halya
yang dialami oleh istri Malik Aziz, dan keberadaan Yusuf yang hidup sebatang
kara jauh dari sanak saudara memiliki andil besar untuk terjadinya kejahatan.
Akan tetapi ia mampu menjaga diri karena taufik dan limpahan karunia Allah dan
keutamaan-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yusuf ayat 24 ,
٢٤. وَلَقَدْ هَمَّتْ
بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ
السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan
Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia
tidak melihat tanda (dari) Tuhannya . Demikianlah, agar Kami memalingkan dari
padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba
Kami yang terpilih”.
Dengan
berbuat ikhlas kepada Allah Ta’ala, maka nabi Yusuf selamat dari lembah
kenistaan. Apakah kalian wahai para pemuda dapat mengambil pelajaran! Wahai
kalian para pemudi hendaklah kalian dapat mengambil pelajaran! Betapa banyak
pemuda dan pemudi yang tidak dapat menahan pandangan mereka, -dan yang lebih
dari itu- dikarenakan lemahnya keikhlasan kepada Allah Ta’ala, hasbunallahu wa
ni’mal wakil.
KISAH PEMUDA YANG BERIMAN
Di dalam
kisah ini terdapat pelajaran bagi yang memiliki hati, atau mencurahkan
pendengaran sedangkan ia menyaksikannya, maka mari kita perhatikan dengan bersama kisah ini, dengan harapan dapat
mencermati makna yang agung dalam keikhlasan.
Diriwayatkan
dari sahabat Syuhaib radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ”Dahulu di zaman sebelum kalian ada seorang raja yang memiliki
tukang sihir, tatkala tua maka ia berkata kepada sang raja: ‘Aku telah
menginjak usia tua, maka utuslah kepadaku seorang pemuda yang akan aku ajari
ilmu sihir, maka diutuslah seorang pemuda dan diajari kepadanya tentang ilmu
sihir, dan setiap kali pemuda tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah perjalanan
ia selalu melewati seorag Rohib, ia pun duduk mendengarkan pembicaraan Rohib
tersebut sehingga ia kagum akan petuahnya. Maka setiap kali ia pergi menuju
tukang sihir, ia selalu singgah kepada Rohib dan duduk bersamanya, hingga ia
terlambat datang ke tukang sihir maka ia pun dipukul oleh Rohib, maka hal ini
dikeluhkan di hadapan Rohib, maka dikatakan kepada pemuda tersebut: ‘Jika
engkau takut terlambat menghadap tukang sihir maka katakan, aku tertahan oleh keluargaku,
jika engkau takut terlambat sampai keluargamu, maka katakan aku tertahan oleh
tukang sihir“.
Maka pada
suatu hari ia menjumpai hewan melata yang sangat besar hingga menghalangi para
manusia melewati jalan, maka ia bergumam, hari ini aku bisa membuktikan ilmu
tukang sihir, ataukah ilmu Rohib yang utama?? Pemuda tersebut mengambil sebuah
batu dan berkata: ‘Ya Allah, jika ajaran Rohib lebih engkau cintai dari ilmu
tukang sihir maka bunuhlah hewan malata ini hingga manusia tidak terganggu olehnya.
Maka dilemparlah batu tersebut dan membunuhnya, hingga para manusia melewati
jalan tanpa ada gangguan, dan ia datang kepada Rohib dan diceritakan apa yang
terjadi. Maka berkata Rohib: ”Wahai anakku, engkau sekarang lebih pandai dari
pada aku, telah sampai padamu perkara
yang nampak bagiku, dan engkau pasti akan mendapat ujian, maka jika engkau
mendapat cobaan, janganlah engkau memberitahukan kepada manusia tentang diriku.
Hingga tersebar berita bahwa pemuda tersebut dapat menyembuhkan penyakit buta, kusta, dan dari segala jenis penyakit manusia, maka perkara ini terdengar oleh salah seorang pembesar kerajaan yang sakit buta, dan ia membawakan hadiah yang sangat banyak seraya berkata: “Semua ini untukmu, jika engkau dapat menyembuhkanku“. Maka pemuda itu menjawab, ”Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala, jika engkau mau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada Allah dan engkau akan sembuh”. Maka iapun beriman kepada Allah Ta’ala, dan ia sembuh. Kemudian ia datang menemui raja dan duduk sebagaimana biasanya, maka sang raja bertanya: “Siapa yang menyembuhkan penyakit butamu?” maka dijawab: “Robb-ku“. Sang raja berkata: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku?” jawabnya: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”. Maka ia disiksa terus-menerus hingga ia menunjukkan sang pemuda, dan didatangkan dihadapan sang raja. Kemudian raja berkata: ”Wahai anakku, engkau telah memiliki kepandaian sihir hingga dapat menyembuhkan penyakit buta dan kusta dan sebagainya”. Sang pemuda berkata: “Aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun, akan tetapi yang mampu menyembuhkan adalah Allah”. Maka pemuda itu disiksa terus-menerus hingga mau menunjukkan keberedaan sang Rohib, maka didatangkanlah si Rohib, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!”, maka ia menolak, hingga raja meminta gergaji dan diletakkan di umbun-umbun kepalanya, dan dibelah tubuhnya menjadi dua bagian. Kemudian didatangkanlah pejabat kerajaan dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, sehingga gergaji diletakkan pada umbun-umbunnya, dan dibelah menjadi dua bagian. Kemudian dipanggillah sang pemuda, dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, dan diberikan kepada prajuritnya, agar membawanya ke gunung ini dan itu, jika telah sampai puncak gunung tanyakan kepadanya, jika ia mau meninggalkan agamanya, maka bebaskan, dan jika tidak maka lemparkan dia”. Maka pergilah prajurit tersebut ke puncak gunung, kemudian sang pemuda berdoa: ”Ya Allah, lindungi diriku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“. Tiba-tiba terjadi gempa pada gunung tersebut, dan berjatuhanlah para prajurit itu, hingga sang pemuda kembali menghadap raja, maka dikatakan kepadanya: “Apa yang terjadi pada para pengawalmu?” maka dijawab: “Allah telah melindungiku dari tipu daya mereka”. Kemudian sang raja memerintahkan prajuritnya agar membawa pemuda ini menaiki perahu ke tengah lautan, jika ia meninggalkan ajarannya, maka ia dibebaskan, akan tetapi bila enggan, maka lemparkan pemuda itu ke dasar lautan. Dibawalah pemuda itu hingga ke tengah laut, kemudian sang pemuda bedoa: “Ya Allah, lindungilah aku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“, maka tiba-tiba perahu yang mereka naiki terbalik hingga semua tengelam, kecuali sang pemuda selamat, dan kembali menemui raja, dan berkata sang pemuda: ”Engkau tidak dapat membunuhku, hinga engkau melakukan permintaanku”. Maka dijawab: “Apa permintaanmu?” Sang pemuda berkata: ”Kumpulkanlah semua manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di pohon kurma, dan ambillah sebuah anak panah milikku, dan letakkan pada busurnya seraya ucapkan: ”BISMILLAH ROBBIL GHULAM“ (Dengan menyebut nama Allah Tuhan anak ini), lalu panahkan kepadaku, jika engkau melakukan ini niscaya dapat membunuhku. Maka dikumpulkanlah para manusia pada tanah lapang dan sang pemuda telah disalib dibatang pohon kurma, kemudian raja mengambil anak panah dan busurnya dan berkata lantang, “Bismillah Robbil ghulam“, dan dipanahkan hingga mengenai pelipisnya, dan pemuda itu meletakkan tangannya dipelipisnya kemudian ia mati.
Maka para manusia mengatakan: ”Kami beriman terhadap Robbul ghulam”. Maka dikatakan kepada raja: ”Bukankah engkau melihat terhadap apa yang kamu khawatirkan selama ini, sekarang telah terjadi, seluruh manusia beriman“. Maka raja memerintahkan agar membikin galian lobang parit yang panjang, kemudian dinyalakan didalamnya api, seraya berkata: ”Barang siapa yang tidak kembali dari agamanya maka akan dilemparkan ke dalam parit berapi tersebut”. -dalam riwayat dikatakan: “Lemparkan ke dalam parit berapi”-. Maka dilemparkan satu persatu ke dalam api, hingga sampai pada seorang wanita bersamanya bayinya yang ketakutan ketika hendak dilemparkan ke dalam parit berapi, maka sang bayi berbicara: ”Wahai ibuku, bersabarlah, sesungguhnya dirimu berada diatas kebenaran ...!”. (HR Muslim).
Hingga tersebar berita bahwa pemuda tersebut dapat menyembuhkan penyakit buta, kusta, dan dari segala jenis penyakit manusia, maka perkara ini terdengar oleh salah seorang pembesar kerajaan yang sakit buta, dan ia membawakan hadiah yang sangat banyak seraya berkata: “Semua ini untukmu, jika engkau dapat menyembuhkanku“. Maka pemuda itu menjawab, ”Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala, jika engkau mau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada Allah dan engkau akan sembuh”. Maka iapun beriman kepada Allah Ta’ala, dan ia sembuh. Kemudian ia datang menemui raja dan duduk sebagaimana biasanya, maka sang raja bertanya: “Siapa yang menyembuhkan penyakit butamu?” maka dijawab: “Robb-ku“. Sang raja berkata: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku?” jawabnya: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”. Maka ia disiksa terus-menerus hingga ia menunjukkan sang pemuda, dan didatangkan dihadapan sang raja. Kemudian raja berkata: ”Wahai anakku, engkau telah memiliki kepandaian sihir hingga dapat menyembuhkan penyakit buta dan kusta dan sebagainya”. Sang pemuda berkata: “Aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun, akan tetapi yang mampu menyembuhkan adalah Allah”. Maka pemuda itu disiksa terus-menerus hingga mau menunjukkan keberedaan sang Rohib, maka didatangkanlah si Rohib, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!”, maka ia menolak, hingga raja meminta gergaji dan diletakkan di umbun-umbun kepalanya, dan dibelah tubuhnya menjadi dua bagian. Kemudian didatangkanlah pejabat kerajaan dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, sehingga gergaji diletakkan pada umbun-umbunnya, dan dibelah menjadi dua bagian. Kemudian dipanggillah sang pemuda, dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, dan diberikan kepada prajuritnya, agar membawanya ke gunung ini dan itu, jika telah sampai puncak gunung tanyakan kepadanya, jika ia mau meninggalkan agamanya, maka bebaskan, dan jika tidak maka lemparkan dia”. Maka pergilah prajurit tersebut ke puncak gunung, kemudian sang pemuda berdoa: ”Ya Allah, lindungi diriku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“. Tiba-tiba terjadi gempa pada gunung tersebut, dan berjatuhanlah para prajurit itu, hingga sang pemuda kembali menghadap raja, maka dikatakan kepadanya: “Apa yang terjadi pada para pengawalmu?” maka dijawab: “Allah telah melindungiku dari tipu daya mereka”. Kemudian sang raja memerintahkan prajuritnya agar membawa pemuda ini menaiki perahu ke tengah lautan, jika ia meninggalkan ajarannya, maka ia dibebaskan, akan tetapi bila enggan, maka lemparkan pemuda itu ke dasar lautan. Dibawalah pemuda itu hingga ke tengah laut, kemudian sang pemuda bedoa: “Ya Allah, lindungilah aku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“, maka tiba-tiba perahu yang mereka naiki terbalik hingga semua tengelam, kecuali sang pemuda selamat, dan kembali menemui raja, dan berkata sang pemuda: ”Engkau tidak dapat membunuhku, hinga engkau melakukan permintaanku”. Maka dijawab: “Apa permintaanmu?” Sang pemuda berkata: ”Kumpulkanlah semua manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di pohon kurma, dan ambillah sebuah anak panah milikku, dan letakkan pada busurnya seraya ucapkan: ”BISMILLAH ROBBIL GHULAM“ (Dengan menyebut nama Allah Tuhan anak ini), lalu panahkan kepadaku, jika engkau melakukan ini niscaya dapat membunuhku. Maka dikumpulkanlah para manusia pada tanah lapang dan sang pemuda telah disalib dibatang pohon kurma, kemudian raja mengambil anak panah dan busurnya dan berkata lantang, “Bismillah Robbil ghulam“, dan dipanahkan hingga mengenai pelipisnya, dan pemuda itu meletakkan tangannya dipelipisnya kemudian ia mati.
Maka para manusia mengatakan: ”Kami beriman terhadap Robbul ghulam”. Maka dikatakan kepada raja: ”Bukankah engkau melihat terhadap apa yang kamu khawatirkan selama ini, sekarang telah terjadi, seluruh manusia beriman“. Maka raja memerintahkan agar membikin galian lobang parit yang panjang, kemudian dinyalakan didalamnya api, seraya berkata: ”Barang siapa yang tidak kembali dari agamanya maka akan dilemparkan ke dalam parit berapi tersebut”. -dalam riwayat dikatakan: “Lemparkan ke dalam parit berapi”-. Maka dilemparkan satu persatu ke dalam api, hingga sampai pada seorang wanita bersamanya bayinya yang ketakutan ketika hendak dilemparkan ke dalam parit berapi, maka sang bayi berbicara: ”Wahai ibuku, bersabarlah, sesungguhnya dirimu berada diatas kebenaran ...!”. (HR Muslim).
Lihatlah dalam kisah ini, bagaimana Allah mengabulkan doa orang yang ikhlas, dan renungilah bahwa sunnatullah terhadap semesta ini dapat berubah karena sebab keikhlasan kepada Allah Ta’ala. Keberadaan sang pemuda dalam keadaan genting tatakala hendak dilemparkan dari atas gunung, maka ia berdo’a dengan penuh keikhlasan : “Ya Allah, lindungilah diriku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“, maka berguncanglah gunung tersebut hingga para penjaga terjatuh, dan ia kembali dengan selamat kepada sang raja.
Sungguh, ikhlas dapat menyebabkan seorang hamba selamat dari ancaman yang mematikan, dan dengan karunia Allah melalui perbuatan ikhlas, musuh-musuh Allah dapat dibinasakan, kemudian rencana jahat kedua untuk membinasakan sang pemuda dengan dibawa ke tengah laut untuk dibinasakan, maka ia berdo’a kepada Allah dengan penuh ikhlas: ”Ya Allah, lindungi aku dari meraka dengan sesuatu yang engkau kehendaki“, maka terbaliklah perahu yang dikendarai hingga para penjaga tenggelam semua, dan ia datang menemui sang raja dalam keadaan selamat.
Ini adalah ikhlas yang Allah karuniakan kepada sang pemuda, hingga membawa kepada keselamatan tatkala datang bahaya besar yang mengancam, dan dengan sebab ikhlas ini juga musuh-musuh Allah dapat dibinasakan.
Renungilah bagaimana sang pemuda ini berbuat ikhlas hingga menjual dirinya kepada Allah dengan mati syahid, ia berkorban dengan nyawanya agar menjadikan kalimat ikhlas bergema dimuka bumi ini, yaitu para manusia mengatakan: “Ammanna bi robbil ghulam (Kami beriman terhadap Tuhan nya sang pemuda)”.
Hasil dari
keikhlasan pemuda ini adalah berimannya seluruh penduduk, keimanan yang
berdampak pada keteguhan tatkala mereka dilempar ke dalam parit berapi, hingga
Allah berikan kemampuan pada sang bayi berbicara meneguhkan keimanan ibunya,
tatkala ibu hendak berputus asa berhadapan dengan api yang menyala-nyala dengan
ucapan: ”Wahai ibu, bersabarlah, sesungguhnya dirimu berada di atas jalan yang
benar“.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar