Sabtu, 05 April 2014

AKHLAQ MULIYA

Sesungguhnya akhlak muliya memiliki kedudukan yang besar dalam kehidupan manusia, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat dan makhluk sekitarnya, bahkan kebutuhan terhadap akhlak melebihi kebutuhan makan dan minum, dikarenakan berkaitan dengan bahagia dan sengsaranya bagi seorang hamba di dunia dan akhirat, terlebih jika manusia hidup tanpa akhlak muliya, maka ia tidak memiliki kebaikan dan manfaat, bahkan penuh dengan keburukan, kejahatan dan mudhorot, la haula wala quwwata illa billah. 

Agama islam menjunjung tinggi akhlak muliya, bahkan perhatian terhadapnya sangatlah besar, Allah Ta’ala berfirman didalam QS. Qaaf: 18, 

 مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir”.

Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. Al Zalzalah: 7 ,
 فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya”.

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling sempurna akhlaknya”. (HR.Bukhary dan Muslim).
          
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai adalah yang paling baik akhlaknya“. (HR.Bukhary).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya kalian takut terhadap neraka walau bersedekah dengan secuil kurma, kalau tidak mampu maka berucaplah yang baik“. (HR.Bukhary dan Muslim).

Jika kita merenungi ayat-ayat di dalam Al Qur’an dan hadist-hadist di dalam As-Sunnah, maka akan menjumpai semuanya memiliki kaitan tentang akhlak, baik perkara ‘ushul dan furuk, baik pembahasan akidah maupun syari’ah, baik yang sifat hubungan kepada Allah maupun para makhluk, bahkan dalam unsur hukum pidana  dan semisalnya.

Di dalam kesempatan ini akan kita ambil contoh beberapa ayat dan hadist yang menjadi pondasi dalam berakhlak, diantaranya;
-          Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ar Rahman: 60,
 هَلْ جَزَاء الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”.

Ayat ini merupakan kaidah syar’iyah di dalam berinteraksi baik kepada Allah dan makhluknya, jika sekiranya ayat ini dapat diterapkan niscaya segala urusan akan menjadi mudah.

 Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. Al Furqon: 63,   
  
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَاماً
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”

Ayat ini memberikan kaidah kepada kita tentang akhlak dan perilaku manusia tatkala ia berjalan di muka bumi ini, menjauh dari sifat sombong dan angkuh, terlebih bilamana ia berjumpa dengan orang jahil, maka ia bertutur kata dengan ucapan yang membawa kepada keselamatan.

 Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al A’rof: 199, 
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.

Di dalam Ayat ini kita diperintah agar memberi maaf, mengajak dalam kebaikan, dan menjauhi orang yang sekiranya membahayakan diri kita, sampai-sampai para salaf mengatakan tentang  ayat ini, ”Tidak ada di dalam Al Qur’an ayat yang berbicara tentang akhlak lebih sempurna dari ayat ini“.
          
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang ia merasa cukup maka Allah akan berikan kecukupan padanya, dan barang siapa yang ia merasa kaya maka Allah akan berikan kekayaan padanya, dan barang siapa melatih kesabaran niscaya Allah berikan kepadanya sabar“. (HR.Bukhary dan Muslim).

Hadist ini merupakan suatu dasar pondasi akhlak dan perilaku manusia, jika kita berkehendak merubah akhlak kita maka hendaknya ia memulai dari melatih diri dengan berusaha mengekang nafsu dan hawa, dikarenakan jiwa ini senantiasa condong kepada keburukan, sebagaimana tiga perangai diatas dapat dicapai jika kita melatih diri agar berbuat iffah dan qana’ah, dan  melatih diri agar sabar.  

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang ia tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah“. Dalam lafal yang lain, ”Tidaklah seseorang bersyukur kepada Allah jika ia tidak bersyukur kepada manusia“. (HR.Ahmad dan Tirmidzy).

Hadist ini mengajarkan kepada kita agar mengakui keutamaan dan bersyukur kepada pemiliknya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman jika sekiranya kita tidak bersyukur kepada manusia maka kita belum mensyukuri karunia Allah Ta’ala.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Kebaikan adalah husnul khuluq, dan kejelekan adalah apa yang membuat hatimu ragu, dan engkau tidak senang manusia mengetahuinya“. (HR Muslim).

Hadist ini menunjukkan kepada kita tentang fitroh dan suara hati manusia serta akal yang salim, tatkala ia melanggar syariat pastilah fitroh akan berbicara, akan tetapi kebanyakan manusia mengigkari fitroh salim tersebut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah beriman salah satu diantara kaliyan hingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya“. (HR Bukhary dan Muslim).

Di dalam hadist ini terdapat hubungan kesempurnaan keimanan dengan perkara akhlak, maka sepantasnya bagi seseorang agar memperlakukan saudaranya sebagaimana ia lakukan untuk dirinya sendiri, karena hakikat mukmin adalah satu tubuh.

Dari beberapa ayat dan hadist di atas kita berikan beberapa kaidah agar mempermudah bagi kita mengamalkannya, diantaranya: 
1. Hendaknya kita bermuamalah kepada sesama dengan akhlak muliya sebagaimana ia menginginkan untuk dirinya sendiri.
2. Janganlah engkau menyakiti sesama dikarenakan ada sesuatu celah dan kekurangan yang ada pada dirimu .
3. Seyogyanya engkau memperbaiki amalan hati yang tersembunyi sebagaimana engkau perhatian terhadap amal dhohirmu .
4. Ingat akan hak dan kewajiban yang ada pada dirimu, dan bersemangatlah menjalankan kewajiban sebagaimana engkau berharap akan hak yang engau rindukan.
5. Jika seseorang khilaf terhadap dirimu maka jangan jadikan alasan bagimu untuk berbuat kejahatan untuknya.
6. Hendaknya engkau menjaga sikap dan akhlak di hadapan para musuh dan lawanmu sebagaimana engkau menjaga sikap dan akhlak dihadapan kawanmu.
7. Tidak cukup memberikan kritikan untuk orang lain sedang engkau lupa akan kritikan untuk dirimu tatkala engkau menghendaki adanya perubahan.
8. Sepantasnya engkau istiqomah di dalam kebaikan dan akhlak muliya dengan tanpa memberikan prasyarat untuk dirimu.
9. Jangan terbiasa memberikan udzur untuk pribadi dalam urusan sekecil apapun, karena dikhawatirkan  akan membawa kepada terbiasa berudzur walau dalam perkara besar.
10Sabar, santun, kasih sayang adalah bagian dari akhlak yang tidak mungkin muncul sekonyong-konyong, akan tetapi dibutuhkan disana perjuangan dan berlatih agar mampu menggapainya.
11. Jika anda tidak bisa membedakan antara akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, maka hendaknya merujuk Al Qur’an Al Karim dan As Sunnah Al Muthoharoh, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Hazm, ”Barang siapa yang tidak mengetahui akhlak muliya, maka hendaknya ia bersandar kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya disana terkandung perangai muliya“. 


- Disarikan dari Kitab Al Akhlaq Al Fadhilah, Dr Abdullah Dhoifullah Ar Ruhaily -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar