Sesungguhnya akhlak muliya memiliki kedudukan yang besar dalam kehidupan
manusia, baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat dan makhluk sekitarnya,
bahkan kebutuhan terhadap akhlak melebihi kebutuhan makan dan minum, dikarenakan
berkaitan dengan bahagia dan sengsaranya bagi seorang hamba di dunia dan
akhirat, terlebih jika manusia hidup tanpa akhlak muliya, maka ia tidak
memiliki kebaikan dan manfaat, bahkan penuh dengan keburukan, kejahatan dan
mudhorot, la haula wala quwwata illa billah.
Agama islam menjunjung tinggi akhlak muliya, bahkan perhatian terhadapnya sangatlah besar, Allah Ta’ala berfirman didalam QS. Qaaf: 18,
Agama islam menjunjung tinggi akhlak muliya, bahkan perhatian terhadapnya sangatlah besar, Allah Ta’ala berfirman didalam QS. Qaaf: 18,
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat
Pengawas yang selalu hadir”.
Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. Al Zalzalah: 7 ,
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْراً يَرَهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya”.
Sebagaimana
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling
baik diantara kalian adalah yang paling sempurna akhlaknya”. (HR.Bukhary dan
Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai adalah yang paling baik akhlaknya“. (HR.Bukhary).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya kalian takut terhadap neraka walau bersedekah dengan secuil kurma, kalau tidak mampu maka berucaplah yang baik“. (HR.Bukhary dan Muslim).
Jika kita merenungi ayat-ayat di dalam Al Qur’an dan hadist-hadist di dalam As-Sunnah, maka akan menjumpai semuanya memiliki kaitan tentang akhlak, baik perkara ‘ushul dan furuk, baik pembahasan akidah maupun syari’ah, baik yang sifat hubungan kepada Allah maupun para makhluk, bahkan dalam unsur hukum pidana dan semisalnya.
Di dalam kesempatan ini akan kita ambil contoh beberapa ayat dan hadist yang menjadi pondasi dalam berakhlak, diantaranya;
-
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ar Rahman: 60,
هَلْ جَزَاء الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”.
Ayat ini
merupakan kaidah syar’iyah di dalam berinteraksi baik kepada Allah dan
makhluknya, jika sekiranya ayat ini dapat diterapkan niscaya segala urusan akan
menjadi mudah.
Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. Al Furqon: 63,
Allah Ta’ala berfirman di dalam QS. Al Furqon: 63,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ
عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَاماً
“Dan
hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”
Ayat ini memberikan kaidah kepada kita tentang akhlak dan perilaku manusia tatkala ia berjalan di muka bumi ini, menjauh dari sifat sombong dan angkuh, terlebih bilamana ia berjumpa dengan orang jahil, maka ia bertutur kata dengan ucapan yang membawa kepada keselamatan.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Al A’rof: 199,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.
Di dalam
Ayat ini kita diperintah agar memberi maaf, mengajak dalam kebaikan, dan
menjauhi orang yang sekiranya membahayakan diri kita, sampai-sampai para salaf
mengatakan tentang ayat ini, ”Tidak ada
di dalam Al Qur’an ayat yang berbicara tentang akhlak lebih sempurna dari ayat
ini“.
- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang ia merasa cukup maka Allah akan berikan kecukupan padanya, dan barang siapa yang ia merasa kaya maka Allah akan berikan kekayaan padanya, dan barang siapa melatih kesabaran niscaya Allah berikan kepadanya sabar“. (HR.Bukhary dan Muslim).
Hadist ini
merupakan suatu dasar pondasi akhlak dan perilaku manusia, jika kita
berkehendak merubah akhlak kita maka hendaknya ia memulai dari melatih diri
dengan berusaha mengekang nafsu dan hawa, dikarenakan jiwa ini senantiasa condong
kepada keburukan, sebagaimana tiga perangai diatas dapat dicapai jika kita
melatih diri agar berbuat iffah dan qana’ah, dan melatih diri agar sabar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang ia tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah“. Dalam lafal yang lain, ”Tidaklah seseorang bersyukur kepada Allah jika ia tidak bersyukur kepada manusia“. (HR.Ahmad dan Tirmidzy).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa yang ia tidak bersyukur kepada manusia maka ia tidak bersyukur kepada Allah“. Dalam lafal yang lain, ”Tidaklah seseorang bersyukur kepada Allah jika ia tidak bersyukur kepada manusia“. (HR.Ahmad dan Tirmidzy).
Hadist ini mengajarkan kepada kita agar mengakui keutamaan dan bersyukur kepada pemiliknya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman jika sekiranya kita tidak bersyukur kepada manusia maka kita belum mensyukuri karunia Allah Ta’ala.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Kebaikan adalah husnul khuluq, dan kejelekan adalah apa yang membuat hatimu ragu, dan engkau tidak senang manusia mengetahuinya“. (HR Muslim).
Hadist ini menunjukkan kepada kita tentang fitroh dan suara hati manusia serta akal yang salim, tatkala ia melanggar syariat pastilah fitroh akan berbicara, akan tetapi kebanyakan manusia mengigkari fitroh salim tersebut.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah beriman salah satu diantara kaliyan hingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya“. (HR Bukhary dan Muslim).
Di dalam hadist ini terdapat hubungan kesempurnaan keimanan dengan perkara akhlak, maka sepantasnya bagi seseorang agar memperlakukan saudaranya sebagaimana ia lakukan untuk dirinya sendiri, karena hakikat mukmin adalah satu tubuh.
Dari beberapa ayat dan hadist di atas kita berikan beberapa kaidah agar mempermudah bagi kita mengamalkannya, diantaranya:
1. Hendaknya kita bermuamalah kepada sesama
dengan akhlak muliya sebagaimana ia menginginkan untuk dirinya sendiri.
2. Janganlah engkau menyakiti sesama dikarenakan
ada sesuatu celah dan kekurangan yang ada pada dirimu .
3. Seyogyanya engkau memperbaiki amalan hati
yang tersembunyi sebagaimana engkau perhatian terhadap amal dhohirmu .
4. Ingat akan hak dan kewajiban yang ada pada
dirimu, dan bersemangatlah menjalankan kewajiban sebagaimana engkau berharap
akan hak yang engau rindukan.
5. Jika seseorang khilaf terhadap dirimu maka
jangan jadikan alasan bagimu untuk berbuat kejahatan untuknya.
6. Hendaknya engkau menjaga sikap dan akhlak di hadapan
para musuh dan lawanmu sebagaimana engkau menjaga sikap dan akhlak dihadapan
kawanmu.
7. Tidak cukup memberikan kritikan untuk orang
lain sedang engkau lupa akan kritikan untuk dirimu tatkala engkau menghendaki
adanya perubahan.
8. Sepantasnya engkau istiqomah di dalam
kebaikan dan akhlak muliya dengan tanpa memberikan prasyarat untuk dirimu.
9. Jangan terbiasa memberikan udzur untuk
pribadi dalam urusan sekecil apapun, karena dikhawatirkan akan membawa kepada terbiasa berudzur walau
dalam perkara besar.
10. Sabar, santun, kasih sayang adalah bagian
dari akhlak yang tidak mungkin muncul sekonyong-konyong, akan tetapi dibutuhkan
disana perjuangan dan berlatih agar mampu menggapainya.
11. Jika
anda tidak bisa membedakan antara akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, maka
hendaknya merujuk Al Qur’an Al Karim dan As Sunnah Al Muthoharoh, sebagaimana
dikatakan oleh Imam Ibnu Hazm, ”Barang siapa yang tidak mengetahui akhlak
muliya, maka hendaknya ia bersandar kepada perintah Allah dan Rasul-Nya,
sesungguhnya disana terkandung perangai muliya“.
- Disarikan dari Kitab Al Akhlaq Al Fadhilah, Dr Abdullah Dhoifullah Ar Ruhaily -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar