Jumat, 28 Maret 2014

MEMPELAJARI SEJARAH NABI صلى الله عليه وسلم

Sesungguhnya mempelajari siroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang suci merupakan santapan bagi hati, menentramkan, membahagiakan, serta melapangkannya, bahkan mempelajarinya merupakan bagiyan dari agama dan ibadah kepada Allah, dikarenakan kehidupan Nabi kita adalah perjuangan, pembelaan terhadap agama dan sabar di atasnya yang merupakan perealisasian ubudiyah kepada Allah dan dakwah di jalan-Nya, sehingga ketika kita mempelajari siroh dan sejarah Nabi terdapat banyak faidah dan manfaat yang sangat besar. Dan akan kita bahas sebagiannya dalam rangka menarik semangat sehingga kita bisa sabar dan melanjutkan perjuangan serta istiqomah mempelajari siroh Nabawiyah ini.

Diantara fawaidnya sebagai berikut:         

1.  Nabi kita muhammad adalah uswah dan teladan bagi seluruh alam semesta, baik dalam akidah, ibadah, akhlak, sebagaimana firman Allah Ta’ala, QS Al Ahzab: 21,                                 
  لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Merealisasikan ayat di atas dengan meneladani dan menyusuri petunjuk Nabi bersandar sejauh mana ia mengetahui siroh dan hadyu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2.  Bahwasanya siroh dan petunjuk Nabi merupakan timbangan bagi amal amal para manusia, sekiranya sesuai dan serasi dengan siroh dan petunjuk Nabi, niscaya amalnya akan diterima, dan sekiranya bertentangan dan berlawanan maka akan tertolak.
Berkata Sufyan At tsaury yang diriwayatkan Al Khotib Al Bagdady di dalam mukodimah kitab Al Ja’mi’ li akhlak ar ro’wi wa adab as sa’mi’, ”Sesungguhnya Nabi adalah timbangan yang paling besar, dengannya ditimbang segala sesuatu dengan akhlaknya, sirohnya, petunjuknya, selagi  sesuai maka itu kebenaran, dan jika berseberangan maka itu adalah kebathilan“.    

3.    Di dalam mempelajari siroh Nabi merupakan sarana untuk memudahkan memahami kitab Allah, dikarenakan perangai Nabi merupakan praktik terhadap isi Al Qur’an Al Karim, sebagaimana dikatakan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ”Akhlak dan perangai Nabi adalah Al Qur’an“.  Allah berfirman dalam QS. Al Qolam: 4,

 وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

Dan yang dimaksud khuluqin disini adalah perangai agama, yaitu dalam keadaan sempurna agamanya, dikarenakan Nabi telah menjalankan seluruh perintah agama dan menjauhi seluruh larangannya, serta mengamalkan adab-adab dan perangai di dalam Al Qur’an, oleh karenanya kehidupan Nabi dan perjalanannya merupakan praktek sempurna terhadap kitab Allah, sehingga tatkala seorang muslim mempelajari shiroh ini secara otomatis akan memudahkan baginya memahami kitab Allah. Tatkala engkau membaca buku buku tafsir terlebih berkaitan dengan asbabun nuzul, maka niscaya engkau akan jumpai hubungan yang sangat erat antara sebab turunnya ayat dengan shiroh dan perjalanan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, yang ini merupakan bukti kuat bahwa dibutuhkannya mempelajari siroh dalam rangka tafakuh fid-din dan memahami kitab Allah.         

4.   Mempelajari siroh Nabi merupakan bentuk mahabah dan kecintaan kepada Nabi ini, sebagaimana tertuang dalam sabdanya, ”Tidak akan kalian beriman hingga Aku dicintai melebihi cintanya kepada orangtuanya, anaknya dan manusia seluruhnya“. (mutafaqun alaihi)

Diriwayatkan oleh Imam Bukhary, bahwa Umar ibnu Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ”Wahai Nabi, engkau paling aku cintai dari selainnya kecuali kepada diriku sendiri“. Maka berkata Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ”Tidak wahai umar, demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, hingga aku engkau cintai melebihi cintamu kepada dirimu”. Maka Umar berkata, “Sekarang engkau aku cintai melebihi cintaku kepada diriku”. Maka berkata Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ”Sekarang wahai umar engkau sempurna keimananmu”.

Maka memperdalam dan menyempurnakan  kecintaan kepada Nabi di dalam hati, membutuhkan akan mempelajari siroh,  perjalanan, serta kehidupan Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dahulu di masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dijumpai seseorang yang tidak ada di muka bumi ini yang paling ia  benci  melebihi bencinya kepada Nabi, akan tetapi tatkala ia melihat siroh dan perangai serta akhlaq  Nabi, maka disaat itu pula ia berbalik arah tidak ada yang di muka bumi ini yang paling ia cintai melebihi cintanya kepada Nabi, sebagainama yang dikatakan oleh Tsumamah ibnu Atsal pemimpin penduduk Yamamah tatkala ia masuk Islam, “Wahai Muhammad, demi Allah, dahulu tidak ada dimuka bumi ini sesuatu yang aku benci melebihi benciku kepada dirimu, maka sekarang engkau adalah yang paling aku cintai di muka bumi ini, melebihi cintaku kepada diriku sendiri“. (HR.Ahmad) 

Kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam perjalanan dan siroh Nabi terdapat banyak kasih dan sayang saerta rahmat, kelembutan, muamalah yang indah, serta adab dan perangai yang baik.  Allah telah berfirman dalam QS. Al Imran: 159,

 فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ       

159. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Tatkala Allah memuliyakan seorang hamba dengan diberikan taufiq untuk mencintai Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dengan kecintaan yang jujur, maka hal ini akan membawa hamba tersebut kepada keberuntungan, dan akan dapat membantunya  merealisasikan dalam menyusuri jejak dan manhaj Nabi yang muliya ini sholawatullah wa salamuhu ‘alaihi, sebagai halnya keadaan para sahabatnya, dan para ta’biin yang Allah senantiasa meridhoi mereka.

5. Dari manfaat mempelajari siroh Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dapat menambah keimanan bagi seorang hamba, sebagaimana Allah berfirman dalam QS Al Mukminun: 69,

أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنكِرُونَ   

69. “Ataukah mereka tidak Mengenal Rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?

Mengetahui sejarah dan siroh Nabi serta mengikuti petunjuk, adab, akhlaqnya akan menghasilkan keimanan bagi seorang kafir yang belum beriman, dan akan menambah kesempurnaan iman bagi orang yang mukmin. Betapa banyak orang yang telah masuk agama Islam lantaran ia mempelajari sejarah Nabi yang muliya, mengetahui akhlak, muamalah dan  perangainya, sholawatullahu wa salamuhu wa barokatuhu ‘alaihi.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari sahabat Anas radhiyallahu’anhu, mengkisahkan seseorang yang datang dan meminta sesuatu kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam, maka diberikan kambing yang sangat banyak yang sedang digembala diantara dua bukit, maka ia kembali kepada kaumnya seraya berkata, ”Wahai kaumku masuklah kalian ke dalam ajaran islam, sesungguhnya Muhammad memberikan pemberian yang ia tidak khawatir terhadap kefakiran”.

Jika kita mencermati, kedatangan orang tersebut hanyalah menginginkan perkara dunia, akan tetapi dalam sesaat, ia berubah mengutamakan akhirat daripada perkara dunia.

6.  Mempelajari siroh Nabi sallallahu alaihi wa sallam adalah sarana yang membantu dalam memahami agama secara keseluruhan, baik akidah, ibadah, akhlaq, karena kehidupan Nabi adalah hidup di atas agama, mengamalkan, mendakwahkan, dan berjuang untuk kemenangan akidah yang menjadi pondasi agama ini, sebagaimana kita ketahui, bahwa perkara pertama yang diperjuangkan dalam dakwah Nabi sallallahu ailaihi wa sallam adalah perkara akidah dan tauhid sebagaimana yang telah Allah perintahkan, kemudian datanglah syariat perintah dan larangan sedikit demi sedikit, maka terkandung dalam palajaran siroh ini pembelajaran akidah, pembelajaran tahapan pensyariatan, pembelajaran turunnya kewajiban dan faridhoh, pembelajaran ibadah, serta pembelajaran praktek amaliyah terhadap perkara akidah, ibadah dan akhlaq.

Berkata Syaikh Muhammad ibnu Abdul Wahab rahimahullah dalam kitabnya Mukhtashor As-Siroh  hal 21, “Ketahuilah bahwa apa yang disebutkan oleh para ahli ilmu dari sejarah Nabi sallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam beserta kaumnya dan apa-apa yang terjadi di Makkah dan Madinah, serta sejarah para sahabat adalah agar kaliyan dapat membedakan antara islam dan kekafiran, dikarenakan ajaran Islam dimasa sekarang sangatlah terasa asing, dan kebanyakan manusia tidak dapat membedakan antara perangai Islam dan perangai kekufuran, dan inilah yang menjadikan kehancuran yang tidak ada kemungkinan selamat”.

7.    Di dalam siroh Nabawiyah terdapat pembelajaran terhadap manhaj yang hak di dalam dakwah kepada jalan Allah di atas bashiroh, dan juru dakwah yang lurus adalah mereka yang menyusuri petunjuk, perangai, manhaj Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam, Allah telah berfirman dalam QS. Yusuf: 108,

قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ     

108. “Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik’.”

Maka dakwah di jalan Allah dengan bashiroh diharuskan mengetahui petunjuk, perangai, manhaj Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan di dalam siroh Nabi terdapat penjelasan petunjuk dan perangainya, seperti halnya diterangkan dengan perkara Nabi berdakwah tatkala pertama kali, bagaimana metode dalam berdakwah,  bagaimana hendaknya berperangai, barmuamalah dan berakhlaq, bagaimanakah menjaga diri, berlemah lembut, bersopan santun, dan perkara-perkara lain yang hendaknya ada tatkala memulai dalam berdakwah di jalan Allah Ta’ala.

8.   Sejarah dan siroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ayat, tanda dan bukti kenabian serta alamat akan kebenaran apa yang dibawa Nabi tersebut yang merupakan penguat terbesar sehingga diterima dan diimani, semoga Allah melimpahkan sholawat dan salam kepadanya.

Diantara cara membuktikan kebenaran ajaran yang dibawanya adalah dengan mengenal sejarah dan sirohnya, serta apa yang didakwahkan, dan bagaimana ia bermuamalah dengan para manusia, bagaimana ia berakhlak dan perangainya.

Jika kita kembali kepada sejarah Nabi, maka kita jumpai bahwa sejarah beliau sangatlah harum, kehidupan yang penuh cahaya, kemuliyaan, kedermawanan,  kesantunan, dan adab-adab lain  yang sempurna, yang menjadikan bukti nyata akan kebenaran ajarannya, bahkan telah diakui oleh para musuh-musuhnya akan kesempurnaan sirohnya, semenjak  sebelum diangkat menjadi Nabi, sholawatullahu wa salamuhu wa barokatuhu ‘alaihi.

9. Mempelajari sejarah Nabi shalallahu ‘alaihi was sallam adalah pintu besar yang mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman hati, bahkan kebahagiaan yang hakiki terletak pada sejauh mana ia mendalami sejarah Nabi, dikarenakan tiada kebahagiaan tanpa mengikuti dan istiqomah dengan  petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullahu dalam kitab Zaadul Ma’ad, ”Dan dari sini diketahui bahwa  sangat butuhnya seorang hamba untuk mempelajari siroh dan apa yang dibawa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, serta membenarkan khobar-khobar yang dibawa dan mentaati perintah-perintahnya, dikarenakan tiada jalan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat kecuali melalui jalannya, -hingga beliau berkata- ”Jika jalan kebahagiyaan hamba baik di dunia dan akhirat bergantung dengan petunjuk Nabi sallallahu alaihi wa sallam, maka wajib bagi seseorang yang mengkehendaki keselamatan hendaknya ia mempelajari sejarah, siroh, petunjuk, perangai Nabi, hingga ia terjauhkan dari perangai jahiliyah dan masuk pada golongan pengikut setia Nabi dan kelompoknya, dan para manusia dalam hal ini antara bersemangat dan kurang bersemangat, bahkan ada pula yang menyia-nyiakan, dan keutamaan hanyalah berada di tangan Allah, yang diberikan kepada para hamba-Nya yang dikehendaki, dan keutamaan Allah sangatlah amat besar”. 

10.  Kehidupan dan perjalanan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang harum, merupakan garis kehidupan bagi setiap muslim, yang diharapkan dari sana muncul suatu kebaikan dan kemuliyaan di dunia dan akhirat, dan dengan itu hendaknya ia mendidik anak-anak muslim hingga muncul suatu generasi pilihan, akan tetapi jika ia melenceng dari garis di atas, niscaya mucul kerusakan, sebagaimana dijumpai banyak pemuda-pemudi yang terlena dengan sejarah orang orang bodoh, cerita-cerita tidak bermanfaat hingga terjerumus dalam akidah yang rusak dan kurofat, terpengaruh terhadap akhlaq dan perilaku menyimpang, jauh dari keluhuran dan kemuliyaan, maka alangkah butuhnya para pemuda ini untuk dikembalikan pada sejarah Nabi yang harum dan cemerlang, hingga mampu menyusuri jalan dan jejak orang-orang yang medapat petunjuk, yang telah maraih kebahagiyaan dan kemuliyaan, yang semua itu adalah atas kuasa Allah, dan sebagaimana Allah telah kabarkan bahwa kebahagiaan hanyalah digapai dengan mengikuti petunjuk Nabi-Nya, dan kesesatan dikarenakan menyeleweng dari petunjuk Nabi dan mengikuti hawa, maka bagi mereka yang patuh, tunduk, menyusuri petunjuk Nabinya akan mendapat keberuntungan, kemuliyaan, pertolongan, kecintaan, kehidupan yang membahagiakan di dunia dan akhirat, adapun yang menyimpang maka baginya kesesatan, kehinaan, kebinasaan, kesengsaraan di dunia dan akhirat.

Jika kita melihat para manusia dalam menyusuri siroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, keadaan mereka persis seperti yang digambarkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah, antara berlomba-lomba dan bersemangat untuk mempelajari siroh Nabi, ada yang kurang bersemangat dan kurang tertarik, bahkan ada yang meninggalkannya.

Ringkas kata mereka dalam hal ini, ada yang tidak kenal akan shiroh manusia pilihan yang paling muliya sejagad ini, waktu, umur, dan kehidupannya lewat dengan begitu saja, tidak pernah meluangkan untuk mempelajari sejarah Nabi muliya ini, yang dengan menyusuri jalannya akan mengantarkan kepada ridho Allah, dan dengan ini pula Ibnul Qoyyim memberikan isyarat pada judul bukunya yang bernama Za’dul Ma’aad fi Makrifati Hadyi Khoirul Ibad, yang artinya bekal untuk kehidupan akhirat dalam mengetahui petunjuk manusia yang terbaik yaitu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, karena pengetahuan terhadap siroh dan sejarah Nabi akan menghasilkan dan membuahkan amal yang menjadi bekal di kehidupan akhirat.

Ada pula golongan manusia yang bersikap berlebih lebihan dan melampaui batas, hingga menjadikan sejarah Nabi sarana pengkultusan, dan bersikap berlebihan yang dilarang agama, serta mengadakan ritual-ritual bid’ah yang tidak ada dalilnya, mengadakan musim-musim tertentu yang dijadikan peringatan dan perayaan untuk membaca qosidah dan pujian dan mengkhususkan membaca siroh pada malam tertentu, bahkan dijumpai mereka menyia-nyiakan dari ibadah sholat lima waktu, sedang ia tidak tertinggal untuk melakukan kegiatan ini.

Dan kelompok ketiga diantara mereka yang terbaik yang tengah tidak berlebih-lebihan juga tidak kaku dan meremehkan, sebagaimana diketahui bersama sebaik-baik perkara adalah yang tengah.

Sepantasnya diketahui, bahwa mempelajari sejarah dan shiroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, tidak hanya sebatas membaca buku yang berjudul Sejarah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi buku semisal ini yang ditulis para ahli ilmi merupakan kumpulan dan ringkasan yang disusun agar mempermudah bagi pembacanya, jika sekiranya kita menelaah kitab Shohih Bukhary, Shohih Muslim, Kutubus Sittah dan kitab-kitab hadist secara umum misalnya, ini hakikatnya kita juga mempelajari sejarah dan perangai Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian juga tatkala kita menelaah buku-buku tafsir seluruhnya, merupakan referensi bagi pembelajaran siroh Nabawiyah, seperti halnya jika seseorang memiliki kompeten dalam Al Qur’an dan Al Hadist secara ilmu, amal dan pengamalan maka sungguh ia dalam suatu kebaikan yang besar dalam pembelajaran shiroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Dan buku-buku tersebut beragam bentuknya, ada yang mengupas secara panjang lebar dan adapula yang singkat yang mengantarkan dalam banyak faidah, yang buku tersebut disusun dimulai dari masa kelahiran Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, masa tumbuhnya, masa diutus, hingga perjalanan hijrah dan semisalnya yang penuh pendidikan dan keberkahan.

Dan hanya kepada Allah Yang Maha Muliya kita memohon taufiq agar diberikan pemahaman dalam siroh Nabi-Nya, dan sunnah-sunnahnya, Ya Allah kami memohon keimanan yang tidak sirna, kemuliyaan yang tidak lenyap, serta memohon agar kami dapat mendampingi Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam di surga yang tinggi kekal abadi.

www.albadr.net   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar