Senin, 14 April 2014

IKHLAS (bagian 1)

Oleh: Syaikh Husain Al-Awa’yisyah .

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah.
Sesungguhnya manusia yang berada di muka bumi ini dengan segala perbedaan agama dan keyakinan, hawa dan keinginan, aneka perbuatan dan kelakuan, mereka mendambakan kebahagiaan, akan tetapi secara nyata  sedikit dari mereka merealisasikan jalan menuju kebahagiaan, mereka melangkahkan kaki  menuju jurang kesengsaraan yang amat dalam dan gelap tatkala di dunia, terlebih jika mendapat siksa di akhirat, yang sesungguhnya mereka berhak untuk mendapatkan ratapan, tangisan...Bagaimana mereka bisa tersesat sedangkan jalan yang lurus sangatlah jelas di hadapannya...? Kenapa mereka membelokkan arah sedangkan  jalan lurus membentang kedepan...?

Sesungguhnya tidaklah hati akan hidup, kebahagiaan akan tergapai, kecuali dengan keikhlasan hanya kepada Allah semata,  dan sepantasnya kita katakan bagi orang yang bersemangat untuk menggapai kebahagiaan tanpa dengan ikhlas, sebagaimana ungkapan sya’ir:

“Jika seorang pemuda tidak mendapat pertolongan dari Allah
Maka pertama kali kejahatan yang ia tempuh adalah usahanya“.

Semakin ia berusaha dan memeras tenaga dan pikiran dalam menggapai kebahagiaan tanpa ikhlas, maka ia semakin jauh,  sengsara dan tersiksa.

Apakah manusia sudah lupa, bahwasanya ikhlas kepada Allah telah menyelamatkan jiwa dan badan dari siksa....? Ini adalah bukan sekedar ucapan akan tetapi suatu kenyataan yang telah dibuktikan oleh manusia yang paling utama, yang dilakukan para Nabi dan Rasul......para Sahabat dan Tabiin....maka mereka berhasil dan selamat di dunia, adapun akhirat maka mereka mendapat surga yang tidak pernah telihat oleh mata, terdengar telinga dan tidak pernah terpikirkan oleh hati.   

KAPAN AMAL MANUSIA AKAN DITERIMA ? 

Wahai saudaraku, sepantasnya engkau mengenal jalan yang mengantarkanmu kepada keselamatan, maka janganlah terburu-buru ujub dan bangga dengan banyaknya amal, bisa jadi banyaknya amal akan tetapi tidak membawa manfaat kecuali hanya letih belaka di dunia dan siksa di akhirat. Maka seyogyanya engkau mengetahui syarat dari diterimanya suatu amal, yaitu jika terpenuhi dua perkara:
Hendaknya ia meniatkan dalam amalannya semata mencari wajah Allah Azza wa Jalla.
* Hendaknya amal tersebut sesuai terhadap apa yang disyariatkan Allah dalam Kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya.
Jika seandainya ia tidak memenuhi salah satu syarat diatas maka amal tersebut tidak tergolong amal shalih dan tidak diterima, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam QS Al Kahfi: 110, 

 ١١٠. قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa’. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Di dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan agar kita beramal  shalih, yaitu dengan cara  mengikuti syariat, dan agar kita mengikhlaskan amal tersebut hanya kepada Allah semata, tidak berharap kepada selain-Nya.

Berkata Al Hafidz Ibnu Katsir di dalam tafsirnya, “Dan kedua ini merupakan rukun amal yang diterima, yaitu hendaknya ikhlas kepada Allah, dan sesuai syariat Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan semisal ini dari Kho’dhi ‘Iyadh rahimahullah dan lainnya juga“.

ANJURAN BERBUAT IKHLAS DAN ANCAMAN DARI BERBUAT RIYAK DAN SYIRIK  

Wahai saudaraku, dalam beramal disana dibutuhkan niat, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya amal tergantung dengan niatnya, dan setiap manusia akan mendapat apa yang ia niatkan“. (HR Bukhary dan Muslim).

Maka di dalam melakukan apapun dianjurkan agar memurnikan niat dengan mengikhlaskan kepada Allah semata, sebagaimana firman Allah di dalam QS Al Bayinah: 5,

 ٥. وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran: 29 ,

 ٢٩. قُلْ إِن تُخْفُواْ مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ   
“Katakanlah: ‘Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui’. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Allah Ta’ala telah memberikan peringatan dari berbuat riyak, sebagaimana  berfirman dalam QS Az Zumar: 65 ,
٦٥. وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’.”

Demikian juga diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan ibadah haji, ”Ya Allah, ini adalah ibadah hajiku untuk-Mu, tidak riya’ dan sum’ah“.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Sesungguhnya perkara pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat bagi umat manusia adalah seseorang yang dikatakan mati syahid, maka ia didatangkan dan diingatkan akan nikmat-nikmat yang ia dapat, dan dikatakan kepadanya: Apa yang engkau telah perbuat?“ Maka ia menjawab: “Aku berperang hingga mati syahid“. Maka dijawab, ”Engkau berdusta, akan tetapi engkau berperang agar dikatakan pemberani, dan telah dikatakan oleh para manusia!!”. Maka diperintahkan kepadanya agar ditelungkupkan, dan ia pun ditelungkupkan dengan wajahnya hingga ia dilemparkan ke dalam neraka“.

Yang kedua adalah seseorang penuntut ilmu, dan mengajarkan serta membaca Al Qur’an, maka iapun didatangkan dan diingatkan akan nikmat dan karunia yang ia peroleh maka ia mengakui akan nikmat tersebut, dan dikatakan kepadanya, “Apa yang telah ia kerjakan?”, maka ia menjawab, ”Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan aku membaca Al Qur’an untuk-Mu Ya Allah”. Maka dijawab, ”Engkau berdusta, engkau mencari ilmu agar dikatakan orang yang berilmu, dan engkau membaca Al Qur’an agar dikatakan orang yang pandai membaca Al Qur’an!!, dan orang-orang telah mengatakannya”, maka diperintahkan kepadanya agar ditelungkupkan di atas wajahnya, serta dimasukkan ke dalam neraka”.

Yang ketiga adalah seseorang yang Allah berikan kepadanya kelonggaran dan kekayaan harta, ia pun didatangkan dan diingatkan akan karunia yang ia miliki, dan dikatakan, “Apa yang telah engkau perbuat dengan hartamu?”, maka ia menjawab, ”Aku tidak menjumpai suatu peluang untuk berinfak kecuali aku memberikan infak padanya”, maka dikatakan, ”Engkau berdusta, akan tetapi engkau berinfak agar dikatakan dermawan!!” Dan manusia telah mengatakannya, maka diperintahkan kepadanya agar ia ditelungkupkan diatas wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka “.(HR Muslim).       

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman, “Aku tidak membutuhkan sekutu dalam kesyirikan, barang siapa berbuat sesuatu menyekutukan terhadap-Ku, maka Aku tinggalkan perbuatannya dan sekutunya“. (HR Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa mencari ilmu yang sepantasnya  hanya diperuntukkan mencari wajah Allah Azza wa Jalla, akan tetapi ia menuntut ilmu untuk mencari seklumit dunia, maka ia tidak akan mencium aroma surga pada hari kiamat“. (HR Abu Dawud).

PERINGATAN DARI TIPUDAYA SYAITHON

Jika kita telah mengetahui bahaya dari perbuatan riya’ dan tidak ikhlas, maka sepantasnya seorang muslim yang jujur berusaha menjauhi riya’ dan segala pembatal amal, dan kewajiban pertama baginya adalah hendaknya ia berhati-hati serta mengilmui sebab-sebab yang mendatangkan penyakit kronis ini, yaitu engkau mengetahui bahwa musuh utama bagimu adalah syaithon yang senantiasa berusaha agar amal yang telah engkau kerjakan berguguran lantaran riya’. Maka lihatlah banyak dalil yang mengingatkan kita dari tipu daya syaithon di dalam Al Kitab dan As Sunnah, yang akan menjadi obat dan penawar bagi penyakit tersebut.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Fathir ayat 6,

٦. إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. 

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Baqoroh ayat 268,

٢٦٨. الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.”

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yusuf ayat 5 ,
٥.  ً إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." 

Allah Ta’ala berfirman dalam surat An Nur ayat 21 ,

٢١. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.”

Allah Ta’ala berfirman dalam surat An Naml ayat 24 ,

   ٢٤.  وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ
“Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya syaithon senantiasa mendatangi seorang hamba dalam segala perkaranya, hingga ketika ia makan, jika ada makanan yang terjatuh darimu maka pungutlah dan bersihkan dari kotorannya dan makanlah, dan jangan sekali-kali engkau menyisakan untuk syaithon, jika selesai makan maka jilatlah jemarimu, karena engkau tidak mengetahui keberkahan makanan ada dimana“.(HR Muslim).  

Di dalam hadist di atas diterangkan bahwa syaithon senantiasa mendekati manusia dalam segala aktifitasnya, ia datang dalam rangka merusak niat, ucapan, amalan, jika engkau memiliki niat yang baik, maka syaithon berusaha menunjukkan kepada amalan yang tidak disyariatkan dalam niat baik tersebut, dan sebaliknya jika engkau beramal baik maka syaithon menggoda dengan merusak niat dalam hatimu, jika engkau berniat baik dan berkehendak beramal baik maka syaithon berusaha menggelincirkan agar dapat merusak hubungan diantara sesama manusia, dengan menimbulkan permusuhan, perselisihan dan kebencian dengan sekuat tenaga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seseorangpun diantara kalian melainkan telah diberikan pendamping dari jin dan pendamping dari malaikat”, maka para sahabat bertanya: “Apakah engkau juga memiliki pendamping wahai Rosulullah?“, maka dijawab: “Iya, hanya saja Allah telah memberikan pertolongan kepadaku atas pendampingku hingga ia masuk islam, maka tidak mengajakku kecuali dalam kebajikan“. (Shahih Jami’ no: 5676).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah diantara kalian kecuali bersama syaithon“, maka sahabat bertanya: “Apakah engkau juga wahai Rosulullah?” Maka dijawab, “Iya, akan tetapi Allah membantuku hingga ia masuk islam“. (Shahih Jami’ no: 5677).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya iblis meletakkan singasananya di atas air, kemudian mengirimkan para pengikutnya untuk berbuat kerusakan, paling ringan apa yang mereka kerjakan adalah merupakan fitnah yang sangat amat besar, datang salah satu diantara mereka dan mengatakan: “Aku telah melakukan ini dan itu“, maka berkata iblis, “Engkau belum berbuat sesuatu yang aku kagumi”, maka datang lainnya mengatakan: “Aku tidaklah meninggalkan manusia hingga aku pisahkan antara para suami dan istrinya”, maka iblis berkata, engkau telah berbuat sesuatu yang aku kagumi“. (HR Muslim). 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya syaithon berjalan pada tubuh anak cucu Adam sebagaimana mengalirnya darah dalam tubuh mereka“. (HR Bukhary dan Muslim).


Maka seyogyanya kalian menjaga diri dari musuh bebuyutan kalian dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan dan aktifitas, besar maupun sekecil apapun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar