Oleh: Syaikh Husain Al-Awa’yisyah .
Sesungguhnya
manusia yang berada di muka bumi ini dengan segala perbedaan agama dan
keyakinan, hawa dan keinginan, aneka perbuatan dan kelakuan, mereka mendambakan
kebahagiaan, akan tetapi secara nyata
sedikit dari mereka merealisasikan jalan menuju kebahagiaan, mereka
melangkahkan kaki menuju jurang kesengsaraan
yang amat dalam dan gelap tatkala di dunia, terlebih jika mendapat siksa di akhirat,
yang sesungguhnya mereka berhak untuk mendapatkan ratapan, tangisan...Bagaimana
mereka bisa tersesat sedangkan jalan yang lurus sangatlah jelas di
hadapannya...? Kenapa mereka membelokkan arah sedangkan jalan lurus membentang kedepan...?
Sesungguhnya
tidaklah hati akan hidup, kebahagiaan akan tergapai, kecuali dengan keikhlasan
hanya kepada Allah semata, dan
sepantasnya kita katakan bagi orang yang bersemangat untuk menggapai kebahagiaan
tanpa dengan ikhlas, sebagaimana ungkapan sya’ir:
“Jika seorang pemuda tidak mendapat pertolongan dari Allah
Maka pertama kali kejahatan yang ia tempuh adalah usahanya“.
Semakin ia berusaha
dan memeras tenaga dan pikiran dalam menggapai kebahagiaan tanpa ikhlas, maka
ia semakin jauh, sengsara dan tersiksa.
Apakah
manusia sudah lupa, bahwasanya ikhlas kepada Allah telah menyelamatkan jiwa dan
badan dari siksa....? Ini adalah bukan sekedar ucapan akan tetapi suatu kenyataan
yang telah dibuktikan oleh manusia yang paling utama, yang dilakukan para Nabi
dan Rasul......para Sahabat dan Tabiin....maka mereka berhasil dan selamat di dunia,
adapun akhirat maka mereka mendapat surga yang tidak pernah telihat oleh mata,
terdengar telinga dan tidak pernah terpikirkan oleh hati.
KAPAN AMAL MANUSIA AKAN DITERIMA ?
Wahai
saudaraku, sepantasnya engkau mengenal jalan yang mengantarkanmu kepada keselamatan,
maka janganlah terburu-buru ujub dan bangga dengan banyaknya amal, bisa jadi
banyaknya amal akan tetapi tidak membawa manfaat kecuali hanya letih belaka di dunia
dan siksa di akhirat. Maka seyogyanya engkau mengetahui syarat dari diterimanya
suatu amal, yaitu jika terpenuhi dua perkara:
* Hendaknya ia meniatkan dalam amalannya semata mencari wajah Allah Azza wa
Jalla.
* Hendaknya amal tersebut sesuai terhadap apa yang disyariatkan Allah dalam
Kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya.
Jika
seandainya ia tidak memenuhi salah satu syarat diatas maka amal tersebut tidak
tergolong amal shalih dan tidak diterima, sebagaimana difirmankan oleh Allah
dalam QS Al Kahfi: 110,
١١٠. قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ
عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Katakanlah:
‘Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa
Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa’. Barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
Di dalam
ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan agar kita beramal shalih, yaitu dengan cara mengikuti syariat, dan agar kita
mengikhlaskan amal tersebut hanya kepada Allah semata, tidak berharap kepada
selain-Nya.
Berkata Al
Hafidz Ibnu Katsir di dalam tafsirnya, “Dan kedua ini merupakan rukun amal yang
diterima, yaitu hendaknya ikhlas kepada Allah, dan sesuai syariat Rasulillah shallallahu
‘alaihi wa sallam, diriwayatkan semisal ini dari Kho’dhi ‘Iyadh rahimahullah
dan lainnya juga“.
ANJURAN BERBUAT IKHLAS DAN ANCAMAN
DARI BERBUAT RIYAK DAN SYIRIK
Wahai
saudaraku, dalam beramal disana dibutuhkan niat, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya amal tergantung dengan niatnya, dan setiap manusia
akan mendapat apa yang ia niatkan“. (HR Bukhary dan Muslim).
Maka di dalam
melakukan apapun dianjurkan agar memurnikan niat dengan mengikhlaskan kepada
Allah semata, sebagaimana firman Allah di dalam QS Al Bayinah: 5,
٥. وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
Allah Ta’ala
berfirman dalam QS. Ali Imran: 29 ,
٢٩. قُلْ إِن تُخْفُواْ
مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي الأرْضِ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Katakanlah:
‘Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya,
pasti Allah Mengetahui’. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan
apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Allah Ta’ala
telah memberikan peringatan dari berbuat riyak, sebagaimana berfirman dalam QS Az Zumar: 65 ,
٦٥. وَلَقَدْ أُوحِيَ
إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’.”
Demikian
juga diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan
ibadah haji, ”Ya Allah, ini adalah ibadah hajiku untuk-Mu, tidak riya’ dan sum’ah“.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ”Sesungguhnya perkara pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat
bagi umat manusia adalah seseorang yang dikatakan mati syahid, maka ia
didatangkan dan diingatkan akan nikmat-nikmat yang ia dapat, dan dikatakan
kepadanya: Apa yang engkau telah perbuat?“ Maka ia menjawab: “Aku berperang
hingga mati syahid“. Maka dijawab, ”Engkau berdusta, akan tetapi engkau
berperang agar dikatakan pemberani, dan telah dikatakan oleh para manusia!!”.
Maka diperintahkan kepadanya agar ditelungkupkan, dan ia pun ditelungkupkan
dengan wajahnya hingga ia dilemparkan ke dalam neraka“.
Yang kedua
adalah seseorang penuntut ilmu, dan mengajarkan serta membaca Al Qur’an, maka
iapun didatangkan dan diingatkan akan nikmat dan karunia yang ia peroleh maka
ia mengakui akan nikmat tersebut, dan dikatakan kepadanya, “Apa yang telah ia
kerjakan?”, maka ia menjawab, ”Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan aku
membaca Al Qur’an untuk-Mu Ya Allah”. Maka dijawab, ”Engkau berdusta, engkau
mencari ilmu agar dikatakan orang yang berilmu, dan engkau membaca Al Qur’an
agar dikatakan orang yang pandai membaca Al Qur’an!!, dan orang-orang telah
mengatakannya”, maka diperintahkan kepadanya agar ditelungkupkan di atas
wajahnya, serta dimasukkan ke dalam neraka”.
Yang ketiga
adalah seseorang yang Allah berikan kepadanya kelonggaran dan kekayaan harta,
ia pun didatangkan dan diingatkan akan karunia yang ia miliki, dan dikatakan, “Apa
yang telah engkau perbuat dengan hartamu?”, maka ia menjawab, ”Aku tidak
menjumpai suatu peluang untuk berinfak kecuali aku memberikan infak padanya”,
maka dikatakan, ”Engkau berdusta, akan tetapi engkau berinfak agar dikatakan
dermawan!!” Dan manusia telah mengatakannya, maka diperintahkan kepadanya agar
ia ditelungkupkan diatas wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka “.(HR Muslim).
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu, bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah
Ta’ala berfirman, “Aku tidak membutuhkan sekutu dalam kesyirikan, barang siapa
berbuat sesuatu menyekutukan terhadap-Ku, maka Aku tinggalkan perbuatannya dan
sekutunya“. (HR Muslim).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa mencari ilmu yang sepantasnya hanya diperuntukkan mencari wajah Allah Azza
wa Jalla, akan tetapi ia menuntut ilmu untuk mencari seklumit dunia, maka ia
tidak akan mencium aroma surga pada hari kiamat“. (HR Abu Dawud).
PERINGATAN DARI TIPUDAYA SYAITHON
Jika kita
telah mengetahui bahaya dari perbuatan riya’ dan tidak ikhlas, maka sepantasnya
seorang muslim yang jujur berusaha menjauhi riya’ dan segala pembatal amal, dan
kewajiban pertama baginya adalah hendaknya ia berhati-hati serta mengilmui
sebab-sebab yang mendatangkan penyakit kronis ini, yaitu engkau mengetahui
bahwa musuh utama bagimu adalah syaithon yang senantiasa berusaha agar amal
yang telah engkau kerjakan berguguran lantaran riya’. Maka lihatlah banyak
dalil yang mengingatkan kita dari tipu daya syaithon di dalam Al Kitab dan As
Sunnah, yang akan menjadi obat dan penawar bagi penyakit tersebut.
Allah Ta’ala
berfirman dalam surat Fathir ayat 6,
٦. إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ
لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya
mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.
Allah Ta’ala
berfirman dalam surat Al Baqoroh ayat 268,
٢٦٨. الشَّيْطَانُ
يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً
مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh
kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengatahui.”
Allah Ta’ala
berfirman dalam surat Yusuf ayat 5 ,
٥. ً إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوٌّ
مُّبِينٌ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."
Allah Ta’ala
berfirman dalam surat An Nur ayat 21 ,
٢١. يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya
syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.”
Allah Ta’ala
berfirman dalam surat An Naml ayat 24 ,
٢٤. وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ
فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ
“Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan
mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat
petunjuk.”
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya syaithon senantiasa mendatangi
seorang hamba dalam segala perkaranya, hingga ketika ia makan, jika ada makanan
yang terjatuh darimu maka pungutlah dan bersihkan dari kotorannya dan makanlah,
dan jangan sekali-kali engkau menyisakan untuk syaithon, jika selesai makan
maka jilatlah jemarimu, karena engkau tidak mengetahui keberkahan makanan ada
dimana“.(HR Muslim).
Di dalam
hadist di atas diterangkan bahwa syaithon senantiasa mendekati manusia dalam
segala aktifitasnya, ia datang dalam rangka merusak niat, ucapan, amalan, jika
engkau memiliki niat yang baik, maka syaithon berusaha menunjukkan kepada amalan
yang tidak disyariatkan dalam niat baik tersebut, dan sebaliknya jika engkau
beramal baik maka syaithon menggoda dengan merusak niat dalam hatimu, jika
engkau berniat baik dan berkehendak beramal baik maka syaithon berusaha menggelincirkan
agar dapat merusak hubungan diantara sesama manusia, dengan menimbulkan
permusuhan, perselisihan dan kebencian dengan sekuat tenaga.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seseorangpun diantara kalian melainkan
telah diberikan pendamping dari jin dan pendamping dari malaikat”, maka para
sahabat bertanya: “Apakah engkau juga memiliki pendamping wahai Rosulullah?“,
maka dijawab: “Iya, hanya saja Allah telah memberikan pertolongan kepadaku atas
pendampingku hingga ia masuk islam, maka tidak mengajakku kecuali dalam
kebajikan“. (Shahih Jami’ no: 5676).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah diantara kalian kecuali bersama
syaithon“, maka sahabat bertanya: “Apakah engkau juga wahai Rosulullah?” Maka
dijawab, “Iya, akan tetapi Allah membantuku hingga ia masuk islam“. (Shahih Jami’
no: 5677).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya iblis meletakkan singasananya di atas
air, kemudian mengirimkan para pengikutnya untuk berbuat kerusakan, paling
ringan apa yang mereka kerjakan adalah merupakan fitnah yang sangat amat besar,
datang salah satu diantara mereka dan mengatakan: “Aku telah melakukan ini dan
itu“, maka berkata iblis, “Engkau belum berbuat sesuatu yang aku kagumi”, maka
datang lainnya mengatakan: “Aku tidaklah meninggalkan manusia hingga aku
pisahkan antara para suami dan istrinya”, maka iblis berkata, engkau telah berbuat
sesuatu yang aku kagumi“. (HR Muslim).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya syaithon berjalan pada tubuh anak
cucu Adam sebagaimana mengalirnya darah dalam tubuh mereka“. (HR Bukhary dan
Muslim).
Maka
seyogyanya kalian menjaga diri dari musuh bebuyutan kalian dan senantiasa
memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan dan aktifitas,
besar maupun sekecil apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar