Minggu, 27 Desember 2015

SURAT AT-TAKAATSUR

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Dahulu para sahabat Nabi Sallallahu alaihi wa sallam menamakan surat Al Makbaroh atau pekuburan. 

Surat ini merupakan surat makiyah, dan  sebagian yang lain menyatakan bahwa surat ini adalah madaniyah, dimana surat ini turun pada dua kabilah kaum Anshar dari Bani Haaritsah dan Bani Al Harts. 

 عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “ لا يستطيع أحدكم أن يقرأ ألف آية في كل يوم؟   قالوا : ومن يستطيع ان يقرأ ألف اية؟ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أما يستطيع أحدكم أن يقرأ 《 ألهاكم 

التكاثر》

Diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Apakah seseorang diantara kalian tidak sanggup membaca seribu ayat setiap hari? ”. Para sahabat bertanya, ” Apakah ada yang sanggup membaca seribu ayat setiap hari wahai Rasulullah? ”.  Maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Apakah diantara kalian tidak ada yang sanggup membaca surat Alhaakumut Takaatsur....? ". ( HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi )

Allah Ta'ala berfirman, 

أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ﴿١﴾

" Bermegah-megahan telah melalaikan kamu".

Maksud dari ayat ini adalah, larangan dari berbuat kelalaian yang tidak membawa manfaat, yang menyibukkan dan menelantarkan tujuan dari diciptakan nya manusia, yaitu mengabdikan diri kepada Allah Ta'ala, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

" Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Q.S. Adz-Dzariyaat:56)

Sehingga segala yang memalingkan dari tujuan ini maka terjerumus dalam larangan tersebut, seperti sibuk dengan urusan dunia dan aneka ragamnya, dari cinta harta, tahta, kedudukan, makanan, pakaian, tempat tinggal, dan seterusnya.

Disebutkan dalam sebab turunnya ayat ini, bahwasanya sebahagian kaum merasa bangga terhadap kelompok lainnya, dan mereka bermegah-megah dengan pangkat dan nasab bangsa mereka, dan  berkata, "  Apakah kelompok kalian terdapat orang seperti fulan ibnu fulan dan fulan ibnu fulan. ..? Dan yang lainnya juga mengatakan yang demikian. Tatkala mereka berbangga terhadap orang-orang yang hidup, maka kemudian berpindah ke kuburan seraya berbangga bangga dengan orang-orang yang telah mati, " Apakah diantara kalian terdapat seperti fulan ibnu fulan dan fulan ibnu fulan. ..? Yaitu mereka berbangga dan bermegah-megah terhadap orang-orang yang hidup hingga orang-orang yang telah mati. 

Kandungan makna ayat ini adalah umum, sebagaimana pendapat jumhur ahli tafsir, yaitu : kalian bermegah-megahan hingga lalai dan sibuk dengan urusan dunia yang fana, dari harta, benda, keturunan, dan kesenangan dunia hingga sampai dengan liang kubur, hingga kalian mati dan telah dikuburkan, dan ini merupakan kebanyakan keadaan para manusia, mereka mati sedangkan angan-angan masih tersimpan di dalam hati, mereka telah menggunakan segala kesempatan untuk mencari dunia tanpa kenal waktu bahkan kematian pun tidak dapat memisahkan antara impian dan ajal, serta mati dalam keadaan bergelimang dengan urusan dunia. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى, وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

“Seorang hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan habis, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia berikan dan tidak tersisa, 

Harta selain itu akan sirna dan akan menjadi warisan bagi orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لوأَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Menerima taubat siapa saja yang mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari ) 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Yang akan mengiringi mayit hingga ke kubur ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu  berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam suatu ketika melewati pasar, sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya dan cacat, Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata, " 

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا:وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

“ Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, karena telah terputus telinganya. Apa lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  bersabda, 

لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

“ Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah Ta'ala,  walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi)

Suatu ketika sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu  melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para sahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab,

مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Ada urusan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi)

Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu pernah menangis melihat kenyamanan dan kesederhanaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,  sampai-sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu anhu  berkata,

فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْـحَصِيرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيمَا هُمَا فِيهِ وَأَنْتَ رَسُولُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَـهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةُ؟

Aku melihat bekas tikar di lambung dan rusuk beliau sallallahu alaihi wa sallam, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra raja Persia, dan Kaisar raja Romawi, berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah Ta'ala ". Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Tidakkah engkau merasa ridha, mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 Sahabat Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu berkata kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, 

ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لَا يَعْبُدُونَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَـهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْـحَيَاةِ الدُّنْيَا

“Wahai Rasulullah, berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan dan memberi kemegahan kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Ta'ala.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan dan kenikmatan di dalam kehidupan dunia?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda,

مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ

“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim)

حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ ﴿٢﴾

" Sampai kamu masuk ke dalam kubur."

Orang-orang yang telah di kubur, memiliki hukum sebagai orang yang berkunjung, karena kuburan bukan tempat yang kekal, seseorang dikubur dan ia akan dibangkitkan dari kuburan, sebagaimana orang yang berkunjung, ia akan pergi meninggalkan nya, dan berpindah ke tempat yang kekal abadi yaitu akhirat. 

Ziarah kubur memiliki banyak hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah:

● Ia akan mengingatkan akhirat dan kematian sehingga dapat memberikan pelajaran dan ibrah bagi orang yang berziarah. Dan itu semua tentu akan memberikan dampak positif dalam kehidupan, mewariskan sikap zuhud terhadap dunia dan materi.

●  Mendo'akan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampunan untuk mereka agar mereka selamat dari siksa kubur. 

● Termasuk mengamalkan dan menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.

● Untuk mendapatkan pahala dan balasan kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang dilakukan.

Diantara adab dan tata cara ziarah  kubur adalah sebagai berikut:

■ Ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja, tidak harus mengkhususkan hari atau waktu tertentu karena salah satu inti dari ziarah kubur adalah agar dapat memberi pelajaran dan peringatan agar hati yang keras menjadi lunak, tersentuh hingga menitikkan air mata. Selain itu agar kita menyampaikan do'a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita memasuki alam kubur.

■ Dianjurkan ketika pergi untuk ziarah kubur hadir dalam benak kita rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya dan hanya bertujuan mencari keridhaanNya semata.

■  Disunnahkan kepada peziarah kubur untuk menyampaikan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat, ampunan dan afiyah dan keselamatan. 

Di antara doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَاللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.

“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusul,  semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat kepada orang-orang yang telah meninggal terlebih dahulu diantara kami dan orang-orang yang akan datang." ( HR. Muslim ) 

Perlu untuk diingat bahwa ziarah kubur pada mulanya adalah dilarang sebelum akhirnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam mengizinkan untuk melakukannya.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 «كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها» وفي بعض الروايات «فإنها تذكر الآخرة أو تذكركم بالآخرة»

 

" Dahulu aku melarang kalian dari berziarah kubur, akan tetapi sekarang berziarah lah ". 

Dan dalam riwayat lain disebutkan, 

" Sesungguhnya ziarah kubur akan mengingatkan kalian kepada kehidupan akhirat ". ( HR. Muslim ) 

 Larangan tersebut memang sangat beralasan karena masalah kubur memang sangat rawan akan bahaya kesyirikan yang itu merupakan lawan dari dakwah beliau dakwah tauhid. Selain itu pada masa awal berkembangnya Islam kondisi keimanan para shahabat masih dalam tahap pembinaan, jadi sebagai tindakan preventif sangat wajar jika beliau melarang kaum muslimin melakukan ziarah kubur. Bahkan ketika para shahabat telah menjadi orang mukmin pilihan beliau masih tetap saja memperingatkan mereka dari bahaya kubur, sebagaimana tercermin dalam sabda beliau menjelang kewafatannya:

لعن الله اليهود و النصارى ، اتخذوا قبور أنبيائهم المساجد

"Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid (tempat melakukan ibadah). " ( HR. Muslim ) 

Peringatan tersebut tentunya juga ditujukan kepada kita semua selaku umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang sudah berada jauh dari generasi shahabat, apalagi jika aqidah kita masih sangat pas-pasan bahkan cenderung masih lemah. Jangan sampai izin yang diberikan Rasulullah justru menjadi bumerang yang berbalik membinasakan kita. Bukannya pahala ziarah yang didapat namun malah terjurumus dalam jurang dosa bahkan dosa yang tak terampunkan yakni syirik. 

Diantara beberapa kekeliruan seputar ziarah kubur adalah sebagai berikut:

▪ Mengkhususkan hari-hari tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jum'at, hari ke tujuh atau empat puluh hari setelah kematian, pada hari raya dan sebagainya. Semua itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliaupun tidak pernah mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berziarah kubur.

▪  Thawaf atau mengelilingi kuburan, beristighatsah atau minta perlindungan kepada penghuninya terutama sering terjadi dikuburan orang shalih, ini termasuk syirik besar. Demikian pula menyembelih hewan disisi kuburan dan ditujukan karena si mayit.

▪ Menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid untuk pelaksanaan ibadah dan acara-acara ritual seperti membaca Al-Qur'an, berdoa, berdzikir, sholat dan semisalnya. 

▪  Sujud, membungkuk kearah kuburan, kemudian mencium dan mengusapnya.

▪  Shalat di atas kuburan, ini tidak diperbolehkan kecuali shalat jenazah bagi yang ketinggalan dalam menyolatkan si mayit atau mayit telah di kubur namun belom ada yang mensholatkan. 

▪ Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.

▪ Membangun kubur, memberi penerangan lampu dan semisalnya, memasang selambu atau tenda, tembok diatasnya.

▪ Menaburkan bunga-bunga dan pelepah pepohonan di atas pusara kubur. Adapun apa yang dilakukan Rasulullah ketika meletakkan pelepah kurma diatas kubur adalah kekhususan untuk beliau dan berkaitan denga perkara ghaib, karena Allah memperlihatkan keadaan penghuni kubur yang sedang disiksa dan hal ini tidak dapat ditiru oleh selainnya. 

▪  Memasang prasasti baik dari batu marmer maupun kayu dengan menuliskan nama, umur, tanggal lahir dan wafatnya si mayit.

▪ Mempunyai persangkaan bahwa berdo'a dikuburan itu mustajab sehingga harus memilih tempat tersebut.

▪ Membawa dan membaca Mushaf Al Qur'an diatas kubur, dengan keyakinan bahwa membaca di situ memiliki keutamaan. Juga mengkhususkan membaca surat Ya sin dan Al Fatihah untuk para arwah.

▪ Berulang ulang ziarahnya para wanita ke kuburan, padahal dalam hadits Rasulullah jelas-jelas telah bersabda:

لعن الله زورات القبور و الذين اتخذوا قبور أنبياء هم المساجد 

"Allah melaknat para wanita yang sering berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid." (HR.  Ahmad )

▪ Meninggikan gundukan kubur melebihi satu dhira' (sehasta) yakni kurang lebih 40cm.

▪ Berdiri di depan kubur sambil bersedekap tangan layaknya orang yang sedang shalat .

▪  Buang hajat diatas kubur.

▪  Membangun kubah, menyemen dan menembok kuburan dengan batu atau batu bata.

▪  Memakai sandal,sepatu atau alas kaki ketika memasuki komplek pemakaman.

▪ Membaca dzikir-dzikir tertentu ketika membawa jenazah, demikian pula mengantar jenazah dengan membawa tempat pedupaan untuk membakar kayu cendana atau kemenyan.

▪ Duduk di atas kuburan.

▪ Membawa jenazah dengan sangat pelan-pelan dan langkah yang lambat, ini termasuk meniru ahli kitab Yahudi dan menyelisihi sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam.

▪ Menjadikan kuburan sebagai ied dan tempat berkumpul untuk menyelenggarakan acara-acara ibadah disana.

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ 

" Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu ). 

" Dan  janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui."
 

Kandungan ayat ini terdapat ancaman dan peringatan dari Allah Ta'ala, bahwa ketika kematian datang menjemput, orang akan sadar terhadap kelalaian nya, sadar bahwa apa yang dilakukan  lakukan adalah kesia-siaan. Barulah paham, bahwa harta yang telah susah payah  dikumpulkan akhirnya ditinggalkan, dan barulah ingat bahwa dunia itu amatlah singkat dan perjalanan akhirat yang kekal butuh perbekalan yang sangat banyak.

Dalam kondisi demikian, manusia semakin sadar dan semakin mengetahui, bahwa ketika ia telah masuk ke dalam kubur. Ia tidak lagi bisa memohon agar dikembalikan ke dunia, yang ada hanyalah pertanggung-jawaban kepada Allah Ta'ala. 

Sementara harta yang bertahun-tahun ia kumpulkan, saat itu sedang dibagi-bagi oleh keluarganya, sedangkan ia harus susah payah mempertanggung-jawabkan harta hasil jerih payahnya itu. harta dari yang halal akan diminta pertanggungjawaban dan harta dari yang haram akan mendapatkan siksa. 

Ayat ini terkandung penetapan adzab kubur, dan iman terhadap perkara ini adalah wajib dan membenarkan nya adalah suatu kelaziman, dan Allah Ta'ala akan menghidupkan seseorang didalam kuburnya dengan mengembalikan ruh pada jasadnya untuk diberikan ujian pertanyaan sehingga selamat orang yang mampu menjawabnya dan siksa bagi orang-orang yang tidak mampu menjawabnya. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني

“Seandainya kalian tidak menguburkan orang yang telah wafat, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim dan Ahmad)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara adzab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari adzab kubur setiap selesai shalat”.  (HR. Al-Bukhary)

Sahabat Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’

Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan". (HR. At-Tirmidzi)

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ ﴿٥》لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ ﴿٧﴾

" Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin ".
" Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim ".
" Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin."

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan  segenap para manusia. Dan ini adalah bentuk kasih sayang Allah Ta'ala  kepada para hamba. Allah Ta'ala  ingatkan, janganlah kalian para hamba  disibukkan dengan perlombaan dunia, Jangan terlena dengan kemewahan yang semu, jangan haus akan kekayaan yang fana, karena hal demikian akan melalaikan dan melupakan kalian dari mencari bekal akhirat. Ketahuilah...sadarlah .....kemudian Yakinilah..... bahwa kematian itu pasti akan terjadi. Dan tidak ada seorang pun yang akan luput dari kejaran kematian. 

Adapun "Jahim" adalah nama dari nama-nama neraka, dan ayat ini merupakan penjelasan dari ancaman yang telah disebutkan diatas. Allah Ta'ala mengancam mereka dengan Neraka Jahim, yaitu saat ahli neraka melihat neraka yang sedang bergolak dengan dahsyat lagi menyala-nyala.

Dan saat dibangkitkan itulah pengetahuan manusia yang sebelumnya sebatas keyakinan berdasarkan kabar dari ilmu yaitu ilmu al-yaqin, berganti menjadi penginderaan ainu al-yaqin, yaitu menyaksikan dengan mata-mata kepala mereka tentang neraka dan adzab yang pedih. Pengetahuan akan hari kebangkitan yang sebatas keyakinan di dalam hati semakin dibuktikan dengan indera penglihatan. Semakin menyesallah orang-orang yang menyesal karena dilemparkan ke dalam neraka jahim yang menyala-nyala seraya merasakan adzab yang tidak pernah terpikir, terbayang dan terasa hingga merasakan hakul-yakin, dan  selamatlah orang-orang yang berbekal hingga masuk ke dalam surga. 

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ﴿٨﴾

" Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)."

Ayat ini memiliki kandungan makna yang umum, tatkala di akhirat segala bentuk nikmat niscaya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta'ala. Makanan, minuman, pakaian, kesehatan, kelonggaran, waktu luang, harta yang halal dan sedikit saja akan Allah Ta'ala tanyakan, lantas bagaimana dengan harta yang banyak yang dikumpulkan dalam perlombaan bermegah-megahan, serta kenikmatan-kenikmatan lain nya. 

لما نزلت هذه الآية، قال الناس: يا رسول الله، عن أي النعيم نسأل؟ فإنما هما الاسودان والعدو حاضر وسيوفنا على عواتقنا؟  قال: أن ذالك سيكون  

Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, berkata, “Ketika ayat ini diturunkan ayat ini, orang-orang bertanya, Ya Rasul Allah, kenikmatan apakah yang akan ditanyakan kepada kami, padahal kami hanya punya dua benda hitam yaitu korma dan air, sementara musuh ada di hadapan kami, dan pedang-pedang ada di bahu kami ?” Rasul shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya hal itu akan terjadi.” ( HR. At-Tirmidzi ) 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " إن أول ما يسأل عنه يوم القيامة أن يقال له : ألم نصح لك جسمك، ونرويك من الماء  البارد  

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, " Sesungguhnya hal yang pertama-tama akan ditanyakan kepada manusia pada hari kiamat ialah akan dikatakan kepadanya : “ Bukankah kami telah menjadikan tubuhmu sehat...., dan kami puaskan kamu meminum air yang sejuk. ...?” ( HR. At-Tirmidzi ) 

Dari Sahabat Abu Barzah, bahwasanya  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ

" Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang empat perkara, tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya apa yang diamalkan , tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan, dan tentang tubuhnya, untuk apa saja ia gunakan .” (HR. At-Tirmidzi ) 

Di dalam Shahih Muslim, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Pada suatu siang atau malam hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah. Kemudian beliau berpapasan dengan Abu Bakar dan Umar. Beliau bertanya, “Apa yang menyebabkan kalian keluar dari rumah kalian pada saat-saat seperti ini?”

Abu Bakar dan Umar menjawab, “Rasa lapar wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda, “Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, yang membuat aku keluar sama seperti yang menyebabkan kalian keluar. Mari berangkat”.

Maka Abu Bakar dan Umar beranjak bersama beliau. Beliau menemui seseorang dari kalangan Anshar, yang ternyata ia tidak berada di rumahnya. Ketika istrinya melihat kedatangan beliau, maka dia berkata, “Marhaban wa ahlan”.

Beliau bertanya, “Dimana suamimu?”

Wanita itu menjawab, “Dia pergi untuk mencari air tawar yang segar bagi kami.”

Pada saat itu sahabat yang dimaksudkan datang. Dia memandang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dua orang rekannya. Dia berkata, “Segala puji bagi Allah, pada hari ini aku tidak mendapatkan tamu-tamu yang lebih mulia selain diri tamuku.”

Lalu orang sahabat itu beranjak lalu datang lagi sambil membawa tandan yang di dalamnya ada korma segar dan korma yang sudah dikeringkan. Dia berkata, “Makanlah hidangan ini”. Lalu dia akan mengambilkan tempat minum.

Beliau bersabda, “Tak perlu engkau memerah air susu.”

Lalu orang sahabat itu menyembelih domba, dan mereka semua makan dan minum. Setelah mereka kenyang, beliau bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, kalian benar-benar akan ditanya tentang kenikmatan ini pada hari kiamat. Rasa lapar telah membuat kalian kelur dari rumah, kemudian kalian tidak kembali melainkan setelah mendapat kenikmatan ini.” ( HR. Muslim ) 

            .........☆☆☆☆☆☆.........




Tidak ada komentar:

Posting Komentar