Jumat, 30 September 2016

BULAN MUHARROM

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Bulan Muharrom, merupakan awal dari bulan-bulan islam Hijriyah, dan merupakan salah satu dari empat bulan haram yang ada, dan Nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam telah memberikan penjelasan tentang hukum-hukum bulan ini dalam kitab Allah Ta'ala dan As-Sunnah, dan diantara yang terpenting adalah sebagai berikut : 

● Yang pertama, tentang keutamaan bulan Muharrom : 

Bulan Muharrom, merupakan bulan-bulan haram yang telah diagungkan oleh Allah Ta'ala, dan telah dijelaskan didalam firman Nya : 

 إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ ﴿٣٦﴾

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Q.S. At-Taubah :36)

Allah Ta'ala memuliakan bulan ini diantara bulan-bulan lainnya, dengan memberikan nama Syahrullah Al-Muharrom atau bulan Allah yang haram, dimana disandarkan kepada Allah Ta'ala sebagai bentuk kemuliaan dan bahwasanya Allah Ta'ala telah memberikan status haram dan tidak seorangpun dari para makhluk dapat merubah nya menjadi halal. 

Sebagai mana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberikan penerangan tentang pengharaman Allah Ta'ala terhadap bulan ini, dalam suatu riwayat yang dibawakan oleh sahabat Abu Bakroh Radhiyallahu anhu,  bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :  

 إنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Akhiroh dan Sya’ban.” (HR . Al-Bukhari dan Muslim)

Dan sebahagian para ulama telah menguatkan bahwa bulan muharrom merupakan bulan haram yang paling utama, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rojab rahimahullah : " Dan para Ulama telah berbeda pendapat tentang bulan haram yang paling utama diantara bulan-bulan haram, maka Al-Hasan dan lainnya berpendapat : " Yang paling utama adalah Syahrullah Al-Muharrom",  sebagaimana pula pendapat ini dikuatkan oleh ulama muta'akhirin.

Hal ini diperkuat oleh riwayat Al-Imam An-Nasa'i dan lainnya, dari Sahabat Abu Dzaar radhiyallahu anhu :

سألت النبي صلى الله عليه وسلم: أي الليل خير وأي الأشهر أفضل؟ فقال: خير الليل جوفه وأفضل الأشهر شهر الله الذي تدعونه المحرم

Aku bertanya kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam: " Malam apakah yang baik dan bulan apakah yang paling utama?  Maka dijawab : "  Malam yang baik adalah tengah malam, dan bulan yang paling utama adalah bulan Allah yang kalian menyebut nya Al-Muharrom". ( HR. An-Nasa'i ) 

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata : " Penyebutan dalam hadist diatas tentang bulan yang paling utama, maksudnya adalah setelah bulan ramadan, sebagaimana hal ini terkandung dalam riwayat Al-Hasan secara mursal ".

 ● Yang kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan bulan haram adalah sebagai berikut : 

1. Diharamkan untuk berperang. 

Diantara hukum bulan muharrom adalah dilarang untuk melakukan perang.

Allah Ta'ala berfirman : 

ٱلشَّهْرُ ٱلْحَرَامُ بِٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ وَٱلْحُرُمَٰتُ قِصَاصٌ ۚ فَمَنِ ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَٱعْتَدُوا۟ عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ ﴿١٩٤﴾

" Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-Baqorah :194)

Allah Ta'ala berfirman : 

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَكُفْرٌۢ بِهِۦ وَٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِۦ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَٱلْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ ٱسْتَطَٰعُوا۟ ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢١٧﴾

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Q.S. Al-Baqorah :217)

2. Dianjurkan untuk mengerjakan puasa sunnah dalam bulan tersebut. 

Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ  بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yaitu Muharram dan shalat yang paling utama setelah puasa wajib adalah sholat malam”. (HR. Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ  هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam datang di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?Mereka menjawab: “Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini". Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ

Diriwayatkan  dari sahabat Abu Musa radhiyallohu anhu berkata: “Hari ‘Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda : “Berpuasalah kalian pada hari tersebut ”.  (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ  فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ .

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallohu anha berkata : "Kaum Qurays pada masa Jahiliyyah juga berpuasa di hari ‘Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam juga berpuasa pada hari itu, ketika beliau datang di kota Medinah maka beliau tetap mengerjakan nya dan memerintahkan ummatnya untuk berpuasa. Setelah puasa Ramadhan telah diwajibkan beliau pun meninggalkan kewajiban puasa ‘Asyuro, seraya bersabda, “Barangsiapa yang ingin berpuasa maka silakan tetap berpuasa dan barangsiapa yang tidak ingin berpuasa maka tidak mengapa ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

عن عَبْد اللَّهِ بْن عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ  كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ  وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ 

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallohu anhuma bahwa kaum Jahiliyah dulu berpuasa Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam serta kaum muslimin juga berpuasa sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari ‘Asyuro termasuk hari-hari Allah, barang siapa ingin mengerjakan puasa maka berpuasalah dan barangsiapa  yang ingin meninggalkan maka tinggalkanlah ". (HR. Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata : "  Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu Ramadhan ". (HR. Al-Bukhari  dan Muslim) 

عَنْ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذِ بْنِ عَفْرَاءَ قَالَتْ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الْأَنْصَارِ الَّتِي حَوْلَ الْمَدِينَةِ مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَنَجْعَلُ لَهُمْ اللُّعْبَةَ مِنْ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الْإِفْطَارِ

Diriwayatkan dari sahabat Rubai’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra’ radhiyallohu ‘anha berkata : "Nabi Muhammad Shallallahu  alaihi wasallam di pagi hari Asyuro mengutus ke perkampungan kaum Anshar yang berada di sekitar Medinah seraya bersabda : “Barangsiapa yang telah berpuasa pada hari ini hendaknya ia tetap melanjutkan puasa nya, dan barangsiapa yang tidak berpuasa hari ini hendaknya menyempurnakan sisa waktu di hari itu dengan berpuasa ". Rubai’ berkata, “Maka sejak itu kami berpuasa pada hari ‘Asyuro dan menyuruh anak-anak kami berpuasa dan kami buatkan untuk mereka permainan yang terbuat dari kapas lalu jika salah seorang dari mereka menangis  karena ingin makan maka kami berikan kepadanya permainan tersebut hingga masuk waktu berbuka puasa”.  (HR. Al-Bukhari  dan Muslim)

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Diriwayatkan dari sahabat Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda: “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Disunnahkan bagi yang ingin berpuasa ‘Asyuro hendaknya berpuasa juga sehari sebelumnya.

Sebagaimana telah diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata : " Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka para shahabat berkata : “Ya Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani”. Maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam  bersabda :

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Jika tahun depan insya Allah kita bertemu kembali dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan ".
Akan tetapi sebelum datang Muharram tahun berikutnya,  hingga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah wafat. (HR. Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata : “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi ". ( HR. Al-Bayhaqi )

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda :

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya ".(HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi)

Dalam bulan yang mulia ini, terdapat dua kelompok yang menyimpang dari ajaran agama islam yang sempurna ini :

Yang pertama adalah kelompok yahudi yang menjadikan hari Asyuro sebagai musim perayaan dan kegembiraan, mereka menampakkan perasaan tersebut dengan bercelak dan menyemir rambut mereka, serta berpesta makanan yang tidak dikerjakan pada waktu seperti biasanya. 

Kelompok yang kedua, mereka adalah orang-orang syiah yang menjadikan hari Asyuro sebagai hari kesedihan, duka, dan ratapan. Karena hari tersebut merupakan hari meninggalnya Al-Husain ibnu Ali radhiyallahu anhuma, maka mereka merayakan dengan menampar dan memukul muka-muka mereka, melukai kepala-kepala dan wajah mereka, berteriak luapan kesedihan dan ratapan dan perbuatan perbuatan bodoh yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. 

Dan Allah Ta'ala telah memberikan petunjuk jalan yang benar dan lurus kepada Ahlussunnah kaum muslimin dengan mengerjakan perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya yaitu berpuasa dengan tidak menyerupai yahudi dan menjauhi perilaku bodoh yang sesat seperti syiah. 

Sabtu, 10 September 2016

HAJI DAN TAUBAT

As-Syaikh Prof DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullahu Ta'ala. 

Alhamdulillah, was sholaatu was salaamu ala Rosulillah, wa ba'du ; 

Sesungguhnya ibadah haji merupakan kesempatan yang penuh barokah yang mengantarkan seseorang menuju taubat dan inabah kepada Allah Ta'ala serta menghapus dosa dan membebaskan diri dari api neraka. 

روى البخاري ومسلم في صحيحيهما عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (( من حجَّ ولم يرفث ولم يفسق رجع كيوم ولدته أمُّه )) 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhary dan Muslim dalam kitab sohih nya, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji dan tidak berbuat sia-sia dan kefasikan, maka ia kembali seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya ".

وروى مسلم في صحيحه أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال لعمرو بن العاص رضي الله عنه عند إسلامه: (( أما علمتَ أنَّ الإسلامَ يهدم ما كان قبله، وأنَّ الهجرة تهدم ما كان قبلها، وأنَّ الحجَّ يهدم ما كان قبله )).

Dan diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam kitab sohih nya, bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Sahabat Amru ibnu Ash radhiyallahu anhu ketika ia masuk islam : "  Apakah engkau mengetahui bahwa dengan masuk ke agama islam dapat menghapus dosa yang telah lalu, dan bahwasanya hijroh dapat menghapus dosa yang terdahulu dan ibadah haji akan menghapuskan dosa dosa yang terdahulu ". 

وروى مسلم من حديث أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (( العمرةُ إلى العمرة كفَّارةٌ لِما بينهما والحجُّ المبرور ليس له جزاء إلاَّ الجنَّة )) .

Dan diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim dari hadist sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Ibadah umroh kepada umroh berikutnya dapat menghapus dosa-dosa diantara keduanya, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga ". 

وروى مسلم في صحيحه عن عائشة رضي الله عنها: أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: (( ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبداً من النار من يوم عرفة وأنَّه ليدنو ثم يُباهي بهم الملائكة، فيقول: ما أراد هؤلاء )) .

Dan diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam kitab sohih nya dari Ummul Mukminin A'isyah radhiyallahu anha, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Tidaklah suatu hari yang paling banyak Allah Ta'ala membebaskan para hamba dari neraka dibandingkan dengan hari Arofah, dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian berbangga dengan para malaikat, seraya berfirman : " Apa yang mereka kehendaki. ...? ".

وروى النسائي عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما: أنَّ النَّبيَّ صلى الله عليه وسلم قال: (( تابعوا بين الحجِّ والعمرة، فإنَّهما ينفيان الذنوب كما ينفي الكيرُ خبث الحديد )) .

Diriwayatkan oleh Al-Imam An-Nasa'i dari sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Ikutilah ibadah haji dengan umroh, sesungguhnya keduanya menghapuskan dosa-dosa, sebagaimana api dapat menghapus karat yang terdapat pada besi ".

ففي هذه الأحاديث دلالة على عظم شأن الحجِّ وأنَّه بابٌ عظيمٌ لحطِّ الأوزار وإقالة العثرات وغفران الذنوب والعتق من النار.

Dalam hadist hadist diatas menunjukkan tentang keutamaan ibadah haji, dan bahwasanya haji merupakan sarana untuk menghapus dosa dan membersihkan kesalahan dan  mendatangkan ampunan serta pembebasan dari siksa api neraka. 

والواجب على المسلم أن يُبادر إلى التوبة إلى الله عزَّ وجلَّ لينال بذلك الفلاح وليحصل وافر الأجر وعظيم الأرباح.

Maka kewajiban bagi seorang muslim hendaknya bersegera menuju pintu taubat kepada Allah Ta'ala, agar menggapai kebahagiaan dan memperoleh pahala yang melimpah dan keberuntungan yang besar. 

Allah Ta'ala berfirman : 

 ۚ وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿٣١﴾

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
(Q.S . An-Nuur :31)

Allah Ta'ala berfirman : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ 

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ". (Q.S. At-Tahrim :8)

Allah Ta'ala berfirman : 

إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَٰلِحًا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَٰتٍ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا ﴿٧٠﴾

"kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al - Furqaan :70)

Sesungguhnya bertaubat merupakan amalan yang paling utama dan mulia dan tergolong amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala dan orang-orang yang bertaubat memiliki kecintaan yang khusus dihadapan Allah Ta'ala. 

Allah Ta'ala berfirman : 

 ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ ﴿٢٢٢﴾

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."

(Q.S. Al-Baqorah :222)

Bahkan sesungguhnya Allah Ta'ala bergembira dengan taubatnya seorang hamba, walaupun sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Agung lagi Maha Mulia. 

وفي الصحيحين من حديث أنس -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «الله أفرح بتوبة عبده من أحدكم، سقط على بعيره، وقد أضله في أرض فلاة» (رواه البخاري ومسلم)

Di dalam Shahihain, diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiallahu Anhu berkata, “Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian tatkala menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang telah hilang di gurun pasir”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

عن أبي حمزة أنس بن مالك الأنصاري _خادم النبي صلى الله عليه وسلم- رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم:”لله أشدّ فرحاً بتوبة عبده حين يتوب إليه، من أحدكم كان على راحلته بأرض فلاة، فانفلتت منه وعليها طعامه وشرابه فأيس منها، فأتى شجرة فاضطجع في ظلّها ، وقد أيس من راحلته، فبينما هو كذلك إذا هو بها قائمة عنده، فأخذ بخطامها ، ثمّ قال من شدة الفرح : اللهم أنت عبدي وأنا ربّك، أخطأ من شدّة الفرح”.

Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu Al Anshary, pelayan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sungguh Allah akan lebih senang menerima taubat hamba-Nya ketika ia bertaubat kepada-Nya daripada kesenangan seorang di antara kamu sekalian yang menunggang untanya di tengah padang luas yang sangat tandus, lalu unta itu terlepas membawa lari bekal makanan dan minumannya dan putuslah harapannya untuk memperoleh kembali. Kemudian dia menghampiri sebatang pohon lalu berbaring di bawah keteduhannya karena telah putus asa mendapatkan unta tunggangannya tersebut. Ketika dia dalam keadaan demikian, tiba-tiba ia mendapati untanya telah berdiri di hadapan. Lalu segera ia menarik tali kekang unta itu sambil berucap dalam keadaan sangat gembir, “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu. Dia salah mengucapkan karena terlampau merasa gembira”. ( HR. Muslim)

Dan hendaknya setiap muslim mengetahui bahwasanya pintu taubat senantiasa terbuka lebar, walaupun sebesar apapun dosa seseorang. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَهُوَ ٱلَّذِى يَقْبَلُ ٱلتَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِۦ وَيَعْفُوا۟ عَنِ ٱلسَّيِّـَٔاتِ وَيَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ ﴿٢٥﴾

"Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (Q.S. Asy-Syuura :25)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَن يَعْمَلْ سُوٓءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُۥ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ ٱللَّهَ يَجِدِ ٱللَّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا ﴿١١٠﴾

" Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Q.S. An-Nisaa :110)

Allah Ta'ala berfirman : 

۞ قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ﴿٥٣﴾

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Az-Zumar :53)

Bahkan Allah Ta'ala berfirman tentang keadaan orang-orang munafikin : 

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ فِى ٱلدَّرْكِ ٱلْأَسْفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا ﴿١٤٥﴾  إِلَّا ٱلَّذِينَ تَابُوا۟ وَأَصْلَحُوا۟ وَٱعْتَصَمُوا۟ بِٱللَّهِ وَأَخْلَصُوا۟ دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَسَوْفَ يُؤْتِ ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا ﴿١٤٦﴾

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka."
" Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar." (Q.S. An-Nisaa :145-146)

Demikian juga Allah Ta'ala berfirman tentang orang nashoro : 

لَّقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَٰثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّآ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۚ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا۟ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٧٣﴾  أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى ٱللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٧٤﴾

"Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih."
" Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Q.S. Al-Maidah :73-74)

Allah Ta'ala mengisahkan tentang ashabul ukhdud, yang mereka menggali parit yang dinyalakan api, kemudian menimpakan fitnah kepada orang-orang mukmin : 

إِنَّ ٱلَّذِينَ فَتَنُوا۟ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا۟ فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ ٱلْحَرِيقِ ﴿١٠﴾

" Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar."
(Q.S. Al-Buruuj:10)

قال الحسن البصري رحمه الله: (( انظروا إلى هذا الكرم والجود، قتلوا أولياء الله وهو يدعوهم إلى التوبة والمغفرة ))

Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata : " lihatlah kepada kemuliaan dan kedermawanan ini, dimana mereka musuh-musuh Allah membunuh kekasih kekasih Allah, kemudian mereka diserukan agar bertaubat dan menggapai ampunan ". 

ولهذا لا يحلُّ لأحد أن يقنط الناسَ من رحمة الله مهما بلغت ذنوبُهم وكثرت وتعدَّدت، كما لا يحلُّ له أن يجرأهم على فعل المعاصي واقتراف الذنوب.

Oleh karena ini, tidaklah halal bagi seseorang untuk berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala, walaupun seberapa besar dan banyak dosa mereka, sebagaimana pula tidak layak seseorang memberanikan diri untuk menerjang dosa dan maksiat.  

قال ابن عباس رضي الله عنهما: (( من آيس عباد الله من التوبة بعد هذا فقد جحد كتاب الله عزَّ وجلَّ )) 

Al-Imam Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata : " Barangsiapa diantara para hamba Allah yang berputus asa dari pintu taubat setelah mengetahui penjelasan ini, maka sungguh ia telah menentang kitab Allah Azza wa Jalla ".

Maka sepantasnya bagi setiap hamba agar bersegera untuk bertaubat kepada Allah Ta'ala dan merealisasikan nya, sebelum kehilangan kesempatan tersebut. 

قال صلى الله عليه وسلم: (( إنَّ الله عزَّ وجلَّ يقبل توبةَ العبد ما لم يُغَرْغِر ))

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menerima taubat seorang hamba selama nyawanya sebelum di kerongkongan ". ( HR. At-Tirmidzi ) 

 وقال صلى الله عليه وسلم : (( من تاب قبل أن تطلع الشمس من مغربها تاب الله عليه )) .

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, sungguh Allah menerima taubat nya ". ( HR. Muslim ) 

Dan menjadi kewajiban bagi setiap muslim agar bertaubat dari segala bentuk dosa dan memenuhi prasyarat taubat sehingga taubatnya diterima. 

قال الإمام النووي ـ رحمه الله ـ في كتابه العظيم رياض الصالحين: (( قال العلماء: التوبة من كلِّ ذنب، فإن كانت المعصيةُ بين العبد وبين الله تعالى لا تتعلَّق بحقِّ آدميٍّ فلها 

ثلاثة شروط:

Al-Imam An-Nawawy rahimahullah berkata dalam kitabnya yang agung Riyadhus Sholihin : " Para Ulama berkata : Taubat dari segala bentuk dosa, jika sekiranya dosa tersebut antara seorang hamba dan Allah Ta'ala dan tidak berkaitan dengan hak anak cucu Adam, mak disana terdapat tiga syarat : 

أحدها: أن يُقلعَ عن المعصية.

والثاني: أن يندم على فعلها.

والثالث: أن يعزم أن لا يعود إليها أبداً.

● Pertama : Melepas perbuatan maksiat tersebut. 

● Kedua : Menyesal atas perbuatan yang dilakukan. 

● Ketiga : Berazam untuk tidak mengulangi perbuatannya selama nya. 

فإن فُقد أحدُ الثلاثة لم تصح التوبةُ، وإن كانت المعصيةُ تتعلَّق بآدميٍّ فشروطها أربعة، هذه الثلاثة، وأن يبرأ من حقِّ صاحبها، فإن كانت مالاً أو نحوه ردَّه إليه، وإن كان حدَّ قذف ونحوه مكَّنه أو طلب عفوَه، وإن كانت غيبة استحلَّه منها، ويجب أن يتوب من جميع الذنوب، فإن تاب من بعضها صحَّت توبتُه عند أهل الحقِّ من ذلك الذنب وبقي عليه الباقي ))  اهـ.

Jika kehilangan salah satu syarat diatas maka tidak sah taubatnya, dan jika dosa tersebut berhubungan dengan hak manusia, maka disana terdapat empat syarat,  tiga yang diatas dan yang keempat : agar berlepas diri dari hak pemilik nya, jika itu berkaitan dengan harta dan semisalnya maka hendaknya dikembalikan kepada pemiliknya. Dan jika hal itu berkaitan dengan suatu tuduhan yang palsu dan semisalnya, maka ia meminta kesempatan untuk menuntut balas atau meminta maaf. Dan jika berkaitan dengan ghibah maka ia meminta agar di halalkan. Dan wajib untuk bertaubat dari semua dosa, dan jika hanya bertaubat dari sebahagian dosanya, maka sah taubatnya dari dosa yang ia bertaubat dan tersisa dosa-dosa yang ia belum bertaubat dari nya. 

ونسأل الله أن يَمُنَّ على الجميع بالتوبة النَّصوح، وأن يتقبَّل توبتَنا، وأن يغسل حوْبَتنا، وأن يجيب دعوتنا إنَّه سميع مجيب.

Marilah kita memohon kepada Allah Ta'ala agar diberikan kesempatan untuk bertaubat nasuha, dan menerima taubat kita, dan membersihkan kotoran kita dan mengijabahi doa doa kita, sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. 

                                * * *   

Minggu, 04 September 2016

KEUTAMAAN SEPULUH HARI BULAN DZUL HIJJAH

الحمد لله رب العالمين وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين أما بعد:

Sesungguhnya kita berada di suatu bulan yang mulia, yaitu sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah, dimana Allah Ta'ala telah bersumpah terhadap hari-hari ini, dalam firman-Nya : 

وَٱلْفَجْرِ ﴿١﴾  وَلَيَالٍ عَشْرٍ ﴿٢﴾

" Demi fajar," "Dan malam yang sepuluh ". ( Q.S Al-Fajr : 1 - 2 )

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

 ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب الله من هذه الأيام يعني أيام العشر قالوا :  ولا الجهاد في سبيل الله، قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذلك بشيء.

 " Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun”. ( HR.Al-Bukhari ) 

Ayat dan hadist diatas menunjukkan tentang keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah, maka sepantasnya bagi seorang muslim untuk menggunakan kesempatan yang berharga ini untuk berbuat ketaatan seperti sholat, puasa, sedekah, membaca Al-Qur'an  dan semisalnya, dan hendaknya memperhatikan berikut ini : 

● Yang pertama adalah niat yang lurus dalam mengerjakan segala bentuk ketaatan, karena niat memiliki peran penting dalam menggapai pahala dan ganjaran disisi Allah Ta'ala. 

Allah Ta'ala berfirman : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ قُل لِّمَن فِىٓ أَيْدِيكُم مِّنَ ٱلْأَسْرَىٰٓ إِن يَعْلَمِ ٱللَّهُ فِى قُلُوبِكُمْ خَيْرًا يُؤْتِكُمْ خَيْرًا مِّمَّآ أُخِذَ مِنكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٧٠﴾

". Hai Nabi, katakanlah kepada tawanan-tawanan yang ada di tanganmu: "Jika Allah mengetahui ada kebaikan dalam hatimu, niscaya Dia akan memberikan kepadamu yang lebih baik dari apa yang telah diambil daripadamu dan Dia akan mengampuni kamu". Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Q.S. Al-Anfaal :70)

● Yang kedua adalah do'a, yaitu memperbanyak doa agar diberikan taufik untuk dapat mengerjakan ketaatan dan ibadah.

Sesungguhnya amalan saleh yang utama adalah mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dengan mengerjakan perkara perkara wajib yang telah di fardhukan, seperti sholat wajib lima waktu yang dilakukan secara berjamaah, berbuat baik kepada kedua orang tua, dan menyambung tali silaturrahmi.  

Adapun perkara yang sunnah yang tergolong amalan yang utama pada bulan ini adalah mengerjakan puasa di sembilan hari di permulaan bulan, dan lebih ditekankan pada hari sembilan yaitu hari Arofah. 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده .

“Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya ". ( HR. Muslim ) 

وقَالَ صلى الله عليه وسلم « مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ». رواه مسلم.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : "  Tidaklah suatu hari yang paling banyak Allah Ta'ala membebaskan para makhluk dari siksa api neraka kecuali pada hari Arofah, pada waktu itu Allah mendekat dan berbangga dihadapan para malaikat, kemudian Allah Ta'ala berfirman : " Apa yang mereka kehendaki. .......". ( HR. Muslim ) 

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata : 

ويوم عرفة هو يوم العتق من النار فيعتق الله من النار من وقف بعرفة و من لم يقف بها من أهل الأمصار من المسلمين فلذلك صار اليوم الذي يليه عيدا لجميع المسلمين في جميع أمصارهم من شهد الموسم منهم و من لم يشهده لاشتراكهم في العتق و المغفرة يوم عرفة. انتهى كلامه.

" Hari Arofah merupakan hari pembebasan api neraka, maka Allah Ta'ala akan membebaskan orang-orang yang wukuf di padang Arafah dan orang-orang yang tidak berwukuf dari para penduduk kaum muslimin, sehingga pada hari setelahnya merupakan hari perayaan seluruh umat baik yang menunaikan musim haji atau tidak, dikarenakan semua mendapatkan jaminan untuk dibebaskan dari neraka dan dosa pada hari Arofah ". 

Diantara ibadah yang disyari’atkan pada waktu ini adalah bertakbir dari terbenam nya matahari akhir bulan Dzul Kaidah hingga akhir hari tasyriq. 

Bertakbir dilakukan setelah mengerjakan sholat fardhu dari fajar hari Arafah hingga akhir hari tasyriq, dan ini disebut sebagai takbir terbatas waktu tertentu, yaitu setelah usai sholat fardhu setelah salam, mengucapkan takbir sebagai berikut : 

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Dan mengulang sesuai kehendak nya dan setelah itu baru membaca dzikir sholat seperti biasanya .

Dan diantara ibadah yang disyari’atkan pada tanggal 10 Dzulhijjah adalah menyembelih hewan kurban. 

Allah Ta'ala berfirman : 

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴿٣٧﴾

" Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-Hajj :37)

Dan disunnahkan untuk menyembelih hewan kurban yang paling utama, yaitu yang paling berharga dan besar. 

Allah Ta'ala berfirman : 

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ ﴿٣٢﴾

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (Q.S. Al-Hajj :32)

Sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata : " Mengagungkan syiar - syiar Allah Ta'ala dengan cara memilih hewan yang paling berharga dan paling istimewa ".

Sahabat Abu Umamah ibu Sahl radhiyallahu anhu berkata : " Kita dahulu di Madinah, senantiasa menggemukkan hewan sembelihan, dan orang-orang pun menggemukkan hewan-hewan sembelihan mereka ". 

Dan perlu di ketahui dalam persoalan menyembelih hewan kurban dengan cara membayarkan sejumlah uang tertentu dan diserahkan kepada suatu lembaga dakwah islam guna disembelih hewan tersebut di suatu negeri lainnya, ini adalah menyelisihi perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. 

وقد سئل العلامة ابن عثيمين رحمه الله سؤالا هذا نصه:

Dan telah ditanyakan kepada Al-Allamah As-Saikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullaah suatu pertanyaan berikut bunyi nya : 

هل الأفضل في هذا الزمان دفع الأضاحي إلى البلاد الفقيرة أم ذبحها هنا؟

Apakah yang utama di masa sekarang ini, membayarkan sejumlah uang untuk membeli hewan kurban di negeri yang fakir yang membutuhkan ataukah menyembelih di tempat sendiri ?

فأجاب إجابة طويلة أسوقها بتمامها لما فيها من الفوائد، قال رحمه الله:

Maka beliau rahimahullah memberikan jawaban yang panjang, dan saya mencantumkan keseluruhannya dikarenakan terdapat faidah - faidah, sebagai berikut : 

هذا سؤال مهم وهو دفع قيمة الأضاحي إلى بلاد فقيرة ليُضَحَّي بها هناك، فإن بعض الناس يفعل هذا، بل يزيد على ذلك أنه يضع دعايةً في الصحف أو غير الصحف لحث الناس على بعث الأضاحي إلى بلاد أخرى، وهذا يصدر في الغالب عن جهل بمقاصد الشريعة، وعن جهل بالحكم الشرعي.

" Ini adalah suatu pertanyaan yang sangat penting, yaitu membayarkan sejumlah uang senilai hewan kurban ketempat negeri lainnya yang fakir dan membutuhkan agar disembelih disana, dan sebagian orang melakukan hal ini, bahkan lebih dari itu, membikin seruan dalam surat kabar dan semisalnya untuk menyemangati orang-orang agar mengirimkan sembelihan mereka ke negeri lain, dan ini terjadi dikarenakan tidak mengerti tujuan dan maksud - maksud Syariat , serta bodoh terhadap hukum syar'i ". 

المقصود بالأضحية: المقصود الأول: هو التقرب إلى الله تعالى بذبحها: فإن الذبح من أكبر العبادات، بل قرنه الله عزَّ وجلَّ بالصلاة: ﴿ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ﴾ ﴿ قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴾ [الأنعام: 162] على القول بأن النسك هنا هو الذبح.

Tujuan dan maksud dari ibadah kurban adalah sebagai berikut :

● Yang pertama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dengan menyembelih secara langsung, di karenakan menyembelih merupakan ibadah yang paling besar, bahkan digabungkan oleh Allah Ta'ala dengan ibadah sholat .

Allah Ta'ala berfirman : 

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَرْ ﴿٢﴾

" Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah." (Q.S. Al-Kautsar :2)

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ ﴿١٦٢﴾

" Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S. Al - An ' am :162)

Menurut pendapat bahwa makna dari " Nusuk " , atau ibadatku adalah menyembelih.

فالذبح نفسه عبادة؛ لا يمكن أبداً أن تحصل هذه العبادة إذا ما أرسلت الدراهم إلى بلاد أخرى ثمناً لأضحيةٍ، وذُبِحَت هذه الأضحيةُ عنك، وقد قال الله تعالى في كتابه: ﴿ لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ ﴾ [الحج: 37].

Menyembelih secara dzat nya merupakan suatu ibadah, dan tidak mungkin ibadah ini dikerjakan jika dikirimkan uang ke negeri lainnya sebagai nilai harga hewan sembelihan, dan disembelih hewan tersebut atas nama kamu, padahal Allah Ta'ala berfirman : 

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴿٣٧﴾

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-Hajj :37)

المقصود الثاني: أن الإنسان إذا أرسلها إلى بلاد أخرى فإنه يفوته ذكرُ اسمِ الله عليها: وقد قال الله تعالى: ﴿ وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكاً لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ﴾ فجعل ذكرَ اسمِ الله عِلَّةً لهذه المناسك التي جعلها الله عزَّ وجلَّ، وهذا الذكر سيفوته إن كان الذبح هناك، وربما يذبحها من لا يسمِّي أصلاً.

● Tujuan yang kedua, sesungguhnya jika hewan sembelihan dikirimkan ke negri lain, maka ia telah kehilangan kesempatan untuk berdzikir menyebut nama Allah Ta’ala atas sembelihan tersebut. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنسَكًا لِّيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلْأَنْعَٰمِ ۗ فَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ فَلَهُۥٓ أَسْلِمُوا۟ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُخْبِتِينَ ﴿٣٤﴾

"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah)," (Q.S. Al-Hajj :34)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa menyebut nama Allah Ta’ala menjadi tujuan dalam menyembelih hewan kurban yang diperuntukkan kepada Allah Ta'ala semata, dan amalan ibadah ini akan hilang tatkala ia mengirimkan hewan kurban ke negeri lain, bahkan bisa jadi akan disembelih dengan tidak menyebut nama Allah sama sekali.

المقصود الثالث: أنه إذا أرسلها إلى الخارج يفوته الأكل منها: وقد قال الله تعالى: ﴿ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ ﴾ [الحج: 28] والأمر بالأكل منها للوجوب على رأي كثير من العلماء، فإذا أرسلتَها إلى الخارج فاتك القيام بهذا الأمر، سواء كان واجباً أم مستحباً.

● Tujuan yang ketiga, jika ia mengirimkan hewan kurban ketempat lain, ia akan kehilangan kesempatan untuk menikmati sebahagian dari dagingnya, dan didalam ayat diperintahkan untuk menikmati sebahagian daging dan disedekahkan sebahagian. 

Allah Ta'ala berfirman : 

لِّيَشْهَدُوا۟ مَنَٰفِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا۟ ٱسْمَ ٱللَّهِ فِىٓ أَيَّامٍ مَّعْلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلْأَنْعَٰمِ ۖ فَكُلُوا۟ مِنْهَا وَأَطْعِمُوا۟ ٱلْبَآئِسَ ٱلْفَقِيرَ ﴿٢٨﴾

" Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir." (Q.S. Al-Hajj :28)

 Perintah untuk menikmati daging sembelihan menurut kebanyakan para ulama hukumnya adalah wajib, jika ia mengirim hewan ketempat lain, niscaya ia kehilangan menunaikan perintah ayat ini, baik hukum nya wajib atau sunnah. 

المقصود الرابع: أنه إذا أرسلها إلى الخارج خَفِيَت الشعيرةُ العظيمة التي جعلها الله تعالى في بلاد المسلمين عوضاً عن الشعيرة العظيمة التي جعلها الله تعالى في مكة، فالشعيرة التي تكون في مكة هي: الهدي، والشعيرة التي تكون في بلاد المسلمين الأخرى هي: الأضحية، فالله سبحانه وتعالى جعل هذه الشعائر؛ ذبح الهدي في مكة، وذبح الأضحية في البلاد الأخرى لِتُقام الشعائر في بلاد الإسلام كلها، ولهذا جعل الله سبحانه وتعالى لمن أراد الأضحية شيئاً من خصائص الإحرام، كتجنب الأخذ من الشعر مثلاً.

● Tujuan yang ke empat, jika seseorang mengirimkan hewan kurban ketempat lain, maka akan tidak nampak syiar agama yang agung ini di setiap tempat dan negri kaum muslimin, sebagai ganti dalam waktu yang sama, syiar agama yang berada di Makkah.

Syiar agama yang di Makkah adalah menyembelih hewan kurban ibadah haji, dan syiar agama untuk selain Makkah adalah menyembelih hewan kurban ied Adha, sehingga syiar agama tersebar di seluruh penjuru negeri Islam, sehingga setiap orang yang berkehendak untuk menyembelih hewan kurban, ia dilarang seperti orang yang sedang menunaikan manasik haji, seperti misalnya mengambil rambut.

المقصود الخامس: أن هذه الشعيرة ربما تموت بالنسبة لأبنائنا وبناتنا: فإذا كانت الأضحية في البيت فإن الأهل كلهم يشعرون بها، ويشعرون أنهم على طاعة، فإذا أُرْسِلَت دراهم فما الذي يُدْرِيهم بها؟ فتفوت هذه الشعيرة.

● Tujuan yang kelima, bahwasanya syiar-syiar ini, bisa saja terlewatkan oleh anak-anak kita, dan berbeda jika kita menyembelih hewan di tempat sendiri, seluruh keluarga dapat merasakan syiar agama ini dan merasakan bahwa ia dalam menunaikan ketaatan, namun jika mengirimkan ketempat lain, dari mana mereka mengetahui, sehingga syiar agama ini terlewatkan. 

المقصود السادس: أن الناس يبدؤون ينظرون إلى الأضحية نظرةً ماديةً فقط، وهي: إطعام الجائع: وهذا أيضاً ضرر، وقد قال الله تعالى: ﴿ لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ ﴾ وإذا كنت صادقاً في أن تتعبد لله في الأضحية، وأن تنفع إخوانك المسلمين فضحِّ في بلدك، وأرسل الدراهم والأطعمة والأكسية إلى البلاد الأخرى.

ما الذي يمنعك؟! لهذا أرجو منكم -بارك الله فيكم- أن تبينوا للناس أن هذا خطأ، وأن لا يصرفوا قيمة ضحاياهم إلى البلاد الأخرى، بل يضحوا في بيوتهم. انتهى كلامه رحمه الله.

● Tujuan yang keenam, manusia hanya melihat bahwa ibadah menyembelih hewan kurban semata-mata ibadah materi, yaitu : berbagi kepada orang-orang yang lapar dan tidak mampu, dan ini merupakan pandangan yang menyesatkan menimbulkan mudhorot. 

Allah Ta'ala berfirman :

 

لَن يَنَالَ ٱللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَآؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ ٱلتَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴿٣٧﴾

" Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (Q.S. Al-Hajj :37)

Jika anda jujur dalam ibadah kepada Allah Ta'ala dan berbuat manfaat untuk sesama manusia, maka hendaknya engkau menyembelih hewan kurban ditempat kalian berada, dan kirimkan uang sedekah,makanan dan bingkisan  keluar negeri bagi yang membutuhkan. 

Apa yang mencegah mu untuk melakukan dua amalan ini ? Oleh karena itu, saya berharap kepada anda semua untuk menjelaskan bahwa perkara ini adalah salah, dan tidak menyalurkan hewan kurban ketempat lain, akan tetapi menyembelih rumah rumah sendiri. .... (Selesai perkataan Asy-Syaikh rahimahullah )

اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
اللهم بلغنا هذه العشر وأعنا فيها على طاعتك يا جواد يا كريم.