Jumat, 30 September 2016

BULAN MUHARROM

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Bulan Muharrom, merupakan awal dari bulan-bulan islam Hijriyah, dan merupakan salah satu dari empat bulan haram yang ada, dan Nabi kita Shallallahu alaihi wa sallam telah memberikan penjelasan tentang hukum-hukum bulan ini dalam kitab Allah Ta'ala dan As-Sunnah, dan diantara yang terpenting adalah sebagai berikut : 

● Yang pertama, tentang keutamaan bulan Muharrom : 

Bulan Muharrom, merupakan bulan-bulan haram yang telah diagungkan oleh Allah Ta'ala, dan telah dijelaskan didalam firman Nya : 

 إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ ﴿٣٦﴾

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Q.S. At-Taubah :36)

Allah Ta'ala memuliakan bulan ini diantara bulan-bulan lainnya, dengan memberikan nama Syahrullah Al-Muharrom atau bulan Allah yang haram, dimana disandarkan kepada Allah Ta'ala sebagai bentuk kemuliaan dan bahwasanya Allah Ta'ala telah memberikan status haram dan tidak seorangpun dari para makhluk dapat merubah nya menjadi halal. 

Sebagai mana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memberikan penerangan tentang pengharaman Allah Ta'ala terhadap bulan ini, dalam suatu riwayat yang dibawakan oleh sahabat Abu Bakroh Radhiyallahu anhu,  bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :  

 إنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan berturut-turut; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat diantara bulan Jumada Akhiroh dan Sya’ban.” (HR . Al-Bukhari dan Muslim)

Dan sebahagian para ulama telah menguatkan bahwa bulan muharrom merupakan bulan haram yang paling utama, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rojab rahimahullah : " Dan para Ulama telah berbeda pendapat tentang bulan haram yang paling utama diantara bulan-bulan haram, maka Al-Hasan dan lainnya berpendapat : " Yang paling utama adalah Syahrullah Al-Muharrom",  sebagaimana pula pendapat ini dikuatkan oleh ulama muta'akhirin.

Hal ini diperkuat oleh riwayat Al-Imam An-Nasa'i dan lainnya, dari Sahabat Abu Dzaar radhiyallahu anhu :

سألت النبي صلى الله عليه وسلم: أي الليل خير وأي الأشهر أفضل؟ فقال: خير الليل جوفه وأفضل الأشهر شهر الله الذي تدعونه المحرم

Aku bertanya kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam: " Malam apakah yang baik dan bulan apakah yang paling utama?  Maka dijawab : "  Malam yang baik adalah tengah malam, dan bulan yang paling utama adalah bulan Allah yang kalian menyebut nya Al-Muharrom". ( HR. An-Nasa'i ) 

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata : " Penyebutan dalam hadist diatas tentang bulan yang paling utama, maksudnya adalah setelah bulan ramadan, sebagaimana hal ini terkandung dalam riwayat Al-Hasan secara mursal ".

 ● Yang kedua, hukum-hukum yang berkaitan dengan bulan haram adalah sebagai berikut : 

1. Diharamkan untuk berperang. 

Diantara hukum bulan muharrom adalah dilarang untuk melakukan perang.

Allah Ta'ala berfirman : 

ٱلشَّهْرُ ٱلْحَرَامُ بِٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ وَٱلْحُرُمَٰتُ قِصَاصٌ ۚ فَمَنِ ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَٱعْتَدُوا۟ عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا ٱعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ ﴿١٩٤﴾

" Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati, berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa." (Q.S. Al-Baqorah :194)

Allah Ta'ala berfirman : 

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهْرِ ٱلْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ ۖ وَصَدٌّ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَكُفْرٌۢ بِهِۦ وَٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِۦ مِنْهُ أَكْبَرُ عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَٱلْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ ٱلْقَتْلِ ۗ وَلَا يَزَالُونَ يُقَٰتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ ٱسْتَطَٰعُوا۟ ۚ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِۦ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُو۟لَٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَٰلُهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢١٧﴾

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Q.S. Al-Baqorah :217)

2. Dianjurkan untuk mengerjakan puasa sunnah dalam bulan tersebut. 

Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ  بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yaitu Muharram dan shalat yang paling utama setelah puasa wajib adalah sholat malam”. (HR. Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ  هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Diriwayatkan dari Sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam datang di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?Mereka menjawab: “Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini". Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim

عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ

Diriwayatkan  dari sahabat Abu Musa radhiyallohu anhu berkata: “Hari ‘Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan mereka menjadikannya sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda : “Berpuasalah kalian pada hari tersebut ”.  (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ  فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ .

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallohu anha berkata : "Kaum Qurays pada masa Jahiliyyah juga berpuasa di hari ‘Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam juga berpuasa pada hari itu, ketika beliau datang di kota Medinah maka beliau tetap mengerjakan nya dan memerintahkan ummatnya untuk berpuasa. Setelah puasa Ramadhan telah diwajibkan beliau pun meninggalkan kewajiban puasa ‘Asyuro, seraya bersabda, “Barangsiapa yang ingin berpuasa maka silakan tetap berpuasa dan barangsiapa yang tidak ingin berpuasa maka tidak mengapa ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

عن عَبْد اللَّهِ بْن عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ  كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ  وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ  قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ 

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallohu anhuma bahwa kaum Jahiliyah dulu berpuasa Asyuro dan Rasulullah shallallohu alaihi wasallam serta kaum muslimin juga berpuasa sebelum diwajibkan puasa Ramadhan, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya hari ‘Asyuro termasuk hari-hari Allah, barang siapa ingin mengerjakan puasa maka berpuasalah dan barangsiapa  yang ingin meninggalkan maka tinggalkanlah ". (HR. Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata : "  Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya kecuali pada hari ini, yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu Ramadhan ". (HR. Al-Bukhari  dan Muslim) 

عَنْ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذِ بْنِ عَفْرَاءَ قَالَتْ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الْأَنْصَارِ الَّتِي حَوْلَ الْمَدِينَةِ مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ فَكُنَّا بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ فَنَجْعَلُ لَهُمْ اللُّعْبَةَ مِنْ الْعِهْنِ فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الْإِفْطَارِ

Diriwayatkan dari sahabat Rubai’ bintu Mu’awwidz bin ‘Afra’ radhiyallohu ‘anha berkata : "Nabi Muhammad Shallallahu  alaihi wasallam di pagi hari Asyuro mengutus ke perkampungan kaum Anshar yang berada di sekitar Medinah seraya bersabda : “Barangsiapa yang telah berpuasa pada hari ini hendaknya ia tetap melanjutkan puasa nya, dan barangsiapa yang tidak berpuasa hari ini hendaknya menyempurnakan sisa waktu di hari itu dengan berpuasa ". Rubai’ berkata, “Maka sejak itu kami berpuasa pada hari ‘Asyuro dan menyuruh anak-anak kami berpuasa dan kami buatkan untuk mereka permainan yang terbuat dari kapas lalu jika salah seorang dari mereka menangis  karena ingin makan maka kami berikan kepadanya permainan tersebut hingga masuk waktu berbuka puasa”.  (HR. Al-Bukhari  dan Muslim)

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Diriwayatkan dari sahabat Abu Qatadah radhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam bersabda: “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Disunnahkan bagi yang ingin berpuasa ‘Asyuro hendaknya berpuasa juga sehari sebelumnya.

Sebagaimana telah diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata : " Ketika Rasulullah shallallohu alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka para shahabat berkata : “Ya Rasulullah, ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani”. Maka Rasulullah shallallohu alaihi wasallam  bersabda :

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Jika tahun depan insya Allah kita bertemu kembali dengan bulan Muharram, kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan ".
Akan tetapi sebelum datang Muharram tahun berikutnya,  hingga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah wafat. (HR. Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ صُومُوا التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma beliau berkata : “Berpuasalah pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharram, berbedalah dengan orang Yahudi ". ( HR. Al-Bayhaqi )

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma, Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda :

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya ".(HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi)

Dalam bulan yang mulia ini, terdapat dua kelompok yang menyimpang dari ajaran agama islam yang sempurna ini :

Yang pertama adalah kelompok yahudi yang menjadikan hari Asyuro sebagai musim perayaan dan kegembiraan, mereka menampakkan perasaan tersebut dengan bercelak dan menyemir rambut mereka, serta berpesta makanan yang tidak dikerjakan pada waktu seperti biasanya. 

Kelompok yang kedua, mereka adalah orang-orang syiah yang menjadikan hari Asyuro sebagai hari kesedihan, duka, dan ratapan. Karena hari tersebut merupakan hari meninggalnya Al-Husain ibnu Ali radhiyallahu anhuma, maka mereka merayakan dengan menampar dan memukul muka-muka mereka, melukai kepala-kepala dan wajah mereka, berteriak luapan kesedihan dan ratapan dan perbuatan perbuatan bodoh yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. 

Dan Allah Ta'ala telah memberikan petunjuk jalan yang benar dan lurus kepada Ahlussunnah kaum muslimin dengan mengerjakan perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya yaitu berpuasa dengan tidak menyerupai yahudi dan menjauhi perilaku bodoh yang sesat seperti syiah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar