TAFSIR SURAT AL- A'DIYAAT
(Kuda perang yang berlari kencang)
Surat Al-A'diyaat, surat Makkiyah, terdiri dari 11 ayat.
Allah Ta'ala berfirman :
بسم الله الرحمن الرحيم
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا (1) فَالْمُورِيَاتِ قَدْحًا (2) فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا (3) فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا (4) فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا (5) إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ (6) وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ (7) وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ (8) أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (9) وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ (10) إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ (11)
Artinya :
1) Demi kuda perang yang berlari kencang terengah-engah. 2) Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (telapak kakinya). 3) Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi. 4) Maka ia menerbangkan debu. 5) Dan menyerbu di tengah-tengah kumpulan musuh. 6) Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya. 7) Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya. 8) Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. 9) Maka apakah diat tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur. 10) Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada. 11) Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
Al-Imam Burhanuddin Al-Biqo'i rahimahullah berkata : " Maksud diturunkan surat ini adalah menjelaskan bahwasannya kebanyakan manusia yang binasa tatkala terjadinya huru-hara hari kiamat, mereka adalah orang-orang yang mendahulukan kehidupan yang fana seperti cinta harta dan tahta, dari pada kehidupan yang kekal abadi disisi Dzat Yang Maha Mulia.
Tatkala surat sebelumnya yaitu surat Al-Zalzalah ditutup dengan penjelasan tentang balasan di hari kiamat bagi mereka yang beramal keburukan, maka dalam surat ini menjelaskan tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjerumusnya para manusia dari perbuatan keburukan yang tidak lain karena ingkar terhadap karunia Allah Ta'ala dan mengutamakan dunia daripada akhirat.
Sebab turunnya ayat ini sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Qurthuby dan Al-Alusy rahimahumullah melalui riwayat Al Bazar, Ibnul Mundzir, Ibnu Abi Ha'tim, Ad-Daaruquthni dan Ibnu Murdawaih rahimahumullah, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam mengutus pasukan berkuda kepada sekelompok manusia dari bangsa bani kinanah, dan dalam beberapa waktu tidak terdengar kabar tentang berita mereka. Pasukan tersebut dipimpin oleh Al-Mundzir ibnu Amrin Al-Anshari radhiyallahu anhu yang termasuk salah satu dari panglimanya. Kemudian orang-orang Munafik menyebarkan isu bahwa mereka terbunuh semuanya, maka turunlah ayat ini untuk memberitahukan kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bahwa pasukan kaum muslimin dalam keadaan selamat dan sedang menyerang musuh yang ditujunya.
Firman Allah Ta'ala :
وَالْعَادِيَاتِ ضَبْحًا
“Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah. “
Kata ( al-A'diyaat ) yaitu hewan yang berlari dengan sangat amat kencang, yaitu seekor kuda yang dikendarai dengan penuh izzah, yang dapat mendatangkan pahala Jika dikendarai untuk berjuang di jalan Allah Ta'ala, berjaga atau ribath fi sabilillah dan digunakan untuk menolong orang lain membawakan beban mereka dan semisalnya.
Namun dapat pula mendatangkan dosa seperti halnya jika mengendarainya untuk kesombongan serta berbangga-bangga, mencari pujian manusia .
Allah Ta'ala bersumpah dengan nya dikarenakan keutamaan hewan tersebut dan berbeda dengan hewan yang lain seperti kerbau atau keledai.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَيْلُ لِثَلَاثَةٍ لِرَجُلٍ أَجْرٌ وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ فَأَمَّا الَّذِي لَهُ أَجْرٌ فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَطَالَ فِي مَرْجٍ أَوْ رَوْضَةٍ فَمَا أَصَابَتْ فِي طِيَلِهَا ذَلِكَ مِنْ الْمَرْجِ أَوْ الرَّوْضَةِ كَانَتْ لَهُ حَسَنَاتٍ وَلَوْ أَنَّهَا قَطَعَتْ طِيَلَهَا فَاسْتَنَّتْ شَرَفًا أَوْ شَرَفَيْنِ كَانَتْ أَرْوَاثُهَا وَآثَارُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ بِنَهَرٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسْقِيَهَا كَانَ ذَلِكَ حَسَنَاتٍ لَهُ وهي لذالك الرجل أجر ورجل ربطها تغنيا وتعرف ولم ينسى حق الله في رقابهم ولا ظهورها فهي له ستر ورَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِئَاءً وَنِوَاءً فَهِيَ عَلَى ذَلِكَ وزر
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Kuda itu ada tiga jenis. Yang pertama kuda yang bagi seorang pemiliknya menjadi pahala, yang kedua menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan dan yang ketiga mendatangkan dosa.
Adapun orang yang mendapatkan pahala adalah orang yang menambatkan kudanya untuk kepentingan di jalan Allah dimana dia mengikatnya di ladang hijau penuh rerumputan atau taman. Apa saja yang didapatkan kuda itu selama berada dalam pengembalaan di ladang penuh rerumputan hijau atau taman maka semua akan menjadi kebaikan bagi orang itu. Seandainya talinya putus lalu kuda itu berlari sekali atau dua kali maka jejak-jejak dan kotorannya akan menjadi kebaikan bagi pemiliknya. Dan seandainya kuda itu melewati sungai lalu minum darinya sedangkan dia tidak hendak memberinya minum maka semua itu baginya adalah kebaikan. Yang kedua adalah kuda yang ditambatkan guna mencukupi kebutuhan dan menjaga diri dari meminta minta orang lain, sedangkan ia tidak lalai hak Allah aras kepemilikannya dan tunggangan nya, maka ia sebagai penutup kebutuhan bagi nya. Dan seseorang yang menambatkan kudanya dengan kesombongan, pamer dan permusuhan terhadap Kaum Muslimin maka baginya adalah dosa ". ( HR. Al-Bukhari )
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ : « إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلاَثَةَ نَفَرٍ الْجَنَّةَ : صَانِعَهُ يَحْتَسِبُ فِى صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِىَ بِهِ وَمُنْبِلَهُ وَارْمُوا وَارْكَبُوا وَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا لَيْسَ مِنَ اللَّهْوِ إِلاَّ ثَلاَثٌ : تَأْدِيبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمُلاَعَبَتُهُ أَهْلَهُ وَرَمْيُهُ بِقَوْسِهِ وَنَبْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ الرَّمْىَ بَعْدَ مَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ تَرَكَهَا ». أَوْ قَالَ : « كَفَرَهَا ».
Diriwayatkan dari sahabat Uqbah ibni Amrin radhiyallahu anhu berkata: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : "Sesungguhnya Allah Ta'ala akan memasukan tiga kelompok manusia ke dalam Surga karena sebab satu panah, yaitu pembuat panah yang mengharapkan kebaikan dari panah buatannya, pemanah dan pelontar anak panah, maka memanahlah dan tunggangi kuda kalian semuanya, adapaun memanah lebih aku sukai dari pada menunggang kuda.
Tidak termasuk perbuatan sia-sia yang tidak berpahala dalam tiga perkara ini : "Seorang yang melatih kudanya (agar bisa ditunggangi), bersendau gurau bersama istrinya dan permainan busur dan anak panahnya, dan barang siapa meninggalkan olahraga panah setelah mempelajarinya karena benci maka ketahuilah bahwa sesungguhnya hal tersebut merupakan suatu nikmat yang telah ia tinggalkan ", atau " yang telah ia kufuri.’ (HR. Abu Dawud )
عَنْ عُرْوَة الْبَارِقِيُّ، أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " الْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ الْأَجْرُ وَالْمَغْنَمُ "
Diriwayatkan dari sahabat Urwah Al-Baariqiy, bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Kebaikan terikat pada ubun-ubun kuda hingga hari kiamat, yaitu : adanya pahala kelak di akhirat dan ghanimah atau harta rampasan perang”. ( HR. Al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi )
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنِ احْتَبَسَ فَرَسًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِيمَانًا بِاللَّهِ، وَتَصْدِيقًا بِوَعْدِهِ فَإِنَّ شِبَعَهُ وَرِيَّهُ، وَرَوْثَهُ، وَبَوْلَهُ فِي مِيزَانِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ "
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radiyallahu anhu, ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang memiliki seekor kuda yang digunakan untuk jihad di jalan Allah Ta'ala dengan keimanan dan membenarkan janji-Nya, maka kenyangnya kuda itu, kotorannya, dan air kencingnya akan ada di dalam timbangan kebaikannya kelak di hari kiamat”. ( HR Ahmad, Al Bukhari dan An-Nasa'i )
Adapun makna ( Dhobha ) adalah suara yang keluar dari kuda di saat dia sedang berlari kencang. Sehingga diartikan " Demi kuda yang berlari kencang dengan terengah-engah ", atau dengan suara meringkik, karena kuda ketika berlari kencang dia kadang meringkik.
Al-Imam Al-Qurthuby rahimahullah berkata : " Diriwayatkan dari sahabat Aly radhiyallahu anhu bahwa "A'diyaat " adalah kendaraan unta yang dikendarai dari Arofah menuju Muzdalifah, dan dari Muzdalifah kembali ke Mina tatkala haji, sungguh kami menyaksikan perang Badar dan semua para sahabat mengendarai unta, kecuali kuda yang ditunggangi oleh sahabat Miqdat dan kuda yang ditunggangi oleh sahabat Martsad ibnu Abi Martsad radhiyallahu anhuma ".
Allah Ta'ala berfirman :
فَالْمُورِيَاتِ قَدْحا
"Dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (telapak kakinya)".
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata : " ini adalah unta yang menginjak bebatuan sehingga memercikkan api ".
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata : " Dan perbedaan pendapat tentang maksud ayat diatas adalah kuda atau unta dalam ayat ini terjadi seperti dalam ayat sebelumnya, dan pendapat yang kuat adalah kuda sebagaimana hal ini dikuatkan oleh jumhur ulama ".
Allah Ta'ala berfirman :
فَالْمُغِيرَاتِ صُبْحًا
" Dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi ".
Yaitu mengadakan serangan di waktu pagi hari, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Beliau mengadakan perjalanan malam hari menuju tempat musuh dan melakukan serangan di waktu subuh; maka apabila beliau mendengar suara azan di kabilah yang akan diperanginya, beliau mengurungkan niatnya. Dan apabila beliau Shallallahu alaihi wa sallam tidak mendengar suara azan di kabilah tersebut, maka diperangilah kaum tersebut.
Sahabat Ibnu Mas’ud dan Aly radhiyallahu anhuma berkata : " Yaitu unta yang bergerak di pagi hari Nahr atau hari penyembelihan yaitu tanggal 10 Dzul Hijjah, dari Minna menuju tempat pelemparan jumroh dan sunnah nya tidak melakukan nya kecuali di pagi hari.
Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata :
قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا يَعْدِلُ الْجِهَادَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ ؟ قَالَ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». قَالَ : فَأَعَادُوْا عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا . كُلُّ ذَلِكَ يَقُوْلُ : « لَا تَسْتَطِيْعُوْنَهُ ». وَقَالَ فِيْ الثَّالِثَةِ : « مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ الْقَانِتِ بِآيَاتِ اللهِ . لَا يَفْتُرُ مِنْ صِيَامٍ وَلَا صَلَاةٍ حَتَّى يَرْجِعَ الْمُجَاهِدُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى » .
Dikatakan kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam: "Amalan apa yang setara dengan jihad fii sabiilillah?", Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata: “Kalian tidak bisa mengerjakan amalan yang setara dengan jihad.” Para shahabat mengulangi pertanyaan tersebut dua kali atau tiga kali, dan Nabi tetap menjawab: “Kalian tidak bisa mengerjakan amalan yang setara dengan jihad.” Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda pada kali yang ketiga: “Perumpamaan orang yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang yang berpuasa, sholat, dan khusyu’ dengan membaca ayat-ayat Allah. Dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya sampai orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala itu kembali.” ( HR. Muslim )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
… رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْـجِهَادُ فِـي سَبِيْلِ اللهِ.
“… Pokoknya perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fii sabiilillaah.” ( HR Ahmad dan At-Tirmidzi )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِيْ كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ.
“Orang yang menjaga di tapal batas dalam jihad sehari semalam lebih baik dari puasa dan shalat malam selama sebulan. Dan jika ia mati, maka mengalirlah pahala amal yang biasa ia kerjakan, diberikan rizkinya, dan dia dilindungi dari siksa kubur dan fitnahnya.” ( HR. Muslim )
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
عَلَيْكُمْ بِالْجِهَادِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ –تَبَارَكَ وَتَعَالَى-، فَإِنَّ الْـجِهَادَ فِـيْ سَبِيْلِ اللهِ بَابٌ مِنْ أَبْوَابِ الْـجَنَّةِ ، يُذْهِبُ اللهُ بِهِ مِنَ الْهَمِّ وَالْغَمِّ.
“Wajib atas kalian berjihad di jalan Allah Tabaaraka wa Ta’ala, karena sesungguhnya jihad di jalan Allah itu merupakan salah satu pintu dari pintu-pintu Surga, Allah akan menghilangkan dengannya dari kesedihan dan kesusahan.” ( HR. Al-Hakim )
Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma berkata :
إِنَّ أَفْضَلَ الْعَمَلِ بَعْدَ الصَّلَاةِ اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى.
“Sesungguhnya seutama-utama amal sesudah shalat adalah jihad di jalan Allah Ta’ala.” ( HR Ahmad )
Allah Ta'ala berfirman :
فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا
" Maka ia menerbangkan debu ".
Maksudnya, debu di tempat kuda-kuda mereka sedang beraksi di kancah peperangan.
Allah Ta'ala berfirman :
فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا
"Dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh".
Yakni kuda-kuda tersebut berada di tengah-tengah kancah peperangan mecerai beraikan barisan musuh.
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ الإنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ
"Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya".
Inilah jawaban dari sumpah sumpah diatas, dengan pengertian bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.
Maksud " Manusia " dalam ayat ini adalah manusia secara umum, mereka memiliki tabiat kufur terhadap nikmat dan karunia Allah Ta'ala, kecuali mereka yang diselamatkan oleh Allah Ta'ala.
Sebagian Ahli Tafsir mengatakan bahwa maksud " Manusia " dalam ayat ini adalah mereka orang-orang kafir tertentu, sebagaimana diriwayatkan oleh Sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma bahwa ayat ini turun kepada Qurth ibnu Abdillah ibnu Amrin ibnu Naufal Al-Qurosy, sebagaimana tercantum ayat berikutnya :
أَفَلا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ
"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur? ".
Bahwa hal semacam ini tidak pantas terjadi kecuali kepada orang kafir.
Al-Imam Al-Hasan Al-Basyri rahimahullah mengatakan bahwa al-kanud artinya orang yang mengingat-ingat musibah dan melupakan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadanya.
Al-Imam Abu Bakar Al-Wa'shity rahimahullah berkata : " Arti al-kanud adalah menggunakan nikmat nikmat Allah Ta'ala untuk kemaksiatan ".
Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah berkata : " al-kanud adalah orang-orang yang hanya sekedar melihat kenikmatan namun melupakan kepada Dzat Yang Memberikan Nikmat ".
Al-Imam Abu Ja'far ibnu Al-Zubair rahimahullah berkata : " Allah Ta'ala bersumpah tentang keadaan manusia bahwa manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya, yaitu sangat bakhil terhadap apa yang mereka miliki dari harta, seakan-akan tidak akan dihisab harta mereka, dari mana ia dapat dan digunakan untuk apa , seperti tidak pernah mendengar firman Allah Ta'ala :
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُۥ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ ﴿٨﴾
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya."
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula."
(Q.S. Al-Zalzalah : 7-8 )
Allah Ta'ala berfirman :
وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ
"Dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya".
Al-Imam Burhanuddin Al-Biqo'i rahimahullah berkata : " Tatkala para manusia melakukan kezaliman merupakan suatu perkara yang mengherankan, namun ketika waktu yang sama mereka bersaksi atas perbuatan zalim tersebut, maka ini merupakan sesuatu yang lebih mengherankan lagi.
Yaitu, mereka bersaksi dan menetapkan bahwa seluruh kenikmatan dan kebaikan adalah datang dari Allah Ta'ala semata, dan mereka bersaksi bahwa Tuhan mereka melarang dari perbuatan kufur serta tidak pernah ada perintah dari Tuhannya untuk melakukan kekufuran, sehingga tidak pantas bagi orang yang berakal untuk melakukan sesuatu yang mendatangkan murka dan siksa Tuhannya " .
Allah Ta'ala berfirman :
ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ ﴿٦٥﴾
"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan." (Q.S. Yaasiin :65)
Allah Ta'ala berfirman :
حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَٰرُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿٢٠﴾ وَقَالُوا۟ لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدتُّمْ عَلَيْنَا ۖ قَالُوٓا۟ أَنطَقَنَا ٱللَّهُ ٱلَّذِىٓ أَنطَقَ كُلَّ شَىْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ﴿٢١﴾
وَمَا كُنتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَن يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَآ أَبْصَٰرُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِن ظَنَنتُمْ أَنَّ ٱللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِّمَّا تَعْمَلُونَ ﴿٢٢﴾
"Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan."
"Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dialah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan"."
"Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Fushilat : 20-22)
Al-Imam Al-Qurthuby rahimahullah berkata : " Sesungguhnya Allah Ta'ala terhadap segala perbuatan anak cucu Adam Maha Mengetahui dan Menyaksikan ", sebagaimana hal ini diriwayatkan dari Al-Imam Mujahid dari Sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallohu anhuma.
Allah Ta'ala berfirman :
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
"Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta".
Al-Imam Burhanuddin Al-Biqo'i rahimahullah berkata : " Dalam ayat ini disebutkan sebab dan alasan yang menjadikan para manusia ingkar tidak berterimakasih kepada Tuhannya, serta bakhil atas limpahan nikmat karunia yaitu kecintaan yang sangat besar terhadap harta yang merupakan kesenangan dunia yang sementara lagi fana yang berakibat melalaikan dari ber khidmat kepada Allah Ta'ala, dimana seyogyanya seorang hamba tatkala diberikan limpahan karunia dan harta membawanya untuk bersyukur dan meningkatkan penghambaan diri kepada Allah Ta'ala hingga mendatangkan ridho ilahi dan kenikmatan tersebut akan selalu bertambah ".
Allah Ta'ala berfirman :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ ﴿١٤﴾ ۞ قُلْ أَؤُنَبِّئُكُم بِخَيْرٍ مِّن ذَٰلِكُمْ ۚ لِلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَرِضْوَٰنٌ مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِٱلْعِبَادِ ﴿١٥﴾
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."
"Katakanlah: "Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?". Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai; mereka kekal didalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya."
(Q.S. Ali-Imran :14-15)
Tatkala harta merupakan kesenangan yang menipu, sehingga orang-orang yang berakal seyogyanya tidak bergantung hatinya kepada nya, terlebih mengutamakan cinta harta yang mengakibatkan berkorban akhirat yang kekal abadi, maka dalam ayat berikut nya diberikan ancaman yang keras dalam Firman-Nya :
أَفَلا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ
"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur? ".
Maksudnya, dikeluarkan orang-orang yang telah mati dari dalam kuburnya.
Allah Ta'ala berfirman :
وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ ٱلْأَجْدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يَنسِلُونَ ﴿٥١﴾قَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ ﴿٥٢﴾
"Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka."
"Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya)." (Q.S. Yasiin : 51-52)
Allah Ta'ala berfirman :
وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَن فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا مَن شَآءَ ٱللَّهُ ۖ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ ﴿٦٨﴾
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)." (Q.S. Az-Zumar :68)
Allah Ta'ala berfirman :
مَّا خَلْقُكُمْ وَلَا بَعْثُكُمْ إِلَّا كَنَفْسٍ وَٰحِدَةٍ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ ﴿٢٨﴾
"Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
(Q.S. Luqman :28)
Allah Ta'ala berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِن كُنتُمْ فِى رَيْبٍ مِّنَ ٱلْبَعْثِ فَإِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن تُرَابٍ ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْ ۚ وَنُقِرُّ فِى ٱلْأَرْحَامِ مَا نَشَآءُ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوٓا۟ أَشُدَّكُمْ ۖ وَمِنكُم مَّن يُتَوَفَّىٰ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرْذَلِ ٱلْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔا ۚ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنۢبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍ ﴿٥﴾ ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّهُۥ يُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَأَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ ﴿٦﴾
وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِى ٱلْقُبُورِ ﴿٧﴾
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah."
"Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu,"
"Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur." (Q.S. Al-Hajj : 5-7)
Tatkala urusan cinta harta tersembunyi di dalam dada, tidak seorangpun mengetahuinya kecuali Dzat Yang Maha Mengetahui Rahasia, dan hari kebangkitan termasuk perkara rahasia yang hanya Allah Ta'ala semata yang mengetahui kapan terjadinya, maka dalam ayat selanjutnya Allah Ta'ala mengabarkan di hari tersebut akan di ungkap segala rahasia yang terpendamdalam hati para manusia untuk di hisab dan di timbang amalan mereka sehingga mendapatkan balasan yang setimpal.
Allah Ta'ala berfirman :
وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ
"Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada".
Yaitu dari perkara kebaikan dan keburukan yang tersembunyi dalam niat manusia, sehingga dalam ayat ini menunjukkan bahwa niat tersembunyi manusia akan di hisab sebagaimana amalan lahirlah yang nampak oleh pandangan manusia yang tercatat rapi oleh para malaikat.
Dalam ayat diatas disebutkan khusus apa yang terkandung dalam dada dari amalan hati, dikarenakan amalan lahirlah senantiasa mengikuti amalan hati dan jika bukan karena gerakan dan kehendak hati, niscaya tidak akan muncul suatu amalan.
Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hafsin Umar bin Al-Khattab radhiyallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ
"Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka".
Yaitu Allah Ta'ala merupakan Dzat Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui lagi Maha Meliputi para makhluk Nya, segala yang nampak atau tersembunyi, yang dhohir atau bathin, yang baik atau buruk, dan Allah Ta'ala akan memberikan balasan dari setiap perbuatan, hingga akhirnya para manusia mendapatkan surga atau neraka.