Asy Syaikh
Abdurrozaq Al Badr hafidzahullah
Banyak dijumpai
pada majlis para manusia pada akhir-akhir ini pembicaraan tentang suatu
penyakit yang meresahkan dan menakutkan dari tersebarnya wabah ini, antara
canda dan nasehat serta banyak motif niat mereka dalam memperbincangkan akan
hal ini.
Yang menjadi
kewajiban bagi seorang muslim pada setiap keadaan dan waktu, termasuk tatkala
munculnya suatu kejadian dan musibah hendaknya ia bertakwa dan berpegang teguh kepada
Allah Ta’ala, dan sebaiknya niatan dalam berbicara, berdiskusi untuk menanggulangi
akar masalah sesuatu hendaknya dibangun di atas asas yang syar’i, pondasi yang
dilandasi diatas khouf (rasa takut) kepada Allah Ta’ala dan muroqobah(pengawasan)
-Nya.
Di sini ada
enam point yang berkaitan tentang kejadian ini, yang akan memberikan gambaran
bagi kehidupan manusia di hari-hari yang dirasa amat penting ini:
1. Kewajiban bagi seorang muslim hendaknya dalam
segala keadaannya berpegang teguh kepada Allah Ta’ala, bertawakal, berkeyakinan
bahwa segala perkara semuanya di atas kuasa Allah, sebagaimana difirmankan,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ
إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa
seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah
niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS.At-Taghabun: 11)
Segala urusan berada pada gengaman tangan Allah
semata, sesuai pengaturan dan penakdiran-Nya, jika Allah berkehendak pasti
terjadi, dan apapun yang tidak dikehendaki Nya tidak akan pernah terjadi, tiada
sesuatu penjagaan kecuali hanya datang dari Allah semata, sebagaimana
difirmankan,
قُلْ مَن ذَا الَّذِي
يَعْصِمُكُم مِّنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءاً أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً
وَلَا يَجِدُونَ لَهُم مِّن دُونِ اللَّهِ وَلِيّاً وَلَا نَصِيراً
“Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi
kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki
rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi
mereka pelindung dan penolong selain Allah”. (QS Al-Ahzab: 17
Allah berfirman,
قُلْ أَفَرَأَيْتُم
مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ
ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ
اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan
kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka
dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku".
Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.” (QS Az-Zumar: 38)
Allah berfirman,
مَا يَفْتَحِ اللَّهُ
لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ
مِن بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia
berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja
yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya
sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.Faathir:
2)
Di dalam hadist, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ”Ketahuilah jika sekiranya umat ini berkumpul untuk memberikan sesuatu
manfaat, maka tidak akan membawa kepadamu sesuatu manfaat kecuali bila telah
Allah tuliskan bagimu, demikian pula sekiranya umat ini berkumpul untuk
memberikan mudhorot, maka tidak akan sampai padamu sesuatu mudhorot kecuali apa
yang telah Allah tuliskan untukmu, telah terangkat pena, dan telah kering
lembaran takdir “.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Allah
telah menuliskan takdir para makhluk hidup semua sebelum diciptanya langit dan
bumi sebelum lima puluh ribu tahun“.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya
pertama kali yang Allah ciptakan adalah sebuah pena, dan Allah perintahkan agar
menulis, maka ia berkata, ‘Apa yang aku tulis?’, maka Allah perintahkan, ”Tulis
takdir segala sesuatu hingga tegak hari kiamat“.
Maka sepantasnya seorang muslim agar menyerahkan
segala urusannya kepada Allah Ta’ala, dengan rasa berharap, bersandar,
bertawakal, dan tidak mencari kesembuhan, keselamatan, kesehatan kecuali hanya
kepada Allah Tabaroka Wa Ta’ala, sebagaimana difirmankan,
وَمَن يَعْتَصِم بِاللّهِ
فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama)
Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.
(QS Al Imran: 101)
2. Wajib bagi setiap
muslim agar menjaga hak-hak Allah Ta’ala, dengan mengerjakan ketaatan,
menjalankan perintah dan menjauhi larangan, sebagaimana wasiat Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas, ”Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu, jagalah Allah, niscaya engkau jumpai pertolongan Allah ada di hadapanmu”.
Maka menjaga perintah-perintah Allah dengan
megerjakan ketaatan dan menjauhi larangan akan menjadi sebab keselamatan dan
penjagaan Allah di dunia dan akhirat, dan sekiranya ia mendapat musibah atau
petaka, maka itu tidak menjadikannya kecuali semakin tinggi derajatnya di sisi
Allah, sebagaimana disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Mengherankan
perkara seorang mukmin, setiap urusannya pasti suatu kebaikan baginya, dan hal
itu tidak akan terjadi kecuali hanya kepada orang mukmin, jika ia mendapat
sesuatu yang menyenangkan dan ia bersyukur, maka ini kebaikan untuknya, dan
jika ia ditimpa sesuatu petaka dan ia sabar, maka ini kebaikan baginya“.
Maka bagi seorang yang mukmin, segala apa yang
menimpa dirinya dari sesuatu yang menyenangkan maupun petaka adalah suatu
kebaikan baginya dan akan mengantarkan kepada kebaikan, dan itu tidak akan terjadi
kecuali hanya kepada seorang yang beriman.
3. Sesungguhnya
syariat islam datang dengan memberikan anjuran agar berusaha dan menggapai
sebab-sebab dan upaya untuk mengobati penyakit, daengan mencari obat dan
penawar hal ini tidak berlawanan dengan sifat tawakal kepada Allah Ta’ala.
Pengobatan yang dijumpai dalam syariat islam
mencakup dua unsur, pengobatan yang bersifat pencegahan sebelum datangnya suatu
penyakit, dan pengobatan yang bersifat penyembuahan tatkala terkena suatu
penyakit, dan keduanya dianjurkan dalam syariat islam.
Disana pula terdapat pondasi-pondasi penyembuhan
dan penanggulangan, dan pondasi pengobatan sehingga seorang muslim dapat
menggapai keselamatan dan kesembuhan baik di dunia dan akhirat.
Dan barang siapa menelaah kitab “Tibbun Nabawy”, karangan ‘Allamah Ibnul Qoyyim
rahimahullahu, niscaya akan menjumpai sesuatu yang sangat mengherankan dari
syariat islam dan apa yang shohih dari apa yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Diantara pengobatan pencegahan adalah sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Barang siapa yang di pagi hari ia memakan tuju korma ‘ajwah,
maka ia tidak akan terganggu pada hari itu oleh racun dan sihir”.
Diriwayatkan oleh Utsman Ibnu Affan radhiyallahu’anhu
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seorang hamba
mengucapkan di setiap pagi dan setiap sore, “BISMILLAHILLADZI LA YADHURRU MA’ASMIHI
SYAI’UN FIL ARDHI WALAA FISSAMAA’I WAHUWAS SAMI’UL ‘ALIM” tiga kali maka
tidak akan membahayakan pada dirinya suatu apapun”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang
siapa membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqoroh pada suatu malam, niscaya
ia akan terbebas“. Yaitu ia terbebas dari setiap keburukan dan kejelekan dan
kejahatan.
Dari sahabat Abdullah ibnu Hubaib radhiyallahu’anhu
ia berkata, ”Pada suatu malam disaat hujan lebat lagi gelap gulita kami keluar
rumah mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar sholat dengan kami,
maka kamipun menjumpainya, maka beliau berkata, ”Katakan!”, maka aku tidak
mengatakan sesuatu, kemudian beliau berkata, ”Katakan!”, maka aku tidak
mengatakan sesuatu, kemudian beliau berkata lagi, “Katakan!”, maka aku
bertanya, “Apa yang harus kukatakan?”, maka beliau bersabda, ”Katakan: QUL HUWALLAHU
AHAD, dan MUAWWIDZATAIN (Al-Falaq dan An-Nas) di kala pagi dan petang tiga
kali, niscaya akan menjagamu dari segala sesuatu”.
Dari hadist Abdullah ibnu Umar radhiyallahu’anhuma
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya agar jangan sampai
lupa berdoa pagi dan petang dengan doa ini, ”ALLAHUMMA INNI AS’ALUKAL ‘AFIYATA
FID DUNYA WAL AKHIROTA, ALLAHUMMA AS’ALUKAL ‘AFWA WAL ‘AFIYATA FID DIINY WAD DUNYAYA
WA AHLI WA MAALI, ALLAHUMMA USTUR ‘AUROOTI WA ‘AMIN ROU’ATI, ALLAHUMMA IHFADZNI MIN BAINI
YADAIYA WA MIN KHOLFI WA ‘AN YAMINI WA ‘AN SYIMALI WA MIN FAUKI WA ‘AUDZU BI ‘ADHOMATIKA ‘AN UGHTALA
MIN TAHTI“. Dalam do’a ini terkandung permohonan perlindungan
secara sempurna dari berbagai sisi.
Adapun dalam pengobatan penyembuhan, telah banyak dijumpai petuah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan petunjuk yang beraneka ragam yang terdapat dalam
sunnah-sunnah yang panjang, tidak memungkinkan untuk diulas disini, sebagai
isyarat bisa kaliyan telaah kitaab “Za’dul Ma’ad”, karya Ibnul Qoyim.
4. Kewajiban bagi
seorang muslim agar tidak mudah hanyut dan terlena dengan kabar-kabar dusta,
karena sebagian manusia dalam situasi seperti ini menyebarkan sesuatu yang
tidak memiliki sandaran kebenaran dan kenyataan yang menimbulkan keributan, keresahan
dan kekawatiran yang tidak mendasar wujudnya. Maka sebaiknya seorang muslim
tidak hanyut dan terlena dengan kabar burung yang tak berujung, akan tetapi
menepisnya dengan kesempurnaan iman, yakin, tawakal kepada Robb Ta’ala.
5. Sesungguhnya musibah
dan petaka yang menimpa seorang muslim baik kepada dirinya, keluarganya,
anaknya, hartanya, perdagangannya, dan semisalnya, jika ia menerimanya dengan
lapang dada, sabar, mencari pahala Allah, niscaya akan menambahnya ketinggian
derajat di sisi Allah Ta’ala sebagaimana difirmankan,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ
مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ , الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم
مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ . أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ
صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,
dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna
lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" . Mereka itulah yang mendapat
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS Al Baqoroh: 155-157).
Allah ta’ala memberikan ujian pada hamba agar mendengarkan
keluhan, doa, permohonan, sabar, ridho, terhadap putusan-Nya dari para hamba. Maka
Allah melihat hambanya tatkala memberikan cobaan agar diketahui diantara mereka
mana yang khiyanat diantara mata-mata mereka dan apa yang tersembunyi dalam
dada, sehingga memberikan balasan pada setiap hamba sesuai apa yang ia niatkan,
maka sebaiknya tatkala mendapat musibah hendaknya ia meniatkan agar mendapat
pahala Allah, dan menyambutnya dengan penuh kelapangan dan kesabaran hingga
meraih pahala orang yang bersabar, dan jika ia diberikan ‘afiyah hendaknya
memuji Allah hingga mendapat pahala orang yang bersyukur.
6. Sesungguhnya
musibah yang paling besar adalah musibah agama, yang ini merupakan ujian yang
paling besar di dunia dan akhirat, yang akan membawa kepada puncak kesengsaraan
yang tak berujung. Maka tatkala ia diberikan ujian pada tubuhnya , hartanya
hendaknya mengingat akan musibah agama ini, dan memuji Allah atas selamatnya
agamanya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam ‘Syuabul-Iman’,
dari Syuraih Al-Qo’dhi rahimahullah ia berkata, ”Sesungguhnya aku ditimpa
musibah dan aku memuji kepada Allah empat pujian, Aku memuji Allah atas ujian
yang tidak lebih besar dari yang menimpa ini, Aku memuji Allah tatkala aku
diberikan kesabaran atasnya, Aku memuji Allah karena diberikan taufik
mengucapkan kalimat Istirja’ hingga mengapai pahalanya, dan Aku memuji Allah
karena musibah yang menimpaku bukan musibah dalam agama”.
Dan aku memohon kepada Allah Ta’ala agar memberikan
kepada kita perlindungan dan penjagaan, dan mengaruniai kita ampunan dan
keselamatan dalam urusan agama serta
dunia, dalam keluarga kita dan harta kita, sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang
Maha Dekat Lagi Mendengar Lagi Mengijabahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar