Minggu, 16 November 2014

KEDUDUKAN AHLI ILMU

As-Syaikh Prof.DR. Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala.

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba ' du;

Tidak diragukan bagi setiap muslim senantiasa mengetahui kedudukan para Ulama yang mereka memiliki derajat yang tinggi dan agung dikarenakan mereka adalah para pemimpin dalam kebajikan, senantiasa dijadikan kudwah hasanah dalam perbuatan dan akhlak, senantiasa dijadikan rujukan pendapat dan para malaikat meredupkan dan menundukkan sayapnya karena ridho akan perbuatannya,  dan segala makhluk termasuk ikan-ikan di perairan senantiasa memohonkan ampunan kepada Allah Ta'ala, bahkan dengan ilmu yang mereka miliki menyebabkan kedudukan mereka melebihi derajat muttaqin al-abror hingga sangat tinggi kedudukan mereka.

Allah Ta'ala berfirman, " Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (QS Al-Mujadilah 11).

Allah Ta'ala berfirman, " Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ". (QS. Az-Zumar 9).

Al-Imam Abu Bakar Al-Ajjurry rahimahullah menerangkan tentang kedudukan Ulama berkata, " Mereka diberikan keutamaan diatas seluruh kaum mukminin dan hal ini terjadi sepanjang waktu dan zaman, mereka dilebihkan dikarenakan ilmu dan berhias dengan kelembutan, melalui perantara mereka dapat diketahui halal dan haram, kebenaran dan kebathilan, sesuatu yang manfaat dan mudhorot, baik dan buruk, keutamaan mereka agung, jasa mereka besar, mereka adalah pewaris para Nabi, penyejuk pandangan hati, ikan-ikan di lautan memintakan ampunan kepada Allah Ta'ala, para malaikat meletakkan sayapnya, mereka para ulama berdiri dibelakang para Nabi memberikan syafaat, majalis mereka dipenuhi dengan hikmah, perbuatan mereka mejadikan jera orang yang lalai, mereka lebih utama daripada seseorang yang ahli ibadah dan orang-orang yang zuhud, hidup nya mereka merupakan suatu keberuntungan, dan wafat nya mereka merupakan suatu musibah, senantiasa mengingatkan orang orang yang lalai, mengajari orang orang yang bodoh,...........Mereka adalah pelita bagi para hamba, cahaya bagi bangsa, tonggak bagi umat, mengalirkan mutiara hikmah, mereka dimuka bumi seolah bintang dilanggit, memberikan petunjuk ddi gelap nya malam ditegah lautan, sekiranya bintang tersebut tidak nampak niscaya menjadikan manusia tidak mampu melihat dan jika muncul menerangi kegelapan menjadikan segala sesuatu terlihat dengan jelas ".

Jika kedudukan para Ahli ilmu sedemikian tinggi, mulia dan agung nya, maka sesungguhnya wajib bagi selainnya agar menjaga kedudukan mereka, memporsikan dengan semestinya, sebagaimana telah dijelaskan di dalam hadist bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Bukanlah termasuk umatku, orang orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan kasih sayang terhadap orang yang lebih muda, dan tidak memporsikan ulama dengan hak hak mereka ". (HR. Ahmad).

Sepantasnya hak-hak para ahli ilmu agar dijaga dan dipelihara baik dalam keadaan hidup maupun setelah wafat nya dengan penuh penghormatan, pengagungan, kecintaan dan bersemangat untuk menimba dan mengambil fawaid dari mereka dengan penuh adab dan akhlak serta menjauhi sifat buruk kepada mereka dengan mencela dan meremehkan dan menjatuhkan kedudukan mereka, karena itu semua merupakan dosa yang terbesar dan keburukan yang sangat tercela.

Sesungguhnya para ulama merupakan pemim nakhoda bahtera keselamatan yang menghantarkan ke daratan yang aman dan sebagai pelita di gelap nya malam.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami ". (QS. As-Sajadah 24 ).

Mereka para ulama merupakan hujjah Allah dimuka bumi dan mereka merupakan orang yang paling mengetahui kebaikan dan maslahat bagi kaum muslimin dalam urusan dunia dan akhirat nya karena ilmu  yang mereka miliki.

Para ulama memahami ilmu secara rinci dan memberikan fatwa berdasarkan dengan nya, dan pandangan yang dalam mereka menetapkan segala permasalahan, dan tidak meyampaikan suatu hukum dengan serampangan dan membikin umat berpecah belah sebagai fitnah dan tidak melontarkan fatwa dengan tanpa analisis dan pandangan yang detail karena meremehkan atau berlebihan, dan tidak menyembunyikan kebenaran kepada para manusia, sehingga Allah Ta'ala perintahkan agar merujuk kepada para ulama ketika terjadi suatu permasalahan dan kejadian.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui ". (QS. An-Nahl 43).

Allah Ta'ala berfirman, " Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu) ". (QS. An-Nisa' 83).

Di dalam ayat mulia ini terdapat suatu adab bagi kaum mukminin bahwasanya apa bila terjadi suatu perkara yang genting dan urusan yang berkaitan dengan masyarakat secara umum yang bersangkutan dengan keamanan dan segala permasalahan yang mengkhawatirkan hendaknya mengembalikan kepada Rasul Sallallahu alaihi wa sallam ketika hidup dan kepada As-Sunnah tatkala sepeninggal nya dan merujuk kepada Ulil Amri di antara mereka dari kalangan para ulama yang mengetahui ilmunya yang senantiasa memberikan nasihat, berfikir dengan penuh kehati-hatian, membedakan mana maslahat dan mudhorot.

Maka barangsiapa yang merujuk kepada pendapat mereka niscaya akan selamat dan barang siapa yang meninggalkan nya akan mendapat mudhorot dan dosa.

Sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata, " Sesungguhnya akan muncul di akhir zaman suatu perkara yang samar, maka hendaknya kalian berhati-hati, sesungguhnya jika kalian menjadi pengikut suatu kebajikan niscaya lebih utama daripada menjadi seorang pemimpin didalam keburukan ".

Sesungguhnya termasuk alamat kesengsaraan seorang hamba adalah sikap menjauh dari para ulama dan tidak merujuk kepada fatwanya serta tidak mencurahkan perhatian kepada mereka, dan tatkala umat ini menjaga jarak dengan ulama maka niscaya menjadikan umat ini gersang ibarat berjalan di lembah gurun pasir tanpa petunjuk arah dan juru penyelamat yang dijadikan sebagai pemimpin kafilah bahkan justru akan menggiring kepada jurang kebinasaan dan kehancuran.

Sinkat kata, para ulama merupakan juru penyelamat dalam berdakwah kepada umat ini, memberikan penerangan, pencerahan dalam kehidupan umat manusia, sekiranya para manusia menjadikan orang-orang jahil sebagai pemimpin sehingga bertanya dan diberikan fatwa tanpa ilmu dan pemahaman niscaya bahtera umat ini akan tenggelam.

Sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata, " Hendaknya kalian menimba ilmu sebelum ilmu ini diangkat, diangkat dengan diwafatkan nya pemilik nya, hendaknya kalian mencari ilmu, sesungguhnya kalian tidak mengetahui kapan ia dibutuhkan disisinya, kalian akan menjumpai suatu kaum yang mereka mengira menyeru kepada kitab Allah Ta'ala padahal sungguh ia telah menyerukan untuk menjauhi kitab Allah di belakang punggung mereka, jauhilah perbuatan bid'ah dan sikap berlebih-lebihan dan kembali lah kepada Al-Kitab yang terdahulu (Al-Qur'an Al-Karim).

Marilah kita memohon kepada Allah Ta'ala dengan Nama-Nama Nya Yang Indah dan Sifat-Sifat Nya Yang Agung agar kita di berikan keberkahan pada Ulama-Ulama kita dan diberikan taufiq agar kita dapat mengambil manfaat serta menyusuri jejak-jejak mereka dan memberikan hidayah kepada kita semua kepada jalan yang lurus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar