Kamis, 02 Januari 2025

BUKTI CINTA KEPADA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM



BUKTI KECINTAAN KEPADA NABI 


Oleh: Prof.DR. Abdurrazzaq Al Bad'r Hafizhahullah Ta’ala. 



Segala puji bagi Allah; kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan kepada-Nya, dan bertobat kepada-Nya. 
Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. 
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. 
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, pilihan-Nya, kekasih-Nya, dan terpercaya dalam wahyu-Nya, yang menyampaikan syariat-Nya kepada umat manusia; 
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, keluarga, dan sahabatnya.

Amma ba'du,
 wahai kaum mukminin,
 hamba-hamba Allah:
 Bertakwalah kepada Allah, karena barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan melindunginya dan menunjukkan kepadanya jalan yang terbaik dalam urusan agama dan dunia.

Wahai hamba-hamba Allah,
 salah satu nikmat terbesar Allah atas hamba-hamba-Nya adalah Dia mengutus rasul-Nya, yaitu Muhammad bin Abdullah - semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau - yang dipilih, diangkat, dan disucikan oleh Allah untuk menjadi rasul bagi umat manusia dan rahmat bagi seluruh alam semesta. 
Allah melapangkan dadanya, mengangkat namanya, dan menjadikan kehinaan serta kerendahan bagi siapa saja yang menentang perintah-Nya.


Wahai hamba-hamba Allah, 
Allah telah mewajibkan atas hamba-hamba-Nya untuk mencintai Rasulullah ﷺ dan menjadikannya sebagai kewajiban bagi mereka. 
Cinta kepada Rasulullah ﷺ adalah bagian dari cinta kepada Allah, dan ketaatan kepada Rasulullah ﷺ merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah. 
Banyak dalil dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang menunjukkan kewajiban mencintai Rasulullah ﷺ, beserta penjelasan tentang dampak positif dan balasan yang baik bagi para pencinta Rasulullah ﷺ, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah mengutus Rasulullah ﷺ sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, serta sebagai penyeru kepada Allah dengan izin-Nya, dan sebagai pelita yang menerangi. 

Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku telah meninggalkan kalian di atas jalan yang putih bersih, malamnya seperti siangnya, tidak ada yang menyimpang darinya kecuali ia binasa." (HR. Ahmad dan lainnya)

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga aku lebih dicintai daripada dirinya sendiri, anak-anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Umar bin Khattab رضي الله عنه, ia berkata:
*"Wahai Rasulullah, demi Allah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri." Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak, wahai Umar, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri.” Umar berkata: “Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Sekarang (keimananmu) telah sempurna, wahai Umar.” (HR. Bukhari)

Diriwayatkan dari Anas رضي الله عنه, seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah ﷺ:
*"Kapankah hari kiamat terjadi, wahai Rasulullah?" Rasulullah ﷺ bertanya: “Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?” Lelaki itu menjawab: “Tidak banyak dari amal salat, puasa, atau sedekah, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah ﷺ bersabda: “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa cinta kepada Rasulullah ﷺ adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah, dan menjadi sebab utama bagi seorang hamba untuk mendapatkan kebersamaan dengan Rasulullah ﷺ di akhirat kelak.


Anas رضي الله عنه berkata: "Maka tidak ada hal yang lebih membahagiakan kami setelah Islam selain mendengar sabda Nabi ﷺ: 'Engkau akan bersama orang yang engkau cintai.'” Anas melanjutkan: "Aku mencintai Nabi ﷺ, Abu Bakar, dan Umar. Aku berharap bisa bersama mereka karena cintaku kepada mereka, meskipun aku tidak mampu beramal seperti amalan mereka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Wahai hamba-hamba Allah, hadis-hadis yang berbicara tentang kecintaan kepada Rasulullah ﷺ sangat banyak. 
Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi setiap Muslim dan Mukmin untuk mencintai Nabi ﷺ lebih dari dirinya sendiri, orang tuanya, anak-anaknya, dan seluruh manusia. Bagaimana mungkin tidak,

 sedangkan Allah berfirman:
"Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri."
(QS. Al-Ahzab: 6).

Dengan demikian, wajib bagi setiap orang untuk menjadikan kecintaannya kepada Nabi ﷺ lebih besar daripada cintanya kepada dirinya sendiri, sebagaimana yang dituntut oleh ayat ini.

Wahai hamba-hamba Allah, 
di sini muncul pertanyaan besar: Bagaimana kita menunjukkan cinta kita kepada Nabi ﷺ? 
Atau dengan kata lain, apa tanda-tanda cinta sejati kepada Nabi ﷺ?

Wahai hamba Allah,
cara yang paling utama dan terpenting untuk menunjukkan cinta kita kepada Nabi ﷺ adalah dengan menjadi pengikutnya yang setia, meneladani petunjuknya, mengikuti sunnahnya, dan berpegang teguh pada ajaran yang dibawanya. 
Inilah tanda nyata dan bukti sejati cinta kepada Rasulullah ﷺ. 

Allah berfirman dalam kitab-Nya:
"Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’"
(QS. Ali Imran: 31)

Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata:
"Ayat yang mulia ini menjadi hakim atas siapa saja yang mengaku mencintai Allah tetapi tidak mengikuti ajaran Muhammad. Dia berdusta dalam klaimnya itu hingga dia mengikuti syariat dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ."


Para ulama berkata tentang ayat ini bahwa ia adalah "ayat ujian," yang artinya bahwa siapa saja yang mengaku mencintai Allah dan Rasul-Nya ﷺ hendaknya mengukur dirinya berdasarkan ayat ini. Jika ia benar-benar mengikuti Rasulullah ﷺ dengan jujur, maka itulah tanda paling jelas dan bukti nyata cinta sejati kepada Rasulullah ﷺ.

Namun, terdapat banyak hadis yang memperingatkan tentang bid’ah dalam agama sebagai upaya untuk menutup pintu bagi berbagai bentuk cinta palsu dan klaim yang salah yang digunakan oleh sebagian orang untuk menunjukkan cinta kepada Nabi ﷺ dengan cara yang tidak sesuai. Oleh sebab itu, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa melakukan suatu amal yang tidak ada dalam perintah kami, maka amal itu tertolak."
(HR. Muslim dan Bukhari)

Wahai hamba Allah, 
di antara tanda-tanda cinta sejati kepada Nabi ﷺ adalah penghormatan dan kesopanan terhadapnya, sebagaimana Allah berfirman:
"Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain)."
(QS. An-Nur: 63)

Juga, Allah berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi."
(QS. Al-Hujurat: 2)

Ayat-ayat ini menegaskan kewajiban umat untuk menghormati Nabi ﷺ, mengetahui kedudukan dan kemuliaannya, serta memberikan penghormatan yang layak baginya dengan hati, ucapan, dan perbuatan.

1. Penghormatan dengan hati: mencintainya ﷺ dengan sepenuh hati.


2. Penghormatan dengan lisan: memujinya ﷺ sebagaimana mestinya, tanpa berlebihan atau kekurangan.


3. Penghormatan dengan perbuatan: mengikuti sunnahnya dengan penuh semangat dan meneladaninya secara sempurna.



Allah berfirman:
"Katakanlah (Muhammad), ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’"
(QS. Ali Imran: 31)

Imam Ibnu Qayyim رحمه الله berkata:
"Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa ada kaum yang mengaku mencintai Allah, lalu Allah menurunkan ayat ini sebagai ujian cinta: ‘Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku.’”
(Madarij As-Salikin, 3/22)

Rasulullah ﷺ juga bersabda:
"Barang siapa mengada-adakan sesuatu dalam urusan (agama) kami ini yang tidak berasal darinya, maka amal itu tertolak."
(HR. Muslim dan Bukhari)


Di antara tanda-tanda cinta dan kesempurnaannya adalah banyaknya mengingat Nabi ﷺ serta keinginan yang besar untuk melihatnya. 
Dalam Shahih Muslim disebutkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Ada sekelompok orang dari umatku yang sangat mencintaiku, mereka ingin sekali melihatku, walaupun harus menebusnya dengan keluarga dan harta mereka."
(HR. Muslim)

Sebagian sahabat juga berkata:
"Besok kita akan bertemu Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya."
(HR. Ahmad, Ibn Hibban, dan dinilai sahih oleh Al-Albani)

Tanda lain dari cinta kepada Nabi ﷺ adalah sering mengucapkan salawat dan salam kepadanya, terutama ketika nama beliau disebutkan. 
Hal ini juga sangat dianjurkan pada hari Jumat. Nabi ﷺ bersabda:
"Perbanyaklah salawat kepadaku pada hari Jumat."
(HR. Ibnu Majah, hadis hasan)

Imam Asy-Syafi’i رحمه الله berkata:
"Aku menyukai memperbanyak salawat kepada Nabi ﷺ dalam setiap keadaan, dan pada hari Jumat serta malamnya, hal itu lebih sangat dianjurkan."
(Al-Umm)

Wahai hamba Allah, di antara tanda cinta kepada Nabi ﷺ adalah mencintai Ahlul Bait-nya yang suci, istri-istrinya yang mulia, dan para sahabatnya yang penuh cahaya.

 Allah ﷻ berfirman:
"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka."
(QS. Al-Ahzab: 6)

Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:
"Ingatlah, Aku meninggalkan di tengah-tengah kalian Ahlul Baitku."
(HR. Muslim)

Dalam Shahih Bukhari, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar رضي الله عنهما bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq رضي الله عنه berkata:
"Jagalah hak Nabi ﷺ dengan baik dalam (memperlakukan) keluarganya."
(HR. Bukhari)

Semua ini adalah tanda cinta yang tulus kepada Rasulullah ﷺ yang harus diwujudkan dengan mengikuti sunnahnya, menghormati keluarganya, serta mencintai orang-orang yang beliau cintai.


Dalam kitab Ash-Shahihain disebutkan dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:
"Terimalah Ahlul Baitku dengan baik."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam Ash-Shahihain juga disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelah mereka, kemudian generasi setelah mereka."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Sa’id Al-Khudri رضي الله عنه, Nabi ﷺ bersabda:
"Janganlah kalian mencela sahabatku. Demi Allah, jika salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, niscaya itu tidak akan menyamai (pahala) satu mud (infak) mereka, bahkan tidak setengahnya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Di antara tanda cinta kepada Nabi ﷺ adalah mencintai sunnahnya, mencintai orang-orang yang berpegang teguh pada sunnahnya, dan mencintai para pendakwah sunnah, yaitu mereka yang menyeru kepada kebenaran dan petunjuk atas dasar ilmu dan cahaya dari Allah. 

Dalam hadis sahih dari Abdullah bin Mas'ud رضي الله عنه disebutkan:
"Seorang lelaki datang kepada Rasulullah ﷺ dan bertanya: 
Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum, tetapi ia belum bisa bergabung dengan mereka? 
Rasulullah ﷺ menjawab: 'Seseorang itu akan bersama dengan siapa yang ia cintai.'”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Wahai hamba Allah, inilah beberapa tanda yang jelas dan bukti yang nyata atas cinta yang tulus kepada Rasulullah ﷺ. 
Kita memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang tinggi, serta dengan rahmat dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu, agar Dia menjadikan kita termasuk orang-orang yang benar-benar mencintai Rasulullah ﷺ, dan menjadi pengikut setianya.

Kita juga memohon kepada-Nya agar mengumpulkan kita dalam kelompok beliau, di bawah panji beliau, dan menggabungkan kita bersama beliau di surga yang penuh kenikmatan.

Aku sampaikan perkataan ini, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian serta untuk seluruh kaum Muslimin atas segala dosa. Maka mohonlah ampun kepada-Nya.




Khutbah Kedua:

Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Agung dalam kebaikan, Maha Luas dalam anugerah, kemurahan, dan kasih sayang. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. 
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. 
Semoga shalawat dan salam tercurah kepada beliau, keluarga, dan seluruh sahabatnya. 
Amma ba’du: 
wahai hamba-hamba Allah, 
bertakwalah kalian kepada Allah Ta’ala.

Wahai hamba-hamba Allah:

Di tengah zaman keterasingan agama dan minimnya pengetahuan tentang petunjuk Nabi para utusan, Muhammad ﷺ, muncul fenomena aneh di kalangan sebagian orang. 
Mereka mengadakan perkara-perkara baru yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Sebagian dari mereka menjadikan hari kelahiran Nabi ﷺ sebagai hari raya. Sebagian lagi menjadikan hari hijrah beliau ke Madinah, atau malam Isra’ dan Mi’raj, sebagai perayaan atau musim khusus.

Pada hari-hari ini, mereka berkumpul untuk membaca puisi, melantunkan pujian, dan menyanyikan syair-syair dengan tujuan menampakkan cinta mereka kepada Nabi ﷺ. Meski tujuan ini – yaitu mencintai Nabi ﷺ – adalah niat yang baik, namun menampakkan kecintaan kepada beliau seharusnya dilakukan dengan cara yang telah dicontohkan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, para sahabat lainnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga Hari Kiamat.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz (رحمه الله) berkata:
"Bid’ah seperti perayaan maulid, pembangunan kubah di atas makam, menjadikan masjid di atasnya, atau shalat Raghaib, semuanya adalah bid’ah. Begitu juga perayaan malam Isra’ dan Mi’raj, yang sebagian orang menetapkannya pada tanggal 27 Rajab, adalah bid’ah yang tidak memiliki dasar. 
Sebagian orang juga merayakan malam Nisfu Sya’ban dengan berbagai ibadah khusus, seperti menghidupkan malamnya atau berpuasa di siangnya, dengan menganggap hal itu sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah. 
Namun semua ini tidak memiliki dasar syar’i, dan hadits-hadits tentangnya tidak shahih. Bahkan hal ini termasuk bid’ah.”
(Majmu’ Fatawa Ibn Baz)


Wahai hamba-hamba Allah:

Para sahabat – semoga Allah meridhai mereka – tidak ada seorang pun dari mereka yang melakukan hal-hal seperti ini (perayaan atau ibadah yang diada-adakan). Jauh dari mereka untuk melakukan hal semacam itu, karena kecintaan mereka kepada Nabi ﷺ tidak diwujudkan dengan mengada-adakan perkara baru atau menciptakan hal-hal yang tidak dicontohkan. Sebaliknya, mereka menampakkan cinta kepada Nabi ﷺ dengan cara meneladani beliau dan mengikuti petunjuknya.

Oleh karena itu, wajib bagi kita semua untuk menampakkan cinta kita kepada Rasulullah ﷺ dengan cara mengikuti jejak para sahabat yang mulia dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Orang yang cerdas di antara hamba-hamba Allah adalah orang yang memegang teguh sunnah, mengikuti jejak orang-orang pilihan, yakni para sahabat yang mulia dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. 
Ia juga adalah orang yang berhati-hati sebaik mungkin dari perkara-perkara baru (dalam agama) dan amalan-amalan yang diada-adakan, yang tidak pernah Allah turunkan sebagai syariat.

Amalan-amalan tersebut tidak memiliki landasan apa pun dalam Kitab Allah maupun Sunnah Nabi-Nya ﷺ, dan tidak ada dalil atau bukti yang mendukungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar