Kamis, 03 Oktober 2024

FAEDAH KITAB MIFTAH DAR AL-SA'ADAH


 FAEDAH KITAB MIFTAH  DAR AL-SA'ADAH 

karya Ibn al-Qayyim rahimahullah Ta'ala. 

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan shalawat serta salam kepada Nabi yang paling mulia, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Amma ba'du:

Di antara karya-karya Al-'Allamah Ibn al-Qayyim rahimahullah adalah kitabnya yang berjudul Miftah Dar al-Sa'adah wa Manshur Wilayat al-'Ilm wa al-Iradah. 
Kitab ini memiliki banyak faidah, dan bagi siapa saja yang ingin mengetahui keutamaan ilmu yang diwariskan dari Rasulullah ﷺ serta kehormatannya, hendaknya membaca kitab ini. 
Ia telah memaparkan secara mendalam keutamaan ilmu dan manfaatnya.

Kitab ini juga memuat banyak pembahasan cabang yang berisi faidah-faidah tersebar di berbagai disiplin ilmu. 
Dengan karunia Allah yang Maha Pemurah, saya memilih beberapa di antaranya, semoga Allah memberkahi dan memberikan manfaat dengan faidah-faidah ini.


1. Di antara Sebab Terkuat untuk Bersyukur adalah Melihat Orang Lain dalam Kondisi yang Berlawanan:

Hikmah dan pujian Allah mengharuskan adanya perbedaan yang sangat mencolok antara hamba-hamba-Nya, agar mereka yang dianugerahi nikmat dan keutamaan-Nya bersyukur. 
Mereka akan menyadari bahwa mereka diberikan nikmat dan dimuliakan dengan karunia yang tidak diberikan kepada orang lain. 
Jika semua orang setara dalam nikmat dan keselamatan, maka pemilik nikmat tidak akan mengetahui betapa berharganya nikmat itu dan tidak akan bersyukur, karena ia tidak melihat orang lain dalam kondisi yang berbeda.

Salah satu sebab terbesar dan terkuat untuk mendorong rasa syukur adalah ketika seseorang melihat orang lain berada dalam kondisi yang berlawanan dengan keadaan sempurna yang ia nikmati.


2. Hati yang Selamat:

Hati yang selamat, yang akan selamat dari azab Allah, adalah hati yang menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan-nya dan patuh terhadap perintah-Nya. 
Hati tersebut tidak lagi menentang perintah-Nya dan tidak menolak berita yang datang dari-Nya. 
Hati ini hanya menginginkan Allah dan hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh-Nya. Allah adalah tujuan satu-satunya, perintah-Nya adalah pedoman, syariat-Nya adalah jalan, dan cara-Nya adalah metode yang diikuti. 
Tiada keraguan atau syubhat yang menghalangi keyakinannya pada berita dari Allah. Ia tidak akan membiarkan keraguan menetap dalam dirinya, dan tidak ada keinginan yang menghalangi kepatuhannya kepada ridha Allah.

Ketika hati seseorang demikian, maka ia selamat dari syirik, selamat dari bid'ah, selamat dari kesesatan, dan selamat dari kebatilan. Semua penjelasan yang diberikan oleh para ulama tentang hati yang selamat mencakup sifat-sifat ini.

3. Perumpamaan Ulama dengan Bintang:

Perumpamaan ulama dengan bintang adalah karena bintang digunakan sebagai petunjuk di kegelapan malam di daratan dan lautan, begitu pula ulama yang menjadi petunjuk bagi umat. 
Bintang adalah perhiasan bagi langit, dan ulama adalah perhiasan bagi bumi.

Bintang juga menjadi pelindung dari setan, menghalangi mereka dari mencuri pendengaran terhadap wahyu yang diturunkan kepada para rasul dari Allah melalui malaikat-Nya. 
Begitu juga ulama menjadi pelindung dari setan-setan manusia yang menyampaikan perkataan yang menyesatkan untuk menipu manusia. 
Jika bukan karena ulama, tanda-tanda agama akan kabur oleh tipu daya orang-orang sesat. 
Tetapi Allah telah menegakkan ulama sebagai penjaga agama dan pelindung dari musuh-musuh-Nya serta musuh para rasul-Nya.


4. Jenis-Jenis Kebahagiaan yang Dicari oleh Jiwa:

Jiwa mencari tiga jenis kebahagiaan:

1. Kebahagiaan yang berada di luar diri manusia, yang merupakan pinjaman dari orang lain dan akan hilang saat pinjaman tersebut dikembalikan. 
Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan harta dan kedudukan. 
Seseorang bisa saja bahagia karena harta dan statusnya, namun dalam satu hari, ia bisa menjadi lebih hina daripada paku yang tertancap di tanah.

Ada kisah tentang seorang ulama yang naik kapal bersama para pedagang, namun kapal mereka karam. 
Para pedagang yang tadinya kaya raya mendadak jatuh miskin. Sang ulama tiba di suatu kota dan disambut dengan penuh penghormatan. 
Ketika para pedagang hendak kembali ke kampung halaman mereka, mereka berkata kepada ulama itu: "Apakah Anda ingin mengirim surat atau pesan kepada keluarga Anda?" 
Ulama itu menjawab: "Ya, katakan kepada mereka: jika kalian mengumpulkan harta, kumpulkanlah harta yang tidak akan tenggelam jika kapal pecah."


2. Kebahagiaan yang terkait dengan tubuh dan fisik seseorang, seperti kesehatannya, kondisi fisik yang seimbang, keindahan tubuh, warna kulit yang cerah, dan kekuatan syaraf.

Kebahagiaan ini lebih melekat pada dirinya daripada yang pertama, tetapi sebenarnya masih di luar hakikat dirinya, karena manusia adalah manusia dengan ruh dan hatinya, bukan dengan tubuhnya.


3. Kebahagiaan yang sejati, yaitu kebahagiaan jiwa, ruh, dan hati. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan ilmu yang bermanfaat dan buahnya. Kebahagiaan ini abadi dalam berbagai keadaan, menyertai seseorang di semua perjalanan hidupnya, baik di dunia, di alam barzakh, maupun di akhirat. Dengan ilmu ini, seseorang akan naik dalam derajat kemuliaan dan kesempurnaan.

Adapun kebahagiaan yang pertama hanya menyertainya selama harta dan kedudukannya masih ada di tempatnya.

Kebahagiaan yang kedua bisa hilang seiring bertambahnya usia dan kelemahan tubuh.

Tidak ada kebahagiaan yang sejati selain kebahagiaan yang ketiga, yang semakin bertambah kekuatannya seiring berjalannya waktu. 
Jika harta dan kedudukan hilang, kebahagiaan ini menjadi harta dan kedudukan seorang hamba. 
Kekuatan dan pengaruh kebahagiaan ini akan semakin jelas setelah seseorang meninggal dunia, ketika dua kebahagiaan lainnya telah terputus.

Dan kebahagiaan ini tidak diketahui nilainya dan tidak mendorong untuk mencarinya kecuali dengan ilmu tentangnya. 
Maka, seluruh kebahagiaan kembali kepada ilmu dan apa yang dituntut olehnya, dan Allah memberi taufik kepada siapa yang Dia kehendaki. 
Tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Dia beri, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Dia cegah.

Kebanyakan manusia tidak tertarik untuk mendapatkan kebahagiaan ini karena jalannya yang sulit, permulaan yang pahit, dan usaha keras yang diperlukan untuk meraihnya. Kebahagiaan ini hanya dapat dicapai dengan kesungguhan penuh, berbeda dengan dua kebahagiaan lainnya (kekayaan dan kesehatan), yang bisa didapatkan tanpa usaha, seperti dari warisan atau hadiah. 
Sementara kebahagiaan ilmu tidak dapat diwariskan kecuali dengan usaha maksimal, permintaan yang tulus, dan niat yang benar.

Barang siapa yang cita-citanya tinggi terhadap perkara-perkara mulia, maka ia wajib mencintai jalan-jalan agama. Kebahagiaan ini, meskipun pada awalnya tidak lepas dari beberapa kesulitan, jika seseorang memaksa dirinya untuk menempuhnya, baik suka maupun tidak, dan bersabar atas kesulitannya, maka ia akan mencapai taman-taman yang indah, tempat duduk yang benar, dan kedudukan yang mulia, di mana ia akan menemukan kenikmatan yang tidak tertandingi.

Segala kemuliaan terikat pada kesulitan, dan kebahagiaan tidak bisa dicapai kecuali melalui jembatan kesusahan. 
Perjalanan menuju kebahagiaan ini hanya dapat ditempuh dengan perahu kesungguhan dan ketekunan.

Seandainya kebanyakan orang tidak bodoh tentang manisnya kenikmatan ini dan betapa besar nilainya, mereka pasti akan berjuang untuknya dengan pedang. Namun, kebahagiaan ini tertutupi oleh tirai kesulitan dan mereka terhalang oleh tirai kebodohan, agar Allah memilih siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, dan Allah adalah pemilik karunia yang agung.

Di antara rahmat dan kebaikan Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah bahwa Dia menghancurkan mereka dengan berbagai jenis musibah dan cobaan agar mereka memperoleh ridha dan cinta-Nya:

Barang siapa yang memperhatikan hikmah, kebaikan, dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang dicintai-Nya dalam menghancurkan mereka, lalu memulihkan mereka setelah kehancuran, seperti Allah menghancurkan hamba dengan dosa, lalu merendahkannya, kemudian memulihkannya dengan tobat dan pengampunan-Nya. 
Demikian pula, Allah menghancurkan hamba-Nya dengan berbagai musibah dan cobaan, kemudian memulihkannya dengan keselamatan dan kenikmatan. 
Barang siapa yang merenungi hal ini, ia akan membuka pintu besar untuk memahami ilmu tentang Allah dan cinta-Nya. 
Ia akan tahu bahwa Allah lebih penyayang kepada hamba-hamba-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya. Penghancuran itu sendiri adalah rahmat, kebaikan, dan kasih sayang-Nya. 
Allah lebih mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya dibandingkan hamba itu sendiri, tetapi karena kelemahan wawasan dan pemahamannya tentang nama-nama dan sifat-sifat Tuhan, ia tidak menyadari hal ini.

Tidak ada jalan untuk mencapai ridha, kedekatan, dan kebahagiaan bersama Tuhan, kecuali melalui jembatan kehinaan dan kerendahan. 
Inilah jalan cinta yang sebenarnya, karena tidak ada cara lain untuk sampai kepada yang dicintai kecuali dengan itu.

Jalan-jalan Setan pada Manusia dan Cara Menyelamatkan Diri dari Setan:

Allah, dengan hikmah-Nya, telah menugaskan musuh kepada hamba-Nya, musuh yang sangat mengetahui cara-cara menghancurkannya dan segala keburukan yang dapat ia tanamkan. 
Musuh ini sangat mahir dan gigih dalam usahanya, tidak pernah lelah, baik dalam keadaan terjaga maupun tidur. Ada enam hal yang akan ia coba raih dari manusia:

1. Tujuan utamanya adalah untuk menghalangi manusia dari ilmu dan iman, serta melemparkannya ke dalam kekufuran. Jika ia berhasil dalam hal ini, maka ia telah selesai dan beristirahat.


2. Jika ia gagal dalam hal ini dan manusia mendapat petunjuk kepada Islam, ia akan berusaha keras untuk membuatnya jatuh dalam bid’ah, yang lebih disukai oleh setan daripada maksiat. 
Karena orang yang melakukan maksiat bisa bertaubat, sementara pelaku bid’ah tidak akan bertaubat karena ia merasa berada di jalan yang benar.


3. Jika ia gagal dalam hal ini, ia akan menjatuhkannya ke dalam dosa-dosa besar.


4. Jika ia gagal dalam dosa besar, ia akan menjatuhkannya dalam dosa-dosa kecil.


5. Jika ia gagal dalam hal ini juga, ia akan membuatnya sibuk dengan amalan yang kurang utama, sehingga ia kehilangan keutamaan yang lebih besar.


6. Jika ia tidak berhasil dengan cara-cara ini, ia akan menugaskan orang-orang jahat untuk menyakitinya, menghina, memfitnah, dan menuduhnya dengan hal-hal yang besar untuk membuatnya sedih, mengganggu hati dan pikirannya dari ilmu, kehendak, dan seluruh amalnya.


Bagaimana mungkin seseorang bisa melindungi diri dari setan jika ia tidak tahu tentang hal-hal ini, tentang musuhnya, dan cara-cara untuk melindungi dirinya? Ia tidak akan selamat dari musuhnya kecuali jika ia mengenal musuhnya, mengetahui jalan-jalan yang ditempuh oleh musuh, serta cara dan senjata yang tepat untuk melawan musuh itu. Semua ini hanya bisa didapatkan dengan ilmu. Orang yang bodoh akan tetap lalai dan buta terhadap masalah yang besar dan serius ini.


Keutamaan Ilmu atas Harta:

Keutamaan ilmu atas harta bisa dilihat dari beberapa sisi:

1. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan raja-raja dan orang-orang kaya.

2. Ilmu melindungi pemiliknya, sementara pemilik harta harus melindungi hartanya.

3. Harta habis dengan pengeluaran, sedangkan ilmu semakin bertambah dengan diajarkan.

4. Pemilik harta, ketika meninggal, hartanya meninggalkannya, sementara ilmu masuk bersamanya ke dalam kubur.

5. Ilmu menguasai harta, sementara harta tidak bisa menguasai ilmu.

6. Harta didapatkan oleh orang beriman maupun kafir, orang baik maupun jahat, sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya didapatkan oleh orang beriman.

7. Seorang alim dibutuhkan oleh para raja dan yang berada di bawah mereka, sedangkan pemilik harta hanya dibutuhkan oleh orang-orang yang kekurangan dan miskin.

8. Jiwa menjadi mulia dan berkembang dengan mengumpulkan dan memperoleh ilmu, dan ini merupakan kesempurnaan dan kemuliaannya. 
Sementara harta tidak membuatnya berkembang atau menyempurnakannya, bahkan jiwa menjadi berkurang, kikir, dan pelit karena mengumpulkan harta dan tamak terhadapnya. Maka, keinginan jiwa terhadap ilmu adalah tanda kesempurnaannya, dan keinginan jiwa terhadap harta adalah tanda kekurangannya.

9. Harta mendorong jiwa kepada kesombongan, keangkuhan, dan kebanggaan, sedangkan ilmu mendorong jiwa kepada kerendahan hati dan pengabdian.

10. Tidak ada seorang pun yang menaati Allah kecuali dengan ilmu, dan mayoritas orang yang bermaksiat kepada-Nya melakukannya dengan harta.

11.  Ilmu menarik dan membawa jiwa kepada kebahagiaan yang diciptakan untuknya, sedangkan harta menjadi penghalang antara jiwa dan kebahagiaan tersebut.

12. Harta memperbudak pemilik dan pecintanya, sedangkan ilmu memperbudak pemiliknya kepada Tuhan dan Penciptanya.

13. Nilai orang kaya diukur dari hartanya, sedangkan nilai seorang alim diukur dari ilmunya. Maka, orang kaya akan kehilangan nilainya ketika hartanya hilang, sementara nilai seorang alim tidak akan hilang, bahkan akan terus bertambah dan meningkat.

14. Seorang alim mengajak manusia kepada Allah dengan ilmu dan perbuatannya, sementara orang yang mengumpulkan harta mengajak manusia kepada dunia dengan keadaan dan hartanya.

15. Kenikmatan yang didapatkan dari kekayaan harta mungkin berupa kenikmatan khayalan atau kenikmatan seperti hewan. 
Jika pemilik harta merasa senang dengan mengumpulkan dan memperoleh harta, maka itu adalah kenikmatan khayalan dan imajiner. 
Jika ia merasa senang dengan menggunakannya untuk memenuhi nafsunya, maka itu adalah kenikmatan seperti hewan. 
Adapun kenikmatan ilmu adalah kenikmatan yang bersifat intelektual dan spiritual, menyerupai kenikmatan malaikat. Ada perbedaan besar antara kedua jenis kenikmatan ini.

16. Kekayaan harta selalu disertai rasa takut dan kesedihan. Orang akan merasa sedih sebelum mendapatkannya, dan takut setelah mendapatkannya. Semakin besar kekayaannya, semakin besar pula rasa takutnya. Kekayaan ilmu selalu disertai rasa aman, kebahagiaan, dan kegembiraan.

17. Kekayaan harta sebenarnya adalah bentuk kemiskinan jiwa, sementara kekayaan ilmu adalah kekayaan jiwa yang sejati. Kekayaan jiwa dengan ilmunya adalah kekayaan yang sebenarnya, sedangkan kekayaan jiwa dengan hartanya adalah kemiskinan.

18. Orang yang dihormati karena hartanya, ketika hartanya hilang, maka penghormatan dan penghargaannya akan hilang juga. Sedangkan orang yang dihormati karena ilmunya, penghormatan dan penghargaan terhadapnya tidak akan hilang, justru akan semakin bertambah.

19. Orang kaya harta membenci kematian dan pertemuan dengan Allah, karena cintanya kepada hartanya membuatnya tidak ingin berpisah darinya. Sedangkan ilmu membuat seorang hamba mencintai pertemuannya dengan Tuhannya dan membuatnya zuhud terhadap dunia yang fana ini.

20. Orang kaya akan dilupakan ketika ia meninggal, sedangkan ulama tetap hidup meskipun mereka telah wafat.


Tingkatan-tingkatan Ilmu:

Yang pertama adalah bertanya dengan baik, yang kedua adalah mendengarkan dengan baik, yang ketiga adalah memahami dengan baik, yang keempat adalah menghafal, yang kelima adalah mengajarkan, dan yang keenam adalah beramal dengan ilmu tersebut serta menjaga batas-batasnya, yang merupakan buah dari ilmu.


Meraih Manisnya Al-Qur'an dengan Merenungkannya:

Secara umum, tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada membaca Al-Qur'an dengan merenungkannya. 
Hal ini menumbuhkan cinta, kerinduan, rasa takut, taubat, tawakkal, ridha, menyerahkan urusan kepada Allah, rasa syukur, dan kesabaran, serta seluruh keadaan yang membuat hati hidup dan sempurna. 
Juga, Al-Qur'an menjauhkan seseorang dari semua sifat dan perbuatan tercela yang menyebabkan kerusakan hati dan kehancurannya.

Jika manusia mengetahui manfaat dari membaca Al-Qur'an dengan merenunginya, mereka pasti akan sibuk dengannya dan meninggalkan segala sesuatu selainnya. Membaca satu ayat dengan perenungan dan pemahaman lebih baik daripada menyelesaikan seluruh Al-Qur'an tanpa perenungan dan pemahaman, dan lebih bermanfaat bagi hati, serta lebih mendorong pada iman dan merasakan manisnya Al-Qur'an.


Kebahagiaan Orang yang Bertaubat dengan Tobatnya:

Tobat membawa keajaiban bagi orang yang bertaubat, di antaranya: bahwa Allah mencintainya dan merasa sangat gembira dengan tobatnya, kebahagiaan yang paling besar. 
Sebagaimana ditegaskan bahwa balasan sesuai dengan amal perbuatan, maka orang yang bertaubat tidak akan melupakan kegembiraan yang ia dapatkan dengan tobatnya yang tulus.

Perhatikan bagaimana hati bisa menari kegirangan tanpa mengetahui sumber dari kegembiraan tersebut, dan ini adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang hidup. 
Adapun hati yang mati, ia hanya merasakan kegembiraan ketika berhasil melakukan dosa dan tidak mengenal kegembiraan lainnya.

Bandingkan antara kedua kegembiraan ini dan lihat apa yang datang setelah kegembiraan dari melakukan dosa: kesedihan, kecemasan, dan musibah. Siapa yang ingin menukar kegembiraan sesaat dengan kesedihan yang abadi? Bandingkan dengan apa yang datang setelah kegembiraan dari ketaatan dan tobat yang tulus: kelapangan hati yang terus menerus, kebahagiaan, dan kehidupan yang baik. Bandingkan antara keduanya, kemudian pilihlah yang sesuai dengan dirimu, karena setiap orang bertindak sesuai dengan karakteristiknya.


Orang yang taat adalah orang yang mendapatkan nikmat yang hakiki:

Jika orang yang taat kepada Allah mengetahui bahwa merekalah yang sebenarnya diberi nikmat, dan bahwa mereka memiliki lebih banyak kewajiban bersyukur kepada Allah dibandingkan yang lain, meskipun mereka tidur di atas tanah dan mengunyah batu, mereka adalah orang-orang yang benar-benar berada dalam nikmat. Sedangkan orang yang dibiarkan Allah dalam maksiatnya, telah jatuh dari pandangan Allah dan menjadi rendah di hadapan-Nya. Itu bukanlah tanda kemuliaannya di sisi Tuhannya, meskipun Allah meluaskan rezekinya di dunia dan memanjangkan sebab-sebabnya, karena mereka adalah orang-orang yang sebenarnya sedang diuji.

Barangsiapa yang lebih memilih kenyamanan, maka ia tidak akan merasakan kenyamanan:

Seluruh orang yang berakal di setiap bangsa sepakat bahwa kenikmatan tidak bisa dicapai dengan kenikmatan, dan bahwa barangsiapa yang lebih memilih kenyamanan, maka kenyamanan akan luput darinya. 
Semakin seseorang menghadapi kesulitan dan tantangan, semakin besar pula kebahagiaan dan kenikmatan yang akan dirasakannya. 
Tidak ada kebahagiaan bagi orang yang tidak memiliki tekad, dan tidak ada kenikmatan bagi orang yang tidak sabar. Tidak ada kenikmatan bagi orang yang tidak merasakan penderitaan, dan tidak ada istirahat bagi orang yang tidak berusaha keras. 
Sesungguhnya, ketika seorang hamba merasa lelah sedikit, dia akan merasakan istirahat yang panjang. Jika dia menanggung kesulitan sesaat, itu akan membawanya kepada kehidupan abadi. Segala kenikmatan yang diperoleh oleh orang yang berada dalam kenikmatan abadi adalah buah dari kesabaran yang sesaat.


Faedah-faedah yang beragam:

• Orang yang ikhlas kepada Allah, keikhlasannya mencegah rasa dengki dalam hatinya dan menghilangkannya sepenuhnya, karena hati dan kehendaknya telah diarahkan sepenuhnya untuk mencari keridhaan Tuhannya, sehingga tidak ada lagi ruang dalam hatinya untuk rasa dengki dan kebencian.


• Setiap nikmat pasti ada yang iri, dan setiap kebenaran pasti ada yang mengingkarinya dan menentangnya.


• Malu... penyebabnya adalah hati yang hidup sempurna, menyadari hakikat keburukan, dan membencinya. Kebalikannya adalah ketidaksopanan dan keburukan, yang disebabkan oleh mati rasa hati dan ketidakpekaannya terhadap keburukan.


• Pena tanpa ilmu hanyalah gerakan main-main.


• Ketika ditanya tentang cinta yang berlebihan terhadap gambar, seorang ulama menjawab: "Hati yang lalai dari mengingat Allah diuji dengan perbudakan kepada selain-Nya."

Hati yang lalai menjadi tempat tinggal bagi setan. Setan telah mencengkeram hati yang lalai dan membisikkan berbagai macam godaan dan khayalan yang batil.


• Jika hati keras seperti batu, tidak menerima penyucian, dan tidak dipengaruhi oleh nasihat-nasihat, maka ia tidak akan mendapatkan manfaat dari semua ilmu yang dipelajarinya, seperti tanah keras yang tidak akan menumbuhkan tanaman meskipun disirami hujan dan ditanam dengan benih.


• Ilmu adalah makanan, minuman, dan obat bagi hati, dan kehidupan hati bergantung padanya. Jika hati kehilangan ilmu, ia mati, meskipun pemiliknya tidak menyadari kematiannya.


• Taufik (bimbingan) adalah ketika Allah tidak menyerahkanmu pada dirimu sendiri. Kegagalan adalah ketika Allah membiarkanmu mengikuti keinginanmu sendiri.


• Kenikmatan dengan sesuatu yang dicintai melemah atau menguat sesuai dengan kekuatan cinta tersebut. Semakin kuat cintanya, semakin besar pula kenikmatannya. Oleh karena itu, kenikmatan orang yang kehausan ketika meminum air dingin tergantung pada seberapa besar kehausannya terhadap air tersebut, demikian pula orang yang lapar. Semakin besar cinta seseorang terhadap sesuatu, semakin besar pula kenikmatannya.


• Dikatakan: Barangsiapa yang ditawari kebenaran dan menolaknya, ia akan dihukum dengan kerusakan hati, akal, dan pemikirannya.


• Seseorang bisa menjadi orang yang cerdas, buta namun mengikuti orang yang cerdas untuk memandunya, atau buta yang berjalan tanpa pemandu.


• Semakin lama suatu hubungan, semakin besar penyebab keburukan dan permusuhan, dan inilah sebab mengapa keburukan yang berasal dari kerabat dan teman dekat jauh lebih besar dibandingkan keburukan yang datang dari orang asing atau yang jauh.


• Cinta terhadap ilmu adalah tanda kebahagiaan, sedangkan kebencian terhadap ilmu adalah tanda kesengsaraan. Namun, semua ini berkaitan dengan ilmu para rasul yang mereka bawa dan wariskan kepada umat, bukan pada semua ilmu yang disebut ilmu.


• Tidak ada istirahat bagi orang beriman kecuali dalam pertemuan dengan Tuhannya. Dunia ini adalah penjaranya yang sesungguhnya, sehingga tubuhnya mungkin berada di dunia, tetapi jiwanya berada di tempat yang lebih tinggi.


• Pecinta yang sejati, jika ia berbicara, ia berbicara karena Allah dan dengan Allah, dan jika ia diam, ia diam karena Allah.


• Ilmu adalah kekayaan tanpa harta, kehormatan tanpa keluarga besar, dan kekuasaan tanpa pasukan.


• Salah satu prinsip syariat dan kebijaksanaan adalah bahwa siapa yang memiliki banyak kebaikan dan pengaruh besar dalam Islam, maka ia akan diberi kelonggaran yang tidak diberikan kepada orang lain, dan dimaafkan kesalahannya yang tidak dimaafkan dari orang lain. 
Ini adalah sesuatu yang dikenal oleh orang banyak dan tertanam dalam fitrah mereka: bahwa siapa yang memiliki ribuan kebaikan, ia akan dimaklumi satu atau dua kesalahan. Allah akan menimbang amal perbuatan seseorang pada hari kiamat, dan yang lebih berat akan menentukan hasilnya.


• Nafas yang paling baik digunakan adalah yang dihabiskan untuk merenungkan ayat-ayat Allah dan keajaiban ciptaan-Nya, kemudian memindahkan hati dan tekad kepada-Nya, bukan kepada makhluk-Nya.


• Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Barangsiapa yang meninggalkan petunjuk, maka ia akan tersesat, dan tidak ada petunjuk kecuali yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam."


• Sufyan Ats-Tsauri berkata: "Barangsiapa yang ingin dunia dan akhirat, maka hendaklah ia mencari ilmu."


• Bisyr berkata: "Jika manusia memikirkan kebesaran Allah, niscaya mereka tidak akan bermaksiat kepada-Nya."


• Dikatakan: "Jika seorang hamba mencapai hakikat keyakinan, maka ujian baginya menjadi nikmat, dan cobaan menjadi anugerah."


• Hasan Al-Bashri, jika melihat awan, berkata: "Demi Allah, di dalamnya ada rezekimu, tetapi kamu dihalangi dari mendapatkannya karena dosa-dosamu."


• Orang yang paling sedikit menghargai seorang alim adalah keluarganya dan tetangganya, dan yang paling menginginkan ilmunya adalah orang-orang yang jauh darinya.


• Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang memakan setiap binatang buas yang memiliki taring dan burung yang memiliki cakar, karena bahaya, kekejaman, dan kerusakannya. 
Makanan memengaruhi jiwa, jadi jika seseorang makan binatang tersebut, ia akan memiliki sifat kejam dan kejam seperti binatang itu. Maka, Nabi melarang umatnya memakannya.


• Jika seorang hamba melihat apa yang ada di laut berupa berbagai jenis hewan, permata, dan makhluk-makhluk lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya, dan manusia hanya mengenal sedikit dari mereka yang tidak ada bandingannya dengan yang tidak mereka ketahui, ia akan melihat keajaiban dan menyadari keluasan kerajaan Allah dan banyaknya tentara-Nya yang tidak diketahui kecuali oleh-Nya.


• Balasan sesuai dengan amal perbuatan. Barangsiapa memaafkan, maka Allah akan memaafkannya. 
Barangsiapa memaafkan saudaranya atas kesalahannya, maka Allah akan memaafkannya atas kesalahannya. Barangsiapa mengabaikan dan melampaui kesalahan, maka Allah akan mengabaikan dan melampauinya. 
Barangsiapa menuntut secara mendetail, maka Allah akan menuntutnya secara mendetail. Allah Ta'ala memperlakukan hamba-Nya dalam dosa-dosanya sebagaimana hamba memperlakukan orang lain dalam dosa-dosa mereka.

Barangsiapa yang ingin Allah membalas keburukannya dengan kebaikan, maka hendaklah ia membalas keburukan manusia terhadapnya dengan kebaikan.

Renungkanlah sifat ini yang dikhususkan bagi manusia dan tidak diberikan kepada hewan lain, yaitu sifat malu, yang merupakan salah satu sifat terbaik, paling agung, paling mulia, dan paling banyak manfaatnya. 
Bahkan, ini adalah ciri khas kemanusiaan. Barang siapa yang tidak memiliki rasa malu, maka dia tidak memiliki dari kemanusiaan kecuali daging dan darah serta penampilan luarnya saja, sebagaimana dia tidak memiliki sedikit pun kebaikan.


• Jika dosa-dosa pasti akan mendatangkan hukuman, maka hukuman yang diterima seorang hamba di dunia sebelum kematiannya lebih baik baginya daripada hukuman setelah kematian, dan hukuman di dunia lebih ringan dan lebih mudah.


• Laki-laki dikhususkan dengan hiasan wajah berupa janggut dan hal-hal yang berkaitan dengannya, sebagai tanda kewibawaan, keagungan, dan keindahan, sekaligus membedakannya dari masa kanak-kanak dan membedakannya dari perempuan.


• Barang siapa yang tertimpa berbagai musibah, ia menjadi orang yang paling tahu tentang cara-cara menghadapinya. Hal ini memungkinkannya untuk menutup jalan musibah tersebut dari dirinya sendiri dan juga dari orang yang meminta nasihat kepadanya, bahkan dari orang yang tidak meminta nasihat kepadanya.


• Barang siapa yang mendasarkan hidupnya pada tidak pernah meninggalkan dosa, tidak merasa takut, tidak meninggalkan syahwat untuk Allah, dan ia merasa senang, gembira, serta tertawa ketika berhasil melakukan dosa, maka orang inilah yang dikhawatirkan akan dihalangi dari taubat dan tidak diberi taufik untuk melakukannya.


• Allah Ta'ala, ketika menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia akan membuat hamba tersebut lupa akan amal-amal kebaikannya dan menghapusnya dari hati dan lisannya. 
Tanda kebahagiaan adalah jika kebaikan seorang hamba berada di belakangnya dan dosa-dosanya berada di depan matanya. Tanda kesengsaraan adalah jika kebaikan berada di depan matanya dan dosa-dosanya berada di belakangnya.


• Ketika seorang hamba menyadari dosa-dosa dan kesalahannya, hal itu membuatnya tidak merasa memiliki keutamaan atas siapa pun, dan tidak merasa bahwa dia memiliki hak atas siapa pun. 
Ketika dia menyadari hal ini dari dirinya, dia tidak merasa memiliki hak atas orang lain untuk dihormati dan diperlakukan dengan baik, dan dia tidak mencela mereka karena tidak melaksanakan hak-hak tersebut. 
Jika dia melihat seseorang menyapanya atau bertemu dengannya dengan wajah tersenyum, dia merasa bahwa orang tersebut telah berbuat baik kepadanya dan memberinya sesuatu yang tidak pantas diterimanya. 
Maka, orang ini akan merasa damai dalam hatinya, dan orang-orang terhindar dari keluhannya dan kemarahannya terhadap dunia dan penduduknya. Betapa nikmat kehidupannya! Betapa tenang jiwanya! Betapa bahagia hatinya!


• Allah Ta'ala tidak membutuhkan kemurahan siapa pun, sementara Dia adalah Yang Maha Pemurah. 
Barang siapa yang meninggalkan suatu perbuatan atau melakukannya karena Allah, maka Allah akan memberinya balasan yang berlipat ganda atas perbuatannya tersebut, dan Dia akan membalasnya dengan pahala yang jauh lebih besar.


• Allah Ta'ala memiliki hikmah dalam menguji para nabi, rasul, dan hamba-hamba-Nya yang beriman, yang tidak mampu dipahami oleh akal manusia. Bukankah orang-orang yang mencapai tujuan-tujuan terpuji dan puncak-puncak yang mulia hanya mencapainya melalui jembatan ujian dan cobaan?


• Beruntunglah orang yang disibukkan dengan aib dirinya sendiri sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain. Celakalah orang yang melupakan aib dirinya dan justru sibuk dengan aib orang lain. Ini adalah tanda kesengsaraan, sebagaimana yang pertama adalah tanda kebahagiaan.


• Karena ciri khas akal adalah kemampuan untuk memikirkan akibat-akibat dan tujuan-tujuan akhir, maka orang yang paling berakal adalah orang yang paling meninggalkan hal-hal yang jelas-jelas akan mendatangkan kerusakan di akhirnya, meskipun hal tersebut mengandung kenikmatan sesaat atau manfaat yang sedikit dibandingkan dengan kerusakannya.


• Seringkali Allah menghubungkan kedua nama-Nya, "Yang Maha Perkasa" dan "Yang Maha Bijaksana," dalam ayat-ayat yang berkaitan dengan syariat, penciptaan, dan balasan. 
Hal ini menunjukkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa segala sesuatu berasal dari hikmah yang mendalam dan kekuasaan yang mutlak.


• Takhayul (kesialan) termasuk syirik, bisikan setan, dan ketakutannya. Ia menjadi semakin besar dan kuat bagi orang yang mengikuti hawa nafsunya, sibuk dengannya, dan terlalu memperhatikannya. 
Namun, ia akan hilang dan lenyap bagi orang yang tidak memperdulikannya, tidak memikirkannya, dan tidak menyibukkan dirinya serta pikirannya dengannya. 
Orang yang percaya pada takhayul akan merasa gelisah, dadanya terasa sempit, suasana hatinya buruk, dan perilakunya kasar. 
Dia membayangkan segala sesuatu yang dilihat atau didengarnya sebagai pertanda buruk. Dia adalah orang yang paling takut, paling sulit hidupnya, dadanya paling sempit, dan hatinya paling sedih.



• Barang siapa yang melihat dosa-dosanya sebagai penyebab kehancurannya, maka ia akan selalu takut kepada Allah dan tidak akan pernah merasa aman dari hukuman-Nya. Sebaliknya, barang siapa yang melupakan dosa-dosanya, ia akan cenderung merasa aman dari hukuman dan murka Allah, dan ini adalah tanda kesengsaraan.


• Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini memiliki hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik, meskipun tidak selalu tampak jelas bagi manusia. 
Oleh karena itu, seorang yang bijak adalah orang yang selalu mencari hikmah di balik setiap kejadian dan belajar darinya, bukan orang yang mengeluh atau menyalahkan keadaan.


• Barang siapa yang mencintai sesuatu dengan cinta yang berlebihan, maka hal itu bisa menjadi sebab kebinasaannya. 
Sebab, cinta yang berlebihan seringkali membuat seseorang buta dan tuli terhadap kenyataan, sehingga ia tidak mampu melihat dampak buruk dari apa yang dicintainya.


• Kezaliman dan ketidakadilan adalah penyebab utama kehancuran individu dan bangsa. 
Oleh karena itu, Allah melarang keras segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan, baik kepada diri sendiri, orang lain, atau makhluk lainnya.


• Dunia ini hanya sementara, dan kenikmatannya pun tidak sebanding dengan kenikmatan akhirat. 
Oleh karena itu, seorang yang beriman seharusnya tidak terlalu bergantung pada dunia dan tidak terlalu mengejar kenikmatan dunia yang fana, melainkan fokus pada kenikmatan akhirat yang abadi.


• Orang yang bijak adalah orang yang selalu mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kehidupan setelah mati, dan tidak terlena oleh kesenangan dunia yang sementara. 
Sebab, kehidupan dunia ini hanyalah persiapan untuk kehidupan yang lebih besar dan lebih kekal di akhirat.


• Barang siapa yang meninggalkan dosa demi Allah, maka Allah akan menggantinya dengan kenikmatan yang jauh lebih baik di dunia dan di akhirat. 
Sebab, meninggalkan dosa adalah salah satu bentuk ibadah yang paling tinggi, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.


• Ketika seseorang menghadapi musibah atau cobaan, ia seharusnya bersabar dan yakin bahwa Allah memiliki hikmah di balik setiap cobaan yang diberikan-Nya. 
Sebab, cobaan adalah bagian dari ujian hidup, dan orang yang bersabar akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah.


• Orang yang ikhlas dalam beribadah kepada Allah akan selalu merasakan ketenangan dan kedamaian dalam hatinya, meskipun ia menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan dalam hidup. 
Sebab, ketenangan sejati hanya dapat diperoleh melalui keikhlasan dalam beribadah kepada Allah Ta'ala. 


• Allah Ta'ala tidak akan membiarkan hamba-Nya yang beriman dalam kesesatan tanpa petunjuk. 
Oleh karena itu, barang siapa yang mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya, ia akan selamat dari kesesatan dan kebinasaan.


• Setiap perbuatan baik yang dilakukan seorang hamba akan dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang berlipat ganda, dan setiap perbuatan buruk yang dilakukan seorang hamba akan dibalas dengan hukuman yang setimpal, kecuali jika ia bertaubat kepada Allah sebelum kematiannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar