Rabu, 27 November 2024

KEDUDUKAN TAUHID BAGI SEORANG MUSLIM


Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa, pemilik 'Arsy yang agung dan mulia. Segala puji bagi Allah, yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji, Maha Agung, dan Maha Mulia, yang selalu melakukan apa yang dikehendaki-Nya. 
Dia adalah Tuhan yang disucikan dari segala sekutu dalam keesaan-Nya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kesaksianku ini adalah pengakuan yang murni, tanpa menyekutukan-Nya sedikit pun. 
Dan aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, yang memiliki keutamaan dan akhlak yang luhur, serta segala sifat yang terpuji. 
Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau, keluarganya, serta seluruh sahabatnya.

Amma ba'du: ...
Wahai hamba-hamba Allah yang beriman, bertakwalah kepada Allah Ta'ala, dan sadarilah bahwa Allah selalu mengawasi kalian, baik dalam keadaan terang-terangan maupun tersembunyi. Ketakwaan kepada Allah adalah dengan berbuat ketaatan kepada-Nya berdasarkan cahaya petunjuk dari-Nya, dengan harapan akan mendapatkan pahala dari Allah, serta meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya atas dasar cahaya dari Allah, karena takut akan azab-Nya.

Wahai hamba-hamba Allah, ...
ketahuilah—semoga Allah menjaga kalian—bahwa tujuan tertinggi, sasaran yang paling agung, dan cita-cita yang paling mulia adalah ketaatan kepada Allah.

Di antara definisi terbaik tentang ketakwaan adalah apa yang dikatakan oleh tabi'in Thalq bin Habib, yang berbunyi:

> "Takwa adalah amal ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya petunjuk dari-Nya, dengan harapan rahmat-Nya; serta meninggalkan maksiat kepada Allah berdasarkan cahaya petunjuk dari-Nya, karena takut akan azab-Nya."


Tuhan bumi dan langit, dan pengakuan akan keesaan-Nya, serta mengkhususkan-Nya dengan penuh ketundukan, kehinaan, dan kepasrahan. 
Menyerahkan wajah hanya kepada-Nya dengan penuh kepatuhan, kerendahan hati, rukuk, dan sujud; mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya dan berlepas diri dari segala bentuk kesyirikan, baik yang kecil maupun besar, yang tersembunyi maupun yang nyata.

Wahai hamba-hamba Allah,...
 inilah tujuan terbesar yang karenanya makhluk diciptakan dan diutus para rasul.

 Allah berfirman:

> “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(Az-Zariyat: 56)


Dan inilah pula tujuan diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab suci. 

Allah berfirman:

> “Dan sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul (yang menyerukan): ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut.’”
(An-Nahl: 36)


Allah juga berfirman:

> “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.”
(Al-Anbiya: 25)


Wahai hamba-hamba Allah, dengan tauhid, seorang hamba menjalani kehidupan yang sesungguhnya, penuh dengan keridhaan Allah, kemenangan dengan kemuliaan, dan nikmat yang besar. Sebaliknya, tanpa tauhid, kehidupan seseorang seperti hewan ternak, meskipun ia berjalan di atas bumi.

 Allah berfirman:

> “Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.”
(Al-Furqan: 44)



Seseorang yang tidak memiliki tauhid adalah mati, meskipun tubuhnya hidup. Sementara itu, orang yang merealisasikan tauhid adalah orang yang hidup dengan kehidupan yang sejati. 

Allah berfirman:

> “Dan apakah orang yang mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, sehingga dia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya?”
(Al-An’am: 122)

Allah juga berfirman:

> “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.”
(Al-Anfal: 24)



Wahai hamba-hamba Allah, ...
dengan tauhid, negeri menjadi aman, tubuh menjadi sehat, dan manusia hidup bahagia. 

Allah berfirman:

> “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Al-An’am: 82)

Allah juga berfirman:

> “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.”
(An-Nur: 55).


Dengan tauhid, wahai hamba-hamba Allah, tercapailah kebahagiaan manusia, ketenangan, dan kenyamanan. 

Allah berfirman:

> “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.”
(An-Nahl: 97)

Allah juga berfirman:

> “Barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Tetapi barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.”
(Thaha: 123-124)

Dan Allah berfirman:

> “Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah.”
(Thaha: 1-2)

Artinya, Al-Qur’an diturunkan untuk membawa kebahagiaan bagi Nabi dan orang-orang yang mengikutinya.



Wahai hamba-hamba Allah, ...
dengan tauhid, hati terbebas dari khayalan, was-was, dan pikiran buruk. Hati menjadi tenang, nyaman, dan tenteram. 

Allah berfirman:

> “Katakanlah: ‘Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia, Raja manusia, Sembahan manusia.’”
(An-Nas: 1-3)

Dan juga:

> “(Aku berlindung dari) kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
(An-Nas: 4-6)


Dengan tauhid, wahai hamba-hamba Allah, setan akan terusir dan tidak tahan berada di tempat yang dipenuhi seruan tauhid. Jika setan mendengar azan, ia akan lari sambil mengeluarkan suara seperti kentut. Azan itu sendiri adalah seruan tauhid, pujian, dan pengagungan kepada Allah.

Ayat Kursi juga merupakan ayat tauhid yang mengandung dalil-dalil, bukti, dan kejelasan yang menerangkan keesaan Allah. Apabila seorang mukmin membaca Ayat Kursi saat hendak tidur, maka Allah akan mengutus penjaga yang melindunginya, dan setan tidak akan mendekatinya hingga pagi.

Dengan tauhid, wahai hamba-hamba Allah, seseorang akan selamat—dengan izin Allah—dari tipu daya para pelaku kejahatan, termasuk para penyihir.

(Kitab Ayat Kursi wa Baraahin Tauhidihi karya Syekh Abdul Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr, semoga Allah menjaganya).


Dengan tauhid, wahai hamba-hamba Allah, seseorang terhindar dari kejahatan dukun, peramal, dan orang-orang semacam mereka.

 Allah berfirman:

> “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman.”
(Al-Hajj: 38)

Allah juga berfirman:

> “Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.”
(Ar-Rum: 47)


Wahai hamba-hamba Allah,...
 dengan tauhid, seorang hamba akan meraih segala kebaikan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Allah telah menetapkan dalam hukum-Nya yang agung bahwa kebahagiaan dan kenikmatan sejati hanya diperuntukkan bagi orang-orang beriman dan bertauhid, baik di dunia, di alam kubur, maupun di akhirat mereka. 

Allah berfirman:

> “Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam kenikmatan yang abadi.”
(Al-Infithar: 13)

Kami memohon kepada Allah agar Dia menjadikan kita hidup sebagai hamba yang bertauhid, yang mengikhlaskan agama hanya kepada-Nya, yang beriman kepada-Nya dengan penuh pengagungan kepada keagungan-Nya. Kami juga memohon perlindungan dari segala bentuk kesyirikan, baik yang kecil maupun besar, yang tersembunyi maupun nyata.

Aku sampaikan nasihat ini, dan aku memohon ampun kepada Allah untuk diriku dan kalian semua, serta seluruh kaum muslimin atas segala dosa. Mohonlah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


---

Khutbah Kedua:

Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Pemurah, yang melimpahkan kebaikan, anugerah, dan karunia-Nya. 
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. 
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. 
Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau, keluarganya, dan seluruh sahabatnya.

Amma ba’du, ...

wahai hamba-hamba Allah:...
 Tauhid kepada Allah adalah hal terpenting yang harus diingatkan kepada manusia.

 Allah Ta'ala berfirman:

> “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
(Az-Zariyat: 55-56)


Seorang hamba senantiasa membutuhkan penguatan keimanan, pembaruan keislaman, dan penguatan hubungannya dengan Rabb-nya. 

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

> “Sesungguhnya iman di dalam hati seseorang bisa usang seperti usangnya pakaian. Maka mintalah kepada Allah agar Dia memperbarui iman di hati kalian.”
(HR. Al-Hakim dan lainnya).


Dalam badai fitnah yang melanda dan arus hawa nafsu yang menggiring, manusia sangat membutuhkan penegasan kembali akan pentingnya tauhid. Anak-anak pun perlu dibesarkan dengan pendidikan tauhid yang kuat dan mulia. 

Allah berfirman:

> "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat ia memberi pelajaran kepadanya: 'Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.'"
(Luqman: 13)


Wahai hamba-hamba Allah, ...
ketahuilah – semoga Allah merahmati kalian – bahwa kehidupan dunia ini hanyalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal yang abadi. Balasan atas amal perbuatan akan diberikan pada hari pertemuan dengan Allah. 

Allah berfirman:

> "Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."
(Asy-Syu’ara: 88-89)

Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari syirik dan segala hal yang menyebabkan kemurkaan Allah.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

> "Orang yang cerdas adalah yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah dengan harapan kosong."
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' no. 1590).

---

Makna Hadis:

Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, dijelaskan:

Orang yang cerdas adalah yang bijaksana, berpandangan jauh, dan mempertimbangkan akibat dari perbuatannya.

Orang yang menundukkan dirinya adalah yang menghitung amal perbuatannya, merendahkan jiwanya, menundukkannya, dan menjadikannya taat kepada Allah.

Beramal untuk kehidupan setelah mati berarti mempersiapkan diri sebelum ajal tiba, dengan cahaya petunjuk dari Rabb-nya.

Orang yang lemah adalah orang yang lalai dalam urusannya, mengikuti hawa nafsu, dan tidak menahan dirinya dari syahwat atau perbuatan yang diharamkan.

Berangan-angan terhadap Allah adalah berharap ampunan tanpa usaha untuk menaati-Nya atau meninggalkan larangan-Nya.


Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang yang cerdas dan diberi petunjuk untuk beramal saleh, serta menjauhkan kita dari golongan orang yang lemah dan terlena dengan angan-angan kosong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar