Rabu, 26 Februari 2014

SYIRIK NIAT

Berkata Al-Allamah Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah, "Adapun kesyirikan di dalam kehendak dan niat, maka di sana ada lautan dalam yang tidak berujung, dan sangat sedikit yang selamat. Maka barang siapa memiliki kehendak dalam ilmunya selain karena wajah Allah, ataupun meniatkan sesuatu selain dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, dan semata mencari imbalan, maka sungguh ia telah berbuat syirik di dalam kehendak dan niatnya.

Adapun Ikhlas adalah memurnikan amal semata karena Allah سبحانه وتعالى   baik dalam ucapan, perbuatan, kehendak maupun niatnya. Dan ini adalah ajaran Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang lurus yang Allah perintahkan para hamba agar mengikutinya, dan tidaklah akan menerima dari seorang hamba selain keyakinan di atas, dan inilah ajaran Islam yang haqiqi. Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Barang siapa yang mencari selain Islam sebagai keyakinan, maka tidak akan diterima darinya, dan kelak ia di akhirat tergolong orang-orang yang merugi". (QS Ali Imron 85).

- Ad da'u wad Dawa'u/ 208 -

TASYABUH

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Allah Melaknati kaum lelaki yang menyerupai wanita, dan melaknati kaum wanita yang menyerupai lelaki". (HR Bukhary).

Berkata Al-Allamah As-Sa'dy rahimahullah, "Hukum asal segala sesuatu adalah mubah, maka tidak boleh diharamkan kecuali apa yang telah Allah سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya haramkan, baik diharamkan dzatnya semisal barang rampasan, dan segala sesuatu yang keji cara mendapatkannya, baik untuk lelaki maupun wanita, ataupun diharamkan secara khusus untuk jenis tertentu tidak yang lainnya, seperti dibolehkannya memakai emas, perak, dan sutra  bagi wanita tetapi diharamkan bagi lelaki.

Adapun diharamkannya menyerupai wanita dan lelaki maka ini perkara umum baik berkenaan dengan pakaian, ucapan, dan segala keadaan. Bisa kita rangkum bahwa disana ada tiga keadaan;
¤ Perkara yang bersekutu antara lelaki dan wanita dalam jenis pakaian tertentu, maka ini dibolehkan untuk keduanya, dan tidak ada tasyabuh disana.
¤ Perkara yang dikhususkan untuk para lelaki, maka wanita dilarang padanya.
¤ Perkara yang dikhususkan untuk wanita yang para lelaki dilarang padanya.

Diantara hikmah larangan tasyabuh adalah, bahwasanya Allah سبحانه وتعالى menjadikan para lelaki derajatnya diatas para wanita, dan dijadikan lelaki sebagai tonggak dan pemimpin bagi wanita, yang Allah beri banyak kelebihan fisik dan perkara agama yang menjadikannya keutamaan di atas wanita. Maka tatkala lelaki menyerupai wanita niscaya akan menurunkan martabat dihadapan wanita dan menghilangkan identitas dari keduanya.

Demikian pula menyerupai wanita dalam ucapan dan pakaian dan semisalnya akan menjadikannya banci, jatuh akhlaknya, dan akan menimbulkan keinginan untuk membaur dan ikhthilat dengan para wanita yang dikhawatirkan melanggar aturan, demikian pula sebaliknya.

Diantara tasyabuh yang paling parah adalah menyerupainya kaum muslimin dengan orang kafir dalam perkara yang khusus bagi mereka. Nabi صلى الله عليه وسلم memberikan ancaman, "Barang siapa meniru suatu kaum maka ia tergolong dari bagian mereka". Dikarenakan menyerupai orang kafir dari segi dhohir niscaya akan membawa penyerupaan dari sisi bathin, sedangkan syariat mencegah dari kemungkinan yang terburuk dari segala sisi.

PERANGAI MULIYA

Jika kita mengarungi kehidupan ini banyak sekali kita temukan berbagai hal yang mungkin tidak masuk di akal dan sulit dicerna oleh pikiran maupun perasaan. Diantaranya apa yang diriwayatkan Sahabat Muliya Abu Hurairah rodhiyallahu'anhu dari Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Tidaklah harta akan berkurang lantaran sedekah, tidaklah seorang hamba memberikan maaf kecuali menambah baginya kemuliyaan, dan tidaklah seorang hamba merendahkan hati karena Allah kecuali Allah akan mengangkat derajatnya". (HR.Muslim).

Berkata Syaikh Abdurrohman As-Sa'dy rohimahullah, "Hadist ini membicarakan keutamaan sedekah, memberi maaf bagi yang berbuat salah, dan anjuran agar tawadhu' atau rendah hati dan merendahkan diri karena Allah, serta disebutkan pula buah dan hasil dari perangai tersebut segera maupun akan datang, serta dijelaskan pula ketidakbenaran prasangka yang keliru dari berkurangnya harta tatkala disedekahkan, hilangnya kemuliyaan tatkala memberi maaf, serta tidak  terangkatnya derajat bagi yang melakukan tawadlu. Ini adalah prasangka yang salah dan keliru, lagi tidak benar.

Harta tidak akan berkurang lantaran bebuat sedekah, jika dianggap berkurang dari sisi nominal, maka sungguh harta tersebut bertambah dari sisi lain, seperti menjadi barokah, terhindar dari petaka dan bencana serta terbebas dari berbagai keburukan, bahkan menjadi bertambahnya harta yang diinfakkan tersebut, serta membukakan pintu rizki bagi pemiliknya dan menjadi banyak dan melimpah. Apakah sebanding berkurangnya harta tersebut bila disejajarkan aneka keberkahan dan selamat dari keburukan ???

Sedekah yang benar-benar karena mencari wajah Allah dan sesuai porsinya tidak akan mengurangi harta, hal ini sesuai apa yang dinyatakan Nabi صلى الله عليه وسلم , demikian pula kita saksikan banyak kejadian dan banyak pengalaman yang menjadi bukti. Itu semua terlepas dari pahala yang banyak dan ganjaran yang berlipat yang akan Allah berikan kelak di akhirat.

Adapun memberikan maaf bagi orang yang berbuat jahat dan keburukan baik dengan perbuatan dan ucapan, maka jangan dianggap ini merupakan sikap hina dan kehinaan, akan tetapi ini adalah muliya dan kemuliyaan. Karena inilah  kemuliyaan yang hakiki di sisi Allah dan para makhluknya, walau sesungguhnya ia mampu menuntut balas dan dendam pada musuhnya.

Diantara hikmah memberikan maaf adalah mendapatkan kebaikan dan sanjungan di hadapan makhluk serta berubahnya musuh menjadi kawan, serta mendapat dukungan secara ucapan dan perbuatan dari berbagai kalangan di hadapan lawannya, dan balasan Allah terhadap hamba sesuai kadar amal perbuatan, jika ia memberi maaf, niscaya Allah سبحانه وتعالى memberikan maaf atas kesalahan-kesalahannya. 

Demikian pula orang yang bertawadhu' rendah hati karena Allah di hadapan para hamba, niscaya Allah akan menganggkat derajatnya. Allah سبحانه وتعالى menyebutkan pengangkatan derajat dalam firman-Nya, "Allah menganggkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu diantara kalian dengan beberapa derajat". (QS.Al Mujadilah: 11). 

Diantara buah ilmu dan iman adalah tawadhu' rendah hati, karena di dalamnya mengandung konsisten terhadap kebenaran, tunduk terhadap perintah Allah dan Rosul-Nya, serta berendah hati di hadapan makhluk Allah, di hadapan kaum tua, dan muda, berpangkat maupun tidak berpangkat. Lawan itu semua adalah sikap sombong yaitu menolak kebenaran dan merendahkan martabat manusia.

Ketiga perangai di dalam hadist di atas merupakan bagian sifat orang yang muhsin. 
* Kelompok pertama ia berbuat ihsan dengan hartanya, ia memberikan hartanya kepada orang yang membutuhkan. 
* Kelompok kedua ia berbuat ihsan dengan sikapnya yang memberi maaf atas kesalahan orang. 
* Dan yang ketiga kelompok yang berbuat ihsan dengan akhlaknya dengan merendah hati di hadapan makhluk.

Kalimat 'Tidaklah seseorang tawadhu' rendah hati karena Allah', ini selayaknya diperhatikan agar berniat lurus dan ikhlas karena mencari wajah Allah semata dalam bersikap rendah hati, karena sebagian manusia terkadang ia menampakkan tawadhu' rendah hati di hadapan orang kaya agar ia mendapat sebagian dunia mereka, atau di hadapan para penguasa dan berjabatan agar ia mendapat tujuan yang ia sembunyikan. Dan terkadang seseorang tawadhu' lantaran riya agar dilihat dan didengar.   Semua tujuan ini adalah tidak dibenarkan dan tidak akan membawa manfaat, kecuali bila ia tawadhu' karena Allah semata dalam rangka ibadah kepada Allah, mencari pahala dan berbuat ihsan pada makhluk yang disertai keikhlasan kepada Allah.

- Syarah Arbain Syaikh Abdurrohman As-Sa'dy, 108 -

KATAKAN إِنْ شَاءَ اللّهُ

Allah سبحانه وتعالى berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 23-24 yang artinya: "Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, 'Aku pasti melakukan itu besok pagi', kecuali (dengan mengatakan) إِنْ شَاءَ اللّهُ (jika Allah menghendaki)".

Berkata Al-Allamah As-Syinkithy dalam Adwa'ul Bayan, "Ayat muliya ini Allah سبحانه وتعالى melarang Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk mengatakan: 'Aku akan melakukan sesuatu esok hari', kecuali jika digantungkan dengan ucapan إِنْ شَاءَ اللّهُ , yang mana tiada sesuatu yang terjadi sekecil apapun di alam semesta ini kecuali atas kehendak Allah سبحانه وتعالى, oleh karenanya dilarang mengatakan akan melakukan sesuatu dengan pasti esok hari.

Kalimat 'esok hari/ besok pagi' adalah ungkapan umum dan global untuk masa yang akan datang, sebagaimana dikatakan dalam lantunan sya'ir: "Dan aku mengetahui apa yang aku ilmui hari ini dan kemarin hari sebelumnya, akan tetapi terhadap apa yang ada di esok hari Aku tidak mengetahuinya".

Sebab turunnya Ayat muliya ini, bahwasanya orang yahudi berkata kepada orang-orang kafir Quraisy, "Bertanyalah kepada Muhammad tentang ruh, tentang Dzul Qurnain, dan tentang Ashabul Kahfi". Maka ditanyakan hal itu kepada Nabi dan dijawab, "Aku akan berikan jawaban besok", tanpa mengatakan إِنْ شَاءَ اللّهُ. Maka beberapa hari wahyu tidak turun kepada Nabi صلى الله عليه وسلم hingga dikatakan 15 hari. Maka keterlambatan wahyu ini menjadikan Nabi صلى الله عليه وسلم bersedih, kemudian turunlah teguran ayat ini sekaligus memberikan jawaban tiga pertanyaan di atas.

Teguran seperti ini juga Allah سبحانه وتعالى lakukan terhadap Nabi Sulaiman 'alaihissalam tatkala ia berkata, "Sungguh Aku akan keliling dalam malam ini terhadap isrti-istriku yang berjumlah 70 (dalam riwayat lain 90, dalam riwayat lain 100) dan niscaya akan melahirkan setiap darinya anak laki-laki yang akan berperang di jalan Allah". Dan ia tidak mengatakan kalimat إِنْ شَاءَ اللّهُ. Maka ia pun keliling ke seluruh istrinya akan tetapi tidak seorangpun darinya terlahir, kecuali hanya satu dari istrinya yang hanya berbentuk separuh manusia (tidak utuh berbentuk manusia). Maka Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, jika ia mengatakan kalimat إِنْ شَاءَ اللّهُ , niscaya terpenuhi keinginannya". Dalam riwayat lain, "Niscaya masing-masing lahir anak lelaki yang semuanya berjuang di jalan Allah".

- Adwa'ul Bayan 540 -

BERSEGERA MENDATANGI SHOLAT

Oleh : Asy Syaikh Abdullah Al-Fauzan hafidzahullah                                           

Banyak dijumpai dalil yang menganjurkan pada kita agar bersegera dalam beramal kebaikan, berlomba di dalamnya, diantaranya adalah yang berkaitan dalam mendatangi masjid, dan duduk di dalamnya untuk menunggu waktu sholat berikutnya.

Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Dan bersegeralah kalian menuju ampunan Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang diperuntukkan bagi orang yang bertakwa". (QS Ali-Imran: 133). Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Maka berlombalah kalian di dalam kebaikan". (QS Al-Ma'idah: 48).                                                   

Berkata Syaikh Abdurraohman ibn Sa'di rahimahullah, "Perintah agar bersegera dan berlomba dalam kebaikan memiliki arti lebih dari hanya sekedar melaksanakan dan mengerjakan, dikarenakan bersegera artinya melaksanakan dan menjalankan dengan sesempurna mungkin dengan cara berlomba menjadi yang terbaik, dan barangsiapa berlomba menjadi yang terbaik di dunia maka ia akan medapat imbalan di akhirat yang berupa surga, maka orang yang terbaik ia mendapat derajat tertinggi, dan kebaikan yang dimaksud dalam ayat adalah mencakup seluruh bentuk ketaatan yang fardhu maupun yang nafilah, baik dari sholat, puasa, zakat, haji, umroh, jihad dan segala kebaikan yang membawa manfaat yang terbatas dan tidak terbatas. 

Diantara bentuk kebaikan adalah bersegera menuju masjid dan menunggu waktu sholat dengan memperbanyak berdzikir, tilawah, melakukan sholat sunnah, dan sebagainya adalah sarana untuk mendapatkan maghfiroh yaitu ampunan dan keutamaan yang agung.                 

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Jika sekiranya mereka mengetahui keutamaan bersegera dalam mendatangi sholat, niscaya mereka akan berlomba di dalamnya". (HR Bukhary dan Muslim).                                 

Berkata imam An-Nawawy: "Arti bersegera dalam mendatangi sholat adalah umum untuk sholat apa saja". Berkata imam Al-Harowy: "Ini hanya khusus sholat Jum'ah. Akan tetapi yang rojih dan kuat adalah yang pertama yaitu umum untuk segala sholat".

Sesungguhnya bersegera mendatangi sholat merupakan bentuk pengagunggan terhadap ibadah sholat, dan ketergantungan hati menuju masjid, dan menunjukkan bahwa urusan sholat adalah perkara yang harus didahulukan dan dinomersatukan dari segala bentuk urusan di kehidupannya. Dan ini merupakan tanda keberuntungan dan tanda kebaikan bagi seseorang.             

Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Rumah-rumah yang disana diperintahkan Allah untuk memuliakan dan menyebut nama-Nya, disana bertasbih dengan nama-Nya pada waktu pagi dan petang. Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan perniagaan dari menginggat Allah, melaksanakan sholat, zakat, mereka takut kepada hari ketika hati dan mata menjadi guncang (hari kiyamat). Mereka melakukan hal itu agar Allah memberi balasan kepada mereka dengan yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan dan agar Dia menambahkan karunia- Nya kepada mereka".  (QS An-Nur: 36-38).

Setiap manusia pasti memiliki aktifitas dan kesibukan, akan tetapi hendaknya ia mendahulukan sholat tatkala datang waktunya, dan ini tidak akan diraih kecuali bagi mereka yang mendapat taufiq dari Allah dan karunia-Nya untuk mengagungkan syiar-syiar-Nya, maka ia mendahulukan ketaatan Allah, bersegera menuju jalan kebaikan dan mendekatkan diri dengan mendatangi masjid sebelum sholat didirikan.

Para Salaf memiliki semangat tinggi dalam menegakkan sholat, karena mereka mengetahui kedudukannya di sisi Allah سبحانه وتعالى, hingga terabadikan dalam banyak riwayat tentang mereka.

Berkata Imam Ibnu Muba'rok dari Ady ibnu Ha'tim berkata, "Tidaklah masuk waktu sholat kecuali aku rindu untuk mengerjakannya". (Kitab Az-Zuhud, 460). 

Berkata Imam Ad-Dzahaby, "Tidaklah sholat dikumandangkan sejak aku masuk islam kecuali aku telah melakukan wudhu' sebelumnya". (Kitab Siyar A'lam Nubala, 3/164).

Said ibnu Musyayyib dahulu ia sesalu mendatangi masjid sebelum adzan dikumandangkan, dan ini berlangsung lebih dari 30 th, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam ibnu Abi Syaibah, dari Said berkata, "Tidaklah muadzin mengumandangkan adzan kecuali aku berada di Masjid, hal ini aku lakukan lebih dari 30 th". (Kitab Mushonaf 1/351).

Dan berkata Ibnu Saad ," Aku tidak pernah tertinggal sholat jamaah selama 40 th". (Kitab Thobakot ibnu Saad 5/131).

Dahulu imam A'masy walau ia sudah tua tdk pernah tertinggal takbir pertama bersama imam, selama 70 th". (Kitab Tahdzibut-Tahdzib 4/196).

Dahulu muhadist Bisr ibn Hasan As-shoffy senantiasa berdiri di shof pertama pada masjid basroh lebih dari 50 th. (Kitab Tahdzib 1/391).

Senin, 03 Februari 2014

NABI MUHAMMAD صلى الله عليه وسلم

Hari senin 12 robi'ul Awwal, menurut sebagian Ahli Tarikh,  Allah سبحانه وتعالى karuniakan dengan lahirnya Muhammad ibnu Abdillah ibnu Abdul Mutholib Al-Ha'syimy, yang mana terlahir dalam kondisi yatim tidak memiliki Ayah. setelah menginjak usia 6 th wafat ibunya, hingga diasuh oleh kakeknya Abdul Mutholib. Setelah dua tahun berikutnya wafatlah sang kakek, maka diasuh oleh pamannya Abu Tholib. 

Tepat pada usia 40 th Allah سبحانه وتعالى mengutus Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagai Nabi yang membawa kabar gembira dan peringatan dan dakwah ini dijalankan dengan sebaik-baiknya hingga para manusia tegak padanya pemisah antara cahaya petunjuk dan kesesatan. Maka mulai kaumnya memberikan gangguan dan siksaan terhadap para pengikut setia Nabi صلى الله عليه وسلم , hingga nampak sahabat setia yang mempertahankan iman dan akhirat, hingga rela meninggalkan dunia dan isinya.

Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Bagi kaum Fukoro' dari Muhajirin yang mereka diusir dari rumah-rumah mereka, dirampas harta-harta mereka, dalam rangka menggapai keutamaan dan keridhoan dari Allah, dan mereka senantiasa menolong Allah dan Rosul-Nya, merekalah orang-orang yang jujur". (QS Al-Hasyr: 8).                

Selama 13 th Nabi صلى الله عليه وسلم berdakwah pada kaumnya hingga diperintahkan agar berhijrah ke Madinah, meninggalkan harta, rumah, kerabat, sanak, dan saudara, dalam rangka di jalan Allah سبحانه وتعالى.

Tatkala Nabi صلى الله عليه وسلم sampai di Madinah maka disambut oleh penduduknya dengan suka cita dan meriah, hingga kaum Muhajirin diberikan penghormatan dan pertolongan dari kaum Anshor, bahkan diantara mereka merelakan rumah, harta, bahkan istri-istri mereka untuk dinikahi kaum Muhajirin. Berkata Anshor yang memiliki dua istri kepada Muhajirin, "Pilihlah salah satu pasanganku kemudian akan aku talaq dan engkau nikahi".

Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Dan orang-orang Anshor yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka, dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin, dan mereka mengutamakan Muhajirin atas dirinya sendiri, walau mereka juga memerlukan. Dan barang siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran maka mereka itulah orang yang beruntung". (QS Al-Hasyr: 9).

Nabi صلى الله عليه وسلم senantiasa berdakwah hingga mencakup semua jazirah hingga Allah سبحانه وتعالى bukakan kota Makkah beserta para penduduknya untuk memeluk ajaran islam dan semakin menyebar keseluruh pelosok Arab.

Setelah 23 th Nabi berdakwah dan berjihad maka tuntaslah risalah Beliau صلى الله عليه وسلم, hingga Allah memanggil ke hadapan-Nya kembali. Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau terbunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberikan balasan kepada orang yang bersyukur". (QS Ali Imron: 144).

Dengan diwafatkan Nabi صلى الله عليه وسلم seakan akan segala kesedihan tumpah meluap, bagaimana tidak? Nabi صلى الله عليه وسلم telah bersabda, "Jika diantara kalian tertimpa musibah, maka hendaknya ingat akan musibah diwafatkannya diriku, karena ini adalah musibah terbesar". (HR Ibnu Sa'ad). Tiada musibah besar menimpa alam semesta semenjak diciptakan-Nya yang melebihi musibah diwafatkan Nabi صلى الله عليه وسلم. 

Berkata Fathimah putri Nabi صلى الله عليه وسلم tatkala Ayahnya wafat, "Wahai ayah, engkau telah menghadap panggilan Robb Subhana wa Ta'ala.....Wahai ayah, semoga surga firdaus tempat kembalinya........"              

Berkata Anas ibnu Malik, "Kita masih inggat, tatkala Nabi صلى الله عليه وسلم memasuki Madinah, maka terasa cahaya menerangi seluruh pelosok Madinah. Dan tatkala dihari wafatnya Nabi صلى الله عليه وسلم terasa amat gelap lagi berkabung kita tidak dapat melakukan apa-apa, hingga Nabi صلى الله عليه وسلم dikubur senantiasa hati kita mengingkarinya". (HR Tirmidzy).

Abu Bakar berkata kepada Umar, setelah wafatnya Nabi صلى الله عليه وسلم , "Mari kita pergi menuju Ummu Aiman berziarah kepadanya sebagaimana Nabi صلى الله عليه وسلم datang kepadanya. Maka tatkala sampai maka Ummu Aiman menangis, kemudian ditanya, "Apa yang membuat engkau menangis? Apa yang di sisi Allah adalah apa yang terbaik untuk Nabi صلى الله عليه وسلم."  Maka dijawab, "Aku tau apa yang ada disisi Allah adalah apa yang terbaik untuk Nabi صلى الله عليه وسلم. Akan tetapi aku bersedih lantaran wahyu dari langit telah terputus". Maka seraya Abu Bakar dan Umar turut bersedih dan menangis. (HR Muslim).

KASIH SAYANG DIANTARA PARA SAHABAT

Sahabat muliya Ali  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ bercerita, "Suatu hari datang kepadaku Abu Bakar dan Umar, beliau berdua berkata, "Alangkah baiknya engkau datang menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan engkau meminang putrinya Fathimah".                                 

Maka aku pun bersegera melakukan anjuran Abu Bakar dan Umar radhiyallahu'anhuma mendatangi Baginda Rasulullah صلى الله عليه وسلم , maka Nabi صلى الله عليه وسلم berkata kepadaku, "Pergilah, jual perisaimu dan segera kembali dengan hasil jualanmu, hingga aku segera persiapkan putriku Fathimah agar kunikahkan denganmu".                                

Maka aku segera pergi menjual tameng/ perisai yang aku miliki kepada Utsman ibnu Affan رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ  dengan harga 400 dirham. Tatkala aku bergegas pergi meninggalkan Utsman maka ia berkata, "Bukankah sekarang perisai ini milikku?" Maka Aku jawab, "Iya". Utsman lalu berkata, "Perisai ini saya hadiahkan kepadamu".                                 
Ali radhiyallahu'anhu berkata, "Maka aku membawa uang dirham dan perisai ke hadapan Nabi صلى الله عليه وسلم kemudian aku hadapkan di hadapan Nabi صلى الله عليه وسلم , dan aku ceritakan apa yang dilakukan Utsman kepadaku, maka Nabi صلى الله عليه وسلم berdoa kebaikan untuk Utsman".

Kemudian Nabi صلى الله عليه وسلم mengambil uang dirham dan memangil Abu Bakar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ agar membeli sesuatu untuk persiapan dan perbekalan pernikahan putri beliau Fathimah di rumah beliau.               

Nabi memerintahkan kepada Anas  رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ agar mengundang Abu Bakar, Umar, Utsman, Tholhah, Zubair, dan beberapa orang Anshor, tatkala semua hadir maka Nabi صلى الله عليه وسلم berkata, "Bersaksilah untukku bahwa aku menikahkan putriku Fathimah bersama Ali dengan mahar 400 mitskol dari perak".                                            

- Hukbah minal Ta'rikh hal 8-9, Syaikh Utsman Al-Khomist -

SYIRIK MODERAT

Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Katakanlah, 'Terangkan kepadaku jika siksa Allah datang kepadamu, atau hari kiamat sampai kepadamu, apakah kamu akan menyeru tuhan selain Allah, jika kamu termasuk orang yang benar!". (Sekali-kali tidak), hanya kepada-Nya (Allah) kamu minta pertolongan, jika Dia menghendaki maka Dia  menghilangkan kesusahan yang kamu mohonkan kepada-Nya, dan kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (QS Al-An'am: 40-41).                      

Berkata Al-Ala'mah Taqiyuddin Al Hilaly rohimahullah, "Ayat ini memiliki kandungan makna bahwa kaum musyrikin di masa Nabi صلى الله عليه وسلم mereka menyekutukan Allah dalam ibadah di waktu longgar disaat bergelimang kenikmatan, adapun dikala susah, sedih, terjepit, mereka tidak menyeru kecuali hanya kepada Allah semata, agar diberikan pertolongan Allah atas kesusahan mereka, karena mereka yakin dengan sebenar-benar yakin dan mengetahui ajaran sebelum mereka dari agama Ibrohim dan Ismail, bahwa syirik dan kufur adalah ajaran yang menyeleweng yang tidak diridhoi Allah سبحانه وتعالى , dan tuhan yang mereka sembah walaupun Malaikat, Nabi, Orang Saleh, tidak mampu mengentaskan mereka dari kesusahan. Maka dari itu mereka berdoa dengan ikhlas dan murni hanya kepada Allah di saat itu, akan tetapi tatkala selamat dan longgar, mereka kembali menyekutukan Allah سبحانه وتعالى.                                                 

Adapun musyrikin di masa kini, umat moderat zaman sekarang, mereka menyekutukan Allah baik di waktu longgar dan sempit, suka dan duka, bahkan mereka begitu khusyuk berbuat syirik disaat genting. Tidak ingat kepada Allah sama sekali. Jika engkau bersumpah seribu kali atas nama Allah سبحانه وتعالى mereka tidak takut dan gentar lagi percaya, akan tetapi jika bersumpah menyebut nama tokoh tarekat tertentu mereka akan takut dan percaya. Mereka lebih takut dan berharap kpd makhluk dari pada kepada Allah.                       

Dikisahkan ada suatu kelompok mereka bepergian dg bahtera di atas lautan, tiba-tiba bahtera tersebut oleng dan mulai tenggelam sedikit demi sedikit. Maka para penumpang kapal tersebut mulai berteriak beristighosah menyeru nama wali-wali yg mereka yakini dapat menolong mereka. Dan di bahtera tersebut ada seorang tua salafy yg hanya terdiam. Maka penumpang lainya meneriaki, 'Hai orang tua kenapa kamu hanya diam saja! Tidakkah tahu keadaan kita sedang genting! Tidakkah kamu beristighosah!!". Maka orang tua tersebut berteriak, "Aku memohon kepada Allah سبحانه وتعالى Yang  Maha Esa agar menenggelamkan kalian dan kita semua!!". Maka orang-orang marah dan mengatakan, "Apa kamu tidak takut kepada Allah kalau dikabulkan doamu!!'. Maka dijawab, "Kalian berhak untuk ditengelamkan Allah, karena kalian berpaling dari berdoa kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu dan kalian menyeru para wali yg tdk membawa manfaat dan mudhorot!!".

BERKATA BOHONG

Musuh islam sangatlah banyak sekali, diantaranya adalah ada di tubuh kaum muslimin yang mengatasnamakan dengan islam. Sebagaimana banyak dijumpai hadist-hadist palsu yang diatasnamakan dari Nabi صلى الله عليه وسلم , pada kenyataannya bukan ucapan ataupun sabda Nabi صلى الله عليه وسلم. Hal ini seperti apa yang banyak beredar hadist tentang fadhilah dan keutamaan ayat dan surat di dalam Al-Qur'an, yang mana telah beredar lebih dari seribu hadist yang dipalsukan.                   

Musuh islam tidak berhenti sampai disini, bahkan perkataan-perkataan ulama dan ahli ilmi pun turut ikut serta dipalsukan, dan diatas namakan dari ulama. Sebagai contoh: 

~ apa yang telah beredar dari ungkapan Al-Imam Abu Hanifah, yang menyatakan bahwa jihad yang fardhu adalah jihad difa' (melawan dan membela diri), 
~ demikian pula apa yang masyhur dari Al-Imam Malik, bahwa sholat menurut pendapat imam adalah tidak bersedekap, akan tetapi meluruskan tangan tanpa bersedekap meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri di dada
~ sebagaimana pula terkenal pendapat tentang melafadzkan niat tatkala sholat dari pendapat Al-Imam Sya'fi'i, demikian pula ungkapan dari Imam Ahmad dan lain sebagainya.                    

Ini semua adalah kebohongan dan pengelabuhan terhadap ilmu para ulama.                            

Termasuk tuduhan kepada syaikhul Islam ibnu Taimiyah dan murid nya Ibnu Qoyyim, Imam Muhammad ibnu Abdul wahab, hingga para ulama di zaman sekarang. Dikabarkan mereka adalah ulama yang benci kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم , tidak mau mengucap sholawat kepada Nabi صلى الله عليه وسلم , dan lain sebagainya.                   

Maka semua tuduhan ini adalah kebohongan dan kedustaan, yang tidak ada nyata dan bukti. Bagamana mungkin orang-orang yang berpegang teguh terhadap sunnah-sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم tidak cinta Nabi dan benci bersholawat? Sholawat yang manakah yang dibenci para pembela sunnah Nabi? Apakah sholawat yang diajarkan Nabi صلى الله عليه وسلم ataukah ungkapan yang berlebihan yang ditujukan kepada Nabi صلى الله عليه وسلم yang hal ini dilarang Nabi صلى الله عليه وسلم dalam sabdanya, "Janganlah kalian mengkultuskanku sebagaimana umat nasrani mengkultuskan Isa ibnu Maryam, Sesungguhnya Aku hanyalah Hamba dan Rasul Allah ".