Khutbah Jumat tanggal 22-1-1423 H
Oleh : As-Syaikh Abdul Razzaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullah Ta'ala.
Segala puji hanya milik Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan kepada-Nya, memohon ampun kepada-Nya, dan bertobat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya.
Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.
Semoga salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarga beliau, seluruh sahabatnya, serta orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga akhir zaman.
Amma ba‘du:
Wahai orang-orang beriman, hamba-hamba Allah:
Aku berwasiat kepada kalian dan kepada diriku sendiri untuk bertakwa kepada Allah Ta‘ala, serta senantiasa merasa diawasi oleh-Nya dalam keadaan sembunyi maupun terang-terangan.
Sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik bekal yang akan menghantarkan kepada ridha Allah.
Takwa adalah inti segala kebaikan.
Wahai hamba Allah....
“Tidak diragukan lagi kedudukan iman sangat tinggi dan posisinya amat mulia. Iman merupakan perkara terpenting dan kewajiban paling agung dalam segala hal. Segala kebaikan di dunia dan akhirat bergantung pada keberadaan iman, kesehatannya, dan kesempurnaannya. Betapa banyak manfaat iman yang melimpah, buahnya yang matang, hasilnya yang lezat, panen yang terus berulang, dan kebaikan yang terus-menerus.
Karena itulah orang-orang yang bersemangat berlomba-lomba memperhatikan iman, merealisasikan, dan menyempurnakannya.
Seorang muslim yang diberi taufik oleh Allah niscaya akan memberikan perhatian yang lebih besar kepada imannya daripada segala sesuatu lainnya...” (Dari buku Asbab Ziyadat Al-Iman wa Nuqsanihi, hal. 3).
Wahai hamba-hamba Allah:....
Sebagaimana diketahui oleh semua orang, jaminan adalah hal yang sangat dihargai oleh manusia dalam jual beli dan seluruh kegiatan perdagangan mereka.
Barang-barang yang dijamin tentu memiliki kedudukan yang lebih tinggi di mata manusia dibandingkan dengan barang-barang yang tidak memiliki jaminan.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sesuatu yang terjamin di tengah masyarakat dibandingkan dengan yang tidak.
Kepercayaan terhadap suatu jaminan pun bervariasi, bergantung pada kredibilitas pemberinya.
Karena itu, perhatian manusia terhadap jaminan semakin besar apabila yang memberikan jaminan dikenal jujur, amanah, dan terpercaya.
Apalagi jika jaminan tersebut tidak memberikan kesulitan yang berat atau beban yang berat kepada penerimanya.
Wahai hamba-hamba Allah:...
Bagaimana jika yang memberikan jaminan itu adalah Rasulullah ﷺ, sosok yang benar dan terpercaya, yang tidak berbicara atas dasar hawa nafsu melainkan berdasarkan wahyu yang diwahyukan kepadanya?
Dan bagaimana jika yang dijamin adalah surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang di dalamnya terdapat apa yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia?
Dan bagaimana pula jika amalan-amalan yang menjadi syarat untuk memperoleh jaminan tersebut ringan dan mudah, tanpa membutuhkan usaha yang berat atau kesulitan yang besar?
Perhatikanlah, semoga Allah merahmati kalian, teks jaminan agung berikut ini:
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Ibn Hibban dalam Sahih-nya, dan Al-Hakim dalam Mustadrak-nya, dari Ubadah bin As-Samit (semoga Allah meridainya), bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Berikanlah jaminan kepadaku enam perkara, maka aku akan menjamin untuk kalian surga:
(1) jujurlah ketika kalian berbicara,
(2) penuhilah janji kalian jika berjanji,
(3) tunaikanlah amanah jika dipercaya,
(4) jagalah kemaluan kalian,
(5) tundukkan pandangan kalian, dan
(6) jagalah tangan kalian (dari menyakiti orang lain).”
(Hadis Sahih)
Diriwayatkan oleh Ahmad (22757), Ibn Hibban (271), Al-Hakim (8066), dan dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Sahih At-Targhib.
Wahai hamba-hamba Allah:...
Sungguh, ini adalah jaminan dengan jaminan, dan kesetiaan dengan kesetiaan.
"Berikanlah jaminan kepadaku enam perkara, maka aku akan menjamin untuk kalian surga."
Enam amalan ini begitu ringan, mudah, dan berasal dari pintu-pintu kebaikan yang tidak memberatkan.
Barang siapa yang melaksanakannya sepanjang hidupnya dan menjaganya hingga wafat, maka surga dijamin untuknya dan jalannya ke sana pasti dan aman.
Allah Ta'ala berfirman:
"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sesuatu yang bercampur. Kami hendak mengujinya, karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sungguh, Kami telah menunjukinya jalan yang benar, baik ia bersyukur maupun kufur." (QS. Qaf: 31-35).
Hamba-hamba Allah:..
Adapun sifat pertama dari enam hal tersebut adalah jujur dalam berbicara.
Seorang mukmin selalu jujur dalam perkataannya, tidak mengenal kebohongan sama sekali. Ia terus menjaga kejujuran dalam kehidupannya hingga kejujurannya itu membawanya ke surga.
Dalam hadis disebutkan:
"Hendaklah kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Dan seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (HR. Bukhari, no. 6094).
Adapun sifat kedua adalah menepati janji dan memegang teguh perjanjian.
Ini adalah salah satu ciri khas orang-orang beriman dan tanda-tanda orang bertakwa. Mereka tidak dikenal suka mengingkari janji atau melanggar perjanjian.
Menepati janji adalah fondasi utama dalam membangun masyarakat muslim.
Seluruh transaksi, hubungan sosial, dan interaksi didasarkan pada sifat ini.
Jika kesetiaan hilang, maka kepercayaan akan lenyap, hubungan akan memburuk, dan perselisihan akan merajalela.
Adapun sifat ketiga, ...
wahai hamba-hamba Allah, ...
adalah menunaikan amanah. Ini adalah salah satu sifat moral yang paling mulia. Allah memuji dan memuliakan orang-orang yang menunaikannya. Amanah adalah bagian dari kesempurnaan iman seseorang dan akhlaknya yang baik.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari (no. 6094):
"Tunaikanlah amanah kepada yang berhak menerimanya."
Wahai hamba-hamba Allah:...
Dengan amanah, agama terjaga, kehormatan terlindungi, harta benda, tubuh, jiwa, dan ilmu pengetahuan juga ikut terpelihara.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji." (HR. Ahmad).
Jika amanah menyebar dalam masyarakat, maka masyarakat tersebut akan memiliki hubungan yang erat, kokoh, penuh kebaikan, dan jauh dari kekacauan.
Adapun sifat keempat, ...
wahai hamba-hamba Allah:
Yaitu menjaga kemaluan, yaitu menjauhkan diri dari perbuatan haram atau kebatilan.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Tetapi barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Mu’minun: 5-7).
Menjaga kemaluan adalah penjagaan terhadap keturunan, pemeliharaan silsilah, serta menjaga kesucian masyarakat dari segala bentuk penyakit dan kerusakan. Dengan menjaga kemaluan, seseorang masuk ke dalam ketaatan kepada Rabb semesta alam.
Adapun sifat kelima:
Yaitu menundukkan pandangan dari hal-hal yang haram.
Allah Ta'ala berfirman:
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur: 30-31).
Menundukkan pandangan membawa banyak manfaat, wahai hamba-hamba Allah.
Ia memberikan kelezatan iman, cahaya hati, kekuatan jiwa, dan kebersihan jiwa. Ia juga melindungi dari tergoda pada hal-hal haram dan menghindarkan diri dari kebatilan.
Adapun sifat keenam:
Yaitu menahan tangan dari menyakiti orang lain atau melanggar hak mereka. Hal ini mencakup semua bentuk kekerasan, baik fisik maupun simbolis, terhadap sesama manusia.
Wahai hamba-hamba Allah:....
Orang yang menyakiti hamba-hamba Allah akan dimurkai oleh Allah dan dibenci oleh manusia.
Masyarakat akan menjauhinya karena perilakunya yang buruk dan rendahnya akhlaknya.
Sebaliknya, jika seseorang menahan dirinya dari menyakiti orang lain, itu adalah tanda akhlaknya yang mulia, budi pekertinya yang luhur, dan interaksinya yang baik. Ia akan mendapatkan janji besar dari Allah atas perbuatannya tersebut.
Lebih dari itu, bagaimana jika seseorang tidak hanya berhenti menyakiti orang lain, tetapi juga berusaha menghilangkan gangguan dari jalan kaum mukminin?
Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah:
"Seorang laki-laki melewati dahan pohon yang melintang di jalan. Ia berkata, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan ini dari jalan agar tidak mengganggu kaum muslimin.’ Maka Allah memasukkannya ke dalam surga." (HR. Muslim).
Wahai hamba-hamba Allah:...
Pintu-pintu surga terbuka lebar, jalannya jelas, dan jalur menuju ke sana mudah ditempuh.
Maka marilah kita manfaatkan kesempatan ini sebelum semuanya berlalu. Mari kita perbanyak amal kebaikan sebelum ajal tiba.
Semoga Allah tidak membiarkan kita bergantung kepada diri kita sendiri walau sekejap mata pun.
Semoga Dia menggunakan kita dalam ketaatan kepada-Nya, membantu kita merealisasikan sifat-sifat kebaikan, menjauhkan kita dari sifat-sifat keburukan, dan memalingkan kita darinya.
Sungguh, Dia adalah sebaik-baik tempat meminta dan sebaik-baik pemberi pertolongan.
Khutbah kedua:
Segala puji hanya milik Allah yang Maha Pemurah, luas karunia-Nya, dan tak terbatas nikmat-Nya.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Semoga Allah mencurahkan salawat dan salam kepada beliau, keluarganya, serta para sahabatnya.
Amma ba'du,...
wahai hamba-hamba Allah:
Aku wasiatkan kepada kalian, begitu juga diriku sendiri, untuk senantiasa bertakwa kepada Allah.
Wahai hamba-hamba Allah:...
Bertakwalah kepada Allah Ta'ala dan jagalah kesadaran akan pengawasan-Nya dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.
Ketahuilah, semoga Allah merahmati kalian:
Bahwa tanggung jawab para orang tua terhadap anak-anak mereka sangat besar, dan kewajiban mereka terhadap anak-anak adalah hal yang agung.
Setiap ayah akan ditanya tentang anak-anaknya pada Hari Kiamat, ketika ia berdiri di hadapan Allah Yang Maha Agung.
Oleh karena itu, wahai hamba-hamba Allah, orang tua wajib memperhatikan pendidikan, pengasuhan, dan pembentukan akhlak anak-anak mereka. Mereka harus membimbing anak-anak untuk menanamkan kebiasaan baik, menjaga akhlak, serta menjauhi sifat buruk dan perbuatan hina.
Wahai hamba-hamba Allah:...
Ada kalanya sebagian anak tidak mengetahui beberapa sifat terpuji dan kebiasaan mulia, karena berbagai sebab.
Di sinilah peran ayah dan ibu menjadi penting untuk memberikan arahan, perbaikan, bimbingan, nasihat, serta peringatan.
Semua ini dilakukan agar pemuda dapat tumbuh lurus dalam ketaatan kepada Allah dan berkomitmen pada perintah-Nya.
Kemudian, ...
wahai hamba-hamba Allah:...
Salah satu hal terpenting yang harus ditanamkan pada jiwa para pemuda adalah pemahaman tentang nilai dan keagungan masjid.
Mereka perlu diajarkan untuk menjaga kesuciannya dan berhati-hati agar tidak melanggar kehormatan masjid dengan cara apa pun.
Maka, kita sebagai orang tua dan anak-anak harus bertakwa kepada Allah. Orang tua memberikan arahan, ibu memberikan penjelasan, sementara anak-anak saling menasihati dan mengingatkan satu sama lain untuk menghormati rumah Allah. Rumah-rumah Allah adalah tempat yang telah Allah izinkan untuk ditinggikan dan disebut nama-Nya.
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah, dengan nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, agar kita semua, sebagai orang tua dan anak-anak, diberikan taufik untuk menjaga amanah ini dengan baik.
Wahai hamba-hamba Allah,....
Mari kita tanamkan pada diri kita dan anak-anak kita pemahaman tentang kedudukan masjid sebagai rumah Allah, menjaga kehormatannya, serta memelihara hak-haknya.
Semoga Allah memberkahi kita semua dalam mendidik anak-anak kita, memperbaiki keadaan mereka, membimbing mereka menuju kebaikan, dan menjauhkan mereka dari jalan kebinasaan.
Ya Allah,....
Kami memohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang indah dan sifat-sifat-Mu yang agung, karena Engkau adalah Allah yang rahmat dan pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.
Wahai Dzat yang memegang kendali segala urusan, kami memohon kepada-Mu, wahai Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri, agar Engkau memperbaiki keadaan anak-anak kami, memberikan mereka pemahaman akan kebenaran dan petunjuk, serta menjauhkan mereka dari jalan-jalan keburukan dan kehancuran.
Ya Allah,...
Tiada daya dan upaya kami kecuali dengan-Mu, maka janganlah Engkau biarkan kami bergantung pada diri kami sendiri atau kepada selain-Mu, walau sekejap mata pun, wahai Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.
Penutup:
Doa terakhir kami adalah segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Semoga Allah mencurahkan salawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya.
❒❒❒❒❒❒❒