Hidup adalah suatu tantangan, yang banyak dijumpai aral yang melintang yang dapat menganggu keberlangsungan pasangan suami istri dan kebahagiyaannya. Dalam hal ini ada beberapa nasehat yang ditulis oleh fadhilatus Syaikh Abul Aziz Ar-Royyis, diantaranya sebagai berikut:
** Hendaknya pasangan suami-istri mengingat akan kenikmatan dalam menjalin rumah tangga antara keduanya, dan selalu menginggat bahwa syetan sangatlah gencar untuk merusak nikmat ini, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Maka mereka mempelajari dari keduanya (harut-marut) apa yang dapat memisahkan antara seorang suami dengan istrinya". (QS.Al-Baqoroh: 102).
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya iblis memiliki singasana di atas air dan mengutus para pasukannya, dan pasukan tersebut kembali memberikan laporan, yang paling ringan diantara mereka datang dengan membawa fitnah yang amat besar seraya mengatakan, 'Aku melakukan keburukan ini dan itu', maka iblis menjawab, 'Engkau tidak melakukan sesuatu yang berarti bagiku'. Kemudian datang salah satu dari mereka mengatakan, 'Aku tidaklah meninggalkan mereka -manusia- hingga aku telah memisahkan antara laki-laki dengan para istri mereka'. Maka iblis mendekatinya seraya berkata, 'Kamu hebat, kamu hebat'." (HR.Muslim).
**Jika menjumpai tipu daya syetan untuk merusak hubungan pasutri, terkadang berupa tidak timbulnya kasih sayang kecuali setelah satu tahun, maka jangan terburu-buru, karena sifat terburu-buru datang dari syetan, dan Allah mencela sifat ini dalam firman-Nya: "Dan manusia memiliki sifat terburu-buru". (QS.Al-Isro': 11).
**Jika seseorang membenci pasangannya dalam sifat tertentu, maka ingatlah bahwa disana pula ada banyak perangai yang disukai, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memberikan nasihat dalam sabda beliau, "Janganlah seseorang mukmin menceraikan pasangannya mukminah, jika ia benci dalam satu sisi, niscaya ia pasti menjumpai hal yang ia sukai dari sisi yang lain". (HR.Muslim).
**Jika benar-benar benci antara satu dengan yang lain, maka hendaknya keduanya tetap bersabar, bisa jadi Allah berkendak kebaikan yang tidak ia ketahui, bisa jadi kebaikan kepada sang anak atau lainnya, Allah Ta'ala berfirman: "Maka bisa jadi engkau membenci sesuatu dan Allah menjadikan hal itu sesuatu kebaikan yang melimpah". (QS.An-Nisaa': 19).
**Memahami secara nyata bahwa kehidupan rumah-tangga bukanlah hanya sekedar bersenang-senang, sendau-gurau antara pasutri, masih saja beranggapan bahwa ia adalah permaisuri yang tinggal di kamar sang raja, atau pangeran yang sediakala memerintah, akan tetapi hendaknya ia memandang jauh ke depan bahwa ini adalah amanah yang harus dijalankan dan beban serta tanggung jawab yang nantinya akan ditanyakan di padang mahsyar.
**Seorang istri hendaknya memahami bahwa qowam (pemimpin) dan penegak serta pemegang kendali berada di tangan suami yang harus ditaati. Allah Ta'ala berfirman: "Para lelaki(suami) adalah pemimpin bagi wanita(istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka memberikan nafkah dari hartanya". (QS.An-Nisaa': 34).
Demikian pula hendaknya para suami memahami akan kasih sayang kepada para istri, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada para lelaki dalam sabdanya, "Aku wasiatkan kalian agar berbuat baik kepada para wanita". (HR.Bukhary-Muslim).
**Para suami tatkala memimpin istri hendaknya mengunakan cara yg lembut dalam meluruskan kekurangan yang dijumpai, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menerangkan dalam sabdanya, "Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, rusuk yang paling bengkok adalah bagian yang paling atas, jika engkau terlalu keras dalam meluruskannya niscaya akan patah, dan jika engkau biarkan maka niscaya ia dalam kondisinya yang bengkok". (HR.Bukhary dan Muslim).
**Seorang istri hendaknya menyadari bahwa dirinya adalah pusat kecintaan dan kebahagiaan sang suami, maka hendaknya ia berdandan dan berhias kepada suaminya. Demikian pula suami hendaknya berpenampilan menawan, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan para istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut (ma'ruf)". (QS.Al-Baqoroh: 228).
**Diantara perkara yang membawa keabadian rumah tangga serta kebahagiaannya adalah karakter yang kuat bagi suami, hingga mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menghampirinya, walau tidak menghilangkan rasa romantis antara keduanya, akan tetapi ia berjiwa kokoh, kuat, tanpa kasar dan lapuk.
**Memperbaharui rasa cinta kasih antar pasutri, dengan saling memberi hidayah dan kenangan. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya akan timbul cinta-kasih". (HR.Bukhary dalam Adab Mufrodnya).
**Hendaknya para istri banyak menyibukkan diri untuk berkhidmat untuk suami di dalam rumah, bukan meniti karir di luar rumah hingga urusan dapur dan sumur tidak terkondisi dengan baik.
**Hendaknya pasangan pasutri tatkala memanggil pasangannya dengan panggilan yang paling disukai dan mengandung pujian antara keduanya. Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah kepada para hamba-Ku, hendaknya mereka berkata-kata dengan ucapan yang paling baik, sesungguhnya syetan menggoda(menggelincirkan) mereka". (QS.Al-Isro': 53).
**Tidak saling melupakan kebaikan yang telah dilakukan antara pasutri, banyak jasa dan kenangan indah dan manis yang telah mereka lalui, oleh karenanya tidak mengkufuri dan melalaikan ukiran sejarah, terlebih bila telah memasuki usia udzur dan lamanya hubungan antar keduanya. Karena kufur nikmat akan mengantarkan wanita ke ancaman jurang neraka.
**Hendaknya pasangan pasutri saling menampakkan kebahagiaan dan kecintaannya, sebagaimana anjuran Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Jika salah seorang diantara kalian mencintai lainnya maka hendaknya ia memberitahukan kencintaan tersebut padanya". (HR.Ahmad).
**Hendaknya para istri mencurahkan perhatian kepada sang anak dengan perhatian yang besar, agar menimbulkan cinta kasih antara pasutri, dikatakan, "Wanita suku Quraisy adalah wanita yang paling baik, lihai mengendarai onta, sayang kepada anak, taat kepada suami".
**Merupakan faktor yang amat berperan dalam merusak hubungan pasutri adalah melihat apa yang ada pada rekan-rekannya, kerabatnya, tetangganya dari kenikmatan apa yang tidak ada pada pasangannya. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lihatlah kepada orang-orang yang berada dibawah kalian, dan jangan melihat kepada yang ada diatas kalian, agar kalian lebih bisa merasa cukup hingga tidak ingkar nikmat Allah".
**Jika terjadi permasalahan antara pasutri maka hendaknya keduanya saling bertaqwa kepada Allah dan berusaha untuk meredamnya dan mencari solusi, Allah Ta'ala berfirman: "Jika keduanya menghendaki islah (memperbaiki keadaan) niscaya Allah beri taufiq keduanya". (QS.An-Nisa': 35).
**Do'a merupakan sebab langgengnya hubungan pasutri dan kebahagiaan keduanya, Allah Ta'ala berfirman: "Dan jika para hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) maka katakan Aku Maha Dekat, Aku niscaya mengabulkan permintaan jika mereka memohon kepada-Ku". (QS.Al-Baqoroh: 186).
Aku memohon kepada Allah agar menjadikan risalah ini bermanfaat bagi para pasutri hingga membawa keabadiyan dalam cinta-kasih diantara mereka dan saling bekerja sama dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
http : // islamancient.com/ Dr. Abdul Aziz ar-Rayyis.
** Hendaknya pasangan suami-istri mengingat akan kenikmatan dalam menjalin rumah tangga antara keduanya, dan selalu menginggat bahwa syetan sangatlah gencar untuk merusak nikmat ini, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Maka mereka mempelajari dari keduanya (harut-marut) apa yang dapat memisahkan antara seorang suami dengan istrinya". (QS.Al-Baqoroh: 102).
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya iblis memiliki singasana di atas air dan mengutus para pasukannya, dan pasukan tersebut kembali memberikan laporan, yang paling ringan diantara mereka datang dengan membawa fitnah yang amat besar seraya mengatakan, 'Aku melakukan keburukan ini dan itu', maka iblis menjawab, 'Engkau tidak melakukan sesuatu yang berarti bagiku'. Kemudian datang salah satu dari mereka mengatakan, 'Aku tidaklah meninggalkan mereka -manusia- hingga aku telah memisahkan antara laki-laki dengan para istri mereka'. Maka iblis mendekatinya seraya berkata, 'Kamu hebat, kamu hebat'." (HR.Muslim).
**Jika menjumpai tipu daya syetan untuk merusak hubungan pasutri, terkadang berupa tidak timbulnya kasih sayang kecuali setelah satu tahun, maka jangan terburu-buru, karena sifat terburu-buru datang dari syetan, dan Allah mencela sifat ini dalam firman-Nya: "Dan manusia memiliki sifat terburu-buru". (QS.Al-Isro': 11).
**Jika seseorang membenci pasangannya dalam sifat tertentu, maka ingatlah bahwa disana pula ada banyak perangai yang disukai, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memberikan nasihat dalam sabda beliau, "Janganlah seseorang mukmin menceraikan pasangannya mukminah, jika ia benci dalam satu sisi, niscaya ia pasti menjumpai hal yang ia sukai dari sisi yang lain". (HR.Muslim).
**Jika benar-benar benci antara satu dengan yang lain, maka hendaknya keduanya tetap bersabar, bisa jadi Allah berkendak kebaikan yang tidak ia ketahui, bisa jadi kebaikan kepada sang anak atau lainnya, Allah Ta'ala berfirman: "Maka bisa jadi engkau membenci sesuatu dan Allah menjadikan hal itu sesuatu kebaikan yang melimpah". (QS.An-Nisaa': 19).
**Memahami secara nyata bahwa kehidupan rumah-tangga bukanlah hanya sekedar bersenang-senang, sendau-gurau antara pasutri, masih saja beranggapan bahwa ia adalah permaisuri yang tinggal di kamar sang raja, atau pangeran yang sediakala memerintah, akan tetapi hendaknya ia memandang jauh ke depan bahwa ini adalah amanah yang harus dijalankan dan beban serta tanggung jawab yang nantinya akan ditanyakan di padang mahsyar.
**Seorang istri hendaknya memahami bahwa qowam (pemimpin) dan penegak serta pemegang kendali berada di tangan suami yang harus ditaati. Allah Ta'ala berfirman: "Para lelaki(suami) adalah pemimpin bagi wanita(istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka memberikan nafkah dari hartanya". (QS.An-Nisaa': 34).
Demikian pula hendaknya para suami memahami akan kasih sayang kepada para istri, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada para lelaki dalam sabdanya, "Aku wasiatkan kalian agar berbuat baik kepada para wanita". (HR.Bukhary-Muslim).
**Para suami tatkala memimpin istri hendaknya mengunakan cara yg lembut dalam meluruskan kekurangan yang dijumpai, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menerangkan dalam sabdanya, "Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, rusuk yang paling bengkok adalah bagian yang paling atas, jika engkau terlalu keras dalam meluruskannya niscaya akan patah, dan jika engkau biarkan maka niscaya ia dalam kondisinya yang bengkok". (HR.Bukhary dan Muslim).
**Seorang istri hendaknya menyadari bahwa dirinya adalah pusat kecintaan dan kebahagiaan sang suami, maka hendaknya ia berdandan dan berhias kepada suaminya. Demikian pula suami hendaknya berpenampilan menawan, sebagaimana firman Allah Ta'ala: "Dan para istri memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut (ma'ruf)". (QS.Al-Baqoroh: 228).
**Diantara perkara yang membawa keabadian rumah tangga serta kebahagiaannya adalah karakter yang kuat bagi suami, hingga mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang menghampirinya, walau tidak menghilangkan rasa romantis antara keduanya, akan tetapi ia berjiwa kokoh, kuat, tanpa kasar dan lapuk.
**Memperbaharui rasa cinta kasih antar pasutri, dengan saling memberi hidayah dan kenangan. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya kalian saling memberi hadiah, niscaya akan timbul cinta-kasih". (HR.Bukhary dalam Adab Mufrodnya).
**Hendaknya para istri banyak menyibukkan diri untuk berkhidmat untuk suami di dalam rumah, bukan meniti karir di luar rumah hingga urusan dapur dan sumur tidak terkondisi dengan baik.
**Hendaknya pasangan pasutri tatkala memanggil pasangannya dengan panggilan yang paling disukai dan mengandung pujian antara keduanya. Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah kepada para hamba-Ku, hendaknya mereka berkata-kata dengan ucapan yang paling baik, sesungguhnya syetan menggoda(menggelincirkan) mereka". (QS.Al-Isro': 53).
**Tidak saling melupakan kebaikan yang telah dilakukan antara pasutri, banyak jasa dan kenangan indah dan manis yang telah mereka lalui, oleh karenanya tidak mengkufuri dan melalaikan ukiran sejarah, terlebih bila telah memasuki usia udzur dan lamanya hubungan antar keduanya. Karena kufur nikmat akan mengantarkan wanita ke ancaman jurang neraka.
**Hendaknya pasangan pasutri saling menampakkan kebahagiaan dan kecintaannya, sebagaimana anjuran Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Jika salah seorang diantara kalian mencintai lainnya maka hendaknya ia memberitahukan kencintaan tersebut padanya". (HR.Ahmad).
**Hendaknya para istri mencurahkan perhatian kepada sang anak dengan perhatian yang besar, agar menimbulkan cinta kasih antara pasutri, dikatakan, "Wanita suku Quraisy adalah wanita yang paling baik, lihai mengendarai onta, sayang kepada anak, taat kepada suami".
**Merupakan faktor yang amat berperan dalam merusak hubungan pasutri adalah melihat apa yang ada pada rekan-rekannya, kerabatnya, tetangganya dari kenikmatan apa yang tidak ada pada pasangannya. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lihatlah kepada orang-orang yang berada dibawah kalian, dan jangan melihat kepada yang ada diatas kalian, agar kalian lebih bisa merasa cukup hingga tidak ingkar nikmat Allah".
**Jika terjadi permasalahan antara pasutri maka hendaknya keduanya saling bertaqwa kepada Allah dan berusaha untuk meredamnya dan mencari solusi, Allah Ta'ala berfirman: "Jika keduanya menghendaki islah (memperbaiki keadaan) niscaya Allah beri taufiq keduanya". (QS.An-Nisa': 35).
**Do'a merupakan sebab langgengnya hubungan pasutri dan kebahagiaan keduanya, Allah Ta'ala berfirman: "Dan jika para hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) maka katakan Aku Maha Dekat, Aku niscaya mengabulkan permintaan jika mereka memohon kepada-Ku". (QS.Al-Baqoroh: 186).
Aku memohon kepada Allah agar menjadikan risalah ini bermanfaat bagi para pasutri hingga membawa keabadiyan dalam cinta-kasih diantara mereka dan saling bekerja sama dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
http : // islamancient.com/ Dr. Abdul Aziz ar-Rayyis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar